LAPORAN PENDAHULUAN Fraktur Antebrachii
LAPORAN PENDAHULUAN Fraktur Antebrachii
LAPORAN PENDAHULUAN Fraktur Antebrachii
FRAKTUR ANTEBRACHII
A. Pengertian
dimaksud dengan antebrachii adalah batang (shaft) tulang radius dan ulna. (andi,
2012).
edema jaringan lunak pendarahan otot dan sendi, dislokasi sendi, kesurakan saraf dan
pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan.
Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari
B. Klasifikasi
1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna
2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal
C. Etiologi
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
fraktur patologis.
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
dan penarikan.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
E. Pathway
Fraktur Antebrachii
Tindakan Operasi
(Pemasangan ORIF)
3 4
1
Nyeri Akut
1 2 3 4
Risiko Ketidak
Risiko syok hipovolemia. Seimbangan Volume
Cairan
F. Manifestasi Klinis
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi
(permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung
pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien
G. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah,
traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan
dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
H. Penatalaksanaan Medis
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
b. Pemasangan gips
3) Koreksi deformitas
4) Mengurangi aktifitas
5) Membuat cetakan tubuh orthotik
adalah :
klien
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti
a. Penarikan (traksi) :
1) Traksi manual
keadaan emergency
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
b) Traksi skeletal
jaringan metal.
Immobilisasi
interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat
fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian
didekatnya
penatalaksanaan dijalankan.
1. Fiksasi Interna
jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir
selalu menyebabkan non-union.
cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur.
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
I. Pengkajian
keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
6) Riwayat Psikososial
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
masyarakat.
atau tidak.
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
e) Pola Aktivitas
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
lain
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
lebih mendalam.
1) Kepala
2) Leher
menelan ada.
3) Muka
4) Mata
5) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
6) Hidung
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
8) Thoraks
9) Paru
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
10) Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi
11) Abdomen
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
12) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi
disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan
penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada
x-ray:
J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
restriktif (imobilisasi)
K. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
terkena.
mengurangi edema/nyeri.
kelelahan otot.
lama.
perifer.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala,
restriktif (imobilisasi)
karena imobilisasi.
3. Berikan papan penyangga kaki, Mempertahankan posis fungsional
indikasi.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai Menurunkan insiden komplikasi kulit
atelektasis, penumonia)
konstipasi.
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase
pen.
mengidentifikasi organisme
penyebab infeksi.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Prima Medika
Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.