Kardiansyah
Kardiansyah
Kardiansyah
JURNAL SELULOSA
e-ISSN: 2527 - 6662
p-ISSN: 2088 - 7000
Diterima : 21 April 2020, Revisi akhir : 21 Juni 2020, Disetujui terbit : 30 Juni 2020
Abstract
The Indonesian pulp industry currently has problems in supplying Acacia mangium wood raw materials, due
to plant disease and pest attacks. This could be anticipated through alternative raw materials to substitute
Acacia mangium, the Eucalyptus pellita species chosen because it is more resistant to pests and diseases. This
study was conducted to determine the quality characteristics of E. pellita bleached kraft pulp. The research
on making paper pulp using A. mangium and E. pellita was carried out by means of the kraft process. The
cooking was carried out with a variation of 16-20% active alkali, 28.7% sulfidity, at a temperature of 165°C,
a liquor to wood ratio of 3.5:1 and an H factor of 1,022. The bleaching of the pulp has been carried out
using the Elemental Chlorine Free (ECF) process with the OD0EOD1 stage. Characteristics of kraft pulp from
A. mangium cooking were higher in the screening yield, kappa number, and viscosity compared to E. pellita.
The use of 16% active alkaline in cooking of A. mangium is lower than E. pellita (18%), but the quality can
meet the quality specifications according to SNI 6107: 2015 - Leaf Bleached Kraft Pulp on the parameters
of freeness, brightness and physical properties. The characteristics of A. mangium bleached kraft pulp
were higher in parameters of freeness, brightness and physical properties compared to E. pellita. However,
E. pellita has the potential to be developed in Industrial Plantation Forests as raw material for pulp.
Abstrak
Industri pulp Indonesia saat ini memiliki masalah dalam penyediaan bahan baku kayu Acacia mangium,
karena serangan penyakit tanaman dan hama. Hal ini harus diantisipasi melalui bahan baku alternatif
pengganti Acacia mangium, spesies Eucalyptus pellita dipilih karena lebih tahan terhadap hama dan
penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kualitas pulp kraft putih E. pellita.
Penelitian pembuatan pulp kertas dilakukan dengan proses kraft dengan bahan baku A. mangium dan
E. pellita. Pemasakan dilakukan dengan variasi alkali aktif 16-20%, sulfiditas 28,7%, pada suhu 165°C,
rasio larutan pemasak terhadap kayu 3,5:1 dan faktor H 1.022. Pemutihan pulp dilakukan dengan proses
Elemental Chlorine Free (ECF) dengan tahapan OD0EoD1. Karakteristik pulp kraft hasil pemasakan
A. mangium lebih tinggi pada parameter rendemen tersaring, bilangan kappa dan viskositas dibandingkan
dengan E. pellita. Penggunaan alkali aktif 16% pada pemasakan A. mangium lebih rendah dari E. pellita
(18%), namun kualitasnya dapat memenuhi spesifikasi kualitas pulp sesuai SNI 6107:2015 - Pulp Kraft
Putih Kayudaun pada parameter derajat giling, derajat cerah, dan sifat fisik. Karakteristik pulp kraft putih
A. mangium lebih tinggi pada parameter derajat giling, derajat cerah, dan sifat fisik dibandingkan dengan
E. pellita. Namun demikian E. pellita berpotensi untuk dikembangkan di Hutan Tanaman Industri sebagai
bahan baku pulp.
Kata kunci: Acacia mangium, alkali aktif, Eucalyptus pellita, kraft, pulp
* Alamat korespondensi : © 2020 - Jurnal Selulosa all rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 9
E-mail: [email protected] (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)
DOI: http://dx.doi.org/10.25269/jsel.v10i01.291
Jurnal Selulosa, Vol. 10, No. 1, Juni 2020 : 9 - 20
10
Pengaruh Alkali Aktif terhadap Karakteristik
Pulp Kraft Putih Acacia... : Teddy Kardiansyah, dkk.
11
Jurnal Selulosa, Vol. 10, No. 1, Juni 2020 : 9 - 20
lebih tinggi pada kasus kayu daun lebar karena E. pellita (11,91-18,24 cP), pada dosis alkali
tingginya kandungan hemiselulosa sehingga aktif 16%-18% kecenderungannya sama dengan
rentan terhadap alkali. penelitian yang dilakukan oleh Ardina, Irawan
Bilangan kappa merupakan nilai yang dan Prajitno (2018). Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan tingkat kematangan pulp. Bilangan A. mangium cenderung lebih tahan terhadap
Kappa A. mangium dan E. pellita menurun seiring reaksi pengelupasan (peeling) dan hidrolisis
dengan meningkatnya konsentrasi alkali aktif. alkali dibandingkan dengan E. pellita.
Peningkatan konsentrasi alkali aktif pada proses Derajat cerah pulp belum putih adalah
pembuatan pulp akan menurunkan nilai bilangan indikator yang berguna untuk melihat kemampuan
Kappa karena tingginya tingkat kehilangan lignin pulp dapat diputihkan. Derajat cerah pulp belum
selama proses (Bassa et al., 2006). Rentang putih A. mangium sekitar 35,56-39,27%ISO,
nilai bilangan kappa sebesar 12,73-17,60 untuk lebih tinggi jika dibandingkan dengan derajat
A. mangium dan sebesar 11,50-16,13 untuk cerah pulp belum putih E. pellita dengan kisaran
E. pellita. Nilai bilangan kappa sekitar 34,05-36,39%ISO. Nilai derajat cerah pulp
15-20 untuk kayu daun lebar menunjukkan pulp belum putih menunjukkan penurunan dengan
tersebut termasuk mudah diputihkan (Gellerstedt, meningkatnya konsentrasi alkali aktif.
Ek and Henriksson, 2009). Nilai bilangan kappa Peningkatan derajat cerah terutama disebabkan
A. mangium cenderung lebih tinggi dibandingkan oleh penghilangan lignin selama proses
dengan E. pellita, pola tersebut sejalan dengan pembuatan pulp (Wistara et al., 2015).
penelitian yang dilakukan oleh Ardina, Irawan
dan Prajitno (2018). Pemutihan Pulp A. mangium dan E. pellita
Viskositas pulp belum putih umumnya
ditentukan sebagai dasar pemrosesan pulp Bilangan kappa selain sebagai parameter
berikutnya. Viskositas pulp dapat mewakili indikator proses pemasakan, bilangan kappa dapat
derajat polimerisasi selulosa dalam pulp memperkirakan kandungan lignin sisa dalam pulp
(Wistara et al., 2015). Viskositas pulp belum dan dapat digunakan untuk menentukan kondisi
putih A. mangium maupun E. pellita cenderung pemutihan yang sesuai (Sugesty, Kardiansyah
turun dengan peningkatan konsentrasi alkali and Pratiwi, 2015). Nilai bilangan kappa pada
aktif. Penurunan viskositas pulp belum putih tahapan proses pemutihan pulp dapat dilihat pada
dapat disebabkan oleh peningkatan konsentrasi Gambar 1.
ion hidroksida dalam larutan pemasak. Ion Nilai bilangan kappa brownstock pulp
hidroksida tidak hanya menurunkan lignin, A. mangium cenderung lebih tinggi dibandingkan
tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi E. pellita, setelah melalui proses pemutihan
dapat menurunkan kadar selulosa. Degradasi menunjukkan nilai bilangan kappa yang hampir
selulosa oleh alkali dapat berlangsung melalui sama dengan kondisi pemutihan yang sama.
reaksi pengelupasan dan hidrolisis alkali yang Proses pemutihan menggunakan klorin dioksida
menyebabkan penurunan viskositas pulp (Shukla senyawa tersebut mendegradasi lignin pada
and Sharma, 2013). Viskositas pulp belum putih struktur fenoliknya sedangkan reaksi dengan
A. mangium (13,45-20,14 cP) cenderung lebih lignin non-fenolik dan asam hekseuronat berjalan
tinggi dibandingkan dengan pulp belum putih lamban (Eshkiki, Mortha and Lachenal, 2007).
12
Pengaruh Alkali Aktif terhadap Karakteristik
Pulp Kraft Putih Acacia... : Teddy Kardiansyah, dkk.
Gambar 1. Bilangan Kappa Pulp pada Brownstock (BS), Tahap Delignifikasi Oksigen (O2) dan Tahap
Ekstraksi Oksigen (Eo). Keterangan Am (A. mangium) dan Ep (E. pellita)
Gambar 2. Derajat Cerah Pulp pada Tahap Delignifikasi Oksigen (O2), Tahap Klordioksida Awal (D0),
Tahap Ekstraksi Oksigen (Eo) dan Tahap Klordioksida 1 (D1). Keterangan Am (A. mangium) dan Ep
(E. pellita)
Bilangan kappa merupakan representasi dari kadar Lignin dengan kandungan syringyl yang lebih
lignin dalam pulp. Nilai bilangan kappa pulp setelah tinggi cenderung lebih mudah untuk dihilangkan
tahap delignifikasi oksigen untuk A. mangium (Nawawi et al., 2017).
sekitar 7,88-13,05 sedangkan E. pellita bekisar Derajat cerah merupakan sifat pantulan
antara 7,90-13,52 dengan persentase penurunan sinar biru pada panjang gelombang 457 nm
25,85-38,09% untuk A. mangium dan 16,16-31,30% dari lembaran pulp dan merupakan parameter
untuk E. pellita. indikator proses pemutihan pulp (Suess,
Persentase penurunan bilangan kappa semakin 2010). Derajat cerah pulp A. mangium maupun
tinggi setelah tahap D1 dengan rentang penurunan E. pellita semakin meningkat dengan peningkatan
sekitar 93,10-93,39% untuk A. mangium dan konsentrasi alkali aktif, pola yang sama terjadi
89,51-91,19% untuk E. pellita. Sifat dan pada proses pemutihan pulp dari Trema orientalis
kelimpahan relatif dari hubungan antara unit (Sarwar Jahan, Rubaiyat and Sabina, 2007) dan
Syringil dan Guaiacyl (rasio S/G) dalam jute (Matin et al., 2015). Nilai derajat cerah pada
lignin sangat bervariasi, proporsi relatifnya tahapan proses pemutihan pulp dapat dilihat pada
mempengaruhi reaktivitas lignin selama proses Gambar 2. Peningkatan nilai derajat cerah dari
pembuatan pulp dan pemutihan (Sjostrom, 1993). pulp belum putih menjadi pulp putih lebih dari
13
Jurnal Selulosa, Vol. 10, No. 1, Juni 2020 : 9 - 20
Gambar 3. Viskositas Pulp pada Tahap Delignifikasi Oksigen (O2), Tahap Klordioksida Awal (D0),
tahap ekstraksi oksigen (Eo) dan Tahap Klordioksida 1 (D1). Keterangan Am (A. mangium) dan Ep (E.
pellita)
dua kali lipat dengan kisaran 35,56-39,27%ISO 1999). Viskositas pulp putih dapat memberikan
menjadi 85,80-88,93%ISO untuk A. mangium indikasi tidak langsung dari kekuatan pulp.
dan 34,05-36,39%ISO menjadi 83,53-87,93%ISO Pulp dengan viskositas tinggi cenderung
untuk E. pellita. Peningkatan nilai derajat cerah menunjukkan sifat mekanik yang lebih baik
pulp melalui pemutihan dengan klorin dioksida (Khiari et al., 2010).
tidak hanya secara efisien melarutkan sisa fragmen
lignin, tetapi juga mengurangi gugus kromoforik Derajat Giling (Freeness)
dalam pulp, dan mengurangi kapasitas lignin
dalam pulp untuk menyerap cahaya (Gullichsen, Derajat giling pulp adalah kemampuan pulp
Fogelholm and Paulapuro, 1999). untuk melepaskan air dalam suspensi pulp. Sifat
Viskositas pulp dapat mewakili derajat ini terkait dengan karakteristik permukaan serat
polimerisasi selulosa dalam pulp (Wistara et al., pulp dan pembengkakan serat. Parameter ini
2015). Parameter tersebut merupakan salah satu juga berpengaruh dalam aliran proses pulp dan
parameter kontrol dalam proses pemutihan. Nilai proses pembuatan kertas wet-end (Wistara et al.,
viskositas pada tahapan proses pemutihan pulp 2015).
dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai derajat giling pulp sebelum dan
Nilai viskositas pulp A. mangium cenderung setelah digiling dalam PFI Mill dapat dilihat
lebih tinggi dibandingkan E. pellita, pulp pada Gambar 4. Nilai derajat giling pulp
A. mangium cenderung lebih tahan terhadap A. mangium cenderung lebih rendah dibandingkan
proses pemutihan dibandingkan dengan E. pellita. E. pellita, derajat giling pulp A. mangium sekitar
Nilai viskositas pulp setelah tahap delignifikasi 570-590 mLCSF sedangkan E. pellita sekitar
oksigen untuk A. mangium sekitar 12,44-18,60 cP 630-640 mLCSF. Derajat giling yang tinggi
sedangkan E. pellita bekisar antara 10,46-18,05 cenderung memerlukan energi yang lebih besar
cP dengan persentase penurunan 7,51-10,55% untuk menurunkan nilai derajat gilingnya agar
untuk A. mangium dan 10,78-12,14% untuk laju penghilangan airnya sesuai dengan target
E. pellita. Persentase penurunan viskositas yang diharapkan (Buzała et al., 2018). Pulp
semakin tinggi setelah tahap D1 dengan A. mangium memerlukan jumlah putaran sekitar
rentang penurunan sekitar 33,12-47,29% untuk 4.900-5.200 dan E. pellita sekitar 5.200-5.300
A. mangium dan 36,72-51,70% untuk E. pellita. untuk mencapai nilai derajat giling yang sama
Penurunan nilai viskositas pulp setelah proses (300 mL CSF). Karakteristik lain seperti indeks
pemutihan dengan proses ECF sekitar 21,8% tarik dan indeks retak diketahui memiliki korelasi
hingga 25,7 % untuk bambu (Li et al., 2018) dan linear dengan derajat giling pulp (Banavath,
sekitar 71,03% dari E. globulus (Colodette et al., Bhardwaj and Ray, 2011).
14
Pengaruh Alkali Aktif terhadap Karakteristik
Pulp Kraft Putih Acacia... : Teddy Kardiansyah, dkk.
Gambar 4. Derajat Giling Pulp pada Variasi Konsentrasi Alkali Aktif terhadap Jumlah Putaran PFI Mill.
Keterangan Am (A. mangium) dan Ep (E. pellita)
Gambar 5. Indeks Tarik Pulp pada Variasi Konsentrasi Alkali Aktif terhadap Jumlah Putaran PFI Mill.
Keterangan Am (A. mangium) dan Ep (E. pellita)
Sifat Fisik Pulp Putih collapse membentuk lembaran yang padat dan
kekuatan tarik yang tinggi disebabkan rasio
Pengujian sifat fisik pulp putih yang dilakukan permukaan serat terhadap volume serat yang
dalam penelitian ini meliputi pengujian indeks tinggi dan luas ikatan antar serat yang tinggi
retak, indeks tarik, dan indeks sobek. Penggilingan (Patt, Kordsachia and Fehr, 2006).
pulp mengacu pada perlakuan mekanis pada serat Selain itu dengan peningkatan alkali aktif nilai
pulp untuk meningkatkan sifat fisik pulp pada indeks tarik semakin menurun baik pada pulp
pembuatan kertasnya (Abdel-aal, 2014). A. mangium maupun E. pellita, hal ini sesuai
Hasil pengukuran indeks tarik dapat dengan dengan menurunnya nilai viskositas
dilihat pada Gambar 5. Indeks tarik pulp A. pulp dengan meningkatnya dosis alkali aktif.
mangium berada pada rentang 22,5–95,1 Nm/g Penurunan tersebut disebabkan degradasi
sedangkan pulp E. pellita berada pada rentang selulosa dengan meningkatnya dosis alkali aktif.
13,7–79,4 Nm/g. Indeks tarik pulp A. mangium Selama proses pembuatan pulp, alkali akan
dan E. pellita menunjukkan kecenderungan yang melarutkan rantai hemiselulosa berat molekul
sama, semakin tinggi jumlah putaran PFI mill, rendah, memulai reaksi depolimerisasi akhir
nilai indeks tarik semakin meningkat. Proses (reaksi pengelupasan primer), dan hidrolisis
penggilingan akan menyebabkan dinding serat dari ikatan glikosidik, yang menyebabkan reaksi
15
Jurnal Selulosa, Vol. 10, No. 1, Juni 2020 : 9 - 20
Gambar 6. Indeks Retak Pulp pada Variasi Konsentrasi Alkali Aktif terhadap Jumlah Putaran PFI Mill.
Keterangan Am (A. mangium) dan Ep (E. pellita)
Gambar 7. Indeks Sobek Pulp pada Variasi Konsentrasi Alkali Aktif terhadap Jumlah Putaran PFI Mill.
Keterangan Am (A. mangium) dan Ep (E. pellita)
pengelupasan sekunder dan penurunan derajat sobek dapat dilihat pada Gambar 7. Indeks
polimerisasi (Bajpai, 2018). Nilai indeks tarik sobek pulp A. mangium berada pada rentang
sangat dipengaruhi oleh faktor alkali aktif (Wan 5,6-10 mN.m2/g sedangkan pulp E. pellita
Rosli, Mazlan and Law, 2009). berada pada rentang 2,1–10,9 mN.m2/g. Pola
Indeks retak diuji untuk mengetahui nilai penggilingan terhadap indeks sobek pulp
kekuatan pulp untuk menahan beban yang terpusat A. mangium dan E. pellita memiliki
(Shmulsky and Jones, 2011). Hasil pengukuran kecenderungan yang sama, dimana peningkatan
indeks retak dapat dilihat pada Gambar 6. Indeks putaran penggilingan meningkat hingga putaran
retak pulp A. mangium berada pada kisaran tertentu selanjutnya menurun, sehingga memiliki
0,9–6,5 kPa.m2/g sedangkan pulp E. pellita titik maksimum. Pulp A. mangium menurun pada
berada pada rentang 0,5–5,6 kPa.m2/g. Indeks putaran sekitar 1.000 dan E. pellita pada putaran
retak menunjukkan pola yang sama dengan 4.000.
indeks tarik baik terhadap pengaruh penggilingan
dan alkali aktif. Kualitas Pulp Putih
Ketahanan sobek diperlukan untuk mengetahui
ketahanan kertas terhadap gaya sobek selama Kualitas pulp A. mangium dan E. pellita
konversi atau pemakaian kertas akhir (Scott dibandingkan dengan spesifikasi pulp kraft putih
and Trosset, 1989). Hasil pengukuran indeks kayu daun lebar berdasarkan SNI dapat dilihat
16
Pengaruh Alkali Aktif terhadap Karakteristik
Pulp Kraft Putih Acacia... : Teddy Kardiansyah, dkk.
Tabel 4. Sifat Optik dan Sifat Fisik Pulp Kraft Putih A. mangium dan E. pellita
pada Tabel 4. Secara umum kualitas pulp putih lebih tahan terhadap hama dan penyakit tanaman
A. mangium dan E. pellita memenuhi parameter dibandingkan dengan A. mangium. Tanaman
derajat giling awal, sifat fisik dan sifat optik. E. pellita masih perlu dikembangkan melalui
Namun demikian pulp putih A. mangium memiliki pemuliaan tanaman agar diperoleh klon dengan
sifat yang lebih baik dibandingkan dengan pulp kualitas yang unggul, baik dari segi pertumbuhan
E. pellita, tetapi sifat fisik pulp putih E. pellita maupun dari kualitas pulp yang dihasilkannya.
lebih baik dibandingkan A. crassicarpa (Sugesty,
Kardiansyah and Pratiwi, 2015). Selain itu, dosis Ucapan Terima Kasih
alkali aktif 16% untuk A. mangium sudah dapat
memenuhi kualitas SNI, sedangkan E. pellita Terima kasih disampaikan kepada Dimas
pada dosis alkali aktif tersebut tidak memenuhi Ryenki Prawira dan Ferengki Wahyudi atas bantuan
parameter derajat cerah pulp sesuai SNI. dan dukungannya dalam pelaksanaan penelitian
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Kesimpulan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper atas
penyediaan bahan baku dan sarana penelitian.
Karakteristik pulp kraft hasil pemasakan
A. mangium lebih tinggi pada parameter Daftar Pustaka
rendemen tersaring, bilangan kappa dan viskositas
dibandingkan dengan E. pellita. Penggunaan alkali Abdel-aal, M. A. (2014) ‘Effect of Cooking Time,
aktif 16% pada A. mangium dapat memenuhi Active Alkali Concentration and Refining
kualitas pulp kraft putih sesuai SNI pada Process on the Pulping and Papermaking
parameter derajat giling, derajat cerah dan sifat Properties of Buttonwood Residues
(Conocarpus erectus L.)’, World Applied
fisik, sedangkan E. pellita memerlukan alkali aktif
Sciences Journal, 27(1), pp. 1–9. doi:
lebih tinggi yaitu 18%. Karakteristik pulp kraft 10.5829/idosi.wasj.2013.27.01.13600.
putih A. mangium lebih tinggi pada parameter Ardina, V., Irawan, B. and Prajitno, D. H. (2018)
derajat giling, derajat cerah dan sifat fisik ‘Active alkali charge effect on kraft pulping
dibandingkan dengan E. pellita. Namun demikian process of Acacia mangium and Eucalyptus
E. pellita berpotensi untuk dikembangkan di Hutan pellita’, in AIP Conference Proceedings, p.
Tanaman Industri sebagai bahan baku pulp, karena 020036. doi: 10.1063/1.5054440.
17
Jurnal Selulosa, Vol. 10, No. 1, Juni 2020 : 9 - 20
Bajpai, P. (2018) Biermann’s Handbook of Irianto, R. S. B., Barry, K., Hidayati, N., Ito, S.,
Pulp and Paper, Biermann’s Handbook Fiani, A., Rimbawanto, A. and Mohammed,
of Pulp and Paper. doi: 10.1016/c2017- C. (2006) ‘Incidence and spatial analysis of
0-00530-x. root rot of Acacia mangium in Indonesia’,
Banavath, H. N., Bhardwaj, N. K. and Ray, Journal of Tropical Forest Science, 18(3), pp.
A. K. (2011) ‘A comparative study of the 157–165.
effect of refining on charge of various Islam, M. N. (2004) ‘Effect of chemical charges
pulps’, Bioresource Technology. Elsevier in cooking and their effectiveness on pulp
Ltd, 102(6), pp. 4544–4551. doi: 10.1016/j. bleaching’, Journal of Scientific and Industrial
biortech.2010.12.109. Research, 63(6), pp. 522–526.
Bassa, A. G. M. C., Sanches Duarte, F. A., Da Jahan, M. S., Sabina, R. and Rubaiyat, A. (2008)
Silva, F. G. and Sacon, V. M. (2006) ‘The ‘Alkaline pulping and bleaching of Acacia
effect of alkali charge on Eucalyptus spp. auriculiformis grown in Bangladesh’, Turkish
kraft pulping’, 2006 TAPPI Engineering, Journal of Agriculture and Forestry, 32(4),
Pulping and Environmental Conference pp. 339–347. doi: 10.3906/tar-0708-10.
Proceedings, 2006(June 2016). Khiari, R., Mhenni, M. F., Belgacem, M. N. and
Buzała, K. P., Kalinowska, H., Borkowski, J. and Mauret, E. (2010) ‘Chemical composition
Przybysz, P.(2018) ‘Effect of xylanases on and pulping of date palm rachis and Posidonia
refining process and kraft pulp properties’, oceanica - A comparison with other wood
Cellulose, 25(2), pp. 1319–1328. doi: and non-wood fibre sources’, Bioresource
10.1007/s10570-017-1609-y. Technology. Elsevier Ltd, 101(2), pp. 775–
Colodette, J. L., Gomide, J. L., Argyropoulos, 780. doi: 10.1016/j.biortech.2009.08.079.
D. S., Robles, Y. A. M., Almeida, J. M., Li, P., Hou, Q., Zhang, M. and Li, X. (2018)
Mehlman, S. K. and DeBrito, A. G. H. ‘Environmentally Friendly Bleaching on
(1999) ‘Effect of pulping processses on Bamboo ( Neosinocalamus ) Kraft Pulp
bleachability with ECF, Z-ECF and TCF Cooked by Displacement Digester System’,
bleaching’, Appita Journal, 52(5), pp. 368– BioResources, 13(1), pp. 450–461.
374. Lukmandaru, G., Zumaini, U. F., Soeprijadi, D.,
Eshkiki, R. B., Mortha, G. and Lachenal, D. Nugroho, W. D. and Susanto, M. (2016)
(2007) ‘A new method for the titration of free ‘Chemical Properties and Fiber Dimension of
phenolic groups in pulps’, Holzforschung, Eucalyptus pellita from The 2nd Generation
61(3), pp. 242–246. doi: 10.1515/ of Progeny Tests in Pelaihari, South Borneo,
hf.2007.039. Indonesia’, Journal Korean Wood Science
Gellerstedt, G., Ek, M. and Henriksson, G. and Technology, 44(August), pp. 571–588.
(2009) Wood chemistry and biotechnology, doi: 10.5658/WOOD.2016.44.4.571.
Wood Chemistry and Biotechnology. doi: MacLeod, M. (2007) ‘The top ten factors in
10.1515/9783110213409. kraft pulp yield’, Paperi Ja Puu/Paper &
Gullichsen, J., Fogelholm, C.-J. and Paulapuro, Timber, 89(4), pp. 3–7. Available at: http://
H. (1999) ‘Papermaking Science and kraftpulpingcourse.knowledgefirstwebsites.
Technology’, in Gullichsen, J., Fogelholm, com/f/Top_Ten.pdf.
C.-J., and Paulapuro, H. (eds) Chemical Matin, M., Rahaman, M. M., Nayeem, J., Sarkar,
Pulping. Fapet Oy. M. and Jahan, M. S. (2015) ‘Dissolving pulp
Hardiyanto, E. B. and Sadanandan Nambiar, from jute stick’, Carbohydrate Polymers.
E. K. (2014) ‘Productivity of successive Elsevier Ltd., 115, pp. 44–48. doi: 10.1016/j.
rotations of Acacia mangium plantations carbpol.2014.08.090.
in Sumatra, Indonesia: Impacts of harvest Mendham, D. S., Hardiyanto, E. B., Wicaksono,
and inter-rotation site management’, New A. and Nurudin, M. (2017) ‘Nutrient
Forests, 45(4), pp. 557–575. doi: 10.1007/ management of contrasting Acacia mangium
s11056-014-9418-8. genotypes and weed management strategies
Harwood, C. E. and Nambiar, E. K. S. (2014) in South Sumatra, Indonesia’, Australian
‘Productivity of Acacia and Eucalypt Forestry. Taylor & Francis, 80(3), pp. 127–
plantations in Southeast Asia. 2. Trends 134. doi: 10.1080/00049158.2017.1331701.
and variations’, International Forestry Muhammad, A. J., Ong, S. S. and Ratnam, W. (2018)
Review, 16(2), pp. 249–260. doi: ‘Characterization of mean stem density, fibre
10.1505/146554814811724766. length and lignin from two Acacia species and
Hillman, D. C. (2002) ‘Single Species Pulping : their hybrid’, Journal of Forestry Research.
The World’s Preferred Market Pulps’:, Springer Berlin Heidelberg, 29(2), pp. 549–
Solutions, (November), pp. 27–30. 555. doi: 10.1007/s11676-017-0465-9.
18
Pengaruh Alkali Aktif terhadap Karakteristik
Pulp Kraft Putih Acacia... : Teddy Kardiansyah, dkk.
19
Jurnal Selulosa, Vol. 10, No. 1, Juni 2020 : 9 - 20
20