Makalah Tafsir
Makalah Tafsir
Makalah Tafsir
Dosen Pengampu:
Bapak Dr. Abdul Mufid, Lc., M.S.I
Disusun Oleh:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
al-Quran di turunkan kepada Nabi Muhammad sebagai peringatan bagi orang-orang yang
berakal, dan yang memuat di dalamnya dari berbagai bidang ilmu dan hikmahyang sangat
menakjubkan, dan yang menjadikan al-Quran sebagai kitab samawi yang paling mulia
kedudukannya dan paling luas serta dalam ilmunya, dan paling rapi susunan katanya serta paling
menyentuh tutur katanya.
AL-Quran adalah sumber dari segala ilmu, Allah telah memuat di dalamnya ilmu tentang
segala sesuatu, dan telah menjelaskan di dalamnya tentang segala yang benar dan sesat. Kita
semua dapat melihatnya bgaimana para ulama fiqih mengistinbathkan hukum yang terkandung
didalam nya, para ulama nahwu yang menjadikan al-Quran sebagai sandaran hukum-hukum
i’rabnya, dan sebagai rujukan benar atau salahnya suatu perkataan, para ulama balaghah (bayan)
menjadikan al-Quran sebagai standar untuk mengetahui susunan kata yang baik dan teratur dan
menjadikan keindahan bahasanya sebagai standar untuk membuat suatu ungkapan kata.
Kisah-kisah yang terdapat di dalamnya dapat menjadi contoh bagi orang-orang yang
berakal, nasihat dan ilustrasi-ilustrasi di dalamnya juga dapat mejadi pengingat bagi orang-orang
yang berpikir dan mau mengambil pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Surat dan Ayat Makkiyah dan Madaniyah
Definisi Makkiyyah dan Madaniyah
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” (QS. Al Maidah: 3).
Ini adalah ayat Madaniyah walaupun turun di Mekkah, namun ia turun pada waktu haji
Wada’.
Pendapat ini adalah pendapat yang paling banyak dikuatkan karena batasannya jelas dan
pembagiannya konsisten serta mencakup semua ayat dan surat, tidak sebagaimana dua
pendapat lainnya
Pendapat kedua, menggunakan pendekatan tempat. Makiyyah adalah surat atau ayat
yang diturunkan di Mekkah, sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang
diturunkan di Madinah. Namun pembagian ini bermasalah ketika menemui fakta bahwa
ada surat atau ayat yang diturunkan selain di Mekkah dan Madinah. Seperti surat atau
ayat yang diturunkan di Tabuk, di Baitul Maqdis, dan lainnya, tidak masuk dalam
pembagian. Demikian juga surat atau ayat yang di turunkan di Mekkah namun setelah
peristiwa hijrah, konsekuensinya ia dikategorikan sebagai Makiyyah, padahal tidak sesuai
dengan ciri dan sifat Makiyyah. Sehingga ada inkonsistensi di sini.
Pendapat ketiga, menggunakan pendekatan mukhathab (sasaran pembicaraan ayat).
Makiyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Mekkah, sedangkan
Madaniyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Madinah. Ulama yang
berpegang pada pendapat ini, sebenarnya berpatokan pada kaidah: jika surat atau ayat
diawali “yaa ayyuhannaas” (wahai manusia…) maka ia Makiyyah, jika diawali “yaa
ayyuhalladzina aamanu” (wahai orang-orang yang beriman…) maka ia Madaniyyah.
Bagaimana para ulama mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah?
Bagaimana ulama bisa sampai pada kesimpulan bahwa ayat atau surat ini Makiyyah atau
yang itu Madaniyyah? Mereka bertopang pada dua metode pokok:
1. Metode sima’i naqli
Yaitu dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah mereka melihat kepada riwayat-
riwayat dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang shahih yang menjelaskan turunnya
suatu ayat. Dan juga riwayat dari para sahabat Nabi yang mereka melihat, menyaksikan
dan mengetahui secara jelas kapan, dimana, mengapa dan bagaimana ayat-ayat Al Qur’an
turun. Demikian juga riwayat-riwayat dari para tabi’in yang mereka bertemu dan berguru
kepada para sahabat dan mendapatkan informasi mengenai Al Qur’an dari para sahabat.
Metode inilah yang menjadi metode utama dan sumber pengambilan utama untuk
mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah.
2. Metode qiyasi ijtihadi
Yaitu pada ayat dan surat yang tidak terdapat riwayat secara tegas yang menjelaskan
mengenai waktu, tempat dan kondisi turunnya. Para ulama berpegang pada karakteristik
ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah yang terdapat riwayatnya kemudian meng-
qiyaskannya dengan ayat dan surat selainnya. Jika suatu ayat mengandung karakteristik
Makiyyah maka disebut sebagai ayat Makiyyah, demikian juga Madaniyyah. Oleh karena
itu metode ini bersifat ijtihadiy, artinya bisa jadi antara ulama yang satu dengan yang lain
berbeda ijtihadnya dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah dengan metode ini.
Diantara kaidah yang disusun oleh para ulama untuk memudahkan kita mengenal surat
dan ayat Makiyyah dan Madaniyyah adalah sebagai berikut:
Kaidah-kaidah Makiyyah:
1. Setiap surat yang terkandung didalamnya Ayat sajadah maka termasuk Makiyyah
2. Setiap surat yang terkandung llafadz kalla ( كالkalla) maka termasuk Makiyyah yang
hanya terdapat di setelah pertengahan dari Al Qur’an. Ada sekitar 33 kata ( كالkalla) dalam Al
Qur’an yang terdapat dalam 15 surat
3. Setiap surat yang terkandung “yaa ayyuhannaas” namun tidak terdapat “yaa
ayyuhalladzina aamanu” maka ia Makiyyah.
4. Setiap surat yang terdapat kisah para Nabi dan umat terdahulu maka ia surat Makiyyah
kecuali Al Baqarah.
5. Setiap surat yang terdapat kisah Nabi Adam dan iblis maka ia Makiyyah kecuali Al
Baqarah.
6. Setiap surat yang dibuka dengan huruf tahajji seperti “alif laam miim”, “alif laam
raa”, “haa miim” dan semisalnya, adalah surat Makiyyah. Kecuali surat yang dijuluki
zahrawain, yaitu Al Baqarah dan Al Imran. Adapun surat Ar Ra’du diperselisihkan
apakah ia Madaniyyah atau Makiyyah.
Kaidah-kaidah Madaniyyah:
1. Setiap surat yang terdapat penjelasan tentang ibadah-ibadah wajib dan hukuman hadd, ia
Madaniyyah
2. Setiap surat yang terdapat penyebutan kaum munafik maka ia Madaniyyah kecuali Al
Ankabut.
3. Setiap surat yang terdapat bantahan terhadap Ahlul Kitab maka termasuk Madaniyah.
Artinya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Para ulama juga setelah menelaah ayat dan surat dalam Al Qur’an menemukan bahwa
masing-masing Makiyyah dan Madaniyyah memiliki ciri-ciri khusus dari sisi konten (isi)
ayat atau surat, yang membedakan keduanya.
3. Kisah tentang para Nabi dan kaum terdahulu serta ganjaran bagi kaum tersebut.
2. Bantahan dan sanggahan untuk Ahlul Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani. Ajakan bagi
mereka untuk masuk Islam, penjelasan bahwa mereka telah menyelewengkan kitab-kitab
Allah, penyimpangan mereka dari kebenaran, dan penyelisihan mereka terhadap
kebenaran setelah adanya bukti dan penjelasan yang jelas.
3. Membahas tabiat kaum munafik dan menjelaskan bahayanya mereka bagi agama
Adapun contoh ayat yang termasuk dalam kategori As- Safari adalah sebagai berikut:
اذن للذ ين يقتلون با نهم ظلموا وان هللا عل نصر هم لقد ير
Imam at-Tirmidzi mengeluarkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata: ketika
Nabi SAW. Di usir dari Makkah, maka Abu Bakar berkata,” mereka telah mengusir
Nabinya, benar-benar mereka akan binasa.” Maka turunlah ayat ini. Ibnu Al-Hashshar
berkata, “sebagian ulama ber-istinbath hukum berdasarkan hadits ini bahwa ayat ini turun
pada Nabi SAW. Ketika dalam perjalanan hijrah.
Contoh ayat yang turun pada malam hari adalah ayat tentang pemindahan arah kiblat Q.S.
Al-Baqarah [2]: 144. Hal ini berdasarkan hadits dalam kitab Shahih Ibnu Hibban yang
diriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar ra. berikut ini:
ا َلvvَ فَق،ت ٍ ا َءهُ ْم آvv ِإ ْذ َج،ْح ِ بvالص ُّ صاَل ِة َ بَ ْينَ َما النَّاسُ بِقُبَا َء فِي: قَا َل،َأ َّن اب َْن ُع َم َر
َرv َوقَ ْد ُأ ِم،آن
ٌ ْصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ ْد َأ ْن َز َل َعلَ ْي ِه اللَّ ْيلَةَ قُر
َ ِ «ِإ َّن َرسُو َل هَّللا:لَهُ ْم
تَ َدارُوا ِإلَىvاس َّ وهُهُ ْم ِإلَىvvت ُو ُج
ْ َ ف، ِامvالش ْ َ ف،ََأ ْن يَ ْستَ ْقبِ َل ْال َك ْعبَة
ْ َانvv َو َك،تَ ْقبِلُوهَاvاس
ْ
»ال َك ْعبَ ِة
Artinya: “Ketika orang-orang sedang berada di Quba dan melakukan shalat shubuh, tiba-
tiba datang orang asing dan berkata, ‘Sesungguhnya telah diturunkan kepada Rasulullah
Saw. ayat al-Quran pada malam ini dan Rasulullah diperintahkan untuk menghadap
Ka’bah. Maka menghadaplah kalian semua ke Ka’bah.’ Wajah mereka awalnya menghadap
ke Syam (Baitul Maqdis). Kemudian mereka memutarnya ke arah Ka’bah.” (H.R. Ibnu
Hibban)
Sedangkan ayat yang turun pada siang hari atau ayat Nahari itu contohnya banyak
sekali, karena ayat Nahari itu adalah pokok atau asal turunnya ayat. Dengan kata lain, ayat
al-Quran itu lebih sering dan lebih banyak turun pada waktu siang hari. Sama dengan
ayat Hadlari yang lebih banyak turun daripada ayat Safari.
Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah, sedangkan Madaniyyah
adalah surat atau ayat yang diturunkan di Madinah.Namun pembagian ini bermasalah ketika
menemui fakta bahwa ada surat atau ayat yang diturunkan selain di Mekkah dan
Madinah.Seperti surat atau ayat yang diturunkan di Tabuk, di Baitul Maqdis, dan lainnya,
tidak masuk dalam pembagian.
Demikian juga surat atau ayat yang di turunkan di Mekkah namun setelah peristiwa hijrah,
konsekuensinya ia dikategorikan sebagai Makiyyah, padahal tidak sesuai dengan ciri dan
sifat Makiyyah.
Makiyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Mekkah, sedangkan
Madaniyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Madinah.
Ulama yang berpegang pada pendapat ini, sebenarnya berpatokan pada kaidah: jika surat
atau ayat diawali “yaa ayyuhannaas” (wahai manusia…) maka ia Makiyyah, jika diawali
“yaa ayyuhalladzina aamanu” (wahai orang-orang yang beriman…) maka ia Madaniyyah.
Dan juga riwayat dari para sahabat Nabi yang mereka melihat, menyaksikan dan
mengetahui secara jelas kapan, dimana, mengapa dan bagaimana ayat-ayat Al Qur’an
turun.Demikian juga riwayat-riwayat dari para tabi’in yang mereka bertemu dan berguru
kepada para sahabat dan mendapatkan informasi mengenai Al Qur’an dari para sahabat.
Surat dan Ayat Hadhari-Safari Al hadari adalah kumpulan ayat-ayat yang diturunkan ketika
Rasulullah SAW berada di kampung halaman.Adapun contoh ayat yang termasuk dalam
kategori As- Safari adalah sebagai berikut: Surat Al-Haj ayat (39) .
surat dan ayat nahari dan laili Dilihat dari akar katanya saja, kita dapat menyimpulkan
bahwa Laili ( )الليليberarti ayat Al-Quran yang turun pada malam hari. Sedangkan ayat yang
turun pada siang hari atau ayat Nahari itu contohnya banyak sekali, karena ayat Nahari itu
adalah pokok atau asal turunnya ayat.
Satu lagi klasifikasi ayat-ayat Al-Quran selain Makki-Madani yaitu ayat-
ayat Shoifi – Syitai. Keduanya bukan tentang waktu malam atau siang, tetapi melibatkan
musim. Kata shoif ( )الصيفberarti musim panas atau musim kemarau. Shoifi ( )الصيفيberarti
ayat al-Quran yang turun pada waktu musim panas atau musim kemarau Sedangkan
kata syita’ memiliki makna musim dingin. Ayat Syitai ( )الشتائيberarti ayat yang turun pada
waktu musim dingin atau musim hujan