Laporan 2
Laporan 2
Laporan 2
SKRIPSI
Dengan kasih Tuhan yang maha kuasa dan maha penyayang. Saya mengucap
syukur kepadaMu Tuhan yang maha kuasa. Dengan kuasa dan kemuarahanMu,
kepadaMu.
orang tua saya yang telah membesarkan dan mendidik saya hingga sampai pada saat
ini dan telah memberikan dukungan motivasi, inpirasi, moral, materil dan tiada
FIKOM UIR, dan juga saudara/I saya beserta keluarga besar saya yang turut
memberikan dukungan terhadap saya, semuanya itu tidak dapat saya balaskan selain
berdoa semoga Tuhan yang membalaskan kepada mereka semua. Tidak lupa juga
yang selalu mendorong dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan karya tulis
skripsi ini.
MOTTO
(Amsal 1:7)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karena atas berkat dan
Pernikahan Adat Nias (Studi Etnografi Pernikahan Adat Nias Di Pekanbaru)”. Penelitian
ini merupakan penelitian pertama yang saya lakukan, banyak hal baru yang saya ketahui
dab akhirnya menjadi paham setelah melakukan penelitin ini dan karenanya saya jadi
skripsi ini saya banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, bak
moril maupun materil dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini oleh
1. Dr. Abdul Aziz, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Riau
waktu dan memberikan pengarahan kepada saya melalui petunjuk dan saran yang
3. Bapak/Ibu Dosen serta Staf Pegawai Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
4. Kepada orang tua dan keluarga saya tercinta yang senantiasa menyertai gerak
langkah saya dengan iringan Doa dan restunya serta dukungan moril dan materil
yang telah diberikan selama ini sehingga saya dapata bersemangat dan
v
5. Kepada keluarga besar Persatuan Mahasiswa Nias (PEMANIS) khusus
Lingkungan Universitas Islam Riau, yang telah menjadi sahabat saya dari awal
sampai penyusunan Skripsi dalam memberikan masukkan dan saran kepada saya.
7. Kepada teman saya yang selalu ada pada saat saya butuhkan yaitu Afif Qori
Fadhil Hanif yang selalu memberikan semangat dan bantuannya serta berjuang
menyelesaikan skripsi ini menjadi lebih sempurna, apabila masih terdapat kekuragan
maka dengan dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Demikian skripsi ini saya buat semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Aammiinn.
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................10
C. Fokus Penelitian .......................................................................................10
D. Rumusan Masalah ....................................................................................11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................11
ix
F. Teknik Keabsahan Data ................................................................................49
G. Teknik Analisis Data .....................................................................................51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................100
B. Saran ..........................................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR DAN LAMPIRAN
Gambar
Lampiran
Lampiran 1 : SK Pembimbing
viii
DAFTAR TABEL
ix
Abstrak
Tradisi pernikahan adat Nias merupakan salah satu keunikan nilai-nilai warisan
budaya yang hadir dan berkembang. Dalam pernikahan adat Nias terdapat aspek
budaya dan adat yang kaya akan makna yang dipresentasikan dari benda fisik,
makanan dan tutur kata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsep etnografi dalam pernikahan adat Nias di Pekanbaru, yang sudah dilakukan
secara turun temurun. Informan dalam penelitian ini adalah peserta upacara adat
yaitu penatua adat, perwakilan dari keluarga pengantin, perwakilan lembaga
kebudayaan Nias yang ada di Pekanbaru yang terlibat langsung dalam pesta
pernikahan adat Nias tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep
etnografi komunikasi dalam pernikahan adat Nias terdiri dari masyarakat tutur
dengan penggunaan bahasa daerah dalam seluruh rangkaian acara adat, aktivitas
komunikasi dalam acara pra pesta pernikahan, pesta pernikahan, dan setelah pesta
pernikahan, komponen komunikasi dengan melakukan obrolan panjang atau
singkat dalam pemberian dan penerimaan simbol adat yang memiliki makna
sukacita, kompetensi komunikasi dilambangkan oleh kedua penatua adat yang
saling berkomunikasi, varietas bahasa dalam pesta pernikahan adat Nias adalah
penggunaan bahasa daera Gunungsitoli dalam seluruh rangkaian acara.
The tradition of Nias traditional marriage is one of the unique cultural heritage
values that are exsisted and growth. In Nias traditional wedding there are aspects
of culture and customs has rich in meaning from physical objects, food and
speech. The purpose of this research is to find out the ethnographic concept in
Nias traditional wedding in Pekanbaru, which has been carried out for
generations. The informants in this study were participants of the wedding
ceremony, the leader of the tradition, bride family representatives, representatives
of Nias cultural institutions in Pekanbaru who were directly involved in Nias
wedding. The results showed that the concept of ethnographic communication in
traditional Nias weddings consisted of speaking communities with the use of
regional languages throughout a series of traditional events, communication
activities in pre-wedding events, marriage, and after marriage, the
communication component by conducting long or short chats in giving and
receive traditional symbols that have joyful meanings, communication competence
is symbolized by two leaders of the traditions who communicate with each other,
language variation at Nias traditional wedding parties is the use of Gunungsitoli
language areas throughout the series of events.
BAB I
PENDAHULUAN
sangat vital dan mendasar bagi komunikasi sosial, dikatakan vital karena
tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa
dan reaksi yang dilakukan manusia ini, baik secara perorangan, kelompok,
cara, baik secara verbal (dalam bentuk kata-kata, baik lisan atau tulisan)
simpulan dari kebudayaan masyarakat saja, tetapi juga mengambil hikmah dan
mereka, dan pada kenyataannyamengumpulkan data apa saja yang ada. Dalam
komunikasi yang tertentu pula, yang ketiga komponen komunikasi ialah unit-
bagian dari suatu masyarakat tutur, yang kelima varietas bahasa kaidah bahasa
ini seringkali dilakukan tanpa sadar sebagai akibat dari proses sosialisasi
enkulturasi kebudayaan.
simbolsimbolyangberfungsiuntukmengkomunikasikandanmengisyaratkanmak
namaknadaripikiranantarindividu,sehinggabagi
hal tersebut dapat dilihatsebagai bagian dari sifat holistik dari kebudayaan
masyarakat.
yang terdapat dalam tradisi siraman pada prosesi pernikahan adat Sunda
berkomunikasi dengan cara unik, tidak secara langsung tetapi diwakili oleh
orang-orang tertentu yang disebut juru tembang atau juru mamaos. Topik atau
kalimat yang dibuat secara teratur namun dapat dipahami, dipengaruhi oleh
sistem budaya yang dianut. Situasi komunikasi dalam tradisi siraman pada
prosesi pernikahan adat Sunda dalam keseluruhan rangkaian acara, mulai dari
suasana adat tradisional Sunda. Tindak komunikasi dalam tradisi siraman pada
prosesi pernikahan adat Sunda terdiri dari bentuk komunikasi verbal dan
siraman meliputi air, bunga, lilin, kain batik, pakaian, wewangian, bokor, dan
lagu yang dibawakan oleh juru kawih yang memiliki arti penggambaran kasih
sayang orang tua terhadap anaknya dan pengambaran kasih sayang anak
pesan.
anak/keturunan, Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tano Niha" (Tano
= tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan
(Nias Barat)dan di tempat-tempat lain sampai pada saat zaman sekarang ini.
dijelaskan bahwa perkawinan dalam adat Nias merupakan hal yang paling
penting dan sangat bersifat sakral. Perkawinan dalam adat Nias sudah
ditentukan dengan siapa dia akan menikah, pertunangan itu dimulai sejak
7
diatas bumi ini karena harus dijalankan dengan hukum adat atau fondrako.
memiliki kehidupan, lelaki harus melawan arus sungai atau manoso disebut
Soroi Tou, menuju hulu atau pihak perempuan yang berada diatas ngofi atau
tepian sungai kehidupan itu.Gambaran melawan arus yang dilakukan oleh para
laki-laki Nias inilah yang merupakan simbol tradisi jujuran yang harus dibayar
oleh pihak lelaki, jujuran (bowo) berarti budi baik.Besarnya jujuran (bowo)
yang dilaksanakan oleh lelaki, menjadi ukuran prestise atau harga diri.
Gambar 1.1
Salah Satu Ciri Khas Dalam Pernikahan Adat Nias “Pemberian Sirih”
Gambar 1:1 diatas merupakan salah satu proses dalam pernikahan adat
Nias yaitu dimana seorang mempelai laki-laki memberikan sirih yang telah di
diterima oleh ibu dari mempelai perempuan yang dimana sirih ini merupakan
merupkan hal penting yang harus ada dalamproses pernikahan adat Nias,
yang seharusnya tidak bisa dihilangkan atau tidak dilaksanakan, selain kepada
perwakilan paman, dan tamu undangan yang hadir pada saat acara pesta
pernikahan.
2019 di kecamatan siak hulu pasir putih Pekanbaru peneliti mendapatkan ada
beberapa beberapa tahapan dalam upacara pernikahan adat nias, yang tahapan
adatnya sudah mengikuti kemajuan zaman atau modernisasi, dan ada juga
yang masih sama seperti pada pelaksanaan upacara pernikahan adat nias pada
nias ini, yang biasanya terjadi pada masyarakat yang keluar atau pergi
merantau di luar pulau nias seperti halnya pada masyarakat nias yang
yang salah satu alasannya adalah faktor ekonomi yang sangat sederhana,
lingkungan yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya, namun
walaupun demikian harusnya budaya atau adat istiadat daerah asal harusnya
proses adat pernikahanny hampir sama dengan apa yang dilakukan pada
umumnya di Nias sana, baik dari segi proses adatnya hingga pda ritual pada
umumnya, namun dibalik itu ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan
10
adalah karena faktor lingkungan yang tidak mendukung dan area yang sangat
sebagai berikut:
umumnya.
Nias di Pekanbaru.
C. Fokus Penelitian
D. RumusanMasalah
Budaya pada Pernikahan Adat Nias (Studi Etnografi Pernikahan Adat Nias
Di Pekanbaru).
1. Tujuan
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
untukfungsi lainnya.
12
b) Manfaat Praktis
dalam pernikahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Literatur
1. Komunikasi
kebersamaan bersama antara dua orang atau lebih (Cangara, 2014: 13).
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain: (4) serta berusaha
yang berkaitan erat satu sama lain, menjadi sebab terjadinya, menjadi
hampa atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi.
melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia
arti).
didunia ini seandainya saja jarang atau hampir tidak ada tindakan
mengerti.
komunikan berada.
komunikan.
apabila sebelumnya dia tidak tau atau tidak mengerti disertai rasa
senang dan berani. Menurut Tubbs dan Moss 1974 (dalam Rakhmat,
sukar, tetapi lebih sukar lagi memengaruhi sikap. jauh lebih sukar
etnografi komunikasi.
Gambar 2.1
kemudian apa yang mereka bicarakan (bahasa) dan terakhir apakah ada
masyarakat tersebut, sebaik apa yang mereka buat atau mereka pakai
komunikasi, terdapat lima hal yang dikaji untuk menjadi objek dalam
verietas bahasa.
Gambar 2.2
KOMUNIKASI
Etnografi
Komunikasi
tidak memiliki satu bahasa, tetapi memiliki kaidah yang sama dalam
berbicara.
suatu suku bangsa atau budaya bisa saja memiliki dua atau lebih
bahasa.
bisa sama atau berbeda bergantung pada waktu, tempat dan fisik
penting.
37).
terdapat varietas kode bahasa dan cara-cara berbicara yang bisa dipakai
masyarakat tutur.
berkomunikasi, pilihan bahasa dan tipe bahasa ini juga hany dipahami
bahasa ini seringkali dilakukan tanpa sadar sebagai akibat dari proses
masyarakat tersebut.
3. Budaya
a. Pengertian Budaya
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau
masyarakat.
masyarakat.
sebagai berikut:
kelompok masyarakat.
berlangsung.
kesamaan dan mereka hidup dalam waktu dan tempat yang sama
b. Karakteristik Budaya
kepangkatan).
polisi.
makan lengkap.
lebih santai
31
6. Hubungan-hubungan
sendiri dan orang-orang lain dan apa yang terjadi dalam dunia
mereka.
keadaan.
3. Subcultural
olah raga atau humor atau music mungkin sama bagi semua
budaya
5. Perilaku Rasional/Irasional/Nonrasional
masuk akal.
6. Tradisi
diabaikan.
7. Keunikan budaya
2007:80)
suatu perasaan tidak nyaman atau bahkan rasa marah dan sering kali
2008: 154).
36
a. Hubungan Ruang
1) Jarak Intim
berpengaruh.
2) Jarak Personal
3) Jarak Sosial
4) Jarak Publik
B. Defenisi Operasional
1. Etnografi
2. Komunikasi
sengaja.
bersosialisasi antarbudaya.
3. Budaya
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau
menggunakan petasan di
karenakan tempat yang
mereka jadikan resepsi tidak
mengizinkan membunyikan
petasan dan mereka tidak
menggunakan tarian topeng
yang menjadi ciri khas dari
Betawi karena mereka
merasa dengan adanya
palang pintu sudah cukup
memberikan simbol bahwa
mereka adalah orang Betawi,
studi etnografi merupan salah salah satu dasar teori dalam penelitian
penelitiannya.
tempat penelitian.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
patterning).
1. Subjek Penelitian
wawancara berlangsung.
dan tentunya juga orang yang paham dalam adat pernikahan suku Nias
di Pekanbaru.
2. Objek Penelitan
Kota Pekanbaru
Kegiaatan t
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
X X X X X
dan penyus
unan UP
2. X
Seminar UP
3. Riset X
47
4. Penelitian X X
Lapangan
5. Pengolahan
X
dan analisis
Data
6. Konsultasi
X X X
Bimbingan
Skripsi
7. Ujian X
Skripsi
8. Revisi dan X
Pengesahan
Skripsi
Penggandaa
n Serta
Penyerahan
9. Skripsi X
D. Sumber Data
pelaksanaan penelitian.
data yang menunjang data primer yang bersumber dari buku, jurnal,
masalah penelitian.
data yang digunakan pada riset kualitatif yang dilakukan oleh peneliti
agenda, dan hal-hal lain yang relevan dengan penelitian. Dengan kata
Triangulasi
penelitian.
dan teori.
dilapangan.
menerus sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada
suatu teori yang dipilih berkaitan erat secara teknis dengan metode
1. Deskripsi
2. Analisis
tahap ini. Bentuk yang lain dari tahap ini adalah membandingkan
3. Interpretasi
BAB IV
1. Secara Geografis
Protestan.
tersebut sudah menjadi hak milik pribadi, dan ada juga yang masih status
kontrak dari sesama orang nias yang sudah pindah tugas dari Pekanbaru.
dari empat kabupaten dan satu kota yang ada di Pulau Nias itu sendiri,
sehingga ini membuat perbedaan dalam bahasa daerah, dan tatanan adat
dalam setiap acara, seperti dalam adat Pernikahan. Namun hal ini tidak
menjadi penghalang bagi orang Nias yang tinggal dalam komplek ini
2. Secara Demografi
rumah dan dihuni 320 jiwa masyarakt suku Nias dengan rata setiap
laki 175 ornag dan perempuan 145 orang, untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 4.1
Data masyarakat setempat (100KK)
Menurut jenis kelamin 2019
Jenis Kelamin
LK PR
175 145
Tabel 4.2
Data Masyarakat Setempat (100KK)
Menurut Golongan Usia 2019
No. Golongan Usia
1 0 – 12 Bulan 0
2 2 – 6 Tahun 27
3 7 – 12 Tahun 50
4 13 – 18 Tahun 48
5 19 – 25 Tahun 42
6 26 – 35 Tahun 30
7 36 -45 Tahun 44
8 46 – 50 Tahun 45
9 Diatas 51 Tahun 34
Total 320
yang menikah dengan suku diluar Nias menurut data Gereja BNKP
Tabel 4.3
Data masyarakat Nias
Menurut data Gereja BNKP Pekanbaru Resort 57
No. Suku
1 Batak 15
2 Jawa 8
57
3 Manado 5
5 Ambon 6
menikah dengan orang diluar Suku Nias, dan tetap menggunakan adat
pernikahan Nias.
Nias. Tetapi diketahui bahwa ada satu atau beberapa suku lain yang
menghuni Nias sebelum kelompok etnis yang ada saat ini (Ono Niha)
menetap di pulau sekitar 700 tahun yang lalu. Ini disebutkan dalam
di Gua Tögi Ndrawa (Gua Orang Asing), sebuah gua besar yang
lebih dari 12.000 tahun yang lalu. Ekskavasi berikutnya oleh Balai
yang bergolak.
Adat dalam bahasa Nias disebut Hada atau Böwö, yaitu adat
Nias.Dan salah satu böwö yang sudah diatur yaitu Böwö Wangowalu
(adat perkawinan).
(owasa). Kalau mempelai pria tidak memberi pesta dalam desanya, dia
secara umur, dan tidak punya hak suara dalam desa. Biaya utama dari
pesta pernikahan waktu itu dan masih sampai hari ini adalah
Tabel 4.4
Profil Narasumber
Jenis
NO. Nama Umur
Latar Belakang
Kelamin
Lembaga
1. San Yana Harefa Laki-laki 48 Tahun
Kebudayaan Nias
Pekanbaru
Lembaga
2. Hemat Natal Harefa Perempuan 45 Tahun
Kebudayaan Nias
Pekanbaru
3. Atalisi Zebua Laki-laki 47 Tahun Tuan rumah dari
Pihak Laki-laki
4. Anemala Laia Laki-laki 48 Tahun Penatua adat pihak
Perempuan
5. Suwarni Waruwu Perempuan 45 Tahun Tuan rumah dari
Pihak perempuan
60
bahwa dalam pernikahan adat Nias, ada tahapan pra pesta pernikahan,
pernikahan adat Nias ada pencarian jodoh dimana pihak laki-laki pertama
yang harus disanggupi oleh pihak laki-laki, setelah disepakati maka pihak
dilangsungkan.
penentuan jujuran atau mahar yang harus dipersiapkan oleh pihak laki-laki
kepada pihak perempuan yang merupakan bowo adalah harga diri dari
63
banyak tentunya hal ini memakan waktu yang sangat banyak dan memiliki
selang waktu antara acara yang satu dengan yang lain, yang dimana dulu
waktu yang berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun, dalam hal ini
peneliti bertanya kepada informan tentang jarak waktu dalam setiap acara
Informan bapak Atalisi Zebua sebagai tuan rumah dari pihak laki-
perempuan, dengan sifat tertutup atau hanya antara keluarga kedua belah
pihak atau dalam arti tidak melibatkan banyak orang luar atau undangan.
berikut ini:
yang sudah disepakati bersama dengan jumlah orang yang tidak banyak
pemberian sirih (fame’e afo) dimana dalam setiap acara masyarakat tidak
lepas dengan sirih atau (afo) begitu juga halnya dengan acara pra pesta
pernikahan banyak hal yang harus dipersiapkan oleh antara kedual belah
pihak diantarnya adalah sirih yang paling utama ini sudah merupakan
hal apa saja yang dipersiapkan oleh pihak laki-laki ketika pergi mencari
yang harus dipersiapkan oleh pihak laki-laki selain dari pada sirih dalam
acara pra pesta pernikahan sampai pada pesta pernikahan nantinya seperti
acara pra pesta pernikahan pihak laki-laki harus membawa sirih (afo)
adat Nias, dan pengantin laki-laki juga harus mengantongi rokok untuk
hormat.
bentuk seperti uang, emas,beras, dan beberapa ekor babi, dalam observasi
dalam bentuk uang, namun dihitung sesuai dengan harga emas, dan ekor
babi, hal ini juga disampaikan oleh informan bapak Anemala Zebua,
bentuk seperti uang, emas, beras dan beberapa ekor babi ternyata
bentuk uang saja, namun hitungan emas, dan harga beberapa ekor babi
hal ini bukan tidak ada alasan ini dilakukan karena sulit mendapatkan babi
bentuk uang.
tahapan pra pesta pernikahan yang tidak kalah penting dengan yang
lainnya, ini merupakan suatu tahapan adat yang mencakup religi atau
keagamaan dimana dari berbagai acara pra pesta pernikahan yang telah
dilalui namun ketika pemberkatan nikah tidak dilakukan maka tuan rumah
yang dimana kegiatan ini adalah untuk menguji kesiapan para calon
pernikhan, dimana kebiasaan masyarakat Nias dua hari atau tiga hari
mereka sudah berjanji didalam Gereja, dihadapan Tuhan, pendeta dan juga
keluarga yang hadir bahwa mereka akan setia hinngga maut memisahkan
sah menjadi suami istri didalam agama, sehingga tidak lama setelah
merupakan sebagai pengesahan mereka menjadi suami istri dalam adat dan
Dalam pra pesta pernikahan adat Nias terdapat simbol adat yang
digunakan atau yang ada dalam setiap acara seperti cincin, sirih, uang, dan
dalam jumlah yang berbeda dengan jumlah yang akan dilakukan dalam
Nias”
selalu ada dan tidak bisa digantikan dengan hal apapun cara sapa ini
dilakukan oleh kedua belah pihak yang dimana tujuannya adalah sebagai
adat Nias, ada tahapan sebelum atau pra pesta pernikahan, dan sesudah
tentang prosesi acara dalam pesta pernikahan adat Nias dengan panjang
beliau menyatakan proses acara dari awal sampai pada acara terakhir,
itu tarian atau acara budaya seperti tari maena, lalu acara orangtua atau
para penatua adat dari kedua belah pihak yaitu huhuo adat atau fanika era-
pemberian berkat lewat air, atau bisa disebut dengan pemberian restu oleh
acara yang sangat sakral atau penuh dengan aturan adat dalam pernikahan
seterusnya fangowai (saling sapa), pemberian sirih (fame afo) dari pihak
pengantin perempuan sesuai dengan yang sudah diatur oleh pihak keluarga
acara tentang bicara adat (fanika ere-era mbowo, fangaetu golola) dan juga
diacara manapun dan juga koor lagu-lagu adat, ini merupakan rangkaian
acara dalam pesta pernikahan adat Nias sesuai dengan hasil wawancara
peneliti.
terlibat untuk membuat acara berjalan dengan lancar tanpa ada yang
laki yang selalu siap dalam menyanggupi kebutuhan acara yang telah
tempat, rokok dan juga sejumlah uang yang digunakan dalam acara adat,
begitu juga halnya dengan tuan rumah atau pihak dari pengantin
dan Suwarni Waruwu tentang apa saja hal yang perlu dipersiapkan kedua
adat yang dilakukan dalam pesta pernikahan adat Nias, berbeda halnya
dalam acara adat seperti sirih (afo) dengan bola nafo (tempat sirih dari
anyaman), yang ini merupakan sudah satu paket dan harus terbuat dari
anyaman seperti yang sudah menjadi tradisi masyarakat Nias, yang tidak
76
bisa dilepas dari persiapan lain adalah nama untuk pengantin perempuan
setelah sah menjadi istri nantinya, nama yang tidak boleh sama dengan
pengantin laki-laki ini merupakan hal yang turut dipersiapkan oleh pihak
dalam pernikahan msih belum selesai dimana masih ada dua acara atau
kegiatan adat yang harus dilakukan oleh pengantin laki-laki dan pengantin
peengantin laki-laki, atau dalam bahasa Nias sering disebut acara Famego,
kerumahnya dulu dalam bahasa Niasnya acara famuli nukha, kedua acara
“iyaaa jadi setelah acara pesta pernikahan adat Nias selesai, masih
ada acara selanjutnya dengan jarak waktu antar 3 hari setelah pesta
pernikahan, yaitu acara fam’ego yang merupakan acara silaturahmi
keluarga pengantin perempuan ke kediaman pengantin laki-laki atau
menantu mereka, dengan membawa oleh-oleh (lowo-lowo) yang
berupa nasi dan lauk pauk yang sudah dibungkus dengan daun
pisang dengan ukuran yang cukup besar, lalu acara berikutnya
adalah acara dimana pengantin perempuan pergi mengambil baju
atau barang-barang yang masih ada dirumah orangtuanya ini
77
tidak hanya sampai pada hari pesta pernikahan saja melainkan masih ada
merupakan hak milik dari pengantin perempuan tersebut. Setelah acara ini
selesai maka adat dalam pernikahan juga secara sendiri dianggap selesai
dan tidak ada lagi utang adat pengantin laki-laki kepada keluarga
pengantin perempuan.
tentang apa saja simbol-simbol adat yang bersifat harus ada dan digunakan
dalam dalam pesta pernikahan adat Nias. Berikut hasil wawancara dengan
informan penelitian.
seperti Afo (sirih) dengan Bola Nafo (tempat sirih dari anyaman) sebagai
wujud sukacita, rahang babi penghargaan kepada penatua adat dan tamu
terhormat, juga piring yang diisi dengan air dan uang logam yang
simbol-simbol adat dalam pesta pernikahan adat Nias ada beberapa seperti
dan rombongan, dan juga bahasa adat dan bahasa daerah yang digunakan
dalam acara pesta pernikahan dari awal sampai dengan akhir acara dan
juga perumpamaan atau cerita leluhur tentang posisi adat dalam setiap
ratu yang diangkat ketika dia hendak meninggalkan rumahnya dan pergi
Nias”
dikarenakan ada yang tidak begitu lancer dalam bahasa daerah Nias
setelah lama merantau di Pekanbaru. Tetapi hal ini wajib hukumnya dalam
satu tradisi dalam pesta pernikahan adat Nias. Hal ini disampaikan oleh
pengantin laki-laki berasal dari daerah yang berbeda maka akan kesulitan
dalam memahami bahasa yang digunakan, namun hal ini tidak menjadi
halangan karena hal ini merupakan tradisi dalam pesta pernikahan adat
Nias.
Nias seluruhnya menggunakan bahasa Nias sesuai dengan apa yang sudah
menjadi tradisi dalam adat masyrakat Nias, karena ketika diartikan dalam
pernikahan adat Nias adalah bahasa daerah Nias atau bahasa dari daerah
82
pernikahan”
salah satu hal unik dan penting dalam acara pesta pernikahan adat Nias
informan penelitian.
fungsi alat musik tradisional yang digunakan dalam pesta pernikahan adat
pertanda bahwa pesta pernikahan telah dimulai dengan adat istiadat Nias.
kalimat yang sama, dengan intonasi tegas dan keras sedikit, ini merupakan
kalimat sapaan yang sudah lazim dan bisa digunakan dalam konteks
84
digunakan oleh para penatua adat dalam acara sapaan pesta pernikahan
yang dilakukan oleh penatua adat dari kedua belah pihak yaitu dengan
kalimatno so ami tome. lalu dijawab oleh pihak laki-laki dengan kalimat
dimana penatua adat dari pengantin perempuan menyapa penatua adat dan
“dalam memulai tegur sapa itu biasa lah kita orang Nias
dengan kata Ya’ahowu sambil mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan, namun jika dalam acara adat pesta pernikahan
antara pihak pengantin perempuan dan pihak pengantin laki-
laki biasanya dimulai dengan sahut-sahutan dengan kalimat
dari pihak pengantin perempuan no so ami tome, yang dijawab
dengan kalimat hhheeee. . .dengan nada lembut oleh pihak
pengantin laki-laki, kalimat sahut-sahutan ini merupakan
kalimat pertama dalam memulai rangkaian acara adat
berikutnya dimana pihak swato terlebih dahulu menyapa tome
yang sebelum memberikan afo”(hasil wawncara dengan
Anemala Laia 26 Maret 2020).
Bapak Anemala Laia dan Asa’aro Gea, dijelaskan bahwa jika dalam
sembari berjabat tangan, namun jika dalam acara adat pesta pernikahan,
sapaan antara kedua belah pihak adalah no so ami tome, atau salawa dome
no so’e yang disahut dengan kalimat hhheee. . . dengan nada lembut oleh
pihak dari tome (pengantin laki-laki), sapaan ini merupakan tahapan yang
paling utama dalam acara adat pesta pernikahan dimana kedua belah pihak
pernikahan, pernikahan adat Nias masih belum selesai atau masih ada
rangakaian acara yang tidak kalah penting atau harus dilakukan oleh kedua
belah pihak yaitu acara famego (pemberian makan oleh orang tua
berikut:
pernikahan terdapat dua acara yaitu famego dan famuli nukha yang dimana
pelaksanaan acara ini tidak kalah penting dari acara-acara yang sudah
berikut hasil:
manfaat dari adat dalam pesta pernikahan adalah merupakan tradisi dari
leluhur yang harus dilestarikan, yang mengatur tentang tatanan hidup dari
pesta pernikahan, pesta pernikahan tanpa adat seperti pesta yang tidak ada
nilainya, dimana didalam adat terdapat doa kepada kedua mempelai dalam
adat tersebut tentunya harus melakukan adat dalam setiap pesta pernikahan
sehingga adat tersebut tidak tertimpa dengan budaya yang lahir dari
C. Pembahasan
komuniikasi tersebut.
95
pesta pernikahan.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pesta pernikahan adat Nias, pada saat pesta pernikahan adat Niasa dan juga
dalam memahami bahasa adat yang digunakan, dan kepada tamu undangan
tahapan yaitu sebelum pesta pernikahan, saat pesta pernikahan adat, dan
pada saat sesudah pesta pernikahan. Saat pra pesta pernikahan hanya
dihadiri oleh keluarga inti dari mempelai calon pengantin. Pada pesta
101
pemberian simbol adat yang diberikan atau yang akan memberi dalam
pesta pernikahan adat Nias, serta memiliki makna sukacita kedua keluarga
sehingga ini menyulitkan peserta pesta pernikahan adat Nias itu sendiri
sehingga jika ada makna yang kurang dimengerti dan kurang sempurna
B. Saran
dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik dan
mendalam, maka terdapat beberapa saran yang saya selaku penelitian dan
ini akan semakin bagus lagi bila ada peneliti lain yang dapat
ini kedepan.
kita berada.
103
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Effendi, Onong Uchajana. 2009. Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja
Rosda Karya: Bandung.
Nuraeni, Gustina Heny, and Alfan Muhammad. 2012. Studi Budaya Indonesia.
Bandung : Pustaka Setia.
Referensi Lainnya
Jurnal / Skripsi
Nurhadi, Fachrul Zikri. 2018. Etnografi komunikasi tradisi siraman ada prosesi
Pernikahan adat sunda. Skripsi. Tidak dipublikasikan Universitas Garut.
Garut, Jawa Barat.
Harefa, Beniharmoni. 2017. Peradilan Adat Nias Dan Keadilan Restoratif. Skripsi.
Tidak dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Internet: