MTBS Puskesmas - 141000334
MTBS Puskesmas - 141000334
MTBS Puskesmas - 141000334
2018
Pratiwi, Nurul
Univesitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8085
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
IMPLEMENTASI MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN
MEDAN TEMBUNG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
NURUL PRATIWI
NIM : 141000334
SKRIPSI
Oleh
NURUL PRATIWI
NIM : 141000334
2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya
karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Nurul Pratiwi
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Ketua
ii
iii
iv
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sampai saat ini sehingga penulis dapat
MEDAN TEMBUNG TAHUN 2018” . Skripsi adalah salah satu syarat yang
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tua tercinta, Ayahanda Sugeng
Widodo dan Ibunda Nurhasti Dalimunthe yang selalu memberikan doa, nasihat,
kasih sayang dan semangat serta segala dukungan dalam bentuk apapun yang
Dalam penyusunan skipsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi
ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, Mhum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Utara.
5. dr. Fauzi, SKM., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing,
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji I Skripsi yang telah banyak
7. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM., MPH., selaku Dosen Penguji II
skripsi ini
9. Dr. Hapni Tanjung selaku Kepala UPT Puskesmas Mandala yang telah
vi
Yogi Nugraha Putra, S.Kom., Adik Muhammad Fadli Fahreza , Annisa Fadila
dan seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan doa, nasihat,
kasih sayang, perhatian, dukungan yang tiada henti dalam bentuk apapun
kepada penulis
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada
kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua Pihak.
Nurul Pratiwi
vii
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ISTILAH xiii
RIWAYAT HIDUP xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 9
Pengertian Puskesmas 9
Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas 9
Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas 10
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 12
Pengertian MTBS 12
Sejarah MTBS 13
Sasaran MTBS 14
Tujuan dan Manfaat MTBS 14
Materi MTBS 16
Komponen MTBS 18
Tenaga Kesehatan yang Melaksanakan MTBS 18
Implementasi Strategi MTBS 19
Penatalaksanaan MTBS 20
Persiapan Penerapan Kegiatan MTBS di Puskesmas 22
Penerapan MTBS di Puskesmas 28
viii
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Peneltian 42
Lokasi dan Waktu Penelitian 42
Informan Penelitian 42
Metode Pengumpulan Data 42
Definisi Opersional 43
Metode Analisis Data 44
Triangulasi 45
DAFTAR PUSTAKA 76
DAFTAR LAMPIRAN
ix
No Judul Halaman
No Judul Halaman
xi
4 Pedoman Wawancara 93
xii
xiii
Medan pada tanggal 22 April 1996. Penulis beragama Islam , bertempat tinggal di
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar MI Negeri Sei Agul
Kecamatan Medan Denai pada tahun 2002 sampai 2008. Kemudian penulis
melanjutkan sekolah di MTs Negeri 2 Medan dari tahun 2008 sampai 2011. Lalu
penulis melanjutkan ke sekolah menengah SMA Al-Ulum Medan dari tahun 2011
Nurul Pratiwi
xiv
Latar Belakang
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dengan salah satu
targetnya yaitu pada tahun 2030 dapat mengakhiri kematian bayi dan balita yang
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per
1000 KH. Dalam pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka
kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan
yang menjelaskan secara rinci penanganan penyakit yang terjadi pada balita.
kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak (Depkes RI, 2008).
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dilakukan pada anak usia 2 bulan-5
tahun karena pada usia tersebut merupakan tahapan perkembangan anak yang
cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit karena sistem imunnya yang
masih rendah.
sebelum usia lima tahun dan lebih dari setengahnya disebabkan oleh 5 kondisi
yang dapat dicegah dan diobati antara lain: pneumonia, diare, malaria, campak
dan malnutrisi. Hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS) 2015 dalam Profil
indonesia sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka
Kematian Balita (AKABA) di Indonesia sebesar 26,29 per 1000 kelahiran hidup,
yang artinya belum mencapai target SDGs sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup.
dari 281.449 bayi lahir hidup, jumlah bayi yang meninggal sebanyak 1.132 bayi
Utara sebesar 54 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian rata-rata nasional
berdasarkan SDKI tahun 2012 sebesar 43 per 1000 kelahiran hidup. Di Kota
Medan, Angka Kematian Bayi (AKB) dalam dua tahun mengalami penurunan
dari 23.703 anak pada tahun 2013 menjadi 22.267 anak pada tahun 2015 ( Dinkes
Melihat tingginya angka kematian pada bayi dan balita maka diperlukan
terhadap balita sakit yang dilakukan secara terpadu dengan memadukan pelayanan
kematian pada bayi dan balita di negara berkembang (Depkes RI, 2008).
menurunkan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan balita
(Soenarto, 2009). .
program kesehatan, akan tetapi suatu standar pelayanan dan tata laksana balita
sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dan bidan di fasilitas
tingkat masyarakat pada daerah yang sulit akses terhadap pelayanan kesehatan.
Terpadu Balita Sakit (MTBS) diawali dengan penilaian dan klasifikasi anak sakit,
menentukan tindakan dan pengobatan atau tindak lanjut, konseling bagi ibu serta
kesehatan yaitu dokter, bidan, dan perawat serta kader yang telah mendapatkan
pelatihan tentang MTBS serta Dinas Kesehatan juga perlu memonitor secara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sarana dan prasarana dalam
melaksanakan MTBS dengan adanya obat dan bahan/alat dalam 6 bulan terakhir
untuk pemeriksaan dan pengobatan balita sakit (Permenkes No.70 tahun 2013).
pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana
pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas
36.928 jiwa. Oleh karena itu, jumlah pasien yang menggunakan fasilitas
2016).
pada tahun 2016 adalah sebanyak 5935 balita dengan jumlah balita penderita
ISPA sebesar 4345 balita , kasus balita dengan gizi buruk sebanyak 4 kasus. Pada
tahun 2017 , jumlah kunjungan balita sebanyak 5067 balita dengan jumlah balita
penderita ISPA sebanyak 3705 balita, kasus balita gizi buruk sebanyak 6 balita
dan gizi kurang sebanyak 50 balita. Pada tahun 2016 Puskesmas Mandala telah
melaksanakan pendekatan program MTBS kepada 576 balita dan pada tahun
pelaksanaan MTBS di puskesmas tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya
Pemahaman petugas dan kader tentang MTBS masih kurang dan pelatihan
pelatihan sehingga pelaksanaan kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari alur
melakukan konseling terhadap ibu, petugas hanya menanyakan sakit yang diderita
jumlah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan MTBS masih sedikit,
MTBS masih bergabung dengan ruang poli KIA yang seharusnya terdapat ruangan
petugas dalam mendukung pelaksanaan MTBS , hal ini dapat dilihat dari tidak
semua balita sakit ditangani dengan pelayanan MTBS, dan pelaksanaannya juga
tidak sesuai dengan bagan pelaksanaan MTBS. Hal ini juga disebabkan karena
Kabupaten Pasuruan kurang berjalan karena petugas yang melayani balita sakit
dengan jumlah balita sakit yang berkunjung, belum adanya alokasi dana yang
namunpelaksanaannya tidak rutin, supervisi masih bersifat umum, serta tidak ada
input, proses, output untuk ketersediaan SDM sudah memenuhi standar hanya saja
jumlah petugas MTBS masih kurang, proses penerapan sudah sesuai dengan
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan masukan dalam evaluasi kegiatan
Bagi peneliti. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan dalam menambah
ilmu pengetahuan dan bahan bacaan yang dapat bermanfaat sebagai referensi
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam
puskesmas meliputi :
dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara
adil tanpa membedakan status sosial , ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
kan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif, (3)
sama inter dan antar profesi, (6) Melaksanakan rekam medis, (7) Melaksanakan
pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan,
penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
yang memfokuskan pada anak seutuhnya, berarti bukan hanya memfokuskan pada
Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan yang terintegrasi dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan secara
pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat
dasar. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan WHO yaitu
merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
pendekatan pelayanan terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO. Pada
kematian bayi lebih dari 40, maka WHO menganjurkan kepada setiap negara yang
1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerja sama dengan WHO dan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut
digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatihan dari
dan update modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program
kesehatan di depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI. Modul MTBS yang
update sampai sekarang Modul revisi tahun 2008, tahun 2010 (Maryuni, 2014).
namun belum seluruh puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab yaitu
sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum
adanya komitmen dari pimpinan puskesmas. Menurut data laporan rutin yang
sudah menerapkan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55% (Dirjen Bina
pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut
umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu : Bayi muda umur
dan kesakitan bayi dan balita, untuk mengurangi kematian, penyakit dan
menyelenggarakan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, meskipun diakui
tidak mudah, namun masih dapat diupayakan karena memang telah ada ukurannya
yakni rumusan standar serta kode etik profesi pada dasarnya merupakan
kesepakatan antara warga profesi itu sendiri, dan karenanya wajib sifatnya untuk
dengan baik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh. Secara umum manfaat
halnya untuk pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang
keseluruhan.
gugatan hukum
5. Pada saat ini sebagai akibat dari makin baiknya tingkat pendidikan
Penilaian. Langkah penilaian yaitu penilaian adanya tanda dan gejala dari
suatu penyakit dengan cara bertanya, melihat, mendengar, meraba dengan kata
lain dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik secara dasar dan anamnesa.
Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik. Penyakit yang dilakukan penilaian oleh MTBS
yaitu :
3. Penilaian dan klasifikasi demam ( demam untuk malaria , demam untuk DBD,
6. Memeriksa anemia
dan efektif dengan ibu untuk memberikan obat dan dosis pemberian obat, baik
yang harus diberikan di klinik maupun obat yang harus diteruskan di rumah.
makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupun
effective IMCI care are in place yaitu memperbaiki sistem kesehatan agar
kesehatan dalam pelayanan manajemen terpadu balita sakit yaitu dokter, bidan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di unit rawat jalan tingkat dasar adalah
paramedis (bidan, perawat) dan dokter. Adapun peran dokter dalam MTBS, yaitu :
form MTBS
terdapat 3 unsur pelaksana pendukung yaitu ibu balita, kader, dan petugas
dengan caregiver utama yang ada di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan untuk
sakit
masyarakat”.
Strategi tersebut meliputi intervensi pada kegiatan preventif dan kuratif dengan
pelayanan rumah.
dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang dilatih.
memeriksa dengan cara ‘lihat dan dengar’ atau ‘lihat dan raba’. Setelah itu
penyakit sangat berat akan dirujuk ke dokter puskesmas, anak yang imunisasinya
belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang
di bawah ini tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan dengan pendekatan
MTBS. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan
6. Memeriksa anemia
Modul-3, 2008)
1. Anak dengan klasifikasi Pneumonia berat atau penyakit sangat berat akan
3. Anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dan
seterusnya.
perlu dilakukan oleh setiap puskesmas yang akan mulai menerapkan MTBS dalam
keterkaitan yang sangat erat dalam hal peran dan tanggung jawab antar petugas
petugas puskesmas dilaksanakan dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh
petugas puskesmas, yang meliputi perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi,
petugas obat, pengelolaan SP2TP, pengelolaan program P2M, petuugas loket, dan
lain-lain. Diseminasi dilaksanakan oleh petugas yang telah dilatih MTBS, bila
2008). Informasi yang harus disampaikan pada diseminasi ini, antara lain :
puskesmas. Secara umum, obat-obat yang digunakan dalam MTBS telah termasuk
dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Laporan Pemakaian dan
digunakan dalam penanganan balita sakit adalah obat yang sudah lazim ada,
c. Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan di pojok
oralit).
f. Timbangan bayi.
g. Termometer.
h. Kasa/kapas.
Pada saat ini, beberapa obat dan alat yang jarang/belum ada di puskesmas
adalah asam nalidiksat, suntikan gentamisin, suntikan kinin, infus set (untuk anak
dan bayi) dan manset anak. Walaupun obat dan alat tersebut belum ada di
puskesmas, tidak akan menghambat pelayanan bagi balita sakit, karena obat
tersebut pada umumnya merupakan obat pilihan kedua atau obat yang dibutuhkan
bagi anak yang akan dirujuk, sehingga pemberian obat tersebut dapat diserahkan
digunakan.
tambahkan jumlah obat yang masih kurang dan usulkan obat yang belum
ada.
c. Bila obat tersebut belum ada dalam LPLPO seperti asam nalidiksat,
adalah timer yang biasa digunakan oleh program ISPA. Jika timer tidak
e. Sebagai alat bantu pelayanan, beberapa obat dan peralatan yang perlu
vitamin A, salep mata, gentian violet, oralit, gelas, sendok dan teko tempat
air, timer ISPA, tensimeter dan manset anak serta alat/model konseling
formulir Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Kartu Nasihat Ibu (KNI)
1. Hitung jumlah kunjungan balita sakit per hari dan hitunglah kunjungan per
kebutuhan formulir MTBS selama satu bulan. Formulit ini adalah untuk anak
bayi muda , didasarkan pada perkiraan jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja
puskesmas, karena sasaran ini akan dikunjungi oleh bidan desa melalui
kunjungan neonatal.
2. Untuk pencetakan KNI hitunglah sesuai jumlah kunjungan baru balita sakit
dalam sebulan ditambah perkiraan jumlah bayi baru lahir dalam sebulan.
3. Selama tahap awal penerapan MTBS, cetaklah formulir pencatatan dan KNI
Untuk mengurangi waktu tunggu balita sakit, maka perlu pengaturan waktu.
Khusus untuk pelayanan bayi muda (sehat maupun sakit) dapat dilaksanakan di
unit rawat jalan puskesmas ataupun pustu, akan tetapi diutamakan dikerjakan pada
saat kunjungan neonatal oleh para bidan di desa. Langkah-langkah dalam alur
lengkap, meliputi:
1. Pendaftaran
4. Pemberian obat
MTBS dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Penyesuaian alur pelayanan
Petugas 1 , di lokasi
Datang
Mengisi formulirMTBS :
Identitas anak
Pendaftaran Status kunjungan
+
Memberi formulir MTBS
+
family forder
Petugas 2, di ruang
pemeriksaan melakukan
1. Pemeriksaan ( Memeriksa dan seluruh langkah sejak
membuat klasifikasi, identifikasi
Pengukuran suhu badan
pengobatan )
Penimbangan berat
2. Konseling (cara pemberian obat di
badan hingga konseling
rumah, kapan kembali, pemberian
makanan)
3. Pemberian kode diagnosa dalam SP3
4. Tindakan yang diperlukan
(pengobatan pra rujukan dan imunisasi)
Petugas 3, di apotik
Pemberian Obat
Rujuk
Pulang
Puskemas.
dilakukan adalah penilaian terhadap jumlah kunjungan balita sakit per hari.
pendekatan MTBS.
c. Bila kunjungannya tidak banyak (kurang dari 10 kasus per hari) akan
MTBS dan jumlah balita sakit per hari cukup besar maka penerapan
MTBS.
besar balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan kapan
2008).
b. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 11-20 orang per hari,
tahap awal dan setelah 3 bulan pertama diharapkan telah seluruh balita
c. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 21-50 orang per hari,
tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit
petugas kesehatan yang telah dilatih MTBS, jumlah kunjungan, penjabaran tugas-
titik beratkan pada saat petugas kesehatan ( pada umumnya bidan di desa)
pertama dilaksanakan pada 7 hari pertama dan kunjungan kedua pada hari 8-28
hari. Selama ini jangkauan pelayanan bayi muda sangat rendah, karena budaya
masyarakat yang menabukan bayi muda keluar rumah sebelum umur 40 hari,
apalagi tidak semua persalinan dilakukan oleh petugas kesehatan. Oleh karena itu
perlu pendekatan lebih aktif yaitu dimulai sejak pelayanan antenatal yang diikuti
sampai masa nifas. Alat bantu yang bisa digunakan adalah register kohort ibu
hamil dan kantong taksiran persalinan, sehingga sebagian besar bayi baru lahir
puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan puskesmas yang lain yaitu
demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami
dalam kode diagnosis dalam SP3 sebelum masuk ke dalam sistem pelaporan. Di
tingkat keluarga, selain mencatat hasil pelayanan pada formulir bayi muda,
petugas juga mencatatnya pada buku KIA, agar ibu dan keluarga dapat
mengetahui keadaan bayi muda dan dapat memberikan asuhan bayi muda di
1. Register kunjungan
5. Register imunisasi
7. Register obat
Bila masih ada alat pencatatan lain yang digunakan oleg program, maka
Bila masih ada alat pelaporan lain yang digunakan oleh program dapat
digunakan juga dalam penerapan MTBS. Dari seluruh laporan yang ada, laporan
bulanan 1/ laporan bulanan data kesakitan (LB1) adalah laporan yang memerlukan
digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak dengan
Memeriksa tanda bahaya umum. Periksa tanda bahaya umum pada anak
sakit. Anak dengan tanda bahaya umum memiliki masalah kesehatan serius dan
2. Memuntahkan semuanya
3. Kejang
Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar bernafas. Anak dengan batuk
pernapasan berat lainnya. Anak yang menderita pneumonia, paru mereka menjadi
kaku, sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat, agar tidak terjadi hipoksia
kaku dan timbul tarikan dinding dada ke dalam (MTBS Modul-2 Depkes RI,
2008).
Menilai batuk atau sukar bernapaas. Anak yang batuk atau sukar
bernapas dinilai untuk : sudah berapa lama anak batuk atau sukar bernapas, napas
1. Klasifikasi pada lajur merah muda berarti anak memerlukan perhatian dan
pengobatan lainnya.
3. Klasifikasi pada lajur hijau berarti anak tidak memerlukan tindakan medis
Ada tiga kemungkinan klasifikasi bagi anak dengan batuk atau kesukaran
bernapas.
Tabel 1.
Gejala dan Klasifikasi Pneumonia Pada Anak Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Gejala Klasifikasi
1. Ada tanda bahaya umum, Tarikan Pneumonia berat atau penyakit sangat
Memeriksa status gizi. Melihat status gizi balita dimulai dari lihat dan
3. Tentukan berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan, disesuaikan
badan sangat kurus, atau BB/PB (TB) < -3SD, atau bengkak pada kedua
punggung kaki.
Memeriksa anemia. Lihat dan Raba : Lihat tanda kepucatan pada telapak
tangan anak :
pucat.
umur anak.
tindakan dan pengobatan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan , antara
lain ;
penyakit, yaitu :
Rujukan untuk anak dengan tanda bahaya umum. Anak dengan tanda
rujukan.
pneumonia berat atau penyakit sangat berat, benar-benar menderita sakit yang
serius dan membutuhkan rujukan segera untuk tindakan seperti oksigen dan lain-
lain. Sebelum anak dirujuk, beri dosis pertama antibiotik yang sesuai, untuk
infeksi berat seperti sepsis atau meningitis (radang selaput otak) (MTBS Modul-3
rujukan segera, harus cepat ditentukan tindakan yang paling dibutuhkan dan
masalahnya
3. Menulis surat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit dan member tahu ibu
4. Member ibu instruksi dan peralatan yang diperlukan untuk merawat anak
klinik atau puskesmas. Tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak
1. Memilih obat oral yang sesuai dan menentukan dosis serta jadwal pemberian
2. Member cairan tambahan dan tablet zinc untuk diare dan melanjutkan
pemberian makan
hari makan obat. Waktu untuk kunjungan dicatat pada tempat yang disediakan di
bagian akhir atau kanan bawah formulir pencatatatan. Waktu kunjungan ulang
disampaikan oleh tenaga kepada ibu balita (MTBS Modul-3 Depkes RI, 2008).
dalam mengajari ibu cara memberikan obat oral di rumah kepada balita yang
menderita pneumonia seperti, menentukan jenis dan dosis obat yang sesuai untuk
umur atau berat badan anak, member tahu ibu alasan pemberian obat kepada anak,
memperagakan cara mengukur satu dosis, mengamati cara ibu menyiapkan obat
satu dosis, menjelaskan cara memberi obat, kemudian bungkus obat diberi tanda
dan lain-lain.
1. Jika frekuensi napas cepat atau nafsu makan tidak membaik, beri antibiotic
a. Jika anak minum antibiotik atau dosis yang diberikan terlalu rendah atau
terlalu jarang, obati lagi dengan antibiotik yang sama. Beri satu dosis di
depan petugas kesehatan dan cek apakah ibu tahu cara member obat di
c. Jika anak telah mendapatkan antibiotik dan petugas tidak punya punya
sakit. Untuk itu, diperlukan suatu pendekatan yangs sesuai untuk puskesmas
dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan
balita. Suatu pendekatan yang saat ini diterapkan pada sebagian besar puskesmas
Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi yang paling Cost Effective yang
memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global. Beberapa alasan
2014).
Kerangka Pikir
Jenis Penelitian
bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih dalam pelaksanaan manajemen
sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan
Informan Penelitian
42
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan dan unutk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
Definisi Operasional
komitmen petugas.
petugas kesehatan, kader kesehatan dan ibu balita. Dalam penelitian ini
pelaksanaan MTBS
MTBS, Kartu Nasihat Ibu (KNI), dan ruangan khusus untuk MTBS yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu alur penatalaksanaan
MTBS.
Menurut Milles dan Huberman (2014) analisis data yang dilakukan dengan penelitian
kualitatif adalah :
tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
bentuk teks naratif. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
matriks.
Huberman (2014) hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau dengan peninjauan kembali serta
upaya dalam menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Triangulasi
berbagai sumber untuk memperoleh data dan mengetahui adanya alasan-alasan akan
Puskesmas yang terletak di Kecamatan Medan Tembung yang terdiri dari 4 kelurahan
yaitu kelurahan bandar selamat, kelurahan bantan, kelurahan bantan timur dan
penduduk 74.179 jiwa dengan perbandingan jumlah perempuan sebanyak 37.251 jiwa
dan jumlah laki-laki sebanyak 36.928 jiwa dan dengan luas wilayah 394 Ha.
Puskesmas Mandala berdiri pada bulan Juni tahun 1982 yang didirikan oleh
Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Pada saat ini Puskesmas Mandala dipimpin oleh
Tabel 2
Data Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2017
Tenaga Kesehatan Jumlah
Dokter Umum 8
Dokter Gigi 3
Bidan 19
Perawat 18
Perawat Gigi 1
Analis 2
Tenaga Kefarmasian 4
Tenaga Kesmas 5
Tenaga Sanitasi 2
Tenaga Gizi 1
Jumlah Tenaga Kesehatan 63
Sumber : Puskesmas Mandala 2017
46
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 3
Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2017
Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas Induk 1
Puskesmas Pembantu 2
Praktek Dokter Umum 8
Praktek Dokter Gigi 9
Praktek Dokter Spesialis 2
Klinik Bersalin 10
Praktek Bidan 15
Apotek 7
Akupuntur 1
Rumah Sakit 2
Jumlah Sarana Kesehatan 57
Sumber : Profil Puskesmas Mandala
Tabel 4
Data Sarana Pendukung Kesehatan di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2017
Sarana Pendukung Jumlah Aktif / Tidak aktif
Posyandu Balita 39 Aktif
Posyandu Lansia 7 Aktif
Posbindu 2 Aktif
Jumlah Sarana Pendukung 91
Sumber : Profil Puskesmas Mandala
adalah:
Tabel 5
Data Geografi dan Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2017
Kelurahan Jumlah KK Jumlah Luas Wilayah
Lingkungan
Bandar Selamat 5.692 12 90 Ha
Bantan 6.279 14 151 Ha
Bantan Timur 3.493 16 89 Ha
Tembung 1.894 6 64 Ha
Jumlah 17.385 48 394 Ha
Sumber : Profil Puskesmas Mandala
Karakteristik Informan
terdiri dari 1 informan Kepala Puskesmas Mandala yang berusia 54tahun dengan
Tabel 6
Karakteristik Informan Penelitian
Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan
Kelamin (Tahun)
dr.Hafni Perempuan 54 S1 Kepala
Tanjung Kedokteran Puskesmas
Mandala
dr.Erwin Laki-laki 56 S2 Tenaga
Hakim Lubis, Kesehatan
M.Kes MTBS
Nurhatimah Perempuan 33 D4 Tenaga
Nasution, Str Kesehatan
Keb MTBS
Aida Lubis Perempuan 38 SMA Kader
Kesehatan
Yanti Sanfitri Perempuan 43 SMP Kader
Kesehatan
Elsa Perempuan 23 SMA Ibu Balita
Apriyani Perempuan 28 D3 Ibu Balita
untuk MTBS. petugas kesehatan mulai melakukan pengukuran suhu badan dan
yang dibutuhkan. Kemudian dilakukan konseling kepada ibu balita hingga tindak
lanjut yaitu pengobatan di rumah dan di rujuk di rumah sakit untuk perawatan
balita datang ke meja administrasi untuk mendaftarkan anaknya, setelah itu balita
dilakukan pengobatan. Di ruangan diukur berat badan, tinggi badan dan suhu
badan, setelah itu dilakukan pengisian formulir MTBS tetapi ada juga yang tidak
mengisi formulir MTBS disebabkan karena petugas tidak sempat untuk mengisi
formulir karena pasien yang sangat banyak. Kemudian balita diperiksa tanda
bahaya umum serta ditanya keluhan balita oleh dokter, sehingga dapat
Konseling yang diberikan yaitu cara pemberian obat kepada balita di rumah dan
cara pemberian makanan kepada balita. Kemudian dokter melakukan tindak lanjut
apakah perlu dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut
atau pengobatan di rumah yaitu dengan memberikan resep obat kepada ibu balita
Pemeriksaan Fisik
(oleh Bidan/petugas MTBS)
Pendaftarandi Pengukuran Berat Badan
Datang bagian Pengukutan Tinggi Badan
Admnistrasi Pengukuran Suhu Badan
Rujukan
Tindakan Pengobatan
(oleh Dokter)
Pengambilan Pulang
Terapi
Obat
Konseling
Penulisan resep
No.75 Tahun 2014). Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta
berikut :
“.... Kalau jumlah tenaga kesehatan masih kurang, lihat saja pasien disini
banyak, dengan tenaga kesehatan cuma 2 orang, yaitu saya dan dokter
erwin, mana sanggup kita kalau semua mau kita sesuaikan dengan MTBS
dan saya juga gak megang program ini aja dek, sedangkan balita yang
datang sangat banyak, terkadang kami kewalahan menangani pasien yang
datang, seharusnya ada penambahan petugas untuk pelayanan MTBS
ini....” (Informan 3).
“....Petugasnya sedikit dek, soalnya kan disini pasiennya banyak jadi lama
ngantrinya, anak saya uda sampai rewel gini....” (Informan 7).
Mandala yang terdiri dari Kepala Puskesmas dan 2 orang Petugas Kesehatan.
mencukupi dan ada tenaga kesehatan pelaksana MTBS yang tidak mengikuti
yang menyebabkan pelaksanaan MTBS tidak dapat berjalan secara optimal, serta
informan dari ibu balita juga menyatakan bahwa pasien sangat banyak sehingga
menjadi rewel.
daya manusia yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
Sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi
perencanaan dan pelaku aktif dari segi aktifitas organisasi. Tenaga kesehatan
Sakit (MTBS) namun hanya satu orang yang mengikuti pelatihan MTBS. Pasien
balita sakit yang berobat ke puskesmas setiap harinya paling sedikit 7 orang dan
dalam pelaksanaan MTBS yang ditangani itu ada pneumonia, ada diare, demam,
status gizi dan status imunisasi dengan pengetahuan tenaga kesehatan yang kurang
menjadi lebih lama dan waktu tunggu balita sakit semakin lama karena tenaga
kesehatan hanya mengharapkan diagnosa dari dokter saja dengan pasien yang
banyak dan teanga kesehatan hanya mengisi formulir MTBS saja. Akibat waktu
tunggu balita sakit semakin lama sehingga menyebabkan balita menjadi rewel.
dan tenaga kesehatan yang mengelola MTBS memegang program lain sehingga
membuat beban kerja mereka yang tinggi serta tidak sesuai dengan jumlah pasien
balita yang datang sangat banyak akibatnya tenaga kesehatan menjadi kewalahan
pendekatan MTBS. Oleh karena itu diperlukan penambahan tenaga kesehatan dan
Tabel 7
Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pendanaan Pelaksanaan MTBS di
Puskesmas Mandala
Informan Pernyataan
Informan 1 Dana untuk melaksanakan pelayanan MTBS sangat
(Kepala Puskesmas) minim. Selama ini sistem Pendanaan Untuk MTBS
berasal dari dana BOK dan terkadang dari kantong
sendiri. Iya dek, itu lh dek penyediaan sarana dan
prasarana diambil dari dana APBD seperti untuk
obat-obatannya tapi dana itu pun dek kurang bisa
menutupi , saya pun bingung ntah kemana larinya
dana itu.
Informan 2 Biasanya untuk pendanaan MTBS di Puskesmas
(Tenaga Kesehatan) menggunakan dana dari BOK, saya pun kurang tau
dek, sebaiknya adek langsung tanyak aja ke kepala
puskesmasnya.
Informan 3 Saya kurang tau secara jelas bagaimana mengenai
(Tenaga Kesehatan) pendanaan untuk MTBS saat ini. Namun setau saya
dan yang digunakan itu berasal dari dana BOK dan
dari APBDtapi itu pun dek rasa saya ntah kemana
pun dananya dek, kayak kalau saya melakukan
kunjungan ke rumah-rumah kadang saya dapat uang
minyak lah kita bilang , kadang saya gak dapat,
makanya saya pun jarang melakukan kunjungan
kerumah-rumah gitu dek.
Berdasarkan pernyataan informan yang terdiri dari kepala puskesmas dan
menunjukkan bahwa sumber dana untuk pelaksanaan MTBS berasal dari dana
(APBD). Sebernarnya dana BOK untuk pelaksanan MTBS sangat minim sehingga
kota/kab yang akan diteruskan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kab selaku kuasa
MTBS namun dana BOK untuk MTBS belum mencukupi dan sangat minim
kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat
program, maka hasilnya pun akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan
seefisien mungkin dan semakin kecil dana yang digunakan untuk sebuah program,
maka program hanya berjalan lambat dan hasilnya pun tidak akan efisien. Akibat
dari minimnya dana maka tenaga kesehatan tidak akan dapat menjalankan
sebagai berikut :