Makalah Ektum-6B
Makalah Ektum-6B
Makalah Ektum-6B
EKOSISTEM TERESTRIAL
Dosen Pembimbing :
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Ekologi merupakan studi mengenai interaksi antar organisme dengan organisme lain
(biotik) dan organisme dengan lingkungannya (abiotik). Interaksi-interaksi tersebut
mempengaruhi kepadatan populasi dan jumlah individu suatu organisme di dalam suatu
ekosistem, seperti populasi tumbuhan, hewan, dan organisme lainnya (Stiling, 2012). Dengan
demikian, komposisi vegetasi pada suatu ekosistem merupakan cerminan hasil interaksi
berbagai organisme dan faktor lingkungan. Perubahan komposisi dan struktur vegetasi hutan
sangat dipengaruhi oleh adanya gangguan alami maupun antropogenik (Lugo & Lowe, 1995).
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem sebagai suatu
tatanan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
dan saling mempengaruhi. Ekosistem sebagai penggabungan dari setiap unit biosistem.
Melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energinya menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam ekosistem,
organisme pada komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Organisme kemudian beradaptasi lagi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme
juga memengaruhi lingkungan fisik untuk kelangsungan hidupnya. Menurut A.G. Tansley
(1935), ekosistem merupakan suatu unit ekologi dimana di dalamnya terdapat struktur dan
fungsi. Struktur dalam ekosistem tersebut berhubungan dengan keanekaragaman spesies atau
dalam bahasa inggris merupakan species diversity. Pada ekosistem yang memiliki struktur
kompleks, maka akan terdapat keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Sedangkan fungsi
yang dimaksudkan adalah yang berhubungan dengan siklus materi serta arus energi melalui
komponen ekosistem.
Menurut Odum (1993) (Indriyanto, 2015, hlm. 20) mengatakan bahwa “Ekosistem
yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan
lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi”.
Selain itu, Soemarwoto (1983) (Indriyanto, 2015, hlm. 20) mengatakan “Ekosistem yaitu
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya”. Selain itu, Cartono & Nahdiah, R. (2008, hlm.22) mengatakan
“Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi yaitu suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa ekosistem adalah hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (hewan, tumbuhan, mikroorganisme) dengan lingkungannya baik
lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik sehingga membentuk suatu sistem yang saling
memengaruhi. Lingkungan biotik yang dimaksud yaitu lingkungan hidup seperti hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme sedangkan lingkungan abiotik yaitu lingkungan tak hidup
seperti air, suhu, kelembapan, cahaya matahari, dan lain-lain.
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan
ekosistem buatan. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai ekosistem darat
atau yang biasa dikenal juga dengan ekosistem terrestrial. Apasih ekosistem terrestrial itu?
Ekosistem terestrial (darat) adalah suatu tipe ekosistem yang sebagian besar lingkungan
fisiknya berupa daratan. Ekosistem terestrial memiliki bagian daerah yang luas dengan habitat
dan komunitas tertentu, disebut bioma. Pada ekosistem darat terdapat enam tipe bioma, yaitu
bioma hutan musim, padang rumput, gurun, taiga, tundra, dan hutan hujan tropik. Ekosistem
terestrial meliputi komponen biotik dan abiotik, faktor-faktor abiotik ini secara garis besar
dapat di bagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain suhu, kadar air,
porositas, dan tekstur tanah, sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, PH, kadar organik
tanah, dan unsur-unsur mineral tanah (Suin ,1997). Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku
mekanik termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah
parameter yang dapat diamati dan diukur. Sifat kimia tanah meliputi keasaman dan senyawa
organik tanah. Keasaman bersumber dari sejumla senyawa. Air adalah sumber kecil ion H
karena disosiasi molekul H2O lemah. Faktor abiotik lainnya adala iklim mikro
(Notohadiprawiro, 1998). Iklim mikro adalah variasi iklim pada skala beberapa kilometer,
meter atau bahkan centimeter, biasanya diukur dalam waktu yang terlalu pendek. Iklim mikro
mempengaruhi bentuk permukaan yang meliputi ketinggian, vegetasi, warna tanah, topografi
dan temperatur (Molles,2000). Adanya pepohonan mempengaruhi struktur tanah dan erosi,
sehingga mempengaruhi pengadaan air dalam tanah. Tajuk pohon dan serasah mencegah
jatuhnya air hujan langsung pada permukaan tanah sehingga mencegah erosi, sedangkan
humus memperbesar daya serap tanah terhadap air (Soetrisno, 1988).
Pada pembahasan kali ini penulis akan memaparkan materi mengenai ekologi tumbuhan
pada ekosistem terestrial yang beraneka ragam dan memiliki vegetasi yang bervariasi antar
biomanya. Mulai dari ciri-ciri umum bioma hingga persebaran dan ciri-ciri vegetasi pada
setiap bioma, serta kaitan dan interaksi antara vegetasi dengan organisme lain, dan
lingkungannya. Makalah ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin terlintas di
kepala kalian, seperti apakah tanaman yang tumbuh di halaman rumahmu juga dapat tumbuh
di hutan? Atau apakah tanaman yang tumbuh di hutan dapat tumbuh di halaman rumah? Serta
berbagai pertanyaan lainnya akan penulis jawab di dalam makalah ini.
1.1 Indikator
1.1.1 Memahami perbedaan bioma berdasarkan vegetasi dominan tiap bioma daratan
1.1.2 Mengetahui persebaran tumbuhan di bioma daratan
1.1.3 Mengetahui ciri-ciri vegetasi pada setiap bioma
1.1.4 Membedakan setiap vegetasi dominan antar tiap bioma daratan
1.1.5 Mengidentifikasi tumbuhan dan menentukan bioma yang tepat untuk tumbuhan
tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hutan Tropis
Ekosistem hutan hujan tropis berada pada daerah dengan curah hujan lebih
dari 2.000 mm per tahun, dengan curah hujan terendah tidak lebih dari empat bulan
berturut-turut. Ciri lainnya adalah suhu bulanan relatif konstan, dengan suhu rata-rata
18°C. Perbedaan suhu antara bulan terpanas dan bulan terdingin kurang dari 5°C.
Variasi suhu tahunan juga relatif kecil (Morley, 2001; Jermy & Chapman, 2002).
Gambar 2.1.1 Bioma
Hutan Tropis ( Sumber :
jogja.suara.com)
Hutan hujan tropis dicirikan oleh spesies pepohonan yang relatif banyak.
Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat
hingga membentuk tudung (kanopi) (Gambar 7.2). Daerah tudung cukup mendapat
sinar matahari, variasi suhu dan kelembaban tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.
Terdapat dua tanaman khas yaitu liana (rotan) dan anggrek.
Vegetasi pada hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan malar hijau
berdaun lebar (pohon malar: pohon yang berdaun sepanjang tahun), tanaman
merambat seperti rotan serta terdapat banyak tanaman epifit jenis anggrek dan
bromeliad. Sementara pada hutan kering tropis, pepohonan didominasi oleh pohon
yang menggugurkan daunnya selama musim kemarau, dan terdapat banyak semak
berduri serta tanaman sukulen.
2.2 Gurun
Daerah gurun banyak terdapat di daerah tropis dan berbatasan dengan padang
rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun biasanya makin jauh makin
gersang. Curah hujan di gurun sangat rendah, yaitu sekitar 250 mm/tahun atau kurang.
Pancaran matahari sangat terik dan penguapan tinggi sehingga suhu siang hari sangat
panas. Pada musim panas, suhu dapat lebih dari 40ºC. Perbedaan suhu siang dan
malam hari (amplitudo harian) sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun
adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang
cepat.
2.3 Sabana
Bioma savana terdapat di wilayah beriklim sedang sampai tropis dengan
curah hujan 25 cm sampai 75 cm per tahun, di Indonesia bioma ini dapat ditemukan
di Sumbawa, NTB. Tumbuhan yang dominan di bioma ini adalah rumput.
(Ferdinand, 2009: 135).
2.5 Chaparral
Bioma chaparral memiliki ciri-ciri suhu yang sangat tinggi saat musim
banyak hewan seperti burung dan reptil di bioma ini. Sementara itu, jenis vegetasi
bioma chaparral antara lain rumput, semak, dan pohon-pohon kecil. Chaparral
adalah bioma dengan curah hujan musiman yang berkisar antara 30-50cm per tahun.
Daerah ini terdapat pada daerah pesisir benua, contohnya Chaparral fynbos di Afrika
selatan.
2.6 Taiga
Taiga sendiri berasal dari bahasa Rusia yang berarti hutan. Taiga adalah jenis
hutan yang terdiri dari satu spesies yang daunnya menyerupai jarum. Bioma taiga
dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki
curah hujan 35 cm sampai dengan 45 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena
penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di
daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100-300 cm per tahun.
Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian
timur. Suhu pada bioma ini sangat dingin, pada musim dingin dapat mencapai -50 oC,
dan 20oC di musim panas. (Ferdinand, 2009: 135, dan Campbell, 2010: 349). Hutan
taiga merupakan hutan yang selalu tampak hijau (ever green) sepanjang tahun,
walaupun suhu ketika musim dingin mencapai di bawah nol derajat. Tipe hutan ini
banyak tersebar di daerah antar subtropika dengan jenis keanekaragaman yang hanya
didominasi oleh satu jenis tanaman saja.
Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya penghasil runjung (buah)
yakni konifer, spruce, fir, hemlock, dan pinus. Bentuk pohon yang kerucut sangat
berguna untuk mencegah salju tidak menumpuk dan memtahkan cabang pohon.
Akibat kondisi yang ekstrim, herba dan rerumputan sangat rendah biodiversitasnya
di bioma ini. (Campbell, 2010: 349).
Gambar 2.6.1 Bioma taiga
(Sumber: thoughtco.com)
2.8 Tundra
Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang
memiliki curah hujan yang rendah (20-60cm per tahun) dengan suhu rendah -10-
30oC. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim
dingin, air dalam tanah dingin dan membeku membentuk lapisan ibun abadi
(permafrost) yang membatasi pertumbuhan akar tumbuhan sehingga tumbuhan tidak
dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut, namun
terdapat rerumputan, herba, forb, dan semak-semak kerdil. (Ferdinand, 2009: 135,
dan Campbell, 2010: 350).
Ciri-ciri tanaman tundra adalah bisa beradaptasi dengan suhu rendah dan
musim pertumbuhan yang pendek Banyak klasifikasi yang menyebutkan bahwa
tundra adalah rangkaian dari semi gurun atau bioma gurun karena salju sedikit dan
suhu dingin membatasi air bagi pertumbuhan tanaman. Tundra arktik, antaktika, dan
alpen adalah jenis vegetasi berukuran pendek, biasanya beberapa senti atau
desimeter tingginya, padat, dan kompleks.
1. .
2. .
3. .
4. .
5. .
DAFTAR PUSTAKA
Scanlan, J. C. (1988). Managing tree and shrub populations. Native pastures in Queensland
their resources and management. W. H. Burrows, J. C. Scanlan and M. T.
Rutherford. Queensland, Queensland Government Press