1 SM
1 SM
1 SM
Abstract
Sayung coast is a area with a growing residential, sea ranching, and industrial area. Those aspects produce create
waste that could harm the environment, directly or indirectly. Plankton is a biologic component that is used to indicate
the changes of water quality in waters that has been polluted. These goals of this research are to know the water quality
in Sayung coast area from the abundance of the plankton, physical-chemical parameter of the water, and also the status
of water saprobity. The samples are taken in July 2017 and April 2018, in Sayung coast waters, Demak. Plankton
sampling and water from 5 sampling stasions are considered to represent the diversity of the plankton and water stability.
Plankton is sampled using plankton net No.25, then preserved using 70% alcohol + 4% formaldehyde. The abiotic data
measureted is nitrate content, temperature, pH, salinity, DO, and turbidity. Data analysis are done using Shannon
Weiner’s diversity index (H’), diversty index (e), domination index (C), saprobic index. The result shows that there are
49 species of planktons are found, which are 38 fitoplankton, and 11 zooplankton. The highest group is Bacillariophyta
which is 14,24%. The diversty index value of H’ 1,58 – 2,45; therefore the Sayung coast waters is catagorized as stable.
The index value of e ranges from 0,64 – 1; index C values ranges from 0,08 – 0,22; and the saprobirity index value is in
β-Meso/Polisaprobik to α-Mesosaprobik phase with a very light to very high pollution levels. The physical-chemical
parameter analysis of Sayung coast waters in overall is still suitable to support plankton’s life.
Abstrak
Wilayah pantai Sayung merupakan wilayah pesisir dengan aktifitas pemukiman, pertambakan, kawasan industri
yang semakin padat. Hal tersebut menghasilkan limbah yang secara langsung maupun tidak langsung berpotensi
mencemari lingkungan. Plankton merupakan komponen biologi yang di manfaatkan untuk mengetahui perubahan
kualitas perairan yang terkena dampak dari kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan
di wilayah Pantai Sayung dilihat dari kelimpahan keanekaragaman plankton, parameter fisika-kimia perairan serta status
saprobitas perairan. Pengambilan sampel pada bulan Juli 2017 dan April 2018, di perairan Pantai Sayung, Demak.
Pengambilan sampel plankton dan air dari 5 lokasi pengambilan sampel dianggap mempresentasikan keragaman
plankton dan kestabilan perairan. Plankton di sampling menggunakan plankton net No.25, kemudian diawetkan
menggunakan alkohol 70% + formalin 4%. Data abiotik berupa analisis kandungan nitrat, suhu, pH, salinitas, DO dan
turbiditas. Analisis data dihitung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), indeks keseragaman (e),
indeks dominansi (C), indeks saprobik. Hasil analisis plankton ditemukan 49 jenis, yaitu 38 fitoplankton dan 11
zooplankton. Kelompok yang paling tinggi adalah Bacillariophyta yaitu 14,21%. Nilai Indeks H’ (1,58 – 2,45); maka
perairan Pantai Sayung masuk dalam kategori cukup stabil. Nilai Indeks e berkisar antara 0,64 – 1; nilai Indeks C
berkisar antara 0,08 – 0,22; dan nilai indeks saprobitas berada pada fase β-Meso/Polisaprobik sampai α-Mesosaprobik
dengan derajat pencemaran sangat ringan sampai agak tinggi. Hasil analisis parameter fisika kimia perairan Pantai
Sayung secara keseluruhan masih layak untuk mendukung kehidupan plankton
Di mana :
𝑁 : Kelimpahan plankton (ind/L)
𝑇 : Jumlah kotak dalam SRC (1000)
𝐿 : Jumlah kotak dalam satu lapang pandang
𝑃1 : Jumlah plankton yang teramati
𝑃2 : Jumlah kotak SRC yang diamati
𝑉1 : Volume air dalam botol sampel
𝑉2 : Volume air dalam kotak SRC
𝑊 : Volume air yang tersaring.
Analisis Data
Indeks Keanekaragaman (H’)
Keanekaragaman plankton dihitung
berdasarkan rumus Shannon Wiener (Odum,
1998) :
H’ = - Ʃ pi .ln pi dengan 𝑝𝑖 = 𝑛𝑖 𝑁
Di mana :
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel 𝐻’ : Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener.
𝑛𝑖 : Jumlah genus ke-i.
Pengambilan Sampel Plankton 𝑁 : Jumlah total genus.
Pengambilan sampel menggunakan plankton Dengan kriteria: H’<1: Kestabilan komunitas
net no. 25 dengan cara menyaring 30 liter air. rendah , 1<H’< 3: Kestabilan komunitas sedang,
Sampel dipindahkan dalam botol sampel dengan dan H’>3: Kestabilan komunitas tinggi (Odum,
80 ml. Setiap botol sampel diberi label dan 1998).
dilakukan pengawetan dengan formalin 4%.
Sempel siap diidentifikasi di laboratorium. Indeks Pemerataan (e)
Pengukuran parameter fisik-kimia, yaitu Perataan plankton dihitung dengan rumus:
kekeruhan, pH, suhu, salinitas, dan DO diukur
dengan menggunakan ‘water checker’ Horiba U- e= Hmaks = ln S
50 pada setiap stasiun.
Di mana :
Analisis Laboratorium
𝑒 : Indeks Perataan jenis
Analisis sampel fplankton dilakukan di
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik 𝐻’ : Indeks Keanekaragaman jenis
Departemen Biologi Fakultas Sains dan 𝐻′𝑚𝑎x :Indeks Keanekaragaman Maksimum
Matematika Universitas Diponegoro dan S :Jumlah Jenis
Laboratorium Terpadu Center of Marine Ecology Kriteria : e > 0,6: tingkat kemerataan
for Sustainable Aquaculture (Ce-MEBSA) taksa merata, indeks e 0,4–0,6: tingkat
Universitas Diponegoro. kemerataan taksa cukup merata, dan dimana
indeks e<0,4: tingkat kemerataan taksa tidak
Kelimpahan fitoplankton dihitung berdasarkan merata (Odum, 1998).
rumus APHA (2005): Indeks Dominansi (C)
Indeks Dominansi plankton dapat dihitung
N= x x x dengan rumus sebagai berikut (Odum, 1998) :
C = Σ (ni / N)2
Isnaini Nurul Maya Evita, Riche Hariyati dan Jafron Wasiq Hidayat
1500
1400
Chaetoceros sp
1300
1200
Jumlah Total Individu (ind/L)
Coscinodiscus sp
1100
1000
Gyrosigma attenuatum
900 (Kutzing) Rabenhorst
800
Nitzschia sp
700
600
Pleurosigma sp
500
400
Rhizosollenia hebetata
300 Bailey
200
Trichodesmium
100 erythraeum Ehrenberg
0 ex Gomont
St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 1 St 2 St 3 St 4 St 5
Musim Kemarau Musim Hujan
Gambar 3. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan Pantai Sayung Kabupaten Demak
Jenis plankton yang umum ditemukan pasang dan banjir rob di wilayah tersebut ikut
hampir di semua stasiun antara lain Coscinodiscus mempengaruhi persebaran dan pendistribusian
sp., Pleurosigma sp., Trichodesmium erythraeum spesies plankton.
Ehrenberg ex Gomont. Secara umum, Keanekaragaman plankton di Perairan Pantai
Coscinodiscus sp., Pleurosigma sp., merupakan Sayung berkisar antara 1,58 – 2,45 artinya
diatom yang kosmopolit dan toleran terhadap keanekaragaman tergolong keanekaragaman
perubahan lingkungan yang terjadi. Hal tersebut sedang. Nilai tersebut menggambarkan kestabilan
sesuai dengan pendapat Soedarsono (2013), bahwa komunitas plankton dalam kondisi cukup stabil.
Coscinodiscus sp., Pleurosigma sp., termasuk jenis Nilai indeks pemerataan plankton di lokasi
fitoplankton yang mampu mempertahankan penelitian relatif tinggi (>0,6) atau mendekati 1
dirinya terhadap kondisi perairan yang buruk. yang mengindikasikan tidak ada jenis yang
Menurut Haumahu (2004), spesies Coscinodiscus dominan. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai
sp., Pleurosigma sp., dapat digunakan sebagai indeks dominansi yang secara umum juga relatif
indikator pencemaran bahan organik. rendah (<0,5) (Gambar 3 dan Gambar 4).
Kelimpahan T. erythraeum dipengaruhi oleh Stasiun 5 secara konsisten baik musim
faktor lingkungan seperti tahan terhadap kisaran kemarau dan musim hujan merupakan perairan
suhu yang tinggi (Asriyana, 2012). Adapun suhu garis pantai memiliki nilai indeks (H’) tertinggi
dan salinitas pada perairan Pantai Sayung (kecuali yaitu antara 2,21 – 2,45. Nilai tersebut tergolong
Stasiun 1), berkisar antara 29,6 – 31°C dan 26,2 – cukup stabil, sehingga masih dapat bertahan jika
31,3 ppt. Kisaran suhu dan salinitas tersebut dapat terjadi gangguan.
mendukung pertumbuhan T. erythraeum. Hal ini
sesuai dengan Devassy (1984), bahwa suhu air
yang berkisar antara 27 - 32°C adalah suhu terbaik
untuk pertumbuhan T. erythraeum, serta kisaran
salinitas pada saat terjadinya ledakan populasi T.
erythraeum adalah 35 – 35,5 ppt.
Spesies plankton yang didapatkan selama
penelitian paling banyak dengan prosentase cukup
besar adalah plankton air laut (55%). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa fenomena terjadinya air
Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air
3
2.44 2.45
sedang dengan kestabilan cukup stabil. Rendahnya
2.5 2.19 2.2 2.14 2.3 2.19 2.21 nilai H’ pada Stasiun 3 disebabkan adanya
2 1.74 fenomena banjir rob yang menggenangi kawasan
1.58
tambak sepanjang hari. Selain itu, karena turbiditas
Nilai H'
1.5
yang tinggi yaitu sebesar 29,76 NTU. Menurut
1 Wijaya dan Hariyati (2011), bahwa kekeruhan air
0.5 disebabkan oleh lumpur, partikel tanah, potongan
tanaman atau fitoplankton. Indeks
0
keanekaragaman yang rendah juga didukung
dengan nilai e berkisar 0,81-0,97 dan nilai C
StKemarau
1… berkisar 0,12-0,18, yang cenderung
StHujan
1 hujan memperlihatkan ada spesies yang mendominansi.
Gambar 4. Indeks Keanekaragaman (H')
Kualitas Perairan
Tingginya keanekaragaman pada stasiun ini Secara umum, kualitas perairan di Pesisir
dipengaruhi oleh nilai DO (5,98 – 8,5 mg/L) yang Pantai Sayung berdasarkan parameter fisika kimia
lebih tinggi dari stasiun lainnya. Tingginya nilai perairan masih tergolong baik dan dapat
DO pada stasiun ini dikarenakan oleh adanya menunjang kehidupan organisme akuatik. Hasil
faktor gelombang air laut dan pasang surut air laut. pengukuran fisika kimia di perairan Pantai Sayung
Hal ini sesuai dengan Wahyulfatwatul dkk., selama penelitian disajikan dalam Tabel 1.
(2017), bahwa perairan yang dinamis (berombak)
atau berarus memiliki ketersediaan kandungan Tabel 1. Data Fisika – Kimia Per Stasiun di Perairan
oksigen terlarut yang lebih baik dibandingkan Pantai Sayung Kabupaten Demak
perairan tenang.
Nilai indeks H’ tersebut didukung indeks A. Musim Kemarau
pemerataan yang tinggi yaitu berkisar antara 0,70 Parameter Stasiun
– 0,83; menunjukkan komposisi individu tiap 1 2 3 4 5
Salinitas (ppt) 26,13 30,7 30,7 30,2 34
spesies tersebut merata. Hal ini berkaitan dengan
pH 7,4 7,5 7,7 7,5 7,8
nilai indeks dominansi. Nilai indeks dominansi Turbiditas 20,26 19,73 26,35 22,81 24,24
Stasiun 5 yaitu 0,08 – 0,2 (Gambar 4). Indeks (NTU)
dominansi musim hujan (0,2) menunjukkan DO (mg/L) 5,7 6 7,8 8,1 8,5
adanya spesies dominan, yaitu Rhizosollenia Suhu (°C) 30,2 31,2 30,4 31,5 32
hebetata. Nitrat (mg/L) 6,882 4,530 2,193 0,128 0,174
1.2
Indeks e B. Musim Hujan
0.98 0.95 0.97 1
0.96 Indeks C Parameter Stasiun
1
0.88 1 2 3 4 5
0.81 0.83
Salinitas (ppt) 19,7 26,2 25,8 29,3 31,3
0.8
Nilai e, Niai C
Tabel 2. Baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 mg/L musim penghujan. Angka tersebut masih
layak untuk pertumbuhan organisme perairan,
Parameter Kelas karena sesuai baku mutu kelas II (perairan
I II III IV budidaya). Tingginya kadar DO dikarenakan
Salinitas (ppt) < 0,2 ˃ 20 - - Stasiun 5 merupakan perairan garis pantai yang
pH 6–9 6–9 6–9 5–9
telah mendapat pengaruh dari adanya gelombang
Turbiditas ≤5 ≤5 - -
(NTU) laut, sehingga dapat menaikkan kelarutan oksigen
DO (mg/L) ≥6 ≥4 ≥3 0 terlarut di dalam perairan.
Suhu (°C) Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Menurut Barus (2002), secara umum
kandungan DO lebih tinggi diwilayah pantai
N total (mg/L) 10 10 20 20 dibandingkan dengan laut lepas. Rendahnya kadar
DO di Stasiun 1 dan Stasiun 2 (musim hujan),
Nilai pH terendah di Stasiun 1 dan Stasiun 2
(musim hujan) berkisar 5,7-5,9. Rendahnya pH disebabkan proses fotosintesis oleh fitoplankton
terjadi secara alami. Namun dengan nilai hanya
diduga karena tingginya dekomposisi materi
organik. Saat memasuki musim hujan, biasanya sedikit lebih di atas 4 mg/L berarti proses
air akan terangkat ke permukaan sehingga terjadi fotosintesis belum terjadi secara optimal.
Plankton yang ditemukan dan
perubahan pH yang rendah. Hal ini disebabkan
mengindikasikan kualitas perairan terdapat
oleh banyaknya asam karbon dari sisa
cemaran adalah Chaetoceros sp., Coscinodiscus
metabolisme ikan. Menurut Siregar (2009), pH
akan semakin menurun menuju pada kondisi asam sp., Navicula, Nitzschia sp., Oscillatoria, Melosira
sp., Pinnularia sp., Closterium sp., Ceratium sp.,
karena semakin bertambahnya bahan – bahan
organik yang membebaskan CO2 jika mengalami Euglena Viridis.
penguraian. Nilai pH berkaitan dengan kondisi Indeks Saprobitas Perairan
oksigen terlarut dimana saat DO rendah maka pH Kualitas suatu perairan juga dapat diketahui
menjadi asam demikian pula sebaliknya. Hal ini melalui indeks saprobitas (X). Koefisien saprobik
dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa nilai secara keseluruhan menunjukkan bahwa perairan
kisaran DO pada musim hujan lebih rendah Tabel Pantai Sayung tercemar ringan sampai agak tinggi
2B. dengan kategori fase β-Meso/Polisaprobik sampai
Pengukuran nilai oksigen terlarut (DO) di α-Mesosaprobik (Tabel 3)
lokasi penelitian berkisar antara 5,7 – 8,5 mg/L
musim kemarau dan berkisar antara 4,6 – 5,96
Musim Kemarau
Stasiun 1 -1 α-Mesosaprobik Agak tinggi Banyak senyawa organik
Stasiun 2 +1 β-Meso/Polisaprobik Ringan/Rendah Senyawa organik dan anorganik
Stasiun 3 -1 α-Mesosaprobik Agak tinggi Banyak senyawa organik
Stasiun 4 +1 β-Meso/Polisaprobik Ringan/Rendah Senyawa organik dan anorganik
Stasiun 5 +0 β/ α-Mesosaprobik Sedang Senyawa organik dan anorganik
Musim Hujan
Stasiun 1 -1 α-Mesosaprobik Agak tinggi Banyak senyawa organik
Stasiun 2 -1 α-Mesosaprobik Agak tinggi Banyak senyawa organik
Stasiun 3 -1 α-Mesosaprobik Agak tinggi Banyak senyawa
Organic
Stasiun 4 +0 β/ α-Mesosaprobik Sedang Senyawa organik dan anorganik
Stasiun 5 -1 α-Mesosaprobik Agak tinggi Banyak senyawa organik
Berdasarkan nilai dari parameter fisika-kimia semua stasiun tercemar agak tinggi kecuali Stasiun
perairan yang diperoleh menggambarkan bahwa 4. Hal ini diduga karena pengaruh musim dan
kondisi perairan Pantai Sayung masih berada pada waktu pengambilan sampel saat penelitian.
baku mutu kelas II menurut PP No. 82 tahun 2001. Disamping cemaran dari limbah industri, juga ada
Akan tetapi berdasarkan koefisien saprobik (X), penambahan resuspensi kekeruhan karena hujan
musim kemarau terutama Stasiun 1 dan Stasiun 3 dan adanya gelombang yang terjadi akibat
tercemar agak tinggi, sedangkan musim hujan fenomena banjir rob, sehingga pada musim hujan
Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air