Kti Almania Resta

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 109

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN DIAGNOSA CA

COLON DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DI

RUANG RAHA MONGKILO RSUD BAHTERAMAS

KARYA TULIS ILMIAH

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :

ALMANIA RESTA
NIM. P00320018053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Almania Resta

NIM : P00320018053

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa

Ca Colon Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Kenyamanan Di Ruang Raha Mongkilo RSUD

Bahteramas.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya


tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Kendari, 31 Juni 2021


Yang Membuat Surat Pernyataan,

Almania Resta

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Almania Resta

2. Tempat/Tanggal Lahir : Amonggedo, 01 Maret 2000

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia

6. Alamat : Kec. Amonggedo, Kab. Konawe

7. No. Telp/Hp : 0822-6514-9646

B. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri 02 Benua Tamat Tahun 2012

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Amonggedo Tamat Tahun 2015

3. Sekolah Menengah Atas Negeri Amonggedo Tamat Tahun 2018

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2018-2021

v
MOTTO

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat di hantam

ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri

sendiri dan orang lain,karena hidup hanyalah sekali.

Ingat hanya pada allah apapun dan di manapun kita

berada kepada dia-lah tempat meminta dan memohon.

Jika kamu bersungguh-sungguh,

kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri

Berusaha dan berdoa adalah kunci kesuksesan

Jika orang lain bisa,maka aku juga termasuk bisa

Ilmu adalah milik diri sendiri,bukan untuk orang lain

Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis

Hari ini berjuang,besok raih kemenangan!!!

~ Almania Resta ~

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmatnya, penulis bisa dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA CA
COLON DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DI
RUANG RAHA MONGKILO RSUD BAHTERAMAS. Karya tulis ilmiah ini
dibuat sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III politeknik kesehatan
jurusan keperawatan.
Penulis mengucap terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
pembimbing saya Ibu Sitti Muhsinah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB selaku
pembimbing I dan Ibu Dian Yuniar Syanti Rahayu, SKM.,M.Kes selaku
pembimbing II yang juga senantiasa memberikan bimbingan dan masukan dalam
proses pembuatan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Askrening, SKM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan kendari.


2. Ibu drg. Rahminingrum P, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara yang telah memberi izin penelitian
3. Direktur Rumah Sakit Umum Kota Kendari yang telah memberikan izin
meneliti
4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,NS.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari
5. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
6. Dosen Penguji Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari Ibu Reni
Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB, Ibu Dr. Lilin Rosyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep,
dan Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc. Yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan pengetahuan, saran perbaikan serta motivasi
kepada penulis.
7. Kepada seluruh Dosen dan staf Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
keperawatan yang membantu penulis dalam menempuh pendidikan

vii
8. Kepada kedua orang tua saya yang tercinta, bapak saya Jamain dan ibu saya
Risna Yana yang senantiasa memberi dukungan dan mendidik saya dan kepada
saudaraku Sarah Anatul Mila, Adelia Sam Azizah, Iqramdha, dan Arsyillah
Khairunnisa yang telah memberikan semangat dan motivasi selalu beri
semangat kepada saya hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
9. Terimakasih kepada sahabat saya faisa,lisda,hasrina,stevani,nining,nisa,
werdiana,rahma,anita,riko dan seseorang yang spesial Muhammad ikbal yang
selalu support saya dan selalu membantu saya dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.

Kendari, 16 Juni 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

Almania Resta : NIM. P00320018053 “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A


Dengan Diagnosa Ca Colon Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di
Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas”. Dibimbing oleh Ibu Sitti
Muhsinah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB dan Ibu Dian Yuniar Syanti Rahayu,
SKM.,M.Kes. Ca Colon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar,
yakni bagian akhir dari sistem pencernaan.Sebagian besar kasus kanker
kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar
menjadi tumor. Tujuan studi kasus adalah peneliti menerapkan teknik relaksasi
napas dalam pada pasien Tn. A dengan Ca Colon dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Responden pada penelitian studi kasus ini
adalah Tn. A dengan diagnose Ca Colon yang sedang menjalani perawatan Di
Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas. Studi kasus ini dilaksanakan pada
tanggal 20 Februari 2021 s.d 25 Februari 2021. Focus studi yaitu klien klien yang
mengalami gangguan kebutuhan kenyamanan, instrument yang digunakan adalah
format pengkajian sampai evaluasi dan SOP teknik relaksasi napas dalam. Cara
pengumpulan data dimulai dari wawancara, pengukuran, observasi, dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian didapatkan klien mengatakan nyeri pada daerah
abdomen dengan skala 7 dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik di tandai dengan klien mengatakan nyeri pada
daerah perut bagian atas dan bawah. Intervensi keperawatan manajemen nyeri
dengan tujuan tingkat nyeri menurun. Implementasi dilaksanakan selama 4 hari
sesuai intervensi. Kemudian tahap evaluasi nyeri akut pada pasien Ca Colon
teratasi. Diharapkan petugas kesehatan dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami Ca Colon dengan lebih optimal agar meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit.

Kata Kunci : Ca Colon, Kebutuhan Kenyamanan, Nyeri Akut.


Pustaka : 21 (2017-2020)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 6
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Kebutuhan Kenyamanan ......................................... 9
B. Konsep Teori Ca Colon .................................................................. 28
C. Analisis Tindakan Keperawatan : Teori Teknik ............................ 39
Relaksasi Nafas Dalam
D. Konsep Keperawatan Tentang Ca Colon ....................................... 42
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus .................................................................. 46
B. Subjek Studi Kasus......................................................................... 46
C. Fokus Studi Kasus .......................................................................... 46
D. Definisi Operasional ....................................................................... 46
E. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ..................................................... 47
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 47
G. Analisa Data dan Penyajian ........................................................... 49
H. Etika Penelitian ............................................................................. 49
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ........................................................................... 51

x
B. Pembahasan ................................................................................... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 83
B. Saran .............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengkajian Kebutuhan Nutrisi ................................................... 55

Tabel 4.2 Pengkajian Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit ............................ 56

Tabel 4.3 Pengkajian Kebutuhan Eliminasi ............................................... 56

Tabel 4.4 Pengkajian Kebutuhan Istirahat Dan Tidur ................................ 57

Tabel 4.5 Pengkajian Kebutuhan Aktivitas ................................................ 58

Tabel 4.6 Pengkajian Kebutuhan Perawatan Diri ...................................... 60

Tabel 4.7 Pengkajian Kebutuhan Seksualitas ............................................ 62

Tabel 4.8 Hasil Laboratorium .................................................................... 63

Tabel 4.9 Analisa Data…………………………………………………....65

Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan .......................................................... 66

Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Hari Pertama................................ 68

Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan Hari Kedua .................................. 70

Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan Hari Ketiga .................................. 72

Tabel 4.14 Implementasi Keperawatan Hari Keempat .............................. 74

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SOP Teknik Relaksasi Napas Dalam

Lampiran 2 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 3 Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 4 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed

Consent)

Lampiran 6 Surat Pengembalian Data Awal Penelitian

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan survei GLOBOCAN (Global Burden Cancer) 2018,

insidens kanker kolon di seluruh dunia menempati urutan ketiga 1360 dari

100.000 penduduk [9,7%], keseluruhan laki-laki dan perempuan dan

menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian 694 dari 100.000

penduduk [8,5%], keseluruhan laki-laki dan perempuan (Komite

Penanggulangan Kanker Nasional, 2019).

Di Indonesia Ca Colon merupakan jenis kanker ke 3 terbanyak dengan

jumlah kasus 1,8 per100.000 penduduk dan jumlah ini semakin meningkat

seiring dengan perubahan pola hidup pendudukindonesia. Karakteristik Ca

Colon Di Indonesia berbeda dengan yang dilaporkan dinegara maju. Di

Indonesia pasien Ca Colon kebanyakan berusia dibawah 50 tahun yaitu sekitar

51% dari seluruh pasien dan pasien dibawah 40 tahun mencapai 28,17%

(Lubis, Abdullah, Hasan, & Suwarto, 2019).

Data penderita Ca Colon Diatas ditunjang dengan artikel atau jurnal

penenlitian oleh Mersy dan Luciana Rotty (2019) dimana pada tahun 2018, Ca

Colon menduduki posisi ke 4 dari keseluruhan diagnosis kanker dengan jumlah

kasus 30.017 (8,6% dari seluruh kasus kanker Di Indonesia). Sedangkan pada

artikel Muhammad Sayuti (2017) menjelaskan bahwa Di Indonesia jumlah

penderita Ca Colon adalah 17,2 per 100.000 penduduk dan angka ini

diprediksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Studi epidemiologi

sebelumnya menunjukkan bahwa usia pasien Ca Colon Di Indonesia lebih

1
muda dari pada pasien Ca Colon Di Negara Maju. Lebih dari 30% kasus

didapat pada pasien yang berumur 40 tahun atau lebih muda, sedangkan Di

Negara maju pasien yang umurnya kurang dari 50 tahun hanya 2-8% saja.

Prevalensi kejadian Ca Colon Di Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

prevalensi Ca Colon mencapai 3,1% (731 kasus), pada tahun 2019 mencapai

3,7% (811 kasus), dan pada tahun 2020 mencapai 3,5-4,2% (Dinkes Sultra drg.

Rahminingrum P, M.kes, 2020).

Berdasarkan data pasien yang masuk di RSUD Bahtermas Provinsi

Sulawesi tenggara,jumlah pasien cancer colon dari tahun 2018 hingga 2020

berjumlah 63 orang dan jumlah kematian sebanyak 7 orang. Yakni pada tahun

2018 sebanyak 22 kasus dimana 3 kasus meninggal,tahun 2019 terjadi

peningkatan kasus yakni sebesar 32 kasus dan 4 orang kasus meninggal, dan

pada tahun 2020 jumlah kasus cancer colon mengalami penurunan yaitu 9

kasus dan tidak ada jumlah kematian ( SIMRS RSUD prov. Sultra).

Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan dan

mendukung berjalannya aktivitas secara optimal.Kesehatan diartikan sebagai

kondisi fisik,mental dan sosial yang terbebas dari gangguan penyakit sehingga

aktivitas yang berjalan di dalamnya dapat terjadi secara optimal. Untuk

mencapai standar kesehatan yang baik maka diperlukan adanya proses

pengelolaan lingkungan sekitar dan aktivitas harian yang tercermin dalam gaya

hidup sehat. Gaya hidup sehat merupakan gaya hidup masyarakat yang

menjunjung tinggi aspek-aspek kesehatan seperti pengelolaan kebersihan dan

kesehatan lingkungan, menjaga kebugaran fisik dan psikis dan pemberian

2
asupan nutrisi yang cukup, sehingga tercapai standar kesehatan yang baik

(Susanti & Kholisoh, 2018).

Perubahan gaya hidup dan pola makan mempengaruhi terjadinya Ca

Colon(Astuti, Rafli, & Zeffira, 2019). Ca atau kanker (Cancer) adalah penyakit

akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah jadi

sel kanker. Kolon atau Colon merupakan bagian dari usus besar pada system

pencernaan yang berbentuk tabung muscular yang memiliki panjang sekitar 1,5

m dan berdiameter 5 cm. Ca Colon adalah kanker yang menyerang bagian usus

besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan.Sebagian besar kasus kanker

kolon dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar

menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia, 2018).Ca Colonadalah keganasan

yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari

usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2019).

Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan pada

pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual untuk

terkena Ca Colon. Angka kematian Ca Colontelah berkurang sejak 20 tahun

terakhir.Ini berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan kemajuan pada

penanganan Ca Colon(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2019).

Manifestasi klinis Ca Colon adalah perubahan pada pola buang air besar

Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses. Rasa tidak

nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas atau rasa sakit

yang berulang.Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah

buang air besar.Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih.Turunnya berat badan

secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya.

3
Penatalaksanaan pada pasien Ca Colon pada dilakukan tindakan

operasi, namun apabila kanker beresiko tinggi seperti kanker terlihat abnormal,

menyumbat usus besar, kanker menyebar ke organ lain akan dianjurkan

dilakukan kemoterapi pasca operasi untuk mengurangi resiko kekambuhan dan

efek samping yang mungkin terjadi, namun apabila kanker telah menyebar

terlalu luas, kemoterapi dapat dijadikan pengobatan utama untuk

mengendalikan kanker (Firdaus, 2019).

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada paasien Ca

Colon sangat diperlukan. Peran perawat dalam menyusun asuhan

keperawataan dengan cara melakukan pengkajian dengan beberapa cara yaitu

anamneses untuk mengetahui keluhan klien dan pemeriksaan fisik, setelahitu

perawatmenentukan diagnosa keperawatan, selanjutnya perawat menentukan

intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi.

Menurut Sayuti (2019) keluhan atau gejala yang sering dirasakan

pasien Ca Colon adalah nyeri pada daerah abdomen, kenyamanan pasien yang

terganggu akibat nyeri, kualitas istirahat dan tidur yang tidak terkontrol,

kecemasan sebelum operasi, aktivitas sehari-hari yang tidak bisa dituntaskan

dengan efektif. Sehingga dapat dirumuskan diagnosis keperawatan yang biasa

muncul pada pasien Ca Colon sebelum tindakan operasi berdasarkan Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu antara lainnyeri akut, ansietas,

dan gangguan rasa nyaman (Tim Pokja, 2017).

Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),

intervensi yang biasa dilakukan perawat untuk masalah nyeri adalah

manajemen nyeri yang teridiri dari tindakan observasi,terapeutik, edukasi, dan

4
kolaborasi. Tindakan terapeutik perawat yaitu berikan teknik non

farmkologis untuk mengurangi rasa nyeri. Tindakan edukasi perawat yaitu

jelaskan strategi meredahkan nyeri(SIKI, 2017).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan bentuk asuhankeperawatan,

disini perawat mengajarkan klien tentang bagaimana cara melakukan nafas

dalam (Smeltzer &Bare, 2019). Relaksasi adalah hilangnya ketegangan otot

yang dicapai dengan teknik yang disengaja (Smeltzer & Bare, 2019).Teknik

relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pada pasien post operasi, hal

ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam neyri pasca

operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam

(Majid et al, 2019).

Berdasarkan data dari studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 14 Januari 2020 di ruangan kemoterapi RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan dari Bulan Januari hingga Desember 2018 klien

dengan Ca Colon cenderung mengalami nyeri pada bagian abdomen sehingga

peran perawat sangat penting untuk memberikan intervensi agar nyeri yang

dirasakan klien dapat terkontrol dan kebutuhan kenyamanan klien terpenuhi.

Penelitian tentang relaksasi napas dalam menurut (2019)menyimpulkan

teknik relaksasi napas dalam efektif dalam penurunan intensitas dan skala

nyeri yang dilakukan selama 3 hari dengan intensitas 3 kali sehari pada pasien

nyeri abdomen sehingga terjadi penurunan skala nyeri dari skala 8 (berat)

menurun menjadi skala 2 (ringan). Hal ini terjadi karena penerapan tekinik

relaksasi napas dalam menyebabkan kecilnya peran penyebab nyeri.

5
Penelitian lain juga dilakukan oleh Gusrina Komara Putri (2019)

menyatakan bahwa adanya pengaru teknik relaksasi napas dalam terhadap

penurunan skala nyeri yang dirasakan pasien, dimana skala nyeri yang

dirasakan klien skala nyeri sedang (skala 6) dan setelah dilakukan teknik

relaksasi napas dalam terjadi penurunan skala nyeri menjadi ringan dan

terkontrol (skala 1-2). Teknik relaksasi adalah tindakan pemulihan mental,

fisik dari nyeri, stress dan ketegangan.

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, sehingga penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan Diagnosa

Ca Colon Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di Ruang Raha

Mongkilo RSUD Bahteramas”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

Tn.A Dengan Diagnosa Ca Colon Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan

Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. TujuanUmum

Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.A dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca Colon

Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

6
2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dalam pemenuhan

kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca Colon Di Ruang

Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca

Colon Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

c. Melakukan penyusunan intervensi atau rencana keperwatan pada pasien

dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan

Ca Colon Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

d. Mampu melakukan tindakan atau implementasi keperawatan pada

pasien dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah

kesehatan Ca Colon Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

e. Melakukan evaluasi pada pasien dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca Colon Di Ruang Raha

Mongkilo RSUD Bahteramas.

f. Melakukan tindakan atau intervensi relaksasi nafas dalam pada pasien

dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan

Ca Colon Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Klien / Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan klien/masyarakat mengenai pada pasien

dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca

Colon.

7
2. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat menambah wawasan dan teknologi terapan bidang

keperawatan pada pasien dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan

masalah kesehatan Ca Colon.

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam

mengaplikasiakan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang

pasien dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah

kesehatan Ca Colon.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Kebutuhan Kenyamanan

1. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan

Potter & Perry(2019) mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman

adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan

transenden (keadaan tentang suatu yang melebihi masalah dan nyeri).

Kenyamanan sendiri harus dipandang secara holistic yang mencakup empat

aspek, yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

sosial.

c. Psikospirutual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan.

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur alamiah

lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah

memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan

bantuan.

9
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

adalah rasa nyaman bebas dari rasa nyeri.Hal ini disebabkan karena kondisi

nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi

perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan

tanda pada pasien (Wahyudi & Wahid, 2019).

2. Konsep Nyeri

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat

subjektif.Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak

nyaman, baik ringan maupun berat.Nyeri dapat dianggap sebagai ungkapan

suatu prores patologis dalam tubuh. Nyeri adalah segala sesuatu yang

dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang

mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Rosdahl & Kowalski, 2020).

3. Klasifikasi Nyeri

International Association for the Study of Pain (IASP) telah

mengidetifikasi beberapa kategori nyeri, diantaranya :

a. Nyeri akut biasanya nyeri ini merupakan sensasi nyeri yang dirasakan

secara mendadak, penyebab nyeri ini biasanya adalah trauma akibat

kecelakaan, infeksi, dan pemebedahan. Nyeri akut ini biasanya terjadi

dalam periode waktu yang singkat kurang lebih 6 bulan dan biasanya

berifat intermen (sesekali), tidak konstan.

b. Nyeri alih adalah nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh, tetapi

diprespesikan di bagian tubuh lain. Nyeri alih biasa terjadi di dalam

visera (organ internal) dan dapat dipresepsikan di kulit.

10
c. Nyeri kanker adalah nyeri yang dihasilkan dari beberapa keganasan.

Sering kali nyeri kanker sangat hebat dan terkadang susah diatasi, dan

kronis.

d. Nyeri kronis juga bisa disebut (nyeri neuropatik) nyeri ini sebagai

ketidak nyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama (6bulan

atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup klien (Rosdahl & Kowalski,

2019).

Secara umum dikenal beberapa jenis rasa nyeri, yaitu:

a. Nosispetif : nyeri yang berasal dari aktivitas nosiseptor pada semua

jaringan, kecuali system saraf.

b. Neuropatik : nyeri yang berasal dari lesi saraf perifer atau sentral.

c. Radikular : nyeri yang berpangkal pada tingkat tulang belakang tertentu

dan menjalar.

d. Sentral : nyeri yang berasal dari lesi pada susunan saraf pusat (SSP).

e. Deferensiasi : nyeri kronik sebagai akibat hilangnya rangsangan saraf

yang masuk ke jalur susunan saraf sentral atau perifer.

f. Simpatetik : nyeri yang berasal dari leasi saraf simpatis perifer.

g. Psikogenik : karena konfilk mental seseorang dapat memperoleh

gangguan somestesia (Rasjidi, 2020).

4. Fisiologi Nyeri

Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling

sederhana adalah teori Gate Control yang dikemukakan oleh Melezack dan

Well (2019).Dijelaskan bahwa subtansi gelatinosa (SG) pada medulla

spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau

11
menghalangi masuknya implus nyeri menuju otak.Pada mekanisme nyeri

ini, stimulus nyeri dikirimkan melalui serabut saraf berdiameter kecil

melewati gerbang.Tetapi serabut saraf berdiameter besar yang juga

melewati gerbang tersebut dapat juga menghambat pengirimin impuls nyeri

dengan cara menutup gerbang itu. Impuls yang berkonduksi pada serabut

berdiameter besar bukan hanya menutup gerbang saja, tetapi bisa langsung

merambat ke korteks agar dapat diidentifikasi dengan cepat. Dibuktikan

dalam uji coba yang dilakukan oleh Melezack dan Well, pada 8 orang

memakai listrik berkekuatan 0,1 m-sec, 100 cps guna merangsang saraf

spinalis perifer sehingga menimbulkan rasa nyeri seperti terbakar.

Kemudian, dengan kekuatan listrik yang relatif kecil, ia merangsang serabut

yang lebih tebal sehingga rasa nyeri tersbut menghilang. Uji coba ini

membuktikan bahwa teori gate control benar.Jika ada suatu zat dapat

mempengaruhi subtansi galatinosa di dalam gate control, zat tersebut dapat

digunakan untuk pengobatan nyeri (Mubarak & Chayatin, 2018).

5. Respon Terhadap Nyeri

Setiap orang memberikan reaksi terhadap nyeri dengan reaksi yang

berbeda-beda.Ada orang menghadapinya dengan rasa takut, cemas ada pula

yang menghadapinya dengan sikap optimis dan penuh toleransi.Sebagian

orang merespon nyeri dengan menangis, mengerang dan menjerit-jerit,

meminta pertolongan, gelisah di tempat tidur, atau berjalan mondar-mandir

tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri.Dan sedangkan sebagian lainnya

tidur sambil menggertakan gigi, mengepalkan tangan, atau juga

12
mengeluarkan banyak keringat ketika mengalami nyeri (Mubarak &

Chayatin, 2018).

6. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

a. Etnik dan nilai budaya Latar belakang etnik dan budaya ini merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi

nyeri. Sebagai contoh, individu dari salah satu budaya tertenu cenderung

ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya

lain justru lebih memilih memendam perasaan mereka dan tidak ingin

merepotkan orang lain.

b. Tahap perekembangan Usia dan tahap perkembangan seseorang

merupakan hal penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi

terhadap nyeri. Contoh halnya, anak-anak lebih cenderung kurang

mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan, anak-anak hanya

bisa mengeluarkan ekspresi seperti menangis, menjerit dibandingkan

dengan orang dewasa, dan kondisi seperti ini dapat menghambat

penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, pravalensi nyeri pada

individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis yang mereka

derita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan,

tetapi efek analgesik yang diberikan menurun karena perubahan

fisiologis yang terjadi.

c. Lingkungan dan individu pendukung Lingkungan dan dukungan juga

sangat mempengaruhi kondisi nyeri. Lingkungan yang asing, tingkat

kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di

lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari

13
keluarga dan orang-orang terdekat juga menjadi salah satu faktor penting

yang mempengaruhi presepsi nyeri individu. Contoh, individu yang

sendirian tanpa ada dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat

akan lebih merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan individu yang

mendapatkan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat.

d. Pengalaman nyeri sebelumnya Pengalaman nyeri ini juga bisa

berpengaruh terhadap prespsi nyeri individu dan kepekaan terhadap

nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan

penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung merasa

terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu

lain yang belum pernah mengalaminya. E

e. Ansietas dan stress Ansietas sering kali timbul bersamaan ketika nyeri

terjadi. Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan individu

mengontrol nyeri atau peristiwa disekelilingnya dapat memperberat

presepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu

mengontrol nyeri yang mereka rasakan maka nyeri yang mereka rasakan

akan berpengaruh mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang

akan menurunkan presepsi nyeri (Mubarak & Chayatin,2018).

14
7. Intensitas Nyeri

Nyeri sendiri tidak dapat diukur secara objektif, sehingga intensitas

nyeri merupakan karakteristik yang sangat relatif.Oleh karena itu, banyak

tes, sekala, skor, atau tingkatan angka dibuat untuk membantu dalam

mengukur intensitas nyeri secara subjektif setepat mungkin(Rasjidi, 2019).

8. Alat Bantu Menentukan Sekala Nyeri

Untuk mempermudah pengukuran nyeri, dapat digunakan banyak

cara, tes, atau skala pengukur nyeri. Namun, perlu diingat bahwa semua tes

tersebut besifat subjektif. Menurut Haswita & Sulistyawati (2019),

pengukuran intensitas nyeri yaitu:

a. Skala nyeri menurut Hayward

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut

Hayward dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salahsatu

bilangan dari 0-10 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman

nyeri yang sangat ia rasakan.

Gambar 2.1: Skala Nyeri Hayward


Sumber: Haswita & Sulistyawati (2019)

15
Keterangan gambar:

Angka 0: tidak nyeri

Angka 1-3: nyeri ringan

Angka 4-6: nyeri sedang

Angka 7-9: nyeri berat terkontrol

Angka 10: nyeri berat tidak terkontrol

b. Skala nyeri menurut Mc. Gill

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut

Mc. Gill dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu

bilangan dari 0-5 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman

nyeri yang sangat ia rasakan. Skala nyeri menurut Mc. Gilll dapat

dkituliskan sebagai berikut:

Angka 0: tidak nyeri.

Angka 1: nyeri ringan.

Angka 2: nyeri sedang.

Angka 3: nyeri berat atau parah.

Angka 4: nyeri sangat berat.

Angka 5: nyeri hebat.

c. Skala wajah atau Visual Analog Scale

Pengukuran intensitas nyeri di wajah dilakukan dengan cara

memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang.

Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyebutkan intensitas

nyerinya dengan skala angka, misalnya anak-anak dan lansia.

16
Gambar 2.2: Pengukuran Skala Nyeri Skala Wajah
Sumber: Haswita & Sulistyawati (2019)

Keterangan gambar:

Angka 0: tidak nyeri.

Angka 1-2: nyeri ringan.

Angka 3-4: nyeri sedang.

Angka 5-6: nyeri berat atau parah.

Angka 7-8: nyeri sangat berat.

Angka 9-10: nyeri hebat.

9. Tinjauan Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya

penatalaksanaan nyeri yang efektif.

1) Identitas pasien

Identitas pasien meliputi, nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, suku, bangsa, tanggal dan jam masuk

rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.

2) Keluhan utama

Penjelasan pasien tentang nyeri yang dirasakan

17
3) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang ditemukan saat pengkajian, yang

diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan

pengkajian.Pasien yang mengalami kanker kolon umumnya

merasakan atau mengeluh nyeri.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu ini berisi tentang pengalaman

penyakit sebelumya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang

diderita sekarang dan apakah pernah mengalami pembedahan

sebelumnya.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang

menderita penyakit yang sama seperti pasien, karena penyebab kanker

kolon salah satu faktornya adalah keturunan.

6) Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri pada masalah nyeri secara umum

mencangkup lima hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri,

intensitas nyeri, dan waktu serangan. Berikut penjelasan tentang

pengkajian nyeri:

P : Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan

mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

Q : Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau tumpul.

R : Region atau lokasi, yaitu perjalanan ke bagian lain.

18
S : Severity atau keparahan, yaitu intenstias nyeri.

T : Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi nyeri.

7) Riwayat nyeri

Saat mengkaji nyeri, perawat harus memberikan pasien

kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap

nyeri dan situasi tersebut dengan cara atau kata-kata mereka sendiri.

Langkah ini akan membantu perawat memahami makna nyeri pada

pasien, pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain:

a) Lokasi: untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa

memberikan bantuan dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa

menandai bagian tubuh mana yang dirasakan nyeri.

b) Intensitas nyeri: cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya

paling banyak menggunkan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5

atau 0-10. Angka „0‟ menandakan tidak adanya nyeri dan angka

tertinggi adalah nyeri „terhebat‟ yang dirasakan pasien.

c) Kualitas nyeri: terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti,

tertusuk-tusuk, teriris benda tajam, di setrum dan rasa terbakar.

Perawat dapat mencatat kata-kata yang digunakan pasien dalam

menggambarkan nyerinya.

d) Pola: pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval

nyeri. Maka, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa

lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri

terakhir kali muncul.

19
e) Faktor presipitasi: terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu

munculnya nyeri. Seperti, aktivitas berlebih yang mengakibatkan

timbulnya nyeri dada, selain itu faktor lingkungan, suhu lingkungan

dapat berpengaruh terhadap nyeri, stersor fisik dan emosional juga

dapat memicu munculnya nyeri.

f) Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang

menyertai, seperti mual, muntah,dan pusing.

g) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari: dengan mengetahui sejauh

mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian pasien akan membantu

perawat dalam memahami perspektif pasien tentang nyeri.

Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri, yaitu

pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan dan aktivitas

diwaktu senggang.

h) Sumber koping: setiap individu memliki strategi koping berbeda

beda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi

oleh pengalaman nyeri sebelumnya, atau pengaruh agama dan

budaya.

i) Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi,

bergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri, dan faktor

lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut,

lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri pasien (Mubarak &

Chayatin, 2020).

20
8) Pemerikasaan fisik

Pemerikasaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.

a) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan

pada setiap pemeriksaan.

b) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit,

hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan

warna dan ada tidaknya edema.

c) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi

pasien, memori, komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama

sebagai akibat dari nyeri.

d) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien

apabila kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan

palpasi untuk mengetahui area spesifik dari nyeri.

e) Pemerikasaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat

bantu dalam menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan

etiologi nyeri.

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien gangguan

kebutuhan kenyamanan akibat nyeri yang dirasakan pasien adalah:

1) Nyeri akut

a) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak

21
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

b) Penyebab

(1) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia,

neoplasma )

(2) Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia iritan )

(3) Agen pencedera fisik ( mis. Abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan )

c) Gejala dan Tanda Mayor

(1) Subjektif

(a) Mengeluh nyeri

(2) Objektif

(a) Tampak meringis

(b) Bersikap protektif ( mis. Waspada, posisi menghindari

nyeri )

(c) Gelisah

(d) Frekuensi nadi meningkat

(e) Sulit tidur

d) Gejala dan Tanda Minor

(1) Objektif

(a) Tekanan darah meningkat

(b) Pola napas berubah

(c) Nafsu makan berubah

22
(d) Proses berfikit terganggu

(e) Menarik diri

(f) Berfokus pada diri sendiri

(g) diaforesis

2) Ganguan Rasa Nyaman

a) Definisi

gangguan rasa nyaman adaalah perasaan kurang senang, lega

dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, linkungan dan

sosial.

b) Penyebab

(1) Gejala penyakit

(2) Kurang pengendalian

(3) Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan financial,

sosial, dan pengetahuan)

(4) Kurangnya privasi

(5) Gangguan stimulus lingkungan

(6) Efek samping terapi ( mis. Medikasi, radiasi, kemoerapi )

(7) Angguan adaptasi kehamilan

c) Gejala dan Tanda Mayor

(1) Subjektif ( mengeluh tidak nyaman)

(2) Objektif ( gelisah )

23
d) Gejala dan Tanda Minor

(1) Subjektif

(a) Mengeluh sulit tidur

(b) Tidak mampu rileks

(c) Mengeluh kedinginan/kepanasan

(d) Merasa gatal

(e) Mengeluh mual

(f) Mengeluh lelah

(2) Objektif

(a) Menunjukkan gejala distress

(b) Tampak merintih/menangis

(c) Pola eliminasi berubah

(d) Postur tubuh berubah

(e) Iritabilitas

c. Rencana Keperawatan

1) Nyeri Akut

a) Manajemen nyeri

Definisi: mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan.

Tindakan observasi:

(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

(2) Identifikasi skala nyeri

(3) Identifikasi respon nyeri dan non verbal

24
(4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

(5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

(6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

(7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

(8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

(9) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Tindakan terapeutik:

(1) Berikan teknik non farmkologis untuk mengurangi rasa nyeri

(mis. Hipnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi

pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain)

(2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan)

(3) Fasilitas istirahat dan tidur

(4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

Tindakan edukasi:

(1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

(2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

(3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi:

(1) Kolaborasi pemeberian analgetik (SIKI, 2018).

25
b) Terapi relaksasi

Definsi: menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda

dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau

kecemasan.

Tindakan observasi:

(1) Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan

berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan

kognitif

(2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan

(3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik

sebelumnya

(4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan

suhu sebelum dan sesudah latihan

(5) Monitor respon terhadap relaksasi

Tindakan terapeutik:

(1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan

pencahayaan dan suhu ruang nyaman, kemampuan kognitif

(2) Berikaan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur

teknik relaksasi

(3) Gunakan pakaian longgar

(4) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan be

(5) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik

atau tindakan medis lain, jika perlu

26
Tindakan edukasi:

(1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang

tersedia (misalnya: music, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot

progresif)

(2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih

(3) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman

(4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

(5) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih

(6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (misalnya: napas

dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

d. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan

dalam rencana keperawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan

mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan manidiri

(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan

atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari

petugas kesehatan lain tetapi tetap dengan menggunakan SOP tindakan

keperawatan. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil

keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwoto

& Wartonah, 2019).

27
e. Evaluasi

Evaluasi adalah hasil dari perkembangan kesehatan pasien,

dengan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawat dapat

dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan.

B. Konsep Teori Ca Colon

1. Definisi Ca Colon

Ca Colonmerupakan kanker yang menyerang bagian usus besar,

yakni bagian akhir dari sistem pencernaan.Sebagian besar kasus kanker

kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian

membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia, 2018).

Ca Colonadalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,

terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) (Komite

Penanggulangan Kanker Nasional, 2019).

Gambar 2.3 Penyakit Ca Colon

28
2. Anatomi Fisiologi

Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai anus.

Panjangnya bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar berbentuk tabung

muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang terbentang

dari saekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar

daripada usus kecil, yaitu sekitar 6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus

diameternya akan semakin kecil. Usus besar terdiri dari bagian yaitu

caecum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid

dan rektum.

Gamabr 2.4 Anatomi Sistem Pencernaan

a. Struktur usus besar

1) Caecum

Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada

usus besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm.

Saekum terletak pada fossa iliakakanan di atas setengah bagian

lateralis ligamentum inguinale. Biasanya saekum seluruhnya

dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak bebas, tetapi

29
tidak mempunyai mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di

sebelah medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika

caecalis, menghasilkan suatu kantong peritoneum kecil, recessus

retrocaecalis.

2) Kolon asenden

Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan

sampai ke sebelah kanan abdomen.Panjangnya 13 cm, terletak di

bawah abdomen sebelah kanan dan di hati membelok ke

kiri.Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)

dan dilanjutkan dengan kolon transversum.

3) Kolon Transversum

Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling

dapat bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon, yang ikut

membentuk omentum majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan

menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra sinistra yang letaknya

lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidak tepat melintang

(transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak di

regio umbilikus.

4) Kolon desenden

Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen

bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di

depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang

peritoneum.

30
5) Kolon sigmoid

Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih

40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari

apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihanmenjadi

rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan

berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.Kolon

sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding

belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).

6) Rektum

Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon

sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva

lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus

dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah valvula:

superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum

terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian

proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian

ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior

lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal)

adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke

bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani

(eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi

rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas,

medial dan depan.

31
3. Etiologi

Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena Ca

Colon.Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubahseperti

usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat menderita infeksi

usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron), dan memiliki anggota

keluarga yang mempunyai riwayat polip atau kanker usus besar. Faktor

risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan

risiko Ca Colon di usia muda dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah

mengonsumsi daging merah dan daging olahan secara berlebihan.

Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya Ca Colon, batasi makanan

tinggi lemak termasuk daging merah.Merokok juga merupakan faktor risiko

terjadinya Ca Colon. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar

di Amerika Serikat dihubungkan dengan rokok. Merokok berhubungan

dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko

perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain

adalah pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi

asetildehida yang meningkatkan risiko Ca Colon. Lebih baik konsumsi

buah dan sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan seratnya

akan mengikat sisa makanan dan membuat feses lebih berat sehingga

mudah dibuang (Kemenkes RI, 2019).

32
4. Patofisiologi

Umumnya Ca Colonadalah adenokarsinoma yang berkembang dari

polip adenoma.Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun

umumnya masih terjadi di rektum dan kolonsigmoid.Polip tumbuh dengan

lambat, sebagian besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk

menjadi ganas.Ketika polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan

mulai menginvasi dinding usus.Tumor di usus kanan cenderung menjadi

tebal dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor

pada usus kiri bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada

suplai darah (Black & Hawks, 2019).

Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam

lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang

berdekatan.Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke

sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.Struktur yang

berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus

halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga

dapat dikenai oleh perluasan.Metastasis ke kelenjar getah bening regional

sering berasal dari penyebaran tumor.Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja

kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih

normal.Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui

sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-

paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area lain dari

rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau

selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks, 2019).

33
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal

dan 20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending.Ca Colonterutama

adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%.Tumor

pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum

(dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara

(Black & Hawks, 2019) :

a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung

misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara

langsung juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.

b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa

mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.

c. Tertanam ke rongga abdomen.

5. Manisfestasi Klinis

Manifestasi Ca Colonmenurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018) :

a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi atau

perubahan pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini

berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Kadang-kadang

perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk dari feses atau

kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras, lalu lunak, dan

seterusnya).

b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses,

seringkali hanya dapat dideteksi di laboratorium.

c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas

atau rasa sakit yang berulang.

34
d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang air

besar.

e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih

f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan Ca Colon

adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018) :

a. Pemeriksaan Laboratorium Klinis

Pemeriksaan laboratorium terhadap Ca Colonbisa untuk

menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau

kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain

pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang

merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemia kemungkinan

ditemukan oleh karena adanya perdarahan kecil.Perdarahan tersembunyi

dapat dilihat dari pemeriksaan tinja.Selainpemeriksaan rutin diatas,

dalam menegakkan diagnosa karsinoma kolorektal dilakukan juga

skrining CEA (Carcinoma Embrionic Antigen).Carcinoma Embrionic

Antigen merupakan pertanda serum terhadap adanya karsinoma kolon

dan rektum.Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah glikoprotein

yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran

darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status

Ca Colon dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke

hepar.Carcinoma Embrionic Antigen terlalu insensitif dan nonspesifik

untuk bisa digunakan sebagai skrining Ca Colon.Meningkatnya nilai

35
CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa

parameter.Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan

2, stadium lanjut dari penyakit dan adanya metastase ke organ

dalam.Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik

independen.Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada

monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.

b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi

Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada Ca

Colonadalah terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat

kolonoskopi maupun reseksi usus.Hasil pemeriksaan ini adalah hasil

histopatologi yang merupakan diagnosa definitif.Daripemeriksaan

histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis kanker

maupun karsinoma di kolorektal ini.

c. Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos

abdomen atau menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan

adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang

sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran

>1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi,

merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti

kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi,

atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang

mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko

perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu

36
sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah

kontras larut air harus digunakan daripada barium enema.Computerised

Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI),

Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan

yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan

Ca Colon, tetapi teknik ini bukan merupakan skrining tes.

d. Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran

seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan

saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaitu selang

lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera.

Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat

menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari

pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium

enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Kolonoskopi juga dapat

digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan

dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat

aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan

perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi

merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan

manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut divertikulitis,

sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik,

striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada

kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan

37
merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan

perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik.

7. Penatalaksanaan

a. Stadium 0 (TisN0M0)

1) Eksisi local polipektomi sederhana

2) Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak memenuhi syarat

eksisi local

b. Stadium I (T1-2N0M0)

1) Wide surgical resection dengan anastomosis tanpa kemoterapi

adjuvan

c. Stadium II (T3N0M0, T4a-bN0M0)

1) Wide surgical resection dengan anastomosis

2) Terapi adjuvan setelah pembedahan pada pasien dengan risiko tinggi

d. Stadium III (T apapun N1-2M0)

1) Wide surgical resection dengan anastomosis

2) Terapi adjuvan setelah pembedahan

e. Stadium IV (T apapun, N apapun, M1)

1) Reseksi tumor primer pada kasus kanker kolorektal metastasis yang

dapat direseksi

2) Kemoterapi sistemik pada kasus kanker kolorektal dengan metastasis

yang tidak dapat direseksi dan tanpa gejala

38
C. Analisis Tindakan Keperawatan : Teori Teknik Relaksasi Nafas Dalam

1. Definisi Relaksasi

Relaksasi adalah hilangnya ketegangan otot yang dicapai dengan

teknik yang disengaja (Smeltzer & Bare, 2019).Pernafasan dalam adalah

pernafasan melalui hidung, pernafasan dada rendah dan pernafasan perut

dimana perut mengembang secara perlahan saat menarik dan mengeluarkan

nafas (Smith, 2019). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan bentuk

asuhankeperawatan, disini perawat mengajarkan klien tentang bagaimana

cara melakukan nafas dalam (Smeltzer &Bare, 2019).

2. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi bertujuan untuk mengatasi atau menurunkan kecemasan,

menurunkan ketegangan otot dan tulang, serta mengurangi nyeri dan

menurunkan ketegangan otot yang berhubungan dengan fisiologis tubuh

(Kozier, 2020).

Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pada pasien

post operasi, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal

dalam neyri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik

relaksasi nafas dalam (Majid et al, 2019).

Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat hormon

yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin dan hormon kortison. Kadar

PaCO2 akan meningkat dan menurunkan PH, sehingga akan meningkatkan

kadar oksigen dalam darah (Majid et al, 2019).

39
3. Jenis Relaksasi

Ada beberapa jenis cara yang dapat dilakukan dalam melakukukan

relaksasi, menurut Trullyen (2019), dibagi menjadi lima yaitu :

a. Posisi relaksasi dengan terlentang

Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak

meregang lurus kea rah luar, letakkan pada lengan pada sisi tanpa

menyentuh sisitubuh, pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang

dan gunakan bantal yang tipis dan kecil di bawah kepala.

b. Posisi relaksasi dengan berbaring

Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal

dan dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak

menggantung.

c. Posisi relaksasi dengan keadaan berbaring terlentang

Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua

lengan disamping telinga.

d. Posisi relaksasi dengan duduk

Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki

pada lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain, gantungkan lengan

pada sisi atau letakkan pada lengan kursi dan pertahankan kepala sejajar

dengan tulang belakang.

40
4. Langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Potter dan Perry (2019), langkah-langkah teknik relaksasi nafas

dalam yaitu :

a. Ciptakan lingkungan tenang, usahakan tetap rileks dan tenang.

b. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan udara dihembuskan melalui

mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks.

c. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas lagi

melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-

lahan.

d. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap

konsentrasi / mata sambil terpejam, pada saat konsentrasi pusatkan pada

daerah nyeri.

e. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

f. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali

g. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat.

41
D. Konsep Keperawatan Tentang Ca Colon

1. Pengkajian

a. Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:

1) Meliputi nama dan alamat

2) Jenis kelamin : kanker usus ini lebih banyak menyerang pada laki –

laki.

3) Umur : paling sering menyerang orang yang berusia lebih dari 40

tahun

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.Lakukan

pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien

hanya kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau

gelengan.

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:

Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien

pernah menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker

usus besar dapat terkena kanker usus besar untuk kedua kalinya.Selain

itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium)

atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena

kanker usus besar.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu

menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga

lainnya mempunyai riwayat kanker usus besar pada keluarga, maka

42
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara

anda terkena kanker pada usia muda

e. Riwayat Tumbuh Kembang

Kelainan – kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan

pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit

seperti gizi buruk atau obesitas.

f. Riwayat Sosial Ekonomi

Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang

dikonsumsi oleh pasien setiap harinya.

g. Riwayat Psikologi

Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada

tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu.Kita kaji tingkah

laku dan kepribadian.

h. Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan

Cara klien menjaga kesehatan, cara menjaga kesehatan, pengetahuan

klien tahu tentang penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul,

perilaku mengatasi kesehatan, pengetahuan penyebab sakitnya.

i. Nutrisi metabolik

Makan atau minum, frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obat-obatan

yang dikonsumsi.

j. Eliminasi

Pola buang air besar atau buang air kecil : teratur, frekuensi, warna,

konsistensi, keluhan nyeri.

43
k. Aktivitas dan latihan

Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-

hari, bantuan dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.

l. Tidur dan istirahat

Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur klien.

m. Kognitif dan persepsi sensori

Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi Panca indera, alat bantu

yang digunakan misalnya kaca mata.

n. Persepsi dan konsep diri

Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap

penyakitnya, harapan klien terhadap penyakitnya.

o. Peran dan hubungan dengan sesama

Hubungan klien dengan sesama, hubungan klien dengan orang lain

keluarga, perawat dan dokter

p. Reproduksi dan seksualitas

Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan

toleransi terhadap stres.

q. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi solus.

r. Nilai dan kepercayaan

Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan medis yang bertentangan

dengan kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang dianut klien,

persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang

nilai dan kepercayaan klien.

44
s. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

t. Pemeriksaan penunjang

3) Pemeriksaan Laboratorium Klinis

4) Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi

5) Radiologi

6) Kolonoskopi

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul Pada Pasien Ca Colon

b. Nyeri akut

c. Nyeri kronis

d. Deficit nutrisi

45
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini merupakan penelitian studi kasus deskriptif.Studi kasus

deskriptif yaitu untuk mendiskripsikan secara sistematis dan akurat suatu

situasi individu yang bersifat faktual.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus ini adalah pasien dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca Colon Di Ruang Raha Mongkilo

RSUD Bahteramas.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam studi kasus ini yaitu :

1. Asuhan keperawatan pada pasien dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca Colon Di Ruang Raha

Mongkilo RSUD Bahteramas.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan pada pasien dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan masalah kesehatan Ca Colon

Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

D. Definisi Operasional

1. Ca colon atau kanker kolon adalah kanker usus besar yang berupa benjolan

kecil yang kemudian membesar menjadi tumor dan kanker .

2. Kenyamanan(bebas rasa nyeri) adalah terpenuhinya kebutuhan

kenyamanan seseorang dari rasa nyeri yang dirasakan baik dari agen

pencedera fisik maupun fisiologis.

46
3. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi non-farmakologi

yang dapat membantu mengendalikan nyeri pasien.

E. Lokasi dan Waktu studi

Studi kasus ini dilaksanakan Di Ruang Raha Mongkilo RSUD

Bahteramas.

F. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang di gunakan dalam studi kasus ini adalah data perimer

dan dan data sekunder, data perimer diperoleh dengan cara melakukan

pengkajian terhadap respon. Sedangkan data sekunder yang berhubungan

dengan penelitian in diperoleh dari wawancara langsung pada pasien Di Ruang

Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

1. Data perimer

Data perimer adalah data yang secara langsung diambil langsung dari

subjek penelitian oleh perorangan atau maupun organisasi. Data perimer

diperoleh dari:

a. Wawancara

Yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana

penelitian mendapatkan keteranagan atau penelitian secara lisan dari

seseorang responden sasaran peneliti atau bercakap-cakap, berhadapan

muka dengan orang tersebut (face to face).

b. Observasi

Observasi adalah suatu prosedur terencana antara lain meliputi:

melihat, mencatat, jumlah data, atau syarat-syarat aktivitas tertentu yang

ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

47
1. Pemeriksaan fisik

pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara :

a) Inspeksi

Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis

dengan menggunakan inderah penglihatan, pandangan dan

penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi

dilakuakan secara berurutan mulai dari kepela sampai kaki.

b) Palpasi

Mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan

getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.Perkusi dilakukan

pada daerah abdomen.

c) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui

pendengaran, biasanya menggunakan alat stetoskop.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian. Data sekunder didapat dari :

a. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada objek penelitian, namuan melalui dokumrn.

b. Studi kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang diperoleh atau

di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitan dari ilmu

pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian memanfaatkan teori

48
teori yang sudah ada dibuku atau hasil penelitian lain untuk kepentingan

penelitian.

G. Analisa Data dan Penyajian

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan di analisis

berdasarkan data subjektif dan opjektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan

implementasi serata evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis

selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

hasil awal dan akhir dengan teori dan penelitian terdahulu (Nursalam, 2019).

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan, pembuatan Studi Kasus ini peniliti memandang perlu

adanya rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepeda instansi tempat pembuatan Studi kasus dalam hal ini

Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan dengan menekan

masalah etika yang meliputi :

1. Informasi consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informent Consent diberikan kepada responden yang akan diteliti

disertai judul Studi Kasus ini apa bilah responden menerima atau menolak,

maka peneliti harus mampu menerima keputusan responden.

49
2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kebersihan, Studi Kasus ini tidak akan

menyebutkan nama responden tetap akan menggantinya menjadi inisial

atau kode responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Kerahasian informasi responden Studi Kasus dijamin dan hanya

kelompok data tertentu saja yang di laporkan sebagai hasil penelitian.

4. Baneficience

Studi Kasus melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan

ketidak nyamanan fisik.

5. Full disclosure

Studi Kasus ini memberikan kepada responden untuk membuat

keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan

keputusan tersebut tidak dapat dibuat tanpa memberikan penjelsan

selengkap-lengkapnya.

50
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,

pemeriksaan fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang

dilakukan pada tanggal 20 Februari 2021 pukul 09 : 15 WITA, klien masuk

Di RSUD Bahteramas tanggal 19 Februari 2021, dari pengkajian tersebut

didapatkan data melalui penjelasan berikut ini :

Nama klien Tn. A, Jenis kelamin laki-laki, berumur 42 tahun, status

perkawinan menikah, beragama Kristen, suku bangsa Toraja, pendidikan

terakhir S1, bekerja sebagai Pendeta, pendapatan perbulan kurang lebih Rp.

4.000.000, alamat Jln. Subsidi No. 7.

Identitas penanggung jawab Nama Ny.A, jenis kelamin perempuan,

pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga, hubungan dengan klien sebagai istri,

alamat Jln. Subsidi No. 7.

a. Riwayat Kesehatan

Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas pada

tanggal 19 Februari 2021 dengan keluhan utama klien mengatakan nyeri

pada daerah perut bagian kanan atas dan bawah.

51
Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu klien mengatakan

pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya yaitu Ca Colon.

Klien mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi

sebelumnya.Klien mengatakan cemas karena mau operasi.Klien

mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.Klien mengatakan takut

mengalami kegagalan.Klien mengatakan tidak merokok.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan

tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Klien

mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

menular.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah

120/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali/menit, frekuensi nadi 88

kali/menit, suhu tubuh 35,60C. pemeriksaan berat badan 58 kg dan tinggi

badan 160 cm.

Pemeriksaan fisik pada bagian kepala didapatkan hasil bentuk

kepala hormosefali atau tidak ada kelainan, keadaan kulit kepala bersih,

tidak ada nyeri kepala, klien tidak merasa pusing, distribusi rambut

bersih, rambut tidak udah teracut, dan tidak ada alopesia.

Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil kedua mata simetris,

tidaka ada edema dan ptosis, sclera kemerah-merahan, konjungtiva

anemis, reflex pupil normal, ketajaman mata baik, pergerakan bola mata

baik, lapang pandang baik, tidak ada diplopia, tidak ada photopobia,

52
tidak ada nistagmus, reflex kornea baik, tidak ada nyeri pada kedua

mata.

Pada pemeriksaan telinga didapatkan hasil kedua telinga simetris,

tidak ada skret atau serumen, ketajaman pendengaran baik, tinnitus baik,

tidak ada nyeri yang dirasakan pada telinga.

Pemeriksaan hidung didapaatkaan hasil hidung simetris, tidak ada

perdarahan, tidak ada sekresi, fungsi penciuman baik, dan tidak ada

nyeri pada hidung.

Pemeriksaan pada mulut didapatkan hasil fungsi berbicara baik,

kelembapan bibir baik, posisi uvula baik, mukosa bibir baik, keadaan

tonsil baik, stomatitis baik, warna lidah merah mudah, tidak ada tremor

pada lidah, kebersihan lidah bersih, tidak ada bau mulut, kelengkapan

gigi sudah tidak lengkap, kebersihan gigi bersih, terdapat karies pada

gigi, suara parau tidak ada, tidak ada kesulitan menelan, kemampuan

menunyah baik, dan fungsi mengecap baik.

Pemeriksaan pada leher didapatkan hasil mobilitas leher baik,

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis, dan trachea baik.

Pemeriksaan pada thoraks bagian paru-paru didapatkan hasil

bentuk dada simetris, pengembangan dada normal, tidak ada retraksi

dinding dada, tidak ada tanda jejas, taktir fremitus getaran kiri dan

kanan, tidak ada massa, tidak ada dispnea, tidak ada ortopnea, suara

nafas vesicular, bunyi nafas tambahan tidak adaa, tidak ada nyeri pada

dada.

53
Pemeriksaan thoraks bagian jantung didapatkan hasil uktus kordis

normal, ukuran jantung normal, tidak ada nyeri pada dada, tidak ada

palpitaasi, dan bunyi jantun normal.

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil warna kulit sawo matang,

tidak ada distensi abdomen, tidak ada ostomy, tidak ada tanda jejas,

peristaltic 18x/menit, perkusi abdomen redup, tidak ada massa, dan

terdapat nyeri tekan pada abdomen,klien mengatakan nyeri pada

abdomen.

Pemeriksaan payudara didapatkan hasil kedua payudara simetris,

keadaan putin susu baik, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, dan

tidak ada lesi.

Pemeriksaan system saraf didapatkan hasil tingkat kesadaran

composmentis, koordinasi baik, memori baik, orientasi baik, konfusi

baik, keseimbangan baik, tidak ada kelumpuhan, tidak ada gangguan

sensasi, dan tidak ada kejang-kejang.

Pemeriksaan reflex didapatkan hasil reflex tendon bisep normal,

reflex tendon trisep normal, reflex lutut baik, tidak ada kaku kuduk,

brudzinski I normal, dan brudzinski II normal.

Pemeriksaan anus dan perianal didapaatkan hasil tidak ada tanda

haemoroid, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri pada anus.

Pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil warna kulit sawo

matang, tidak terdapat purpura atau ekimosis, tidak terdapat atropi, tidak

ada hipertropi, tidak ada lesi atau luka, pigmentasi baik, tidak ada

deformitas sendi, tidak ada deformitas tulang, tidak ada tremor, tidak ada

54
varises, tidak ada edema, turgor kulit baik, kelembapan kulit baik,

capillary tefilling time (CRT) dibawah 2 detik, pergerakan ekstremitas

normal, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada kekakuan tulang, tonus otos

normal, kekuatan sendi baik, tidak ada nyeri, dan tidak terjadi

diaphoresis.

c. Kebutuhan Nutrisi

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Frekuensi makan sehari 3 kali sehari 3 kali sehari
Waktu Makan Pagi, siang, dan Pagi, siang, dan
malam malam
Porsi makan yang 1 porsi Tidak habis
habiskan
Penggunaan alat bantu Sendok Sendok
makan
Makanan pantang/yang Tidak ada Tidak ada
tidak disukai
Pembatasan makanan Tidak ada Makanan keras
Jenis makanan yang Tidak ada Tidak ada
dibatasi
Konsumsi makanan yang Sayur, nasi, buah Bubur
berserat
Nafsu makan Baik Berkurang
Mual Tidak Ya
Hipersalivasi Tidak Tidak
Sensasi asam pada mulut Tidak Ya
Muntah Tidak Tidak
Perasaan cepat kenyang Tidak Ya
setelah makan
Perasaan kembung Tidak Ya
Lain-lain - -

55
d. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Frekuensi minum sehari 5-8 gelas 4-7 gelas
Jumlah minum yang 2.100 cc ± 2.000 cc
dikonsumsi setiap hari
Jenis minuman yang tidak Tidak ada Tidak ada
disukai
Jenis minuman yang Tidak ada Tidak ada
disukai
Program pembatasan Tidak
cairan
Lain-lain - -

e. Kebutuhan Eliminasi

1) Buang Air Kecil (BAK)

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Frekuensi BAK 6-8 kali 6-8 kali
Pancaran Baik Baik
Porsi makan yang 1 porsi Tidak habis
habiskan
Jumlah
Warna Kekuningan Kekuningan
Disuria Tidak Tidak
Nokturia Tidak Tidak
Perasaan penuh pada Tidak Ya
kandung kemih
Perasaan setelah BAK Baik Baik
Kesulitan memulai Tidak Tidak

56
berkemih
Dorongan berkemih Tidak Tidak
Inkontinensia urin Tidak Tidak
Total produksi urin ± 500 ± 500
Lain-lain - -

2) Buang Air Besar (BAB)

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Frekuensi 1-3 kali 1-3 kali
Konsistensi Tidak keras atau Cair
encer
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning
Flatulans Ya Ya
Nyeri saat defekasi Tidak Tidak
Sensai penuh pada rektal Tidak Ya
Dorongan kuat untuk Tidak Ya
defekasi
Kemampuan menahan Tidak Ya
defekasi
Mengejan yang kuat saat Tidak Tidak
defekasi
Lain-lain - -

Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Jumlah jam tidur siang 1-2 jam Jarang
Jumlah jam tidur malam 7-8 jam 4-6 jam
Kebiasaan konsumsi obat Tidak Tidak
tidur/stimulant/penenang

57
Kegiatan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Baik Tidak nyenyak
tidur
Kesulitan memulai tidur Tidak Ya
Mudah terbangun Tidak Ya
Penyebab gangguan tidur Tidak ada Klien mengatakan
sulit tidur karena
nyeri pada perut
Perasaan mengantuk Ya Ya

f. Kebutuhan Aktivitas

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Kegiatan rutin Nonton Baring
Waktu senggang Nonton Tidur
Kemampuan berjalan Baik Kurang baik
Kemampuan merubah Baik Tidak biasa
posisi : berbaring ke duduk
Kemampuan Baik Tidak biasa
mempertahankan posisi
duduk
Dispnea setelah Tidak Tidak
beraktivitas
Ketidaknyamanan setelah Tidak Tidak
beraktivitas
Pergerakan lambat Tidak Ya

58
g. Kebutuhan Perawatan Diri

1) Mandi

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Motivasi dalam perawatan Baik Kurang baik
diri mandi, mencuci
rambut, dan kebersihan
kuku
Frekuensi mandi 2 kali sehari 1 kali sehari
Kebersihan kulit Bersih Bersih
Frekuensi mencuci rambut 3 kali seminggu
Kebersihan rambut Bersih Bersih
Frekuensi memotong 2 kali seminggu 1 kali seminggu
kuku
Kebersihan kuku Bersih Bersih
Kemampuan mengakses Baik Kurang baik
kamar mandi
Kemampaun membasuh Baik Kurang baik
tubuh saat mandi
Kemampaun Baik Baik
mengeringkan tubuh saat
mandi

2) Berpakaian

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Motivasi dalam perawatan Baik Kurang baik
diri mengganti pakaian
Kebersihan pakaian Bersih Bersih
Frekuensi mengganti 2 kali sehari 1 kali sehari
pakaian
Kemampuan memilih dan Baik Kurang baik

59
mengambil pakaian
Kemampaun mengenakan Baik Kurang Baik
pakaian pada bagian tubuh
atas
Kemampaun mengenakan Baik Kurang Baik
pakaian pada bagian tubuh
bawah
Kemampaun melepaskan Baik Baik
pakaian pada bagian tubuh
atas
Kemampaun melepaskan Baik Baik
pakaian pada bagian tubuh
bawah
Kemampaun mengancing Baik Baik
atau menggunakan resleting
Lain-lain - -

3) Makan

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Motivasi dalam perawatan Baik Kurang baik
diri makan
Kemampaun memasukkan Baik Baik
makanan ke mulut
Kemampuan mengunyah Baik Baik
Kemampuan memegang Baik Baik
peralatan makanan
Lain-lain - -

60
4) Eliminasi

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Motivasi dalam perawatan Baik Kurang baik
diri BAK dan BAB
Kemampaun Baik Kurang baik
memanipulasi pakaian
untuk eliminasi
Kemampuan mencapai Baik Kurang baik
toilet
Kemampuan menyiram Baik Kurang baik
toilet
Lain-lain - -

h. Kebutuhan Keamanan :

1 Riwayat paparan terhadap kontaminan : tidak ada

2 Riwayata perdarahan : Ada

3 Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : tidak ada

4 Pemasangan kateter IV dengan waktu lama : tidak ada

5 Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : tidak ada

6 Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : tidak ada

7 Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : tidak ada

8 Imobilisasi : kurang baik

9 Luka pada kulit/jaringan : bagian abdomen

10 Benda asing pada luka : tidak ada

11 Riwayat jatuh : tidak ada

12 Kelemahan umum : klien nampak lemah

13 Lain-lain : -

61
i. Kebutuhan Kenyamanan

1 Keluhan nyeri :

Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian kanan atas dan

bawah.

Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7

2 Pencetus nyeri : -

3 Upaya yang meringankan nyeri : beristirahat

4 Karakteristik : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti

tertusuk-tusuk

5 Intensitas nyeri : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan terus-

menerus

6 Durasi nyeri : 20 menit

7 Dampak nyeri terhadap aktivitas : sulit untuk beraktivitas

j. Kebutuhan Seksualitas

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Perubahan aktivitas Tidak Tidak
seksual
Gangguan kepuasan Tidak Tidak
seksual
Penurunan hasrat seksual Tidak Tidak
Gangguan yang Tidak Tidak
mempengaruhi hubungan
seksual
Dispareunia Tidak Tidak
Lain-lain - -

62
k. Kebutuhan Psikososial

1 Persepsi terhadap penyakit :

klien mengatkan cemas karena mau operasi

klien mengatakan takut mengalami kegagalan

2 Harapan klien terhadap kesehatannya : klien mengatakan ingin

segera sembuh

3 Pengaruh penyakit terhadap pekerjaan : tidak ada

4 Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien mengahadapi

masalah : keluarag sangat dekat dan selalu membantu

5 Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah :

menceritakan masalah yang dihadapi

6 Hubungan klien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama

dirawat : Baik

l. Kebutuhan Spiritual

1 Kemampuan menjalankan ibadah : kurang baik

2 Hambatan mengikuti ritual keagamaan : terhambat

3 Perasaan yang dialami terkait aktivitas keagamaan : -

63
e. Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium

Nama Pasien : TN. A


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 24-08-1979/ 45 Tahun
No. RM : 00120210100714
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
Darah rutin
Hemoglobin (HGB) 13* 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit (RBC) 4.40* 4.5-5.5 10^6/uL
Hematokrit (HCT) 38.5* 40-48 %
MCV 87.5 80-97 fl
MCH 29.5 27-34 pg
MCHC 33.7 31.5-35.5 g/dl
Leukosit (WBC) 9.03 4-10 10^3u/L
Hitung jenis
Eosinofil 7.1* 2-4 %
Basofil 0,2 0-1 %
Neutrofil 65.4 50-70 %
Limfosit 22.1 20-40 %
Monosit 5.2 2-8 %
^
Trombosit (Platelet 258 150-450 10 3u/L
Kimia Klinik
Fungsi hati
SGOT/AST 44* <35 U/L
SGPT/ALT 91* <45 U/L
Albumin 4.6 3.5-5.3 g/dL
Fungsi ginjal
Kreatinin 1.3 0.8-1.3 mg/dL
Ureum 38 18-50 mg/dL
Serologi
Hepatitis marker
Anti-HCV kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
HBsAg kualitatif Non Reaktif Non Reaktif

64
2. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. A

Umur : 42 tahun

No. RM : 58 - 12 – 78

DS :
a. Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian kanan atas dan bawah
b. Klien mengatakan sulit untuk tidur
c. Klien mengatakan nyeri saat bergerak
d. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
e. Klien mengatakan mengatakan nyerinya terus-menerus
f. Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7
g. Klien mengatakan cemas karena akan operasi
h. Klien mengatakan takut mengalami kegagalan
i. Klien mengatakan nafsu makan berkurang
j. Klien mengatakan mengalami penurunan berat badan dari 65 turun ke 58

DO :

a. Klien nampak lemah


b. Klien nampak gelisah
c. Klien nampak meringis
d. Klien nampak memegang daerah yang nyeri
e. Klien nampak kurus
f. Klien nampak tidak mengahabiskan porsi makan
g. Klien nampak cemas
h. Tanda-tanda vital :
TD :120/80 mmhg
S : 35,6oC
N : 88 x/m
P : 22 x/m

65
3. Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS : Iskemsia dinding usus Nyeri akut
a. Klien mengatakan nyeri berhubungan
pada daerah perut bagian Metabolism anaerob dengan agen
kanan atas dan bawah pencedera
b. Klien mengatakan sulit Pembentukan asam fisiologis
untuk tidur karena nyeri laktat
pada perut
c. Klien mengatakan nyeri Pelepasan mediator
saat bergerak kimia
d. Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti Transmis dan persepsi
tertusuk-tusuk
e. Klien mengatakan Nosiseptor
mengatakan nyerinya
terus-menerus Cortex cerebri
f. Klien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan 7 Nyeri akut
DO :
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak gelisah
c. Klien nampak meringis
d. Klien nampak memegang
daerah yang nyeri
e. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmhg
S : 35,6 oC
N : 88 x/m
P : 22 x/m

66
4. Intervensi Keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. A

Umur : 42 tahun

No. RM : 58 - 12 – 78

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
agen pencedera 4x24 jam maka tingkat 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis ditandai nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
DS : 1. Keluhan nyeri dari intensitas nyeri
a. Klien mengatakan meningkat menjadi 2. Identifikasi respon
nyeri pada daerah menurun nyeri non verbal
perut bagian 2. Meringis dari Terapeutik
kanan atas dan meningkat menjadi 1. Berikan terapi
bawah menurun nonfarmakologis
b. Klien mengatakan 3. Gelisah dari untuk mengurangi
sulit untuk tidur meningkat menjadi rasa nyeri yaitu
c. Klien mengatakan menurun teknik relaksasi
nyeri saat 4. Skala nyeri menurun napas dalam
bergerak menjadi meningkat 2. Control lingkungan
d. Klien mengatakan yang memperberat
nyeri yang rasa nyeri
dirasakan seperti Edukasi
tertusuk-tusuk 1. Jelaskan penyebab,
e. Klien mengatakan periode, dan pemicu
mengatakan nyeri
nyerinya terus- 2. Jelaskan strategi

67
menerus meredakan nyeri
f. Klien mengatakan 3. Anjurkan
skala nyeri yang menggunakan
dirasakan 7 analgetik secara
DO : tepat
a. Klien nampak 4. Ajarkan teknik
lemah nonfarmakologi
b. Klien nampak yaitu teknik
gelisah relaksasi napas
c. Klien nampak dalam
meringis Kolaborasi
d. Klien nampak 1. Kolaborasi dengan
memegang daerah tim medis lain dalam
yang nyeri pemberian analgetik
e. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80
mmhg
S : 35,6 oC
N : 88 x/m
P : 22 x/m

68
5. Implementasi Keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. A

Umur : 42 tahun

No. RM : 58 - 12 – 78

b. Implementasi hari pertama

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Nyeri akut Senin, 22 09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
berhubungan dengan Februari karakteristik, durasi, 1. Klien mengatakan
agen pencedera 2021 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada daerah
fisiologis nyeri perut
Hasil : 2. Klien mengatakan
a. Klien mengatakan nyeri nyeri saat bergerak
pada daerah perut 3. Klien mengatakan
b. Klien mengatakan nyeri nyeri yang
saat bergerak dirasakan seperti
c. Klien mengatakan nyeri tertusuk-tusuk
yang dirasakan seperti 4. Klien mengatakan
tertusuk-tusuk mengatakan
d. Klien mengatakan nyerinya terus-
mengatakan nyerinya menerus
terus-menerus 5. Klien mengatakan
e. Klien mengatakan skala skala nyeri yang
nyeri yang dirasakan 7 dirasakan 7
f. Klien nampak O:
memegang daerah yang 1. Klien nampak
nyeri memegang daerah
g. Skala nyeri 7 yang nyeri
2. Mengidentifikasi respon 2. Skala nyeri 7
nyeri non verbal 3. Klien nampak
Hasil : gelisah
09.10 a. Klien nampak gelisah 4. Klien nampak
b. Klien nampak meringis meringis
3. Memberikan terapi 5. TTV :
nonfarmakologis untuk TD : 120/60
mengurangi rasa nyeri (mis. mmHg

69
10.00 TENS, hypnosis, akupressur, Nadi : 88
terapi music, biofeedback, x/menit
terapi pijat, aromaterapi, RR : 22 x/menit
teknik imajinasi terbimbing, S: 36,50C
kompres hangat/dingin, A : nyeri akut belum
terapi bermain) teratasi
Hasil : Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam P : intervensi 1, 2, 3,
4,5,7,8 dan
4. Mengontrol lingkungan yang 9dilanjutkan
memperberat rasa nyeri
10.30 Hasil : nampak tidak ada
kegaduhan diruangan klien

5. Menelaskan penyebab,
10.40 periode, dan pemicu nyeri
Hasil : klien nampak
mengerti apa yang dijelaskan

10.50 6. Menjelaskan strategi


meredakan nyeri
Hasil : klien nampak
11.00 mengerti apa yang dijelaskan

7. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Hasil :
11.15 a. Klien nampak meminum
obat secara teratur
b. Analgetik klien diatur
sesuai jadwal pemberian
obat oleh perawat

8. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
11.45 Hasil :
a. Klien nampak mengikuti
teknik relaksasi yang
diajarkan
b. Klien belum mampu
mengontrol nyeri

70
c. Klien belum
membiasakan untuk
mengurangi nyeri
dengan teknik relaksasi
nafas dala saat nyeri
9. Berkolaborasi dengan tim
medis lain dalam pemberian
analgetik
11.50 Hasil :
a. Injeksi Ceftriaxone / 12
jam
b. Injeksi Ranitidine 1
amp/12 jam
c. Paracetamol tablet 500
mg 3x1

c. Implementasi hari kedua

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGG
AL
Nyeri akut Selasa, 23 09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
berhubungan Februari karakteristik, durasi, 1. Klien mengatakan
dengan agen 2021 frekuensi, kualitas, nyeri pada daerah
pencedera fisiologis intensitas nyeri perut
Hasil : 2. Klien mengatakan
a. Klien mengatakan nyeri nyeri saat
pada daerah perut bergerak
b. Klien mengatakan nyeri 3. Klien mengatakan
saat bergerak nyeri yang
c. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
tertusuk-tusuk 4. Klien mengatakan
d. Klien mengatakan mengatakan
mengatakan nyerinya nyerinya terus-
terus-menerus menerus
e. Klien mengatakan skala 5. Klien mengatakan
nyeri yang dirasakan 5 skala nyeri yang
f. Klien nampak dirasakan 5
memegang daerah yang O:
nyeri 1. Klien nampak

71
g. Skala nyeri 5 memegang daerah
2. Mengidentifikasi respon yang nyeri
nyeri non verbal 2. Skala nyeri 5
Hasil : 3. Klien nampak
a. Klien nampak gelisah gelisah
b. Klien nampak meringis 4. Klien nampak
09.10 meringis
3. Menganjurkan 5. TTV :
menggunakan analgetik TD : 120/60
secara tepat mmHg
Hasil : Nadi : 95
a. Klien nampak meminum x/menit
obat secara teratur RR : 20 x/menit
b. Analgetik klien diatur S: 360C
10.00 sesuai jadwal pemberian
obat oleh perawat
4. Mengajarkan teknik A : nyeri akut belum
nonfarmakologi untuk teratasi
mengurangi rasa nyeri
Hasil : P: Intervensi 1,2,3,4,
a. Klien nampak dan 5 dilanjutkan
mengikuti teknik
relaksasi yang
diajarkan
b. Klien belum mampu
10.30 mengontrol nyeri
c. Klien belum
membiasakan untuk
mengurangi nyeri
dengan teknik relaksasi
nafas dala saat nyeri
5. Berkolaborasi dengan tim
medis lain dalam
pemberian analgetik
Hasil :
a. Injeksi Ceftriaxone / 12
jam
b. Injeksi Ranitidine 1
amp/12 jam
c. Paracetamol tablet 500
mg 3x1

72
d. Implementasi hari ketiga

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Nyeri akut Rabu, 24 09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
berhubungan Februari karakteristik, durasi, frekuensi, 1. Klien
dengan agen 2021 kualitas, intensitas nyeri mengatakan nyeri
pencedera fisik Hasil : pada daerah perut
a. Klien mengatakan nyeri sudah mulai
pada daerah perut sudah berkurang
mulai berkurang 2. Klien
b. Klien mengatakan nyeri mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti yang dirasakan
tertusuk-tusuk seperti tertusuk-
c. Klien mengatakan tusuk
mengatakan nyerinya terus- 3. Klien
menerus mengatakan
d. Klien mengatakan skala mengatakan
nyeri yang dirasakan 3-4 nyerinya terus-
e. Klien nampak memegang menerus
daerah yang nyeri 4. Klien
f. Skala nyeri 3-4 mengatakan skala
2. Mengidentifikasi respon nyeri nyeri yang
non verbal dirasakan 3-4
09.10 Hasil : O:
a. Klien nampak gelisah 1. Klien nampak
b. Klien nampak meringis memegang
3. Menganjurkan menggunakan daerah yang nyeri
analgetik secara tepat 2. Skala nyeri 3-4
10.00 Hasil : 3. Klien nampak
a. Klien nampak meminum gelisah
obat secara teratur 4. Klien nampak

73
b. Analgetik klien diatur meringis
sesuai jadwal pemberian 5. TTV :
obat oleh perawat TD : 120/60
4. Mengajarkan teknik mmHg
nonfarmakologi untuk Nadi : 95
10.30 mengurangi rasa nyeri x/menit
Hasil : RR : 20
a. Klien nampak mengikuti x/menit
teknik relaksasi yang S: 360C
diajarkan
b. Klien sudah mampu A : nyeri akut belum
mengontrol nyeri teratasi
c. Klien sudah bisamelakukan
teknik relaksasi nafas P: Intervensi 1,2,3,4,
dalamsaat nyeri datang dan 5 dilanjutkan
5. Berkolaborasi dengan tim
medis lain dalam pemberian
10.40 analgetik
Hasil :
a. Injeksi Ceftriaxone / 12 jam
b. Injeksi Ranitidine 1
amp/12 jam
c. Paracetamol tablet 500 mg
3x1

74
e. Implementasi Hari Ke-4

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Nyeri akut Kamis, 25 09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
berhubungan dengan Februari karakteristik, durasi, 1. Klien
agen pencedera fisik 2021 frekuensi, kualitas, mengatakan nyeri
intensitas nyeri pada daerah perut
Hasil : sudah berkurang
a. Klien mengatakan 2. Klien
nyeri pada daerah mengatakan
perut sudah sudah tidak
berkurang merasa nyeri
b. Klien mengatakan 3. Klien
skala nyeri yang mengatakan skala
dirasakan 2 nyeri yang
c. Skala nyeri 2 dirasakan 2
09.10 2. Mengidentifikasi respon O:
nyeri non verbal 1. Skala nyeri 2
Hasil : 2. TTV :
a. Klien nampak TD : 120/60
gelisah mmHg
b. Klien nampak Nadi : 95
meringis x/menit
10.00 3. Menganjurkan RR : 20
menggunakan analgetik x/menit
secara tepat S : 360C
Hasil : A :masalah teratasi
a. Klien nampak
meminum obat P:intervensi
secara teratur dihentikan
b. nalgetik klien diatur
sesuai jadwal

75
pemberian obat oleh
perawat
10.30 4. Mengajarkan
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil :
a. Klien nampak
mengikuti teknik
relaksasi yang
diajarkan
b. Klien belum
mampu mengontrol
nyeri
c. Klien belum
membiasakan
untuk mengurangi
nyeri dengan
teknik relaksasi
nafas dala saat
nyeri
11.00 5. Berkolaborasi
dengan tim medis lain
dalam pemberian
analgetik
Hasil :
a. Injeksi Ceftriaxone
/ 12 jam
b. Injeksi Ranitidine 1
amp/12 jam
c. Paracetamol tablet
500 mg 3x1

76
B.Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini,

maka penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil

studi kasus penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ca Colon Di

Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramas yang di lakukan pada tanggal 02

Maret 2021 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Tahap pengkajian

Berdasarkan teori pengkajian adalah tahap pemikiran dasar yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data subjektif maupun

objektif tentang keadaan kesehatan pasien. Adapun data yang didapat pada

tahap pengkajian yaitu : pada studi kasus ditemukan data meliputi Klien

mengatakan nyeri pada daerah kepala, klien mengatakan sulit untuk tidur,

klien mengatakan nyeri saat bergerak, klien mengatakan nyeri yang

dirasakan seperti tertusuk-tusuk, klien mengatakan mengatakan nyerinya

terus-menerus, klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7. Data objektif

klien nampak lemah, klien nampak gelisah, klien nampak meringis, klien

nampak memegang daerah yang nyeri, skala nyeri 7, tanda-tanda vital :TD :

120/80 mmhg, S : 35,6oC, N : 88 x/m, P : 22 x/m.

Jika dibandingan teori dengan studi kasus suda pasti ada kesenjangan

anatara teori dan studi kasus, karena data pada teori tidak semua ada di studi

kasus, begitupun sebaliknya data yang ada pada studi kasus tidak semua

terdapat pada teori.

77
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon

individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual

atau potensi yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab.Adapun diagnosa

keperawatan yang ada pada teoriyaitu bersihan nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik.

Berdasarkan masalah yang terkait pada pasien pada pasien Ca

Colon Di Ruang Raha Mongkilo RSUD Bahteramasadalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik.Dari hasil pengkajian yang sudah

didapatkan yaitu Klien mengatakan nyeri pada daerah kepala, Klien

mengatakan nyeri pada daerah kepala, klien mengatakan sulit untuk tidur,

klien mengatakan nyeri saat bergerak, klien mengatakan nyeri yang

dirasakan seperti tertusuk-tusuk, klien mengatakan mengatakan nyerinya

terus-menerus, klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7. Data

objektif klien nampak lemah, klien nampak gelisah, klien nampak meringis,

klien nampak memegang daerah yang nyeri, skala nyeri 7, tanda-tanda vital

:TD : 120/80 mmhg, S : 35,6oC, N : 88 x/m, P : 22 x/m, dan tidak

semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien.

Adapun diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini

yaitu, resiko infeksi.Maka penulis mengangkat diagnosa keperawatan yang

sesuai dengan data pengkajian atau kondisi pasien yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik.

78
Diagnosa yang diangkat penulis didukung oleh penelitian yang

dilakukan Riswan (2019) dimana keluhan utama klien dengan Ca Colon

adalah nyeri pada abdomen sehingga diagnose yang diangkat adalah nyeri

akut.

3. Inervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu proses dalam pemecahan

masalah keperawatan yang merupakan keputusan awal tentang apa yang

akan dilakukan dari semua tindakan keperawatan sehingga tujuan yang

direncanakan dapat tercapai (Dermawan, 2019). Perencanaan keperawatan

disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan dan diterapkan

secara aktual terhadap pasien Ca Colon.

Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yaitu Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 4x24 jam maka Tingkat nyeri terkontrol dan

menurun dengan kriteria hasil :keluhan nyeri menurun, meringis menurun,

gelisah menurun, skala nyeri menurun. Berdasarkan tujuan dan kriteria

hasil tersebut kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan

berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Manajemen Nyeri observasi :identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal.

Terapeutik :berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(mis. tens, hypnosis, akupressur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi

bermain), control lingkungan yang memperberat rasa nyeri. Edukasi

79
:jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan

nyeri, anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan teknik

nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi napas dalam. kolaborasi :kolaborasi

dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2017).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2019).

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

implementasi keperawatan selama 4 hari untuk diagnose nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik sesuai dengan intervensi yang

telah dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam

rentang yang telah ditentukan. Adapun Intervensi keperawatan yang telah

ditentukan observasi :identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal. Terapeutik

:berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. tens,

hypnosis, akupressur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain),

control lingkungan yang memperberat rasa nyeri. Edukasi :jelaskan

penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,

anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri. kolaborasi :kolaborasi

80
dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik. Implementasi yang

direncanakan telah diterapkan, dalam melakukan intervensi diatas selama 5

hari untuk diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiksecara berturut – turut hasilnya dinilai sangat efektif dalam masalah

keperawatan nyeri akut pada pasien TCR.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan hasil pelaksanaan

tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria yang sudah ditetapkan

(Dermawan, 2019). Evaluasi hasil Tn. M dilakukan dengan metode SOAP

(Subjective,Objective, Analysis, and Planning), metode ini digunakan untuk

mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut pada hari keempat

Kamis, 25 Februari 2021 pukul 11.50 WITA yaitu data subjektif :klien

mengatakan nyeri pada daerah perut sudah berkurang, klien mengatakan

sudah tidak merasa nyeri, klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 2.

Data objektif TTV :TD : 120/60 mmHg, Nadi : 95 x/menit, RR : 20

x/menit, S : 360C, A :masalah teratasi, P:intervensi dihentikan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ansietas pada hari ketiga

Rabu, 24 Februari 2021 pukul 11.50 WITA yaitu data subjektif :klien sudah

tidak cemas lagi untuk operasi karena dukungan keluarga dan penjelasan

yang diberika tiap hari. Data objektif : klien nampak lebih tenang, TTV :

TD: 120/80 mmHg,, N : 68xm, P: 20x/m, S : 36,50C, A : Masalah teratasi,

P : Intervensi dihentikan.

81
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa deficit nutrisi pada hari ketiga

Rabu, 24 Februari 2021 pukul 11.50 WITA yaitu data subjektif : klien

mengatakan sudah mulai nafsu makan, klien mengatakan mengalami

penurunan berat badan selama sakit, klien mengatakan makan sudah 3 kali

sehari. Data objektif :porsi makan dihabiskan, klien nampak makan 3 kali

sehari, BB sebelum sakit : 65 kg, BB setelah sakit 58,8 kg, TTV :TD :

120/80 mmHg, S : 36 oC, N : 68 X/m, P : 20X/m, BB : 58,8 Kg, A :

Masalh teratasi, P : Intervensi dihentikan.

82
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses

keperawatan Di Ruang Raha Mongkilo RSUDBahteramas dari tanggal 20 –

25Februari 2021 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian keperawatan Tn. A semua aspek bio, psiko, sosial,

spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga

untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu

memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal

maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap

respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan

kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan

menganalisa data pada klien dengan Ca Colon.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai

dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori

yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan

klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu nyeri

akut.

83
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan

yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori SDKI, dan disesuaikan dengan

kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien Ca

Colon berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan keperawatan.

4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan,

disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat

berdasarkan aplikasi teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi

kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 4hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 25 Februari 2021

dengan hasil nyeri akut yang di alami pasien teratasi.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada pasien Ca Colon, peneliti menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu

mematuhi program dietnya, terutama minum obat secara teratur sesuai

dengan indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas

terdekat di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program

perawatan lanjut seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada

klien dengan kasus Ca Colon, dan mengkonsumsi obat secara teratur

untuk pemulihan dan proses penyembuhan.

84
2. Bagi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas diharapkan mampu

memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio, psiko, sosial,

spritual, kultural kepada klien.Petugas kesehatan baik itu perawat agar

selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang komprehensif dan

meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan

keperawatan serta adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat

pada status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik

dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses kesembuhan

klien.

3. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta

dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien Ca Colon, sehingga dapat membandingkan kesenjangan

antara teori dan kasus nyata tentang masalah aman dan nyaman pada

pasien Ca Colon.

85
DAFTAR PUSTAKA

Aminingsih Endrawati & Ariasti. (2019). Keperawatan Medikal Bedah Klien


Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC.

Astuti, Rafli, & Zeffira. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Kanker
Kolon. Diperoleh pada tanggal 22 Maret 2021 dari
http://repository.poltekeskupang.ac.id

Dermawan, D. (2019). Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka


Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara. (2020). Profil Kesehatan Sulawesi


Tenggara 2019. Kendari : Dinkes pada tanggal 22 Maret 2021, di
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKESPROVINSI2016
/28 Sultra 2016.pdf.

Putri Gusrina Komara. (2019). Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ny. J


dengan Teknik Relaksasi Napas Dalam Di Ruang Dahlia RSUD H. Hanafie
Muara Bungo. Diperoleh pada tanggal 23 Maret 2021 dari
http://repo.stikesperintis.ac.id

Firdaus. (2019). Faktor Resiko Kanker Kolorektal. Yogyakarta : MediAction.

Hidayat, A. A. (2019). Pengantar Kebtuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, A., & Kristianasara, W. (2020). Penatalaksanaan Asuhan


Keperawatan Dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Jakarta: Kemenetrian Kesehatan RI 2019.

Kowalak. (2019). Mudahnya Belajar Sistem Imun. Yogyakarta : Nuha Medika.

Lukman. (2019). Asuhan Keperawatan Hipertensi Dengan Fokus Studi Nyeri


Akut Pada Tn. D dan Ny. Y Di RSUD Tidar Kota Magelang. Diperoleh pada
tnggal 22 Maret 2021 dari http://repository.poltekkes-smg.ac.id

Mubarak & Chayatin. (2018). Nyeri : Konsep dan Penatalaksanaan Dalam


Praktik Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2019). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi 1. Yogyakarta :
MediAction.

Nursalam. (2020). Konsep Dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Rasjidi. (2020). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Rosdahl & Kowalski. (2020). Manajemen Nyeri. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Sayuti. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Post Laparatomi dan
Kolostomi atas indikasi Ca Colon Di Ruangan Abun Suri Lantai 2 RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi. Diperoleh tanggal 22 Maret 2021 dari
http://repo.stikesperintis.ac.id

Susanti & Kholisoh. (2018). Deteksi Dini, Diagnosa, dan Penatalaksanaan


Kanker Kolon Dan Rektum. Jakarta : Salemba Medika

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indiktor


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Wahyudi & Wahid. (2019). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :


FKUI
Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM

A. Tahap Pre Interaksi


1. Membaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapiutik
2. Validasi kondisi klien
3. Menjaga privasi klien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada
klien dan keluarga.
C. Tahap Kerja
1. Ciptakan lingkungan tenang, usahakan tetap rileks dan tenang.

2. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan udara dihembuskan melalui

mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks.

3. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas lagi

melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-

lahan.

4. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap

konsentrasi / mata sambil terpejam, pada saat konsentrasi pusatkan pada

daerah nyeri.

5. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

6. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali


7. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat.

D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk latihan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Rapikan alat dan pasien
5. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

Anda mungkin juga menyukai