Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor Tahun 2018
Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor Tahun 2018
Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor Tahun 2018
SKRIPSI
Oleh:
AYU NUZULLA RAHMY
141000454
Oleh:
AYU NUZULLA RAHMY
141000454
isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung
risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari
iii
iv
telah memberikan kesehatan dan kesabaran serta semangat hidup untuk dapat
Medan Johor Tahun 2018.” Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kesehatan Masyarakat
hambatan, namun berkat doa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara
2. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Utara
4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
skripsi ini.
6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H selaku Dosen Penguji II
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dan arahan
9. Kepala Sekolah SD Negeri 067690 yakni Hj. Deli Kesuma, S.Pd, Msi, beserta
10. Kepada kedua Orang Tua saya yang Tercinta yakni Ayahanda Yudefri
Lubis dan Ibunda Aprillisa Nasution yang telah membesarkan dengan penuh
dukungan moril maupun materil dan memberikan kasih sayang yang tidak
vi
yang berada di kota perantauan untuk karirnya, yang selalu memberikan saya
menyelesaikan skripsi saya ini, sukses terus untuk karirnya kak. dan Adik
saya Novi Trisadi yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan
Penulis
vii
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ xiv
viii
ix
xi
xii
PP : Peraturan Pemerintah
SD : Sekolah Dasar
BK : Bimbingan Konseling
xiii
1997 di Kota Medan. Beragama Islam. Merupakan anak ke dua dari pasangan
ayahanda Yudefri Lubis dan Ibunda Aprillisa Nasution. Alamat penulis di Jalan
2018).
xiv
PENDAHULUAN
relatif tinggi di masyarakat. Masalah rokok masih menjadi masalah nasional yang
dalam kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial politik, dan terutama aspek
terus menghisap belasan milyar batang rokok setiap harinya. Jumlah perokok di
pada perokok terjadi 2-4 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok. Pada
perokok risiko terkena katarak 50% lebih tinggi dibandingkan dengan bukan
perokok. Kematian kanker paru 20 kali lebih besar terjadi pada perokok (WHO,
2008). Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan,
baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Dilihat dari segi kesehatan,
monoksida) dan tak akan memacu kerja dari susunan saraf pusat dan susunan
jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain. Selain
itu, merokok menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif (WHO, 2010)
sendiri sebagai perokok aktif, maupun orang lain yang ada di sekitarnya sebagai
perokok pasif. Perokok pasif menghisap lebih banyak zat berbahaya dibandingkan
perokok aktif yang hanya menghisap sekitar 25% dari asap rokok yang berasal
dari ujung yang terbakar. Sementara 75% lainnya diberikan kepada non perokok
Saat asap rokok terlepas, secara langsung seorang perokok pasif akan
menghirup udara yang bercampur asap rokok. Ini bisa mengakibatkan sesak
napas, iritasi hingga sakit jantung dan paru-paru. Asap rokok yang terlepas
zat-zat tersebut adalah racun mematikan yang lambat laun bias menggerogoti
kesehatan tubuh perokok pasif, bahkan efeknya bisa lebih parah jika dibandingkan
menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China
dan India, dan Negara setelah Indonesia yaitu Rusia dan Amerika Serikat.
29,3%, dengan rerata jumlah batang rokok yang dihisap perhari perorang di
Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Berdasarkan jenis kelamin
perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak yakni 64,5% dibanding perokok
adalah proporsi perokok aktif setiap hari yang terbesar (44,5%) dibanding
kelompok pekerjaan lainnya. Jumlah proporsi perokok pada umur anak sekolah
dasar dan pelajar juga cenderung tinggi, yakni perokok penduduk umur 10 tahun
sampai dengan 14 tahun menunjukkan proporsi merokok setiap hari sebesar 0,5%
lingkungan sekitarnya, dan juga karena kemauan sendiri. Merokok pada anak-
anak karena kemauan sendiri disebabkan ingin menunjukkan bahwa dirinya telah
dewasa. Umumnya mereka bermula dari perokok pasif (menghisap asap rokok
orang lain yang merokok) lantas menjadi perokok aktif. Semula hanya mencoba-
coba kemudian menjadi ketagihan akibat adanya nikotin di dalam rokok (Sitepoe,
2000).
harinnya dengan proporsi perokok setiap hari sebanyak 24,2%, dan kadang-
terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Berarti
(Riskesdas, 2013).
permulaan merokok bagi anak itu sendiri. Pernah dilaporkan ada anak-anak
berusia 3 tahun telah mulai merokok atas pengaruh lingkungan keluarga, sekolah,
teman sebaya, dan kemauan sendiri. Pada taraf permulaan biasanya hanya
digunakan rokok dari daun buah jagung atau daun nipah, kemudian baru
usia sekolah dasar, sedangkan pada salah satu sekolah dasar sekitar 40% dari
tidak kurang dari 4.000 jenis zat kimia yang terkandung dalam sebatang rokok dan
Efek dari rokok tidak hanya dirasakan pada perokok aktif, tetapi juga dapat
dirasakan oleh perokok pasif. Risiko yang ditanggung perokok pasif lebih
berbahaya dibanding dengan perokok aktif karena daya tahan tubuh terhadap zat-
Tobacco Control (FCTC), pada tahun 2002 yang di dalamnya terdapat beberapa
permintaan (reducing demand) melalui kenaikan harga dan pajak, pengaturan dan
2008).
pajak {65 persen dari harga eceran}; 2) Melarang semua bentuk iklan rokok; 3)
bungkus rokok. Salah satu alternatif yang cukup layak diterapkan di Indonesia
dengan menimbang bahwa kebijakan tersebut dapat dimulai dari institusi atau
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
penggunaan rokok. Alasan diberlakukannya KTR adalah setiap orang berhak atas
memiliki batas aman, ruang khusus untuk merokok dan sistem sirkulasi udara
hanya efektif apabila 100% suatu tempat bebas dari asap rokok (Pedoman
Pengembangan KTR,2011).
asap rokok, pemerintah telah menetapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk
melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang - undang
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 115 ayat 1 dan 2 yang
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Pada
pasal 50 menyatakan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat
proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum
dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok (KTR). Pengendalian iklan rokok juga
tersebut, dan pada pasal 31 juga di jelaskan iklan tembakau di media luar ruang
tidak diletakkan di KTR, tidak diletakkan di jalan utama atau protocol, harus
diletakkan sejajar dengan bahu jalan, tidak boleh memotong jalan atau melintang,
khususnya Pemda Kota Medan untuk mengeluarkan suatu peraturan yang dapat
melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain, karena itu
dikeluarkanlah Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok.
pihak sekolah selaku pengelola sekaligus penanggung jawab agar penerapan KTR
bisa mencapai angka 100%. Menurut Perda Kota Medan No. 3 tahun 2014 Pasal
melakukan pengawasan internal pada tempat dan/ atau lokasi yang menjadi
tanggung jawabnya; tidak menyediakan asbak atau sejenisnya pada tempat dan/
atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya; dan memasang tanda-tanda dan
dan tempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca dan/ atau didengar
baik.
karena tidak adanya sanksi yang tegas baik dari pemerintah maupun dari
pemerintah daerah Kota Medan. Pada pasal 24 tertulis bahwa Pengelola, pimpinan
dan/ atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar wajib melarang
kepada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan serta seluruh unsur
sekolah lainnya untuk merokok di tempat proses belajar mengajar. (Perda No. 3
tahun 2014). Kemudian pada ayat 2 tertulis bahwa pengelola, pimpinan dan/ atau
penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib menegur dan/ atau
dan tenaga kependidikan serta seluruh unsur sekolah lainnya, apabila terbukti
kebijakan (Winarno, 2012). Empat faktor tersebut antara lain (1) komunikasi, (2)
termasuk satu dari tujuh KTR. Sekolah harus 100% KTR hingga batas terluar
sekolah tanpa ada ruangan khusus merokok, Pelaksanaan KTR di sekolah sangat
tergantung dari dukungan berbagai pihak, termasuk partisipasi guru karena guru
yang kondusif. Peranan guru dalam pendidikan merupakan orang yang dianggap
penting, berpengaruh dalam perilaku anak. Guru sebagai orang yang dianggap
proses belajar mengajar, membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, terutama
peranan guru. Sikap dan Perilaku guru merupakan panutan dalam membentuk
sikap dan perilaku murid. Oleh karena itu peranan guru, khususnya guru sekolah
dasar (SD) sangat penting karena usia sekolah dasar (SD) merupakan awal
pembentukan sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku anak sejak usia dini
cenderung meniru tokoh yang dilihatnya, temasuk guru yang setiap harinya
berinteraksi dengan mereka, Karena itu alangkah baiknya guru tidak memberikan
contoh perilaku merokok terhadap anak sekolah terutama sekolah dasar (SD)
untuk mencegah perilaku merokok pada anak sekolah agar tidak menjadi perokok
dini (Siswanto, 2010). Jumlah SD di kota Medan ada sebanyak 177 sekolah, yang
sudah menerapkan KTR dapat menjalankannya dengan baik, namun lain halnya
dengan SD negeri yang belum dapat menjalankan KTR dengan baik dikarenakan
berbagai hal.
siswinya secara keseluruhan sebanyak 468 orang, jumlah guru dan pegawai 22
orang. Sekolah ini salah satu SD negeri terbaik dari 46 SD negeri di kecamatan
medan johor. Sekolah ini merupakan salah satu dari sekolah yang ikut
sebagai kawasan tanpa rokok yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota
Medan No. 3 tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hal ini
didukung dengan adanya sanksi yang ditetapkan oleh sekolah berupa peringatan
kepada yang merokok di wilayah di sekolah. Hingga sanksi terberat akan dimutasi
menetapkan 100% KTR di sekolah sejak tahun 2014 untuk diseluruh tempat
optimal karena masih banyak terjadi pelanggaran dari unsur sekolah seperti guru,
pegawai, bahkan murid SD tersebut, dan orang tua murid yang juga merokok di
lingkungan sekolah.
kepala sekolah kurangnya komunikasi dalam hal ini dimana hanya kepala sekolah
yang pernah mendapatkan sosialisasi mengenai KTR yang pernah dilakukan oleh
dinas kesehatan pada awal penerapan KTR, namun untuk sosialisasi terhadap
lingkungan sekolah itu sendiri belum ada,yang dapat dilihat dari kurangnya
Sumber daya peralatan yang dimiliki sekolah ini untuk KTR belum
memadai, dimana penarapan KTR di sekolah ini sudah diterapkan sejak tahun
2014, tetapi pemasangan spanduk KTR baru dilakukan pada pertengahan tahun
2017. Pemasangan spanduk KTR dan himbauan dilarang merokok tidak banyak
memberikan efek positif, karena masih banyak juga yang melakukan pelanggaran
KTR di lingkungan sekolah. Sumber daya manusia atau staf pelaksana pemantau
KTR di sekolah ini saya asumsikan belum terbentuk karena berdasarkan hasil
wawancara singkat dengan salah satu pegawai sekolah yang mengatakan untuk
saja.
KTR yakni dari faktor disposisi yaitu kurangnya dukungan positif dari pelaksana
KTR karena masih banyak yang melakukan pelanggaran KTR termasuk dari
unsur sekolah seperti guru, pegawai, dan siswa sekolah tersebut. Kendala dari
faktor lain yakni kendala dari faktor struktur birokrasi yaitu belum adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab terrhadap pelaksana KTR dan belum
implementasi kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah (studi kualitatif pada SMP
beberapa hal yakni pengetahuan yang kurang, sumber daya yang kurang
mendukung, proses sosialisasi yang tidak optimal, belum ada SOP, komitmen
sekolah yang kurang, dan tidak adanya bimbingan dan pengawasan menyebabkan
Yogyakarta terjadi pada faktor komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur
peraturan daerah Kota Semarang nomor 3 tahun 2013 tentang kawasan tanpa
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi dengan penerapan peraturan daerah
kota Semarang nomor 3 tahun 2013 tentang kawasan tanpa rokok di SMA kota
Semarang.
Tahun 2018.
kawasan tanpa rokok di SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor Tahun 2018.
Rokok
USU.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rokok
Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, rokok adalah
salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap
dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang
10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar
adalah 9000C untuk ujung rokok yang dibakar dan 300C untuk ujung rokok yang
terselip diantara bibir perokok. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang
dihirup melalui dua komponen yaitu komponen yang lekas menguap berbentuk
gas dan komponen yang bersama gas terkondensi menjadi komponen partikulat.
Dengan demikian, asap rokok yang dihisap berupa gas sejumlah 85% dan sisanya
13
mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang
terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut
pasif.
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun menghisap atau
menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok (Kemenkes RI, 2011).
Conrad dan Miller (1996) dalam Sitepoe (2000), menyatakan bahwa seseorang
Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau
isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok (Aditama
2006).
a. Berdasarkan bahan pembungkusnya maka rokok terdiri dari klobot yaitu rokok
yang bahan pembungkusnya berupa daun aren, sigaret yaitu rokok yang bahan
b. Berdasarkan bahan baku atau isi maka rokok terdiri dari rokok putih yaitu rokok
yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberikan saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, rokok kretek yaitu rokok yang bahan
baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, rokok klembak yaitu rokok yang
bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang
c. Berdasarkan proses pembuatannya rokok terdiri dari sigaret kretek tangan (SKT)
yaitu rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan
menggunakan tangan atau alat bantu sederhana, sigaret kretek mesin (SKM) yaitu
rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok dan yang dihasilkan mesin
pembuat rokok adalah berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah
mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang
rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan dengan mesin
pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok
batangan namun dalam bentuk pak. Adapula mesin pembungkus rokok yang
mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak.
d. Berdasarkan penggunaan filter, maka rokok terdiri dari rokok filter (RF) yaitu
rokok yang pada bagian atasnya terdapat gabus, rokok non filter (RNF) rokok
batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Kadar
kandungan zat kimia yang terkadung di dalam rokok memiliki kadar yang
berbeda. Bahkan untuk merk dan jenis antara satu rokok dengan rokok lainnya
pun memiliki kandungan yang berbeda-beda. Asap rokok yang dihirup seorang
perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari
formaldehid dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar,
Kandungan yang paling dominan di dalam rokok adalah nikotin dan tar.
Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nikotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat
cairan, tidak berwarna, merupakan basa yang mudah menguap. Nikotin berubah
warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan
udara, kadar nikotin dalam tembakau sebesar 12%. Kadar nikotin 4-6 mg yang
dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat seseorang ketagihan.
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut
sebagai uap padat. Tar biasanya berupa cairan coklat tua atau hitam yang bersifat
paru-paru perokok menjadi coklat, begitu juga halnya pada gigi dan kuku.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar
dalam rokok berkisar 24-45 mg. Tar yang ada di dalam asap rokok menyebabkan
paralise silia yang ada di dalam saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit
demikian, tidak hanya pada perokok aktif saja yang mendapatkan penyakit
tersebut, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal
dengan sebutan passive smokers. Telah terbukti bahwa passive smokers beresiko
untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, asma dan penyakit paru
yaitu :
gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai hormon dan rangsangan dari sumsum
tulang belakang menyebabkan mual dan muntah. Di lain tempat nikotin juga
menyebabkan rasa nikmat sehingga perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir
serasa lebih cemerlang dan mampu menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain
2. Penyakit Kardiovaskuler
yang terkandung dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang
darah. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan
merokok sebenarnya sama saja dengan menambah risiko terkena jantung koroner,
Penyempitan yang berat atau penyambutan dari satu atau lebih arteri
termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia
penimbunan cairan di paru-paru. Orang yang merokok lebih dari dua puluh batang
tembakau perhari memiliki risiko enam kali lebih besar terkena infark miokard
sekitar 30% dari semua panyakit jantung berkaitan dengan memakai tembakau.
3. Arteriosklerosis
disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10%
kaki sakit saat latihan misalnya berjalan lebih dari 200 meter dan kurang 200
meter, keluhan hilang bila istirahat, tingkat III keluhan yang timbul saat istirahat
umumnya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan sedangkan tingkat IV
adalah jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang dilakukan adalah
usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari yang
bukan perokok.
Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada
tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronchitis dua
kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain
darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Studi
tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru ini. Dari
menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk
berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak
merokok.
7. Impotensi
ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke
penis. Oleh karena itu pembuluh darah, nikotin menyempit arteri yang menuju
penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini
meningkat bersama dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal
8. Kanker
mulut, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus. Tipe kanker yang
umumnya terjadi pada pemakai tembakau adalah kanker kandung kemih, kanker
esofagus, kanker pada ginjal, kanker pada pankreas, kanker serviks, kanker
menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang tiga bulan pada setiap tahun
berjalan selama dua tahun, dinyatakan mengindap bronchitis kronik. Hal ini sering
Perokok metabolisme berbagai jenis obat lebih cepat dari pada non
perokok yang disebabkan enzim-enzim di mukosa, usus, atau hati oleh komponen
sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi daripada non
atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
(2011), yaitu :
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
4. Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri
keluarga.
5. Angkutan Umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa
6. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya.
7. Tempat Umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
dan masyarakat.
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah
dan angkutan umum merupakan ruang lingkup KTR yang dilarang menyediakan
tempat khusus untuk merokok dan merupakan KTR yang bebas dari asap hingga
batas terluar. Sedangkan tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya yang
1. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok;
8. Mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok;
3. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat;
Indikator KTR pada tatanan tempat proses belajar mengajar (Kemenkes, 2011)
adalah:
Indikator Proses
Indikator Input Indikator Output
1. Terlaksananya sosialisasi kebijakan KTR
1. Adanya Kebijakan baik secara langsung (tatap muka) 1. Lingkungan tempat
tertulis KTR. maupun tidak langsung (melalui media proses belajar mengajar
2. Adanya tenaga yang cetak, elektronik). tanpa asap rokok.
diitugaskan untuk 2. Adanya pengaturan tugas dan tanggung 2. Siswa yang tidak
memantau KTR di jawab dalam pelaksanaan KTR. merokok menegur siswa
tempat proses belajar 3. Terpasangnya pengumuman kebijakan yang merokok di
mengajar. KTR melalui poster, tanda larangan lingkungan KTR.
3. Adanya media promosi merokok, mading, surat edaran, pengeras 3. Perokok merokok di luar
tentang larangan suara. KTR.
merokok / KTR. 4. Terpasangnya tanda KTR di tempat 4. Adanya sanksi bagi yang
proses belajar mengajar. melanggar KTR.
5. Terlaksananya penyuluhan KTR dan
bahaya merokok dan etika merokok.
dari pihak yang membutuhkan suatu kebijakan tersebut guna untuk mengatasi
cara yang efektif untuk mengatasi suatu masalah yang sedang terjadi. Dengan
adanya dukungan yang kuat, berarti pihak tersebut sangat membutuhkan suatu
10. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No.
rokok
11. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan
Sumatera Utara
12. Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok
kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan
implementasi kebijakan bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain
1. Faktor Komunikasi
lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena
dan efisien tanpa ada yang dirugikan. Implementasi yang efektif baru akan terjadi
apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik.
Secara umum George C.Edward III membahas tiga hal yang penting dalam proses
Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus disampaikan kepada
implementasi tersebut.
diterima oleh para pelaksana, akan tetapi komunikasi harus jelas juga.
yang akan mendukung kebijakan yang efektif terdiri dari (Winarno, 2012) :
yang ditetapkan.
keterangan dalam bentuk tulisan atau pesan, pedoman, petunjuk dan tata
d. Sarana dan Prasarana : Sarana dan prasarana adalah semua yang tersedia
C. Edward III, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor
tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai
pribadi atau organisasi dari para pelaksana. Jika orang diminta untuk
sudah mencukupi dan para implementor telah mengetahui apa dan bagaimana cara
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik
mendongkrak kinerja struktur birokrasi ke arah yang lebih baik, yaitu dengan
(Winarno, 2012).
birokrasi yang rumit dan kompleks. Hal ini pada gilirannya menyebabkan
kebijakan yang berhasil dinilai pertama dari tingkat kepatuhan, yang kedua
kelancaran rutinitas fungsi, dan yang terakhir yaitu dampak yang diinginkan.
rutinitas fungsi lembaga, dan hasil kebijakan yang sesuai dengan rencana dari
kebijakan.
Berdasarkan teori yang telah di uraikan, maka kerangka pikir penelitian ini
1 Komunikasi
4. Struktur birokrasi
METODE PENELITIAN
Johor. Alasan dipilihnya lokasi ini karena masih banyak guru, staff , pegawai,
orang tua murid serta murid sekolah yang merokok di lingkungan sekolah.
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai selesai
macam informan yang tepat dengan sebanyak mungkin informasi sehingga dapat
diperoleh kebenaran dari data yang disampaikan oleh informan (Sugiyono, 2010).
33
d. Petugas Kantin
1. Wawancara
2. Dokumentasi
3. Observasi
dan tingkah laku subjek penelitian pada waktu tertentu (Djunaidi, 2016)
1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang di
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang
interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan
diperoleh,peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis dan alat perekam
suara. Instrume yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan alat
perekam.
penyuluhan KTR dan bahaya merokok juga etika merokok dari pihak
2. Sumber daya adalah sarana dan prasarana KTR seperti materi sosialisasi
KTR.
tempat proses belajar mengajar 100% tanpa asap rokok dan bebas asap
Teknik analisis data mempunyai tahap yang harus dilakukan setelah proses
1. Reduksi data
lebih focus
2. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif berupa teks naratif dalam bentuk
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data adalah tahap ketiga dalam proses
SD Negeri 067690 Medan Johor atau yang sering disebut dengan SDN 90
Johor terletak di dekat lapangan sejati, tepatnya di Jl. Karya Jaya No.56,
Utara. Sekolah SD Negeri 067690 sudah didirikan sejak tahun 1984 dengan luas
seluruh bangunan sebesar 400m² dengan jumlah 13 ruang kelas yang memiliki
total siswa siswinya secara keseluruhan sebanyak 468 orang, jumlah guru dan
pegawai 22 orang. Sekolah ini salah satu SD negeri terbaik dari 46 SD negeri di
kecamatan medan johor karena sekolah ini merupakan sekolah negeri yang sudah
terakreditasi A.
Visi SD Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor yaitu “Dengan iman dan
taqwa, SD Negeri 067690 Medan Johor menjadi sekolah yang unggul dalam
didik yang religius, memiliki pengetahuan, sikap dan karakter yang baik,
38
dinamika ilmu pengetahuan dan budaya, serta aktif, kreatif, efektif, dan
partisipatif.
sebanyak mungkin informasi sehingga dapat diperoleh kebenaran dari data yang
disampaikan oleh informan. Penelitian ini dapat terwujud oleh karena kesediaan
Kepala Sekolah, Guru Bimbingan Konseling, dua orang murid, Penjaga Sekolah,
Petugas Kantin, Orang Tua murid, Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun
Informan Pernyataan
Informan 1 Tidak Perokok
Informan 2 Tidak Perokok
Informan 3 Perokok
Informan 4 Perokok
Informan 5 Perokok
Informan 6 Perokok
Informan 7 Perokok
Informan 8 Perokok
Informan 9 Tidak Perokok
Informan 10 Perokok
Informan 11 Perokok
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa dari 8 informan yang
kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting,
efektif dan efisien tanpa ada yang dirugikan. Implementasi yang efektif baru akan
terjadi apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang
akan mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang
baik. Secara umum George C.Edward III membahas tiga hal yang penting dalam
Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus disampaikan kepada
implementasi tersebut.
diterima oleh para pelaksana, akan tetapi komunikasi harus jelas juga.
bahwa:
“Saya sudah pernah mendapatkan sosialisasi yang dilakukan pihak dinas terkait
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Saya juga mengetahui bahwa sekolah
merupakan salah satu tempat yang merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).”
(Informan 2)
penerapan kawasan tanpa rokok yaitu pada tahun 2014. Dinas Kesehatan Kota
Medan dibantu oleh pemda Kota Medan, Pusaka Indonesia dengan membuat suatu
pertemuan yang membahas tentang bahaya rokok, dan asap rokok, serta KTR.
Pertemuan tersebut pun mengundang kepala sekolah, dan beberapa siswa dari
berbagai sekolah di Kota Medan. Pada sosialisasi tersebut Dinas Kesehatan Kota
Medan menjelaskan kepada kepala sekolah dari berbagai sekolah di Kota Medan
mengenai apa pengetian Kawasan Tanpa Rokok (KTR), maksud KTR, manfaat
KTR. Tujuan KTR, serta bagaimana cara untuk melaksanakan Kawasan Tanpa
di sekolah masing-masing.
Kota Medan dengan menghadiri undangan pertemuan yang diberikan dari dinas.
Beliau juga mengikuti himbauan yang diberikan oleh dinas kesehatan dengan
Medan Johor.
“Di sekolah ini sudah pernah dilakukan sosialisasi KTR bersamaan dengan
sosialisasi mengenai bahaya rokok.Sosisalisasi itu dilakukan oleh organisasi
mahasiswa pada tahun 2015 kalau saya tidak salah di lapangan sekolah dengan
mengumpulkan seluruh siswa-siswi dan seluruh guru SD ini. Lalu diberikan lah
informasi mengenai bahaya merokok dan KTR itu kepada semua yang kumpul di
lapangan sekolah. Kalau saya belum pernah lakuin sosialisasi KTR itu di sekolah.
Cuma yang dari mahasiswa itu sajalah dek.yakan dulu sudah pernah ada yang
dari mahasiswa itu lagian pun sudah ada tanda dilarang merokok, sudah taunya
mereka itu.sudahlah sudah cukup pahamnya mereka itu dalam melaksanakan
KTR bagaimana tanpa perlu lagi saya sosialisasikan lagi.” (Informan 2)
KTR di sekolah itu, dan menganggap pelaksana KTR di sekolahnya yakni siswa,
guru, tenaga kependidikan, dan karyawan sudah memiliki pemahaman yang cukup
dilakukan di sekolah itu hanya sekali yaitu mengenai bahaya merokok dan
narkoba yang hanya sedikit menyinggung bahwa sekolah merupakan tempat yang
tidak boleh merokok dan itupun dilakukan oleh organisasi mahasiswa bukan oleh
pihak sekolah terhadap pelaksana KTR di sekolah bahkan masih ada informan
sekolah tersebut.
“saya tidak mengetahui kebijakan yang membahas tentang kawasan tanpa rokok
(KTR). Saya tau sekolah KTR. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah tempat tidak
boleh merokok. Tujuannya supaya tidak mencemari udara. Manfaatnya agar
tidak mencemari lingkungan dari asap rokok. Tempat-tempat kawasan tanpa
rokok (KTR) itu rumah sakit, SPBU, tempat lain yang memakai AC.”(Informan 4)
“Saya tidak mengetahui kebijakan yang membahas tentang kawasan tanpa rokok
(KTR). Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah dilarang merokok. Tujuannya karena
asap rokok tidak bagus untuk tubuh. Manfaatnya agar tubuh tetap sehat. Tempat-
tempat kawasan tanpa rokok (KTR) adalah rumah sakit, sun plaza, kantor, SPBU,
kalau sekolah mungkin juga KTR kak, tapi di kelas kelas aja kak.”(Informan 6)
“Saya tidak mengetahui kebijakan yang membahas tentang kawasan tanpa rokok
(KTR) kak.Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah tempat tidak boleh merokok.
Tujuannya karena merokok tidak bagus kesehatan. Manfaatnya supaya tetap
sehat kak. Tempat-tempat kawasan tanpa rokok (KTR) adalah rumah sakit,
kantor, SPBU, kalau sekolah juga kak di dalam kelas-kelas itu tidak boleh
merokok.” (Informan 7)
pemahaman pelaksana KTR sangat rendah dalam implementasi KTR dapat juga
dilihat bahwa pengertian tentang kawasan tanpa rokok (KTR) kurang dimengerti
oleh pelaksana KTR dan informan, dan hanya beberapa dari tempat-tempat
kawasan tanpa rokok yang ditetapkan dalam kebijakan KTR yang dapat
pelaksanaan KTR hanya sebatas di dalam ruangan kelas saja. Ketidakjelasan dan
pelaksana kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yakni kepada siswa, guru,
Tanpa Rokok (KTR), maksud Kawasan Tanpa Rokok (KTR), manfaat Kawasan
dapat melaksana KTR yang lebih baik lagi di sekolah tersebut SD Negeri 067690
tersebut.
mengatakan bahwa sosialisasi KTR di SMA Gadjah Mada sudah berjalan sebagai
mana mestinya dengan melakukan sosialisasi pada saat MOS (masa orientasi
sekolah) pada setiap tahun ajaran baru. Sosialisasi dilakukan dengan cara
peraturan dan tata tertib sekolah termasuk di dalamnya tata tertib KTR di sekolah.
Kepala Sekolah, Guru, dan karyawan adalah selalu mengingatkan untuk tidak
merokok di kawasan sekolah. Sosialisasi juga dilakukan saat rapat sekolah untuk
Mada Yogyakarta.
yang akan mendukung kebijakan yang efektif terdiri dari (Winarno, 2012) :
yang ditetapkan.
keterangan dalam bentuk tulisan atau pesan, pedoman, petunjuk dan tata
d. Sarana dan Prasarana : Sarana dan prasarana adalah semua yang tersedia
beberapa hal agar dapat menerapkan KTR dengan efektif. Antara lain, sarana dan
RI, 2011).
“Sekolah merupakan 100 % kawasan tanpa rokok (KTR) hingga batas terluar
artinya sekolah tidak boleh menyediakan tempat khusus merokok. Beberapa
sarana dan prasarana KTR yang harus ada di sekolah yakni materi sosialisasi
implementasi KTR, pembuatan dan penempatan tanda dilarang merokok. Sasaran
pelaksana KTR di sekolah diantaranya yaitu kepala sekolah, karyawan, guru,
murid, dan pelaksana tersebut harus mempunyai pedoman untuk melaksanakan
KTR.” (Informan 1)
“Sarana dan prasarana kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah ini seperti
spanduk KTR dan tanda dilarang merokok. (Informan 2)
“Sarana dan prasarana KTR ada beberapa yaitu tanda dilarang merokok disetiap
pintu masuk kelas dan spanduk KTR.” (Informan 3)
prasarana KTR di sekolah SD Negeri 067690 sudah ada terdapat tanda dilarang
merokok, Media promosi KTR,dan spanduk KTR namun masih ada informan
berikut :
“sarana dan prasarana kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah ini yaitu tanda
dilarang merokok. Kepala sekolah dan guru BK menjadi pelaksana kebijakan
KTR di sekolah ini.” (Informan 7)
“sarana dan prasarana kawasan tanpa rokok (KTR) ada tanda dilarang merokok.
Kepala sekolah dan guru bimbingan konseling (BK) menjadi sasaran/pelaksana
kebijakan KTR tetapi tidak ada pedoman sebagai informasi untuk pelaksana
kebijakan tersebut.” (Informan 8)
Dari hasil pengamatan lagnsung peneliti, diketahui bahwa Sarana dan
Prasarana kawasan tanpa rokok (KTR) yang ada yaitu media promosi kawasan
tanpa rokok (KTR) berupa poster bahaya merokok dan bahaya narkoba, spanduk
kawasan tanpa rokok (KTR) tapi tidak semua orang yang mengetahuinya karena
letak spanduk tersebut yang tidak strategis yang tertutupi oleh spanduk
penerimaan siswa-siswi baru sekolah tersebut. juga ada tanda tulisan dilarang
merokok di beberapa pintu kelas namun sebagian sudah ada yang lepas dan rusak,
bahkan ada di temukan tempat sampah khusus untuk putung rokok, dan hasil
wawancara dengan kepala sekolah terkait hal tersebut adalah sebagai berikut:
“Tempat sampah itu milik sekolah sebelah, kan sekolah ini berdampingan dengan
sekolah yang sebelah kanan itu, jadi dia memasang itu tanpa izin diletakkan dekat
dengan sekolah ini.kalau sekolah itu sepertinya belum menerapkan KTR. Saya tau
kok kalau sekolah saya KTR tidak boleh menyediakan yang seperti itu untuk
perokok, itupun mau saya bilang ke kepala sekolah yang sebelah untuk
memindahkan tempat sampahnya supaya tidak dekat dengan sekolah ini.”
(Informan 2)
bahwa tempat sampah khusus putung rokok tersebut ternyata milik sekolah yang
itu menempatkan tempat sampah itu dekat dengan gedung sekolah SD Negeri
067690 yang membuat seolah tempat sampah itu milik SD Negeri 067690 karena
letak dan jaraknya yang sangat dekat dengan Sekolah SD Negeri 067690.
Selain sarana dan prasarana kawasan tanpa rokok (KTR), ada pula
sekolah yaitu karyawan/guru/murid bukan hanya kepala sekolah saja, serta semua
“Semua warga sekolah menjadi sasaran pelaksana KTR di sekolah ini. Tidak ada
pedoman KTR sebagai informasi bagi pelaksana kebijakan.” (Informan 3)
Pernyataan itu tidak di dukung dengan pernyataan dari informan yang lain
yakni:
“Kepala sekolah dan guru BK menjadi pelaksana kebijakan KTR di sekolah ini.”
(Informan 7)
konseling (BK) mengatakan semua warga dan semua guru sekolah SD Negeri
067690 menjadi pelaksana kawasan tanpa rokok (KTR), namun dari hasil
Negeri 067690 hanya Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling BK).
“Tidak ada pedoman tentang kawasan tanpa rokok (KTR) karena itu peraturan
disekolah ini.” (Informan 2)
dilarang merokok termasuk peraturan atau tata tertib sekolah tersebut, seharusnya
bahwa SMA Gadjah Mada belum bisa memaksimalkan sumber daya yang ada
untuk melaksanakan KTR, serta sekolah juga belum mempunyai pedoman khusus
C. Edward III, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor
tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai
pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal ini berarti
sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal. Demikian pula
sebaliknya, bila tingkah laku atau perspektif- perspektif para pelaksana berbeda
“Tanggapan saya terhadap implementasi KTR di sekolah ini adalah baik, karena
akan menghindarkan asap rokok yang berbahaya terhadap orang lain di
lingkungan sekolah.” (Informan 3)
terhadap penerapan KTR di sekolah namun hanya sebagian kecil yang mematuhi,
sebagian beasrnya lagi justru melakukan pelanggaran kawasan tanpa rokok (KTR)
di sekolah SD Negeri 06769, dari hal itu dapat disimpulkan bahwa kurangnya
komitmen dari pelaksana kawasan tanpa rokok (KTR) dan informan dalam
positif dari beberapa pihak dengan mematuhi KTR, tetapi masih ada juga yang
bahwa:
“Pernah ada pelanggaran seperti guru di kantin dan orang tua yang merokok dan
di parkiran sekolah, saya juga pernah melakukan pelanggaran di wilayah dekat
sekolah dulu, dan ketahuan oleh guru BK.” (Informan 7)
baik itu dari unsur sekolah seperti siswa, guru dan juga orang tua siswa. Guru
karena sekolah merupakan tempat pendidikan anak sejak dini mengenai pelajaran
dan norma-norma yang baik, maka apabila ada guru, atau pegawai dan warga
yang merokok dilingkungan sekolah maka itu akan menjadi contoh terhadap
murid sekolah tersebut. Kemungkinan besar seorang anak menjadi perokok karena
lingkungan sekolah dan itu merupakan hal yang sangat tidak baik.
murid namun juga pada guru, dan warga atau orang tua murid yang merokok di
KTR yaitu menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan yang diberlakukan apabila
“Sanksi yang diberikan terhadap pelanggar dan saya sendiri yaitu teguran, dan
dilarang untuk melakukan lagi.” (Informan 4)
“Sanksi yang di berikan kepada saya sejauh ini belum ada.” (Informan 10)
diberikan pihak sekolah terhadap pelamggar KTR yakni kepada guru berupa
teguran dan peringatan agar tidak melakukan lagi, kemudian kepada siswa atau
murid yang melanggar KTR diberikan sanksi berupa surat panggilan orang tua
(SPO). Tetapi belum ada sanksi yang diberikan untuk orang tua murid yang
kebijakan sudah mencukupi dan para implementor telah mengetahui apa dan
sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara
mendongkrak kinerja struktur birokrasi ke arah yang lebih baik, yaitu dengan
(Winarno, 2012).
birokrasi yang rumit dan kompleks. Hal ini pada gilirannya menyebabkan
kerja penyusunan kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR) dan pengawas khusus
“Tidak ada dibentuk komite atau kelompok kerja penyusun kebijakan kawasan
tanpa rokok di sekolah ini.” (Informan 2)
“Pengawasan dilakukan oleh guru bimbingan konseling (BK) dan kepala sekolah.
Tidak ada pelatihan bagi pengawas implementasi kawasan tanpa rokok (KTR)
karena kepala sekolah dan guru BK yang berperan aktif dalam menjalankan tata
tertib di sekolah ini.” (Informan 4)
“Pengawas kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah kami yaitu guru bimbingan
konseling (BK) dan kepala sekolah kami kak.” (Informan 7)
067690 Kecamatan Medan Johor tidak ada dibentuk komite atau kelompok kerja
Negeri 067690 Kecamatan Medan Johor pengawasan kawasan tanpa rokok (KTR)
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru bimbingan konseling (BK). Tidak ada
dilakukan pelatihan bagi pengawas kawasan tanpa rokok (KTR) karena dilarang
merokok merupakan tata tertib dari sekolah SD Negeri 067690 dan kepala sekolah
dan guru BK yang berperan aktif dalam menjalankan tata tertib di sekolah ini.
komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan KTR di sekolah, dalam komite
atau kelompok kerja tersebut akan dibentuk pengawas KTR yang secara langsung
“Pengawasan dilakukan dengan cara razia kak tapi itu dilakukan kalau ada yang
melakukan pelanggaran dulu kak, baru dilakukan razianya kak.” (Informan 7)
kawasan tanpa rokok di SD Negeri 067690 dilakukan secara razia dan razia
tersebut dilakukan secara rutin agar implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok
kerja pelaksana kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR) untuk pengawasan KTR
yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling, Walikelas, dan guru mata
pelajaran yang terus di koordinasi oleh Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam
5.1 Kesimpulan
bahwa:
serta penyuluhan KTR dan bahaya merokok juga etika merokok dari pihak
kebijakan kawasan tanpa rokok dan tidak adanya sanksi yang tegas
59
optimal.
5.2 Saran
penyuluhan KTR dan bahaya merokok juga etika merokok dari pihak
strategis agar lebih mudah terlihat, dan mengganti tanda dilarang merokok
bukan hanya kepada murid, guru, warga tetapi juga pada orang tua murid
Aditama, T.Y. 2006. Rokok dan kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.UI-
Press.
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/
Menkes/Pb/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan KTR
(Kawasan Tanpa Rokok).
62
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok .
WHO. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. (diakses pada tanggal 20
Desember 2017).
Winarno, B., 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses, Dan Studi Kasus. (Edisi dan
Revisi Terbaru). Cetakan Pertama. C A P S : Yogyakarta.
Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
A. Faktor Komunikasi
Medan No. 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kepada
sekolah ini?
sekolah ini?
3. Apa sajakah saran dan prasarana Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang
4. Saya melihat ada tempat sampah khusus untuk putung rokok di sekolah
5. Apakah anda tau bahwa sekolah yang telah menerapkan KTR tidak boleh
6. Saya melihat banyak sekali putung rokok di wilayah sekolah, siapa yang
wilayah sekolah?
D. Faktor Birokrasi
2. Apa saja yang menjadi tugas dari komite atau kelompok kerja tersebut?
(KTR)?
di sekolah ini?
Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
A. Faktor Komunikasi
sekolah ini?
Medan?
2. Apa sajakah sarana dan prasarana Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang
guru)
C. Faktor Disposisi
sekolah.
6. Saya melihat banyak sekali putung rokok di wilayah sekolah, siapa yang
wilayah sekolah?
10. Apa sanksi yang pernah bapak terima dari pelanggaran yang bapak
lakukan di sekolah?
D. Faktor Birokrasi
di sekolah ini?
tersebut?
Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
E. Faktor Komunikasi
sekolah ini?
Medan?
5. Apa sajakah sarana dan prasarana Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang
G. Faktor Disposisi
14. Apakah anda pernah melihat warga sekolah melakukan pelanggaran dalam
sekolah.
H. Faktor Birokrasi
di sekolah ini?
tersebut?
Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
sekolah ini?
8. Apa sajakah sarana dan prasarana Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang
13. Apakah adik pernah melihat guru, pegawai, atau warga yang merokok di
sekolah?
14. Apakah ada diberikan sanksi bagi siswa yang merokok di sekolah?
15. Apakah ada yang menegur dan mengawasi sekolah kalau ada yang
Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
sekolah ini?
9. Apa sajakah sarana dan prasarana Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang
15. Apakah anak anda pernah diberikan sanksi surat panggilan orang tua
16. Bagaimana penerapan sanksi SPO yang diberikan oleh pihak sekolah
17. Apakah ada yang menegur dan mengawasi sekolah kalau ada yang
Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Medan No. 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kepada
4. Apa sajakah yang menjadi sarana dan prasarana Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di sekolah?
Informan Pernyataan
Informan 1 Sosialisasi mengenai kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR)
sudah pernah dilakukan pada awal implementasi KTR di kota
Medan, dengan membuat suatu pertemuan dan turut mengundang
kepala sekolah dari berbagai sekolah dengan maksud dan tujuan
agar mereka dapat menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR) di
sekolah mereka dengan baik dan benar.
Informan 2 Saya sudah pernah mendapatkan sosialisasi yang dilakukan pihak
dinas terkait Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Saya juga
mengetahui bahwa sekolah merupakan salah satu tempat yang
merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Di sekolah ini sudah
pernah dilakukan sosialisasi KTR bersamaan dengan sosialisasi
mengenai bahaya rokok.Sosisalisasi itu dilakukan oleh organisasi
mahasiswa pada tahun 2015 kalau saya tidak salah di lapangan
sekolah dengan mengumpulkan seluruh siswa-siswi dan seluruh
guru SD ini. Lalu diberikan lah informasi mengenai bahaya
merokok dan KTR itu kepada semua yang kumpul di lapangan
sekolah. Kalau saya belum pernah lakuin sosialisasi KTR itu di
sekolah. Cuma yang dari mahasiswa itu sajalah dek.yakan dulu
sudah pernah ada yang dari mahasiswa itu lagian pun sudah ada
tanda dilarang merokok, sudah taunya mereka itu.sudahlah sudah
cukup pahamnya mereka itu dalam melaksanakan KTR
bagaimana tanpa perlu lagi saya sosialisasikan lagi
Informan 3 Saya mengetahui kebijakan yang membahas tentang kawasan
tanpa rokok (KTR). Saya sudah pernah mendapatkan sosialisasi
kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah ini. Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) adalah daerah yang tidak boleh merokok.
Tujuannya untuk kesehatan. Manfaatnya agar tidak mencemari
lingkungan dan udara dari asap rokok, karena asap rokok
merupakan polusi. Tempat-tempat kawasan tanpa rokok (KTR)
itu rumah sakit, SPBU, plaza, tempat umum lainnya yang
Informan Pernyataan
Informan 1 Sekolah merupakan 100 % kawasan tanpa rokok (KTR) hingga
batas terluar artinya sekolah tidak boleh menyediakan tempat
khusus merokok. Beberapa sarana dan prasarana KTR yang harus
ada di sekolah yakni materi sosialisasi implementasi KTR,
pembuatan dan penempatan tanda dilarang merokok. Sasaran
pelaksana KTR di sekolah diantaranya yaitu kepala sekolah,
karyawan, guru, murid, dan pelaksana tersebut harus mempunyai
pedoman untuk melaksanakan KTR..
Informan 2 Sarana dan prasarana kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah ini
seperti spanduk KTR dan tanda dilarang merokok. Tempat
sampah itu milik sekolah sebelah, kan sekolah ini berdampingan
dengan sekolah yang sebelah kanan itu, jadi dia memasang itu
tanpa izin diletakkan dekat dengan sekolah ini.kalau sekolah itu
sepertinya belum menerapkan KTR. Saya tau kok kalau sekolah
saya KTR tidak boleh menyediakan yang seperti itu untuk
perokok, itupun mau saya bilang ke kepala sekolah yang sebelah
untuk memindahkan tempat sampahnya supaya tidak dekat
dengan sekolah ini. Sasaran kawasan tanpa rokok/pelaksana
kebijakan adalah semua warga dilingkungan sekolah. Tidak ada
pedoman tentang kawasan tanpa rokok (KTR) karena itu
peraturan disekolah ini.
Informan 3 sarana dan prasarana KTR ada beberapa yaitu tanda dilarang
merokok disetiap pintu masuk kelas dan spanduk KTR. Semua
Informan Pernyataan
Informan 1 Menurut saya implementasi KTR di sekolah sudah mulai berjalan
baik di beberapa sekolah swasta khususnya, dan seharusnya
begitu pula dengan sekolah lainnya agar dapat menerapkan KTR
lebih baik dan lebih baik lagi. Segala pelanggaran KTR harus
diberikan sanksi untuk mengurangi terjadinya pelanggaran di
kemudian hari.
Informan 2 Menurut saya, implementasi kawasan tanpa rokok di sekolah ini
Informan Pernyataan
Informan 1 Seharusnya ada dilakukan pembentukan komite atau kelompok
kerja penyusunan kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR), untuk
menetapkan pengawas kawasan tanpa rokok (KTR) dan cara
efektif untuk melakukan pengawasan tersebut, lalu di lakukan
pelatihan bagi pengawas KTR tersebut
Informan 2 Tidak ada dibentuk komite atau kelompok kerja penyusun
kebijakan kawasan tanpa rokok di sekolah ini. Tidak ada pegawai
khusus untuk pengawasan KTR di sekolah ini, namun
pengawasan dilakukan seharusnya oleh semua guru. Tidak ada
pelatihan bagi pengawas implementasi KTR di sekolah ini.
Pengawasan dilakukan dengan tindakan razia dan mengawasi
murid.
Informan 3 Pengawas implementasi kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah
ini yaitu semua guru. Tidak ada pelatihan bagi pengawas
Mading tata tertib dan peraturan larangan merokok di dalam dan diluar sekolah
Sampah putung rokok dalam tong sampah yang terletak di depan pintu kelas
Tempat sampah khusus putung rokok milik sekolah yang berdampingan dengan
sekolah SD Negeri 067690 yang letaknya berada di dekat gedung sekolah SD
Negeri 067690 yang membuat seolah tempat sampah tersebut milik sekolah
SD Negeri 067690
Pelanggaran KTR yakni orang tua siswa yang merokok di halaman sekolah
NO KEGIATAN KETERANGAN
1 Sosialisasi KTR √
6 Pelaksana KTR √
8 Pelanggaran KTR √