Kelompok 3 Bimbingan Konseling

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Landasan Religius Bimbingan Konseling


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling

Dosen Pengampu:
Dra. ELIZAR, M.Pd.

Oleh:
Defri Ahmad Muhklis 2086206014
Ahmad Nurdiansyah 2086204004

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Sekolah Dasar


Fakiltas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Kotabumi
Lampung Utara
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah tidak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga


penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Bimbingan Konseling
mengenai Landasan Religius Bimbingan Konseling.dengan tepat waktu.Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepadanya baginda nabi Muhammad
SAW, yang kita nantikan syafaatnya di yaumul akhir.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Semoga dengan makalah yang penulis buat ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman kita tentang Landasan Religius Bimbingan Konseling.

Kotabumi, 05 November 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Landasan Religius.............................................................................................3
B. Hakikat Manusia Menurut Agama...................................................................4
C. Peranan Agama.................................................................................................5
D. Implikasi Landasan Religius Dalam Bimbingan Dan Konseling.....................7
E. Terapi Kejiwaan Dengan Pendekatan Agama Dan Kaitannya Dalam
Bimbingan Konselin.........................................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................9
A. Kesimpulan ...................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Landasan bimbingan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah
bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat
dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula pada layanan
bimbingan konseling , apabila tidak didasari oleh fondasi atau landasan yang kokoh
akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu
sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien) atau
siswa

Pada makalah ini landasan yang akan kami bahas adalah  Landasan Religius.
Landasan religius masih berbicara tentang manusia, tetapi khusus dikaitkan pada
aspek-aspek keagamaan. Pemuliaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang menjadi
fokus pembahasan.

B. Rumusun Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu landasan religious?
2. Bagaimana hakikat manusia menurut agama?
3. Apa sajakah peranan agama?
4. Bagaimanakah implikasi landasan religius dalam bimbingan dan konseling?
5. Bagaimana terapi kejiwaan dengan pendekatan agama dan kaitannya dalam
bimbingan konseling?

1
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui landasan religious.
2. Memahami hakikat manusia menurut agama.
3. Agar mengetahui peranan agama.
4. Mengetahui implikasi landasan religius dalam bimbingan dan konseling.
5. Memahami bagaimana terapi kejiwaan dengan pendekatan agama dan kaitannya
dalam bimbingan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Religius
Agama (Religion) berasal dari kata Latin “religio”, berarti “tie-up”. Dalam
bahasa Inggris, Religion dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The Sacred
Power’. Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan,
tingkah laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada
masalah spiritual/ritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan
antar generasi dalam tradisi.

            Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan
konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari
kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan
ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan
berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan
berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan
untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah
mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang
berlandaskan spiritual atau religi.

Pemahaman agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan


penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama
mempunyai dua aspek penting yaitu :
1. Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian.
2. Aspek kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau
pengajaran agama itu sendiri.
Ada beberapa peran agama dalam kesehatan mental, antara lain :

3
a. Dengan agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup
b. Aturan agama dapat menentramkan batin.
c. Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup
d. Ajaran agama sebagai pengendali moral
e. Agama dapat menjadi terapi jiwa
f. Agama sebagai pembinaan mental
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan
klien/siswa sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus
sentral upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti, 2003: 233).

            Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi didalamnya dimensi


agama, ternyata sangat disenangi oleh masyarakar Amerika dewasa ini. Kondisi ini
didasarkan kepada hasil polling Gallup pada tahun 1992 yang menunjukkan:
1. Sebanyak 66% masyarakat menyenangi konselor yang profesional, yang memiliki
nilai-nilai keyakinan dan spiritual.
2. Sebanyak 81% masyarakat menyenangi proses konseling yang memperhatikan
nilai-nilai keyakinan (agama).

B. Hakikat Manusia Menurut Agama


Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo religius), yaitu
makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami nilai-nilai kebenaran yang
bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai
rujukan (referensi) sikap dan perilakunya. Dalil yang menunjukkan bahwa manusia
mempunyai fitrah beragama adalah QS. Al’Araf: 172, yang berbunyi: “Alastu
birobbikum, qaaluu balaa syahidnaa = Bukankah aku ini tuhanmu? Mereka
menjawab, ya kami bersaksi bahwa engkau Tuhan kami”.

Fitrah beragama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya amat


tergantung pada kehidupan beragama lingkungan dimana orang (anak) itu hidup,
terutama lingkungan keluarga. Yang apabila kondisi tersebut kondusif, maka anak itu

4
berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti
luhur (berakhlaaqul kariimah). Dan apabila bersikap sebaliknya atau masa bodoh,
acuh tak acuh, atau bahkan melecehkan ajaran agama, dapat dipastikan anak akan
mengalami kehidupan yang tuna agama, tidak familiar (akrab) dengan nilai-nilai atau
hukum-hukum agama, sehingga sikap dan perilakunya tidak akan baik, dan hanya
mengikuti hawa nafsu.

Keberadaan hawa nafsu disamping memberikan manfaat bagi kehidupan


manusia, dan juga melahirkan madlarat (ketidak nyamanan, atau kekacauan dalam
kehidupan, baik personal maupun sosial). Kondisi ini terjadi apabila hawa nafsu itu
tidak dikendalikan, karena memang sifat yang melekat pada hawa nafsu adalah
mendorong manusia kepada keburukan dan kejahatan.

C. Peranan Agama
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk
tentang berbagai aspek kehidupan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat.
Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama
berfungsi sebagai berikut:

1. Memelihara Fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia mempunyai
hawa nafsu, dan juga ada pihak luar yang senantiasa berusaha menyelewengkan
manusia dari kebenaran, yaitu setan, dimana manusia sering terjerumus melakukan
perbuatan dosa. Oleh karena itu maka manusia harus beragama, dan bertaqwa kepada
Allah. Apabila manusia telah bertakwa kepada Tuhan, berarti ia telah memelihara
fitrahnya, dan ini juga berarti bahwa dia termasuk orang yang akan memperoleh
rahmat Allah.

5
2. Memelihara Jiwa
Agama sangat mengahargai harkat dan mertabat, atau kemuliaan manusia.
Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama mengharamkan manusia
melakukan penganiayaan, penyiksaan, atau pembunuhan, baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain.

3. Memelihara Akal
Allah telah memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan kepada
makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal inilah manusia bisa berpikir, dan bisa
membedakan baik dan buruk. Karena pentingnya peran akal ini. Maka agama
memberikan petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya,
yaitu dengan cara mensyukuri nikmat akal ini, dengan memanfaatkan seoptimal
mungkin untuk berpikir terhadap hal-hal yang baik dan berguna bagi dirinya dan
orang lain.

4. Memelihara Keturunan
Agama mengajarkan manusia tentang cara memelihara keturunan atau sisten
regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan adalah
pernikahan. Pernikahan ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah dan
mawaddah serta mendapat curahan karunia dari Allah.

M. Surya (1977) mengemukakan bahwa agama memegang peranan sebagai


penentu dalam proses penyesuaian diri. Hal ini diakui oleh ahli klinis, psikiatris,
pendeta, dan konselor bahwa agama adalah faktor penting dalam memelihara dan
memperbaiki kesehatan mental. Agama memberikan susasan psikologis tertentu
dalam mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya, dan memberikan
suasana damai dan tenag.

6
Pemberian layanan bimbingan semakin diyakini kepentingannya bagi anak
atau siswa, mengingat dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung lebih
kompleks, terjadi perbenturan antara berbagai kepentingan yang bersifat kompetitif,
baik menyangkut aspek politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun
aspek-aspek yang lebih khusus tentang perbenturan ideologi, antara yang benar dan
yang salah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta praktik-praktik


kehidupan politik dan ekonomi yang tidak berlandaskan moral agama telah
menyebabkan kerkembangnya gaya hidup (life style) , materialistik, dan hedonistik di
kalangan warga masyarakat. Dampak lebih jauhnya dari gaya hidup tersebut adalah
merebaknya dekadensi moral atau pelecehannilai-nilai agama, baik dikalangan orang
dewasa, remaja, maupun anak-anak.

D. Implikasi Landasan Religius Dalam Bimbingan Dan Konseling


Landasan religius dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan bahwa
konselor sebagai “helper”, pemberian bantuan yang dituntut untuk memiliki
pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik. Konselor
semestinya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling  kepada
klien merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah, karena didalam proses
bantuanya terkandung nilai “amar ma’ruh nahyi munkar” (mengembangkan
kebaikan dan mencegah keburukan). Agar bantuan layanan yang diberikan itu
bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut harus didasarkan kepada keikhlasan dan
kesabaran.
Kaitannya dengan hal tersebut, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan
persyaratan bagi konselor, yaitu sebagai berikut.
1. Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik
keimanan dan ketakwaannya sesuai dengan agama yang dianutnya.

7
2. Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis
besar yang relevan dengan masalah klien.
3. Konselor harus benar-benar memperhatikan dan menghormati agama klien.

E. Terapi Kejiwaan Dengan Pendekatan Agama Dan Kaitannya Dalam


Bimbingan Konseling
Pada diri counseler juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi
masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor
dapat mengarahkan individu (counseler) kearah agamanya. Salah satu akibat
terjadinya gangguan jiwa adalah ketidak berhasilan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan primer (jasmaniah) maupun rohaniah
(psikis dan sosial). Hal ini menimbulkan perasaan gelisah dan terganggunya
kestabilan emosi seseorang.

Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam
keadaan tenang, aman, dan tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat
dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara Resignasi. Para ahli jiwa
(Psikolog) mengakui, bahwa taubat merupakan sarana pengobatan gangguan
kejiwaan yang jitu. Karena ada sebagian orang yang dihinggapi Maniac Depresive,
yang disebabkan karena adanya perasaan bersalah.
           

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan. Landasan agama dalam
bimbingan dan koseling merupakan dasar pijakan yang paling penting yang harus
dipahami secara menyeluruh dan komprehensif bagi seorang konselor. Karena
konselor tidak hanya sekedar menuangkan pengetahuan ke otak saja atau pengarahan
kecakapannya saja tetapi agama penting untuk menumbuhkembangkan moral,
tingkah laku, serta sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agamanya. Oleh karena itu
disinilah posisi keagamaan menjadi semakin penting untuk mengatasi kegelisahan-
kegelisahan jiwa yang dialami setiap manusia.

Landasan agama harus diupayakan seoptimal mungkin dalam pelaksanaan


bimbingan konseling di sekolah. Konselor haruslah senantiasa berpijak pada landasan
agama dan memberikan siraman rohani pada siswa-siswanya agar siswa tersebut
memperoleh pengetahuan yang cukup sehingga menjadi suatu bekal serta menjadikan
jiwa-jiwa yang kuat ketika menghadapi permasalahan kelak. Demikianlah makalah
ini semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.

B. Saran
Dalam proses Bimbingan Konseling, diperlukan yang namanya landasan
religius. karena dalam setiap pemecahan masalah, landasan religius merupakan suatu
pedoman dalam mengatasi masalah kliennya atau individu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Akhmad, M.Pd., 2008, Landasan Bimbingan dan Konseling

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Jalaludin, 2004, Psikologi Agama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syamsu yusuf  dan Juntika Nurihsan, 2011, Landasan Bimbingan dan Konseling.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai