Makalah Rumpon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DASAR – DASAR PENANGKAPAN


RUMPON BIASA

OLEH :
NADYA NUR FADHILA
SUGIHASTIRA
NURHIKMA
ELMATIANA APPA
ZALEHA
INTANIA LIMBONG
ASDARIANA
PUTRI AYU NINGSI
ASRIADI
FEBRINA SAFIRA
REZKIA CITRA RAMADANI REGAR
DZULHEYDRA

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MARITIM


BALIK DIWA MAKASSAR
1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
RUMPON.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen
Warda Susaniati, S.Pi., M.Si pada bidang studi Dasar – dasar pengolahn perikanan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Rumpon
Biasa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimah kasih kepada Ibu Dosen Wardah Susaniati, S.Pi.,M.Si
selaku Dosen bidang studi Dasar – dasar Penangkapan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini kami berharap apa yang sudah kami teliti bisa
bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran terkait ide tulisan maupun
penyusunannya kami akan menerimanya dengan senang hati.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 KARAKTERISTIK IKAN........................................................................................................6
2.2 DAERAH PENANGKAPAN....................................................................................................6
2.3 RUMPON...................................................................................................................................7
2.4 RUMPON SEBAGAI ALAT BANTU DAPAT MENINGKATKAN HASIL
TANGKAPAN...............................................................................................................................15
2.5 ALAT TANGKAP YANG DAPAT DIGUNAKAN DISEKITAR RUMPON.....................16
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
KESIMPULAN..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSAKA...........................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan, khususnya ikan pelagis adalah sangat
terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari gerombolan ikan yang berkaitan erat
dengan daerah penangkapan ikan. Seperti nelayan yang mau menangkap ikan yang berangkat
dari pangkalan bukan untuk menangkapnya, sehingga selalu berada dalam ketidak pastian
tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga
menjadi tidak pasti.

Rumpon merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana
mempunyai kontruksinya menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat
di perairan laut yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencarai makan, memijah, dan
berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan di laut,
untuk mengefisienkan oprasi penangkapan bagi para nelayan.

Dalam memilih dan menentukan daerah penangkpan, harus memenuhi syarat-syarat antara
lain : kondisi daerah penangkapan harus sedemikian rupa sehigga ikan mudah datang dan
berkumpul, daerahnya aman dan alat tangkap mudah dioperasikan, daerah tersebut harus
daerah yang secara ekonomis menguntungkan.

Alat tangkap yang dapat dioperasikan di sekitar rumpon adakah rawai tuna, pole and line,
pancing ulur, pukat cincin, jaring insang dan lain –lainya. Jenis-jenis yang ada disekitar
rumpon adalah jenis ikan yang hidup di permukaan perairan antara lain : ikan tuna,ikan
cakalang, ikan tongkol, ikan lemuru,ikan kembung dan lain- lainya

Indonesia telah diakui dunia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 2/3 dari
wilayah kedaulatannya adalah wilayah laut dengan luas 5,8 juta km2 yang terdiri dari wilayah
territorial dengan luas 3,1 km2 dan wilayah ZEEI dengan luas 2,7 km2, dan terdiri dari
17.504 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan memiliki kandungan sumberdaya
alam khususnya sumberdaya hayati ( ikan ) yang berlimpah dan beraneka ragan. Menurut

4
Komnas Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut (Komnas Kajiskanlaut, 1998), potensi
sumberdaya ikan laut di seluruh perairan Indonesia, di duga sebesar 6,26 juta ton per hatun,
sementara produksi tahuanan ikan laut Indonesia pada tahun 1997 mencapai 3,68 juta ton. Ini
berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia baru mencapai 58,80%.

Pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia di berbagai wilayah tidak merata. Di beberapa
wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya,
sedangkan di beberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap atau
overfishing.

Hal tersebut dapat disebabkan karena pengelolaan potensi sumberdaya perikanan tidak
dikelola secara terpadu. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya data dan informasi
mengenai potensi sumberdaya perikanan wilayah Indonesia. Kurangnya data dan informasi
menyebabkan potensi perikanan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari.

Keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan tergantung pada pengetahuan yang cukup
mengenai tingkah laku ikan. Beberapa jenis ikan pelagis mempunyai sifat mudah tertarikdan
berkumpul di sekitar benda-benda yang terapung di laut. Bahkan ikan tuna dan cakalang
sering ditemui berenang-renang mengikuti gelondong-gelondong kayu yang hanyut dan juga
kadang-kadang bergerombolan bersam-sama dengan ikan lumba-lumba, cucut dan
sebagainya. Kejadian ini sering kali dimanfaatkan oleh nelayan untuk usaha penangkapan dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pengembangan usaha perikanan dengan memanfaatkan
benda-benda terapung, para nelayan yang mencari nafkah dengan menggunakan berbagai
ragam alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan yang telah dikenal masyarakat nelayan
sebagai alat pengumpul ikan atau selama ini masyarakat nelayan mengenal salah satu adalah
rumpon. Alat bantu penangkapan ikan yang oleh masyarakat nelayan dikenal sebagai alat
pengumpul ikan, yaitu rumpon.

Masalah utama yang dihadapi dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan khususnya
ikan pelagis adalah sangat terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari gerombolan
ikan yang berkaitan erat dengan daerah penangkapan ikan. Seperti nelayan yang mau
menangkap ikan yang berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk
mencari lokasi penangkapan terlebih dahulu baru menangkapnya sehingga selalu berada
dalam ketidak pastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil
tangkapannya juga menjadi tidak pasti.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KARAKTERISTIK IKAN


Ikan dalam arti sebenarnya adalah makhluk hidup / binatang bertulang belakang yang selama
hidupnya (hidup) di dalam air, bernafas dengan insang, berdarah dingin, bersisik / tidak, dan
bersirip (berpasangan dan tunggal).

Ikan-ikan yang hidup di sekitar rumpon ada yang hidup dipermukaan (pelagis), ada juga yang
hidup di dasar periran (demersal) ikan yang hidupnya di permukaan perairan ( pelagis )
dengan ciri-cirinya antara lain seperti hidup bergerombolan atau berkelompok, berenang
cepat, warnanya cerah, pada umunya hidup di daerah neritik dengan kedalaman perairan 0 -
200 meter ikan-ikan pelagis ini banyak bernilai ekonomis penting, juga berfungsi sebagai
konsumen anatar dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan, sedangkan ikan-ikan
yang hidup di perairan dasar (demersal) dengan ciri-ciri antara lain warnanya gelap, pada
umunya hidup tidak bergerombolan (sendiri), bentuknya bervariasi.

Berdasarkan habitatnya ikan pelagis dibagi menjadi ikan pelagis kecil dan pelagis besar.
Menurut Komnas Kajiskanlaut, 1998, yang termasuk ikan-ikan utama dalam kelompok ikan
pelagis besar diantaranya; Tuna dan Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora
Tuna Sirip Biru, Cakalang), Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk biru, Setuhuk hitam, Setuhuk
loreng, Ikan Layaran), Tongkol dan Tenggiri (Tongkol dan Tenggiri), dan Cucut (Cucut
Mako). Sedangkan jenis ikan pelagis kecil antara lain; Karangaid (Layang, Selar, Sunglir),
Klupeid (Teri, Japuh, Tembang, Lemuru, Siro) dan Skombroid (Kembung).

2.2 DAERAH PENANGKAPAN


Penentuan daerah penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayan sejauh ini masih
menggunakan cara-cara tradisional, yang diperoleh secara turun-temurun. Akibatnya, tidak
mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan
perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis. Ekspansi nelayan besar ke

6
daerah penangkapan nelayan kecil mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang sehat
bahkan sering terjadi konflik antara nelayan besar dengan nelayan kecil.

Secara garis besarnya daerah penangkapan, penyebaran dan Migrasi sangat luas, yaitu
meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat disekitar
perairan khatulistiwa. Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. Dalam hubungannya dengan
alat tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan.
Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat
tangkap mudah dioperasikan. (Waluyo, 1987). Lebih lanjut Paulus (1986), menyatakan
bahwa : . Hal ini tentu saja erat hubungannya dengan kondisi oseanografi dan meteorologi
suatu perairan dan faktor biologi dari ikan –ikan itu sendiri. Musim penangkapan di perairan
Indonesia bervariasi. Musim penangkapan di suatu perairan belum tentu sama dengan
perairan yang lain. Berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi
penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan
apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik.

Pengetahuan mengenai penyebaran dan bioekologi berbagai jenis ikan sangat penting artinya
bagi usaha penangkapannya. Data dan informasi tentang penyebaran dan bioekologi ikan
pelagis sangat diperlukan dalam mengkaji daerah penangkapan ikan di suatu perairan seperti
perairan laut banda, kawasan timur Indonesia, kawasan Samudra Hindia dan lain sebagainya.

2.3 RUMPON
Rumpon merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan di mana
mempunyai kontruksinya menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatu tempat di
perairan laut yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencari makan, memijah, dan
berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan di laut,
untuk mengefisienkan operasi penangkapan bagi para nelayan.

Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk
menarik perhatian ikan agar berkumpul di suatu tempat yang selanjutnya diadakan
penangkapan.

Dengan makin majunya rumpon telah menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan daerah
penangkapan buatan dan manfaat keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon,
nelayan menangkap ikan dengan cara mengejar ikan atau menangkap kelompok ikan di laut,

7
kini dengan makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan, lokasi
penangkapan menjadi pasti di suatu tempat. Dengan telah ditentukan daerah penangkapan
maka tujuan penangkapan oleh nelayan dapat menghemat bahan bakar, karena mereka tidak
lagi mencari dan menangkap kelompok renang ikan dengan menyisir laut yang luas. Nelayan
di beberapa daerah telah banyak yang menerapkan rumpon ini. Di Utara Pulau Jawa telah
lama mengenal rumpon untuk memikat ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga
memudahkan penangkapan .

Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m, setelah dipasang


kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung
pemberat yang digunakan. Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat
atau diatur sedemikian rupa, maka waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara
keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci,jukung
dan canoes).

Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk
memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini, yang pada waktu penangkapan mulai diatur
begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul di sekitar rumpon ara lain yang ditempuh
yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara
menenggelamkan rumpon induk atau rumpon induk atau mengangkat separoh dari rumpon
yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula
berkumpul di sekitar rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.

Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu
dengan cara mengikatkan tali slembar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung
rumpon, sedangkan ujung tali slembar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang
akhir penangkapan satu dua orang akan turun ke air untuk mengusir ikan –ikan di sekitar
rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah
jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat
rumpon di halau dengan menggunakan galah dari satu sisi perahu.

A. Fungsi dan Manfaat Rumpon


Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam
penggunaan rumpon yakni : memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya
eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil.

8
Fungsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah sebagai berikut
1. Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan gerombolan ikan
dan menangkapanya.
2. Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
3. Sebagai tempat berkumpulnya ikan
4. Sebagai tempat daerah penangkap ikan
5. Sebagai tempat mencari makan bagi ikan.berlindung jenis ikan tertentu dari serangan
ikan predator Sebagai tempat untuk memijah bagi ikan.

Banyak ikan-ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan
plankton tersebut merupaka sumber makanan bagi ikan besar.
Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadi rumpon sebagai tempat
untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya.

Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut :


1. Memudahkan nelayan menemukan tempatuntuk mengoperasikan alat tangkapnya.
2. Mencegah terjadinya destruktif fishing, akibat penggunaan bahan peledak dan bahan
kimia/beracun.
3. Meningkatkan produksi dan produktifitas nelayan.

Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas
yaitu:
1. Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air.
2. Warna air akan telihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena
banyak ikan yang bergerombol.
3. Adanya burung yang berkeliaran di permukaan laut.
4. Adanya gelondong-gelondong kayu yang hanyut di permukaan laut.
5. Adanya kelompok ikan lumba-lumba di permukaan laut.
6. Banyak ikan yang bergerombol.

Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang
menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas

9
biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari
terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut.
Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak
lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan
segera jaring dipasang.

B. Tata Cara Pemasangan Rumpon


Rumpon dapat di pasang di wilayah :
a. Perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik
surut terendah.
b. Perairan di atas 4 ml laut sampai dengan 12 mil laut, diukur dari garis pantai
titik surut terendah.
c. Perairan diatas 12 mil dan ZEE Indonesia, dan perorangan atau perusahaan
berbadan hukum yang akan memasang rumpon wajib terlebih dahulu
memperoleh izin.
Pengusaha / nelayan yang akan memasang rumpon mengajukan permohonana izin kepada
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Dinas Perikanan dan Kelautan propinsi / Kabupaten /
kota sesuai kewenangan pemberi izin sesuai dengan Kepmen Kelautan dan Perikanan No.Kep
30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon. Dalam permohonan izin harus
dilakukan penilaian baik terhadap administrasi pemohan maupun lokasi periran.
Penilaian Lokasi Pemasangan Rumpon Harus Memperhatikan :
Apakah daerah tersebut tidak merupakan alur pelayaran atau kepentingan lainnya seperti
daerah suaka, atau daerah lainnya. Pemasangan rumpon tidak boleh dilakukan pada daerah
perairan tersebut.
Apakah daerah tersebut tidak merupakan konsentrasi penangkapan ikan nelayan-nelayan
yang tidak menggunakan rumpon, rumpon tidak boleh dipasang pada perairan tersebut.
Apakah daerah tersebut berbatasan dengan propinsi lain, untuk itu maka Dinas Perikanan dan
Kelautan dari domisili pemohon izin rumpon ditujukan kepada propinsi tersebut.( Indah R.
2009).

C. Macam-Macam Rumpon
1. Berdasarkan pada posisi / letak pengumpul ikan :
1) Rumpon permukaan
a. Rumpon laut dangkal yaitu di pasang pada kedalaman 20-100 meter untuk
mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecl seperti : kembung, selar, tembang,
japuh, layang dan lain sebagainya

10
Rumpon permukaan

Rumpon pertengahan

Rumpon dasar

b. Rumpon laut dalam yaitu rumpon yang dipasang pada kedalaman 1200 – 3000
meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar seperti tuna,
cakalang dan lain sebagainya yang berada di permukaan sampai pada
kedalaman 60 meter dibawah permukaan laut. Pada posisi tertentu ikan tuna
besar merupakan ikan yang dominan pada kedalaman lebih 100 meter,
dibawah permukaan. Pada waktu tertentu (pagi hari dan sore hari) muncul ke

11
permukaan perairan untuk mencari makanan. Pada kondisi ini di permukaan
terdapat ikan kecil, misanya ikan layang, ikan tongkol dan lain-lainnya.

2. Bedasarkan Kemenetapan Pemasangan Rumpon


a) Rumpon Menetap(memliki jangkar / pemberat berukuran besar) sehingga tidak dapat
dipindahkan dan dipasang di perairan dalam dengan kondisi gelombang besar dan
arus kuat, guna memikat / mengumpulkanjenis ikan pelagis besar.
b) Rumpon yang dapat dipindahkan (terbuat dari bahan yang relatif ringan) sehingga
memungkinkan untuk diangkat / dipindahkan guna memikat / megumpulkan jenis-
jenis ikan pelagis kecil.

3. Berdasarkan Tingkat Teknologi


a) Rumpon tradisional (teknologi sederhana) bahan-bahan pembuatan murah dan mudah
didapat di sekitar lokasi pemasangan, biasa digunakan untuk perikanan sekala kecil.
Penggunaan rumpon tradisional ini banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi
Selatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja(1993) rumpon banyak digunakan di
Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon
diantaranya Jepang,Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan
iakan sering ditemukan disekitar rumpon
b) Rumpon modren, investasi relatif besar umumnya digunakan oleh perikanan sekala
besar / industri guna memikat / mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar.

4. Berdasarkan Pemasangan dan Pemanfaatan rumpon dibagi atas 3 jenis :


a) Rumpon perairan dasar
b) Rumpon perairan dangkal dan
c) Rumpon perairan dalam. Menurut Barus et al. (1992 menjelaskan bahwa metode
pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam hampir sama, perbedaannya hanya
pada desain rumpon, lokasi daerah pemasangan serta bahan yang digunakan .
Rumpon laut dangkal menggunakan bahan dari alam seperti bambu, rotan, daun
kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada rumpon laut dalam sebagian besa bahan yang
digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintetis, plat
besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.

Pemilihan tempat pemasangan rumpon harus memiliki kriteria sebagai berikut :


1) Merupakan daerah lintasan migrasi ikan yang menjadi penangkapan
2) Tidak menggangu alur pelayaran atau di daerah yang dilarang memasang rumpon
3) Mudah untuk mencari dan mencapainya
4) Relatif dekat dengan pangkalan kapal
5) Dasar perairan relatif datar
Bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintetis,
plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon di Indonesia merupakan Fish Aggregating Divice (FAD) skala kecil dan sederhana
yang umumnya dibuat dari bahan tradisional. Rumpon tersebut ditempatkan pada kedalaman
perairan yang dangkal dengan jarak 5 – 10 mil (9 – 18 km) dari pantai dan umumnya tidak

12
lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari pangkalan terdekat (Mathews, Monintja dan Naamin,
1996).
Selanjutnya Subani (1972) menyatakan bahwa cara pengumpulan ikan dengan ikatan berupa
benda terapung merupakan salah satu bentuk dari FAD, yaitu metode, benda atau bangunan
yang dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan dengan cara memikat dan
mengumpulkan ikan-kan tersebut. Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang
fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu tempat
yang selanjutnya diadakan penangkapan.
Prinsip lain penangkapan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul
kawanan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan ikan mudah ditangkap sesuai dengan
alat tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap dapat
menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar
gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan. Direktorat Jenderal Perikanan
(1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni : memudahkan
pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh
nelayan kecil.

Desain rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara garis besar
terdiri atas empat komponen utama yaitu :
1) pelampung (float).
2) tali (rope),
3) pemikat (atractor)
4) pemberat (sinker).
Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada jarak tertentu disisipkan daun
nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah menjadi dua. Panjang tali
bervariasi , tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut
ditanam (Subani, 1986). Tim pengkajian rumpon Institut Pertanian Bogor (1987) memberikan
persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut :
1) Pelampung
a. Mempunyai kemanpuan mengapung yang cukup baik (bagian yang
mengapung diatas air 1/3 bagian)
b. Konstruksi cukup kuat
c. Tahan terhadap gelombang dan air
d. Mudah dikenali dari jarak jauh
e. Bahan pembuatnya mudah didapat

2) Pemikat
a. Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b. Tahan lama
c. Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical dengan arah ke bawah
d. Melindungi ikan-ikan kecil
e. Terbuat dari bahan yang kuat, ahan lama dan murah

3) Tali temali
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b. Harganya relatif murah

13
c. Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-
benda lainnya dan terhadap arus
d. Tidak bersimpul (less knot)

4) Pemberat
a. Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
b. Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat mencengkeram

Samples dan Sproul (1985), mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di
sekitar rumpon disebabkan karena :
1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu
2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu.
3. Rumpon sebagai sustrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan tertentu.
4. Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu
5. Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan ikan tertentu
yang beruaya.

Gooding dan Magnuson (1967) melaporkan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun
pembersih (cleaning place) bagi ikan-ikan tertentu. Dolphin dewasa umumnya akan
mendekati bagian bawah floating objects dan menggesekkan badannya. Tingkah laku ikan ini
sesuai dengan tingkah laku dari famili coryphaenids yang memindahkan parasit atau
menghilangkan iritasi kulit dengan cara menggesekkannya.
Freon dan Dagorn (2000), menambahkan teori tentang rumpon sebagai tempat berasosiasi
(association place) bagi jenis-jenis ikan tertentu. Ikan berkumpul disekitar rumpon untuk
mencari makan. Menurut Soemarto (1962) dalam area rumpon terdapat plankton yang
merupakan makanan ikan yang lebih banyak dibandingkan diluar rumpon. Selanjutnya
dijelaskan bahwa perairan yang
banyak planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat dan memakannya.
Soedharma (1994) mengemukakan bahwa organisme yang pertama ada di pelepah daun
kelapa adalah perifiton. Hasil penelitian Yusfiandayani (2004) menemukan bahwa ada sekitar
26 genus perifiton alga yang teramati disekitar atraktor rumpon dan 9 genus untuk perifiton
avertebrata. Perifiton alga yang ditemukan antara lain Nitzchia, Rhizosolenia, Navicula,
Peridinum, Amphiprora dan Chaetoceros sedangkan perifiton avertebrata yang ditemukan
antara lain Calanus, Balanus, Thysanopoda, Microsetella dan Typhloscolex.

Selanjutnya dijelaskan bahwa perifiton mempengaruhi laju perkembangan proses kolonisasi


organisme pemangsa lainnya termasuk juvenil ikan. Selanjutnya dikemukakan bahwa selain
perifiton ditemukan pula 23 jenis fitoplankton dan 6 genus zooplankton. Jenis fitoplankton
antara lain Chaetoceros, Rhizosolenia dan Thysanessa sedangkan jenis zooplankton antara
lain Eutintinus, Eucalanus, Synchaeta dan Stolomophorus. Kelimpahan fitoplankton dan
perifiton di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang meliputi
fisika, kimia dan biologi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suhu, kekeruhan,
kecerahan, pH, gas-gas terlarut, unsur hara dan adanya interaksi dengan organisme lain
(Odum, 1971).

14
Menurut Jamal (2003) menyatakan bahwa parameter fisika/kimia perairan disekitar rumpon
berada pada kisaran normal, yaitu kecepatan arus berkisar antara 0,001- 0,30 m/det, suhu
29,33-30,33OC, salinitas 30-31 ppt, kecerahan 77,33-84,67 % serta oksigen terlarut 4-4,57
ppm.
Subani (1986) mengemukakan bahwa ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon
menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung juga untuk mencari makan dalam arti luas
tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa adanya ikan
di sekitar rumpon berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan
suatu arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga
ketika rumpon dipasang. Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan kecil
lainnya, menarik perhatian ikan-ikan pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini akan
memikat ikan yang berukuran lebih besar untk memakannya.

Subani, 1986, menyatakan bahwa rumpon sebagai tempat berlindung banyak ikan-ikan
tertentu yang berada disekitar rumpon berenang pada sisi depan atau belakang atraktor di
lihat dari arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke kanan tetapi selalu
kembali ketempat semula demikian juga terhadap arus (sifat ikan umumnya berenang
menentang arus). Sedangkan dari arah lapisan yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa yang
berenang ke pertengahan atau permukaan perairan untuk memangsa ikan yang berukuran
lebih kecil. Perilaku bergerombol dari ikan dengan adanya rumpon maka pemangsa akan
mengalami kesulitan dalam menyambar mangsanya karena ikan yang lemah terlindungi oleh
adanya ikan lain dan atraktor.

2.4 RUMPON SEBAGAI ALAT BANTU DAPAT MENINGKATKAN HASIL


TANGKAPAN
Rumpon sebagai alat bantu untuk menangkap ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal
maupun alaut dalam dapat meningkatkan hasil tangkapan. Pemasangan tersebut dimaksudkan
untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga ikan mudah
untuk ditangkap. Dengan pemasangan rumpon maka kegiatan penangkapan ikan akan
menjadi lebih efektif dan efisien karena tidak lagi berburu ikan (dengan mengikuti ruayanya )
tetapi cukup melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar rumpon tersebut.

Sebagai alat bantu penangkapan ikan, rumpon berfungsi untuk mengumpulkan kelompok
ikan (ikan-ikan pelagis kecil dan pelagis besar) pada suatu area tertentu sebelum dilakukan
penangkapan. Rumpon di Indonesia telah dikenal sejak dulu yang dikenal dengan berbagai
macam istilah seperti Rabo (Sumater Barat), tendak (Jawa), rumpong (Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan) dan tuasen (Sumatera Utara).
Rumpon perairan dalam sangat bermanfaat bagi masyarakat nelayan maupun bagi kelestarian
ekosistem perairan. Hal ini disebab karena teknologi rumpon laut dalam atau rumpon
perairan ini memudahkan nelayan atau para penangkap ikan lainnya untuk dapat mengambil
ikan yang berada pada kedalaman diatas 200 meter. Sehingga hasil yang diperoleh juga akan
semakin meningkat.
Sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal
penangkap dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan
mengejar gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkap

15
2.5 ALAT TANGKAP YANG DAPAT DIGUNAKAN DISEKITAR RUMPON
Berbagai alat tangkap digunakan di sekitar rumpon, antara lain alat tangkap :
Rawai tuna atau tuna longline adalah merupakan rangkaian sejumlah pancing yang
dioperasikan sekaligus.
Huhate (pole and line) khusus dipakai untuk menangkap ikan cakalang, sering disebut juga
pancing cakalang. Dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di
sekitar rumpon.

Handline (pancing ulur) dioperasikan pada siang hari, kontruksi alat ini sangat sederhana,
pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-mata pancing secara verstikal, dalam
pengoperasian alat ini rumpon sebagai alat pengumpul ikan.
Pukat cincin ( purse seine) adalah jaring yang di bagian bawah nya di pasang sejumlah cincin
atau gelang besi.
Jaring insang (gillnet) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
mata yang sama di sepanjang jaring.
Sedangkan di Propinsi Maluku Utara dan Sulawesi, para nelayan telah mulai mengenal
rumpon, digunakan untuk memikat ikan permukaan (pelagic fish), antara lain : ikan selar,
ikan layang,ikan kembung, tuna, dan cakalang agar berkumpul sehingga memudahkan
nelayan yang menggunakan alat tangkap huhate dan pancing, Rumpon merupakan alat
penggumpul ikan yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan, sehingga memudahkan usaha
penangkapannya. Dengan penggunaan rumpon yang tepat maka dapat mempersingkat waktu
operasi, meningkatkan hasil tangkapan, menghemat bahan bakar minyak dan juga
penggunaan rumpon terutama untuk alat tangkap pancing.

16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam tulisan ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :


1. Rumpon atau fish Agregation Device merupakan suatu alat bantu
penangkapan ikan yang telah banyak digunakan oleh nelayan,karena dapat
meningkatkan hasil tangkapan, dimana mempunyai kontruksinya menyerupai
pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di perairan laut.

Rumpon menjadi metode penangkapan ikan paling efektif


2. Fungsi rumpon adalah sebagai tempat berlindung, mencarai makan, memijah, dan
berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan
di laut, untuk mengefisienkan operasi penangkapan bagi para nelayan.
3. Syarat-syarat penempatan rumpon di perairan adalah ikan mudah datang dan
berkumpul, aman, alat tangkap mudah dioperasikan dan secara ekonomi
menguntungkan.
4. Alat tangkap yang digunakan di sekitar rumpon, antara lain alat tangkap purse seine,
pole and line, rawai tuna, pancing ulur, jaring insang dan lain-lainya.
5. Jenis ikan yang ada disekitar rumpon pada umumnya ikan yang berada didaerah
perairan permukaan dan hidupnya bergerombolan seperti : ikan kembung. Ikan
lemuru, ikan cakalang, ikan tuna, ikan tongkol dan lainnya.

17
DAFTAR PUSAKA
Anonim. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Balai Riset Penangkapan Laut-BRKP, 1996.Musim Penangkpan Ikan Pelagis Besar (ikan
Tuna). http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/96- musim-penangkapan-ikan-
pelagis-besar.html
Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Penggunaan Payaos/rumpon di Indonesia. Jakarta 11
hal.
Dinas Perikanan Propinsi, 2008. Jenis-jenis Alat tangkap Rumpon.Gema
Bina Jawa Barat.
Dinas Perikanan Propinsi, 2008. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna.Gema
Bina.Jawa Barat. Warning: mysql_fetch_array(): supplied argument is not
a valid MySQL result resource in /home/smanncom/public_html/detkat.php
on line 73
Gafa dan Sarjana, 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi
melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Departemen Pertanian. Badan Penlitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta 7 hal.
Jamal, M., 2003. Studi Pengguaan Rumpon untuk Meningkatkan Produksi Hasil Tangkapan
gillnet dan Bubu Dasar yang dioperasikan di Perairan Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.
Lutjanus. Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan. Vol 8 No.2, Juli 2003, hal 223-231
Jamal, 2004. Organisasai dan Komplik dalam Ekspansi of The Fishing Groud
untuk Rumpon Perikanan oleh Orang Sinjai. Institut Pertanian Bogor
Soedharma, D. 1994. Suatu Struktur Komunitas Ikan pada Kombinasi Rumpon
Permukaan dan Rumpon Dasar di Teluk Lampung. Laporan Penelitian
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 9-26.
Subani, W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga
Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Hal : 85-104
Subani, W. 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan
Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut, BPPL, Jakarta, 35: 35-45
Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987.
Laporan Akhir Survey Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate,
Tidore, Bacan dan sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Yusfiandayani, R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis
Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan
Pasauran, Propinsi Banten. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Zulkhasyni skripsi rumpon ikan pelagis

18

Anda mungkin juga menyukai