Sengketa Pemilu Terpisah-Pisah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

PROBLEMATIKA POLA PENYELESAIAN PERSOALAN

PEMILU ( PELANGGARAN & SENGKETA) YANG


TERPISAH PISAH

Nofi Sri Utami

Fakultas Hukum

Universitas Islam Malang

ABSTRAK

Pelaksanaan pemilu 2019 dilakukan secara serentak untuk memilih legislatif


dan eksekutif. Pada pelaksanaanya tidak menutup kemungkinan muncul persoalan( baik
pelanggaran dan sengketa) pemilu yang signifikan. Realitanya penyelesaian persoalan
pemilu diselesaikan dibeberapa lembaga yaitu Bawaslu, pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN),Pengadilan Negeri (PN), Mahkamah Agung (MA). Penyelesaian di beberapa
lembaga ini meninggalkan persoalan baru karena setiap lembaga memiliki pola dan
sistem kewenangan yang berbeda beda, Tentunya diperlukan waktu yang tidak sedikit
dalam menyelesaikan persolan pemilu di beberapa lembaga yang berbeda. tak ubahnya
jadwal pelaksanaan pemilu yang telah terjadwal secara rigid. Hal ini akan menganggu
tahapan pelaksanaan pemilu. Pada akhirnya keadilan akan sulit didapat oleh pencari
keadilan.

Maka untuk memberikan keadilan dalam menyelesaikan persoalan pemilu


semestinya persolaan pemilu diselesaikan di satu (1) lembaga yang berwenang untuk
menyelesaikan persoalan pemilu (baik pelanggaran maupun sengketa). Lembaga
tersebut memiliki sistem penyelesaianya yaitu di dalam lembaga memiliki 2 kamar yaitu
kamar pelanggaran dan sengketa, setiap kamar memiliki hakim ad hoc maksimal 5
orang( dari akademisi, peiat pemilu/aktivis serta diambil dari hakim karier), sifat
putusan final dan banding. System penyelesaian memiliki asas cepat, mudah dan
murah.

Kata kunci: persoalan Pemilu, Lembaga penyelesaian , tidak efektif

A.PENGANTAR/PENDAHULUAN

Pelaksanaan pemilu serentak yang diselenggarakan pada 17


April 2019 ini tidak hanya memilih Presiden dan Wakil Presiden,
namun juga memilih anggota legislatifnya. Pemilu serentak
ternyata menyisakan sejumlah peristiwa yang melibatkan 190 juta
pemilih, 805.000 tempat pemungutan suara (TPS), dan melibatkan
6 juta petugas pemungutan suara ini merupakan pertama kali
1
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
dalam sejarah pemilu di Indonesia. Tujuan dilaksanakanya pemilu
serentak yaitu untuk melakukan efisiensi anggaran namun
ternyata sejumlah peristiwa gugurnya para “pejuang demokrasi”
dalam menjalankan tugas menjadikan pemilu kali ini sebagai
pemilu yang paling banyak merenggut korban jiwa sepanjang
sejarah.
Tidak berhenti distu, terkait Penyelesaian persoalan
(pelanggaran, sengketa dan hasil) pemilihan umum yang terpisah
pisah menjadikan sebuah persoalan yang kompleks. Penggunaan
istilah persengketaan dalam pelaksanaan pemilu maknanya lebih
luas, dibanding dengan perselisihan pemilu. 1misalnya istilah
perselisihan hasil pemilu yang disampaikan oleh 3 pendapat atau
usulan dari Pataniari Siahaan, Ramlan Surbakti, dan I Dewa Gede
Palguna.2 Yang pada intinya menyatakan bahwa istilah
perselisihan sering digunakan pada konteks hasil pemilihan.
Sedangkan persengketaan paling banyak digunakan pada saat
pembahasan perubahan UUD 1945, antara lain digunakan oleh
Soetijipto, Jimly Asshidiqie dan Asnawi Latief.3 Menurutnya,
penggunaan istilah sengketa dapat dimaknai bahwa ruang
lingkupnya meliputi semua jenis sengketa yang muncul dalam
proses dan tahapan pemilihan. ‘
Terkait penyelesaian persoalan yang muncul dalam
pelaksanaan pemilu baik itu pelanggaran, sengketa maupun
perselisihan hasil secara normativ telah diatur dalam berbagai
peraturan perundang undangan. Setidaknya ada 5 lembaga yang
memiliki kewenangan menyelesaikan persoalan (pelanggaran,
sengketa dan perselisihan )pemilu yaitu Bawaslu, Mahkamah
Agung, Pengadilan Negeri, Dewan Kehormatan Penyelenggara

1
Jenedri M Gaffar. Hukum Pemilu dalam yurisprudensi Mahkamah Konstitusi. konstitusi Press.
Jakarta. 2013. Hlm. 30
2
Sekretariat Jenderal MPR RI. Risalah Rapat Pleno ke-41 Panitia Ad Hoc I BP MPR. 10 Mei
2001, dengan agenda Pembahasan Perubahan UUD 1945 bidang politik dan hukum dan lain lain.
Hlm. 24-25. Dalam ibid
3
Ibid. Risalah Rapat Pleno ke-14 Panitia Ad Hoc I BP MPR. Hlm. 8-10
2
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
Pemilu (DKPP), Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), Mahkamah
Konstitusi.
Mekanisme penyelesaian sengketa penetapan calon peserta
Pilkada oleh Bawaslu Provinsi/Panitia Pengawas Pemilihan
Kabupaten/Kota yaitu: penyelesaian sengketa pencalonan yang
berjenjang dari jajaran Bawaslu RI/Provinsi maupun Panwaslu
Kab/Kota, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) hingga upaya
hukum kasasi ke Mahkamah Agung, mengakibatkan
mekanisme penyelesaian sengketa penetapan peserta Pemilu
menjadi panjang dan berlapis-lapis.4 Berikut Penegakan Hukum
penyelesaian sengketa pemilu
Banyaknya lembaga peradilan yang memiliki kewenangan
menyelesaikan persoalan pemilu tentunya menjadikan tidak efektif
mengingat bahwa setiap lembaga peradilan memiliki waktu
penyelesaian yang tidak sedikit maka perlu dibentuk sebuah
lembaga peradilan yang menyelesaikan semua perkara pemilu
khususnya sengketa dan pelanggaran pemilu. Ketidak efektifan
tersebut terjadi pada kabupaten sidoarjo yang mendapati jumlah
sengketa terbanyak di Indonesia dalam pemilu 2019.

DISKUSI/ ANALISIS

a. Problem Pola Penyelesaian Persoalan Pemilu Di Beberapa


Lembaga
1. Penyelesaian sengketa di PTUN
Sengketa tata usaha negara Pemilihan merupakan sengketa
yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara Pasangan
Calon dengan KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU
Provinsi/KIP Aceh dan/atau KPU/KIP Kabupaten/Kota tentang

4
Lihat Pasal 143 ayat (1) dan Pasal 154 Undang-Undang Pilkada
3
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
penetapan Pasangan Calon peserta Pemilihan.5 Tata cara
penyelesaian sengketa tata usaha sebagai berikut: 6

(1) Penyelesaian sengketa tata usaha negara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 92 diselesaikan melalui upaya
administrasi di Bawaslu Provinsi atau Panwas
Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal masih terdapat keberatan atas putusan
Bawaslu, dapat diajukan gugatan di Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara.
(3) Tata cara penyelesaian sengketa tata usaha negara
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang
Pemilihan. Untuk lebih jelasnya Berikut akan digambarkan
pola/alur penyelesaian sengketa di PTUN.

5 Pasal 92 Peraturan KPU No. 3 Tahun 2017 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
6 Pasal 93 Peraturan KPU No.3 Tahun 2017 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota


4
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
Alur penyelesaian sengketa Pemilu di PTUN

3 hari setelah
dikeluarkan
Sengketa Pilkada
putusan
Keputusan KPU
Sepakat
Bawaslu (12 Mediasi
hari)
Tidak sepakat

Menerima

Adjudikasi/persida
ngan,
Tidak mau menerima mengeluarkan
3 hari setelah
putusan
dikeluarkan putusan
Bawaslu
Yang bisa diajukan ke PTUN hanya terkait
PTTUN (15 hari )
Sengketa tentang pencalonan
5 hari sejak
diterbitkanya putusan
MA (20 hari)

Berdasarkan alur diatas bahwa Penyelesaian sengketa pemilu


pertama kali diselesaikan di Bawaslu, Bawaslu melakukan
mediasi, hasil mediasi diadapat kata sepakat dan tidak sepakat.
Jikalau terjadi kata sepakat maka dikeluarkan Putusan Bawaslu
dan jika tidak sepakat maka dilakukan adjudikasi. Pada sidang
adjudikasi terkait putusan akhir bagi peserta pemilihan yang
mengajukan permohonan menerima maka selesai, dan jika tidak
mau menerima maka peserta pemilihan bisa mengajukan
permohonan ke PTUN (khusus terkait sengketa pencalonan),
terkait putusan PTUN jika tidak menerima maka bisa mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung. Putusan Mahkamah Agung bersifat
5
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
final dan mengikat. Penyelesaian sengketa pemilu yang bermuara
di MA memiliki 3 lapis penyelesaian yaitu di Bawaslu, PTTUN dan
MA
2. Penyelesaian Pelanggaran pidana di Pengadilan Negeri (PN)

Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga yang salah


satu kewenanganya menyelesaikan pelanggaran tindak pidana
pemilihan. Tindak pidana pemilihan merupakan pelanggaran atau
kejahatan terhadap ketentuan pemilihan.

Tindak pidana pemilihan merupakan pelanggaran atau


kejahatan terhadap ketentuan pemilihan sebagaimana diatur
dalam undang undang ini.7 Untuk menyamakan pemahaman dan
pola penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu bersama
Kepolisian dan Kejaksaan Agung membentuk sentra penegakan
hukum terpadu8 atau Sentra Gakumdu, termasuk untuk tingkat
propinsi dan kabupaten/kota. Penyidik dan penuntut untuk
tindak pidana Pemilu sepenuhnya berada di bawah tanggung
jawab Bawaslu. Dengan demikian, penyidik kepolisian dan
penuntut umum dari kejaksaan akan bertindak sebagai penyidik
dan penuntut secara adhoc di Bawaslu. Di mana tugas dan
tanggungjawabnya sebagai penyidik dan penuntut sepenuhnya
berada di bawah tanggung jawab Bawaslu. Dengan demikian,
terkait penegakan hukum pidana pemilu, Bawaslu, Bawaslu
Propinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota akan bertindak sebagai
penyidik sekaligus penuntut untuk dugaan tindak pidana pemilu
dan pilkada. Untuk lebih jelasnya berikut akan digambarkan
alur/pola penyelesaian pelanggaran pidana pemilu.

7 Undang Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu


8 Pasal 152 Undang UndangNo.10 Tahun 2016
6
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id

Alur penyelesaian pelanggaran Pidana

Pelanggaran pidana Bawaslu (3 hari kerja)


Kepolisian(14
(gakumdu )
hari)

7 hari kerja sejak ditemukan pelanggaran 3 hari

Putusanya bersifat PN (7 Jaksa (14 hari)


PT hari)
final dan mengikat

pelanggaran dibagi menjadi dua yaitu pelanggaran pidana


dan pelanggaran administrasi. Penyelesaian pelanggaran pidana
seperti alur diatas, yang mana muara penyelesaian ada di
Pengadilan Tinggi. Sedangkan pelanggaran administrasi terbagi
menjadi dua yaitu pelanggaran administrasi biasa dan
pelanggaran administrasi luar biasa. Pelanggaran administrasi
biasa, penyelesaianya bermuara pada keputusan KPU sedangkan
pelanggaran administrasi luar biasa merupakan pelanggaran yang
terstruktur, sistemasis dan Masif (TSM) yaitu Money Politik.
Pelanggaran TSM ini penyelesaianya bermuara pada PTUN. Lebih
jelasnya maka alur/pola digambarkan sebagai berikut.

7
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id

Alur penyelesaian pelanggaran pemilu

Pelanggaran administrasi Pilkada

Bawaslu

Biasa Luar Biasa (TSM)/Money politik ( 30 hari)

Putusan Bawaslu Putusan pembatalan calon oleh Bawaslu

Ditindaklanjuti KPU Ditindaklanjuti KPU (3 hari)

Ptusan KPU
Keputusan KPU berupa
(pemberian sanksi
Tidak diterima Diterima

MA PTUN

Berdasarkan alur penyelesaian pelanggaran administrasi


diatas, bahwa pelanggaran administrasi ada 2 yaitu pelanggaran
administrasi biasa dan pelanggaran administrasi luar biasa.
Pelanggran administrasi biasa pertama kali diselesaikan di
Bawaslu, kemudian bawaslu mengeluarkan putusan bawaslu dan
merekomendasikan ke KPU. Selanjutnya KPU mengeluarkan
Keputusanya terkait pelanggaran administrasi dan memberikan
sanksi. Sedangkan pelanggaran administrasi luar biasa
merupakan pelanggaran yang dilakukan secara terstruktur,
8
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
sistematis dan masif (TSM) yaitu money politik. Penyelesaian
diawal di selesaikan oleh Bawaslu, Bawaslu mengeluarkan
putusan pembatalan calon jika ternyata terbukti melakukan
pelanggaran. Terkait putusan Bawaslu ditindaklanjuti oleh KPU
dan selanjutnya KPU mengeluarkan keputusan. Jika para pihak
merasa dirugikan oleh keputusan KPU maka bisa mengajukan
permohonan ke PTTUN. Masih belum bisa menerima terkait
putusan PTTUN maka bisa mengajukan ke MA. Putusan
Mahkamah Agung (MA) bersifat final dan mengikat. Terkait alur
pelanggaran diatas bahwa pelanggaran terdiri dari dua dan proses
penyelesaian berbeda beda dengan waktu yang berbeda tentunya
ini akan menjadikan panjang proses penyelesaian pelanggaran
pilkada.
3. Penyelesaian di Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan salah satu pelaku kekuasaan


kehakiman selain Mahkamah Konstitusi. 9Mahkamah Agung
sebagai cabang kekuasaan yudikatif mengadili perkara perkara
tertentu yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pasal 24A ayat
(1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia10 ditegaskan
kembali dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kewenangan Mahkamah
Agung adalah mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang. Dalam hal ini MA mengadili persoalan pemilu
pada tingkat kasasi

9
Pasal 24 Ayat (2) Undang Undang Dasar NRI Tahun 1945
10 Pasal 24 A Ayat (1) Undang UndangNRI Tahun 1945 merupakan perubahan ketiga Undang UndangNRI
Tahun 1945 yang berbunyi Mahkamah Agung berwenang mengadilli pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang undangan dibawah Undang Undangterhadap Undang Undang, dan mempunyai wewenang lainya yang
diberikan oleh Undang Undang.
9
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id

4. Penyelesaian di Bawaslu

Penyelesaian pelanggaran administrasi di selesaikan oleh


Bawaslu melalui musyawarah berdasarkan prinsip cepat dan
tanpa biaya.11 Pasal 73 Undang Undang No. 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilu, tugas Bawaslu yaitu mengawasi
penyelenggaraan pemilu dalam rangka pencegahan dan
penindakan pelanggaran untuk terwujudnya pemilu demokratis.
Tata cara Penyelesaian perselisihan administrasi sebagai berikut:12
1. Laporan pelanggaran pemilihan disampaikan kepada
Bawaslu paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan
ditemukanya pelanggaran pemilihan.
2. Terkait laporan pelanggaran pemilihan,terbukti
kebenaranya maka Bawaslu Provinsi menindaklanjuti
laporan dengan cara menerima, memeriksa dan memutus
pelanggaran administrasi dalam jangka waktu paling lama
14 (empat belas) hari kerja.
3. Pemeriksaan dilakukan secara terbuka, dari hasil
pemeriksaa tersebut, Bawaslu mengeluarkan sebuah
rekomendasi/putusan.
4. KPU Provinsi/Kabupaten wajib menindaklanjuti putusan
Bawaslu dengan menerbitkan keputusan KPU
Provinsi/Kabupaten dalam jangka waktu 3 hari kerja
terhitung sejak diterbitkanya putusan Bawaslu.
Keputusan KPU dapat berupa pembatalan pasangan
calon dan penyempurnaan.

11
Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Bawaslu No.15 Tahun 2017 tentang Penyelesaian sengketa Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Wakil Walikota
12 Pasal 135 Undang Undang No.10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang UndangNo.1 Tahun

2015 tentan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang UndangNomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang Undang.
10
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
5. Jika Pasangan calon yang mendapatkan sanksi
pembatalan pasangan calon merasa belum puas, dapat
mengajukan upaya hukum ke Mahkamah Agung dalam
jangka waktu 3 hari kerja terhitung sejak keputusan KPU
Provinsi/Kabupaten.
6. Mahkamah Agung memutus upaya hukum pelanggaran
administrasi dalam jangka waktu paling lama 14 hari
kerja terhitung sejak berkas perkara diterima Mahkamah
Agung.

Penyelesaian pelanggaran Administrasi pemilihan yang


dimaksud yaitu pelanggaran yang terjadi secara sistematis,
terstruktur dan masif (STM). Pelanggaran Sistematis yaitu
memang direncanakan (by design) bukan insidental. Pelanggaran
terstruktur yaitu pelanggaran tersebut dilakukan oleh aparat
stuktural, baik aparat pemerintah maupun aparat penyelenggara
pemilu, jadi bukan bersifat individual. Pelanggaran masif yakni
pelanggaran tersebut bersifat meluas (masif), bukan sporadis.
Pelanggaran STM yang intinya bahwa pelanggaran tersebut
memang direncanakan atau didesain sejak semula (baik oleh
negara, penyelenggara pemilu atau peserta pemilu), dilakukan oleh
aparat struktural negara/ penyelenggara pemilu, dan bersifat
meluas, yang benar benar merusak sendi sendi pemilu yang
“Luber dan Jurdil”.13

B. PEMBAHASAN

Penyelesaian perselisihan Pemilu yang dijelaskan sebelumnya,


memungkinkan terjadinya sebuah persoalan yang harus
diselesaikan di sebuah lembaga yang berkompeten. Penyelesaian

13 Mukthie Fadjar. Pemilu perselisihan hasil Pemilu dan Demokrasi (membangun Pemilu legislatif, Presiden,

dan Kepala Daerah & penyelesaian perselisihan hasil Pemilu secara demokratis). Setara Press. Malang. 2013.
hlm 117
11
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
persoalan yang diselesaikan di beberapa lembaga telah diatur
dalam sebuah aturan. Bawaslu membuat rekomendasi yang
ditujukan kepada lembaga yang diberi kewenangan untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut. Jika suatu lembaga
penyelenggara pemilu diberikan terlalu banyak (yang berpotensi
menimbulkan konflik). Seperti misalnya menyusun undang
undang pemilu, menerapkan dan menegakkan Undang Undang
tersebut, dan bertindak sebagai satu satunya Pengadilan untuk
menyelesaikan kasus kepemiluan, tentunya akan sedikit aktivitas
check and balances yang efektif dalam tindakanya.14Serta
penyelesaian pelanggaran dan sengketa yang diselesaikan di
beberapa lembaga (PN,PTUN,MA) menjadi tdk efektif ditambah lagi
pola penyelesaian setiap lembaga memiliki system penyelesaian
berbeda dan proses waktunya tdk sedikit, menjadikan kepastian
hukum akan sulit tercapai. Tidak serta merta itu, jadwal tahapan
pelaksanaan pemilu telah dibuat sebelumnya secara rigid,
tentunya kalo penyelesaian di beberapa lembaga menjadikan
tahapan pelaksanaan terhambat dengan belum selesaianya
penyelesaian persoalan pemilu (baik sengketa dan pelanggaran).
Maka peluang hadirnya penyelesaian sengketa dan pelanggaran
diselesaikan di satu lembaga sangatlah mungkin. Mengingat Peran
setiap lembaga sangat penting dalam penegakan pemilu yang
berintegritas. Pemilu berintegritas tergantung pada landasan
institusi yang ditetapkan oleh kerangka hukum.

Peluang hadirnya sebuah lembaga dalam hal penyelesaian


persoalan pemilu sangatlah dimungkinkan. Peluang lembaga
tersebut bias jadi berbentuk Lembaga Peradilan mengingat bahwa
Lembaga peradilan sangatlah diperlukan sebagai sarana
penyelesaian konflik. atau sebagai tempat menyelesaikan

14 Bawaslu. Bawaslu Mendengar:menghimpun masukan untuk membangun pondasi Pengawasan

Pemilu.Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia. Jakarta. 2017. hlm.11


12
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
perkara.15 Peranan lembaga peradilan yaitu memberikan tempat
bahkan membantu kepada mereka yang merasa hak-haknya
dirampas dan memaksa kepada pihak-pihak agar bertanggung
jawab atas perbuatan yang dilakukan.

Menurut Topo Santoso, pelanggaran dalam pemilihan Kepala


Daerah dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:16
1. Pelanggaran dalam proses yang tidak berpengaruh atau
tidak dapat ditaksir pengaruhnya terhadap hasil suara
pemilu, seperti pembuatan baliho, kertas simulasi yang
menggunakan lambang dan alayt peraga yang tidak sesuai
denngan tata cara yang telah diatur dalam peraturan
perundang undangan. Untuk jenis pelanggaran ini MK
tidak dapat menjadikanya sebagai dasar pembatalan hasil
perhitungan yang ditetapkan oleh KPU atau KPU
Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal ini sepenuhnya menjadi
ranah peradilan umum atau PTUN.
2. Pelanggaran yang berpengaruh terhadap hasil pemilu,
seperti money politic, keterlibatan oknum pejabat atau
PNS, dugaan pidana pemilu, manipulasi suara, intimidasi,
dan sebagainya. Pelanggaran seperti itu dapat
membatalkan hasil pemilu sepanjang berpengaruh secara
signifgikan, yakni karena terjadi secara terstruktur,
sistematis dan massif yang ukuranya telah ditetapkan
dalam berbagai putusan MK. Berbagai pelanggaran yang
sifatnya tidak signifikan mempengaruhi pemilu, seperti
yang bersifat sporadis, parsial, perorangan, dan hadiah
hadiah yang tidak bisa dibuktikan pengaruhnya terhadap
pilihan pemilih, tidak dijadikan dasar oleh MK untuk
membatalkan hasil perhitungan oleh KPU

15
Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia, loc. cit
16
Majalah Konstitusi No.50-Maret 2011. Hlm. 65
13
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
3. Pelanggaran tentang persyaratan menjadi calon yang
bersifat prinsip dan dapat diukur (seperti syarat tidak
pernah dijatuhi pidana penjara dan syarat keabsahan
dukungan bagi calon independen). Pelanggaran ini dapat
dijadikan dasar untuk membatalkan hasil pemilu karena
ada pesertanya yang tidak memenuhi syarat sejak awal
Alasan lain yang mendorong penyelesaian diselesaikan di
lembaga yang berkompeten yaitu:17
1. Terlalu banyak institusi yang terlibat dalam
penyelesaian masalah hukum pemilu, ada bawaslu,
kepolisian, kejaksaan, peradilan umum, peradilan tata
usaha negara, Mahkamah Konstitusi,
2. Pengadilan yang ada ternyata memiliki keterbatasan
untuk menyidangkan sengketa pemilu tertentu, baik
karena hukum acaranya yang tidak dapat mengikuti
proses pemilu/pemilukada yang terikat pada tahapan-
tahapan waktu maupun karena keterbatasan lingkup
kewenangan;
3. Dengan begitu banyaknya mekanisme dan institusi
yang terlibat, hampir semua pencari keadilan tidak
dapat memulihkan hak mereka yang terlanggar.
Lembaga peradilan sangat diperlukan sebagai sarana
penyelesaian konflik atau sebagai tempat menyelesaikan
perkara.18 Peranan lembaga peradilan yaitu memberikan tempat
bahkan membantu kepada mereka yang merasa hak-haknya
dirampas dan memaksa kepada pihak-pihak agar bertanggung
jawab atas perbuatan yang dilakukan. Senada dengan hal
tersebut Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa kehadiran
lembaga hukum merupakan operasionalisasi dari ide rumusan
konsep-konsep hukum yang notabene bersifat abstrak, melalui

17
Refly Harun. Op.Cit. Hlm. 10
18
Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia, loc. cit
14
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
lembaga dan bekerjanya lembaga-lembaga itulah hal-hal yang
bersifat abstrak tersebut dapat diwujudkan dalam
masyarakat.19
Kelebihan penyelesaian di lembaga peradilan sebagai
berikut.20
1. Lembaga peradilan telah ada dan mapan sehingga
jika badan peradilan khusus sengketa atas
penetapan hasil pemilihan kepala daerah
dimasukkan sebagai salah satu pengadilan khusus
dalam salah satu lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung, hal tersebut tidak akan
membuat kerumitan baik dalam hal dasar
aturannya, organisasinya, sumber dayanya, hingga
hukum acaranya.
2. Disamping hakim-hakim pada lembaga peradilan di
Indonesia telah memiliki keahlian dalam
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa.
Para hakim tersebut semenjak menjadi calon hakim
telah terlepas dari politik praktis sehingga
netralitas dalam menangani sengketa pemilihan
kepala daerah dapat dipercaya.
3. Struktur peradilan di Indonesia yang meliputi
seluruh wilayah Indonesia membuat seluruh
lingkungan peradilan Indonesia akan sanggup
menangani sengketa pemilihan kepala daerah
dengan baik.
4. Meningkatkan legitimasi karena keputusan terkait
pemilu diambil berdasarkan hukum serta demi
keadilan, kepastian hukum, dan stabilitas politik.

19
Satjipto Rahardjo, Teori dan Metode dalam Sosiologi Hukum, loc. cit
20
Centro, Electoral Justice: An Overview of International IDEA Handbook, op. cit., Buku
Asli dicetak di Trydelis Tryckeri AB, Swedia.
15
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
5. Mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak
mayoritas di badan legislatif sehingga pihak minoritas
ikut diperhatikan.
6. Mengakui bahwa sengketa pemilihan kepala daerah
merupakan persoalan hukum meski bermuatan politik
sehingga penyelesaiannya pun harus sesuai konstitusi
dan undang-undang.
Kekurangan badan peradilan berbentuk lembaga peradilan
sebagai berikut:
1. Adanya kontroversi putusan masa silam pada saat
pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung menangani
sengketa pemilihan kepala daerah, tentu membuat
semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung
agak terbebani karena harus menyelesaikan
sengketa pemilihan kepala daerah.
2. Tingkat kepercayaan masyarakat atas penyelesaian
sengketa pemilihan kepala daerah oleh lembaga
peradilan masih rendah.
3. Para hakim kebanyakan belum mendalami secara
khusus sengketa pemilihan kepala daerah, oleh
karenanya diperlukan adanya pelatihan dan
sertifikasi hakim pemilihan kepala daerah serta
disiapkan ahli yang dapat menyampaikan
keterangannya dimuka persidangan.
4. Dapat mendorong kekuatan politik yang tidak
sepakat dengan keputusan yang dibuat badan
peradilan mempertanyakan kapasitas atau
imparsialitas badan tersebut.
5. Membahayakan jika hakim terlibat dalam masalah-
masalah hukum politik partisan.
6. Ada risiko bahwa kekuatan politik menunjuk
hakim berdasarkan kriteria politik bukan
16
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
berdasarkan kemampuan kerja, independensi, dan
imparsialitas pihak yang ditunjuk.
7. Dapat membuat pengadilan tinggi kehilangan
kewibawaan jika kekuatan politik yang kalah
mempertanyakan keputusan yang dibuat
Satu masalah penting yang berpotensi mengganggu pemilu
adalah penyelesaian sengketa pemilu. Untuk lebih jelasnya berikut
akan digambarkan penyelesaian persoalan pemilu di selesaikan di
beberapa lembaga (saat ini ) dan tawaran desain/ pola
penyelesaian persoalan pemilu untuk masa akan datang.

17
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id

Kerangka Konseptual

Ius Constitutum Ius Constituendum

Sistem Penyelesaian Perkara Pemilu Sistem Penyelesaian Perkara Pemilu

Sengket Pelanggaran Sengketa Perselisihan Pelangga


a ran

Antara Administrasi
Bawaslu RI,
peserta
Provinsi/Panwaslu
Tindak
Pserta dg pidana
penyelenggara pemilihan
Peradilan
Bawaslu –
Bawaslu khusus
KPU wajib

Ada 2 lembaga penyelesaian


menindaklan
putusan
Bawaslu- Bawaslu
PTUN-
Km pelanggaran
kasasi ke PN-Banding
MA ke PT

Km sengketa

1. Masing masing kamar memiliki


Ada 5 lembaga pengadilan (PTUN,MA, 5 hakim (hakim karier& non
MK,PN,PT) dan 2 lembaga non pengadilan karier)
Bawaslu, KPU) yang memiliki kewenangan
menyelesaiakan persoalan pilkada 2. Sifat putusan bersifat final

3. Berkedudukan di setiap
provinsi , setingkat dg PT
Menjadikan tidak efektif
Berdampak pada
penyelesaian yang
tahapan pelaksanaan
Pilkada akan terganggu berlapis lapis

18
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
Gambar/ilustrasi diatas merupakan gambaran penyelesaian
persoalan pemilu saat ini dan masa datang. Untuk masa yang
akan datang, bahwa penyelesaian diselesaikan di satu lembaga
penyelesaian berbentuk lembaga peradilan khusus yang berfungsi
untuk menyelesaian perosoalan pelanggaran dan sengketa pemilu.
Pada lembaga tersebut memiliki 2 kamar yaitu kamar pelanggaran
dan kamar sengketa. Masing masing kamar memiliki kewenangan
menyelesaian sendiri sendiri dan memiliki hakim khusus
berjumlah 5 orang. Hakim khusus tersebut berasal dari
akademisi, penggiat/aktivis yang bergerak di bidang kepemiluan.
Lembaga peradilan khusus ini memiliki sifat putusannya bersifat
final. Kedudukan lembaga peradilan khusus ini ada di setiap
provinsi/ setingkat dengan Pengadilan Tinggi (PT).
Penyelesaian persoalan pemilihan di beberapa lembaga,
tentunya akan berpengaruh pada kwalitas putusan yang
dikeluarkan oleh masing masing lembaga. Tidak hanya itu saja,
bagi yang mendapati perselisihan/ sengketa pada tahapan
pemilihan maka harus diselesaikan terlebih dahulu perselisihanya
untuk menuju ke tahap selanjutnya, tentunya harus menunggu
putusan dari lembaga penyelesai terkait. tentunya membutuhkan
waktu yang lama untuk menyelesaikan pada masing masing
lembaga. Ini akan menjadikan penegakan hukum penyelesaian
pemilu akan sulit tercapai.
Penegakan Hukum Pemilu adalah mekanisme Hukum untuk
menegakkan hak pilih warga negara (memilih dan dipilih) baik
melalui mekanisme pidana, administrasi, maupun penyelesaian
sengketa. Indonesia mengategorikan beberapa permasalahan
hukum baik pelanggaran maupun sengketa dan perselisihan yang
masing-masing memiliki mekanismenya sendiri.
Banyaknya lembaga yang memiliki kewenangan
menyelesaikan terkait persoalan pemilu menimbulkan banyak
kasus diantaranya pertama, banyak pihak tidak mengerti terkait
19
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
sengketa pemilu; kedua, banyak energi dihabiskan untuk
berperkara sementara hasilnya amat minim; dan ketiga,
ketidakadilan yang terlembaga. Jika dicermati, terlampau
banyaknya permohonan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi
(MK) dan Mahkamah Agung (MA) adalah akibat tidak
dimengertinya dasar gugatan yang harus diajukan. Banyak
pelanggaran dan sengketa dalam tahapan pemilu yang semestinya
diselesaikan Panwaslu atau penegak hukum justru diajukan ke
lembaga yudikatif. Dalam permohonan sengketa hasil pemilu atau
pilkada, ternyata para pemohon memasukkan pelanggaran-
pelanggaran administrasi, tindak pidana pemilu, dan sengketa
dalam tahapan pemilu sebagai dasar gugatan. Padahal ketiga hal
itu bukan wewenang MK atau MA untuk menyelesaikannya.
Untuk tindak pidana pemilu (election offences), tindak pidana
pemilu diselesaikan oleh sistem peradilan pidana (kepolisian,
penuntut umum, dan pengadilan). Pelanggaran administrasi
seharusnya diselesaikan oleh KPU atau KPUD. Sementara
sengketa dalam proses atau tahapan pemilu diselesaikan oleh
Bawaslu dan Panwaslu. Sayangnya, keputusan Panwaslu atau
Bawaslu meski disebut final dan mengikat, kerap kali tidak sekuat
putusan lembaga yudikatif (sehingga kerap diabaikan). Sedangkan
yang dimaksud dengan sengketa hasil pemilu ini adalah sengketa
terhadap keputusan KPU atau KPUD menyangkut hasil pemilu.
Sengketa hasil pemilu ini, sayangnya dibatasi hanya sengketa
mengenai kesalahan penghitungan yang dilakukan oleh KPU atau
KPUD. Dalam konteks pemilu, MK berwenang menyelesaikan.
Dalam praktiknya, semua masalah hukum itu dimasukkan dalam
permohonan. Tidak heran mayoritas permohonan di MK diputus
”tidak dapat diterima” atau ”ditolak”. Problem lainya adalah terlalu
banyaknya kasus pemilu. Berdasar catatan Pemilu Legislatif 2009,
dari 627 kasus yang dimohonkan ke MK, hanya 68 yang
permohonannya dinyatakan diterima (sekitar 10 persen). Ini
20
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
mengartikan bahwa beberapa permohonan yang diajukan
pemohon ke MK tidak sesuai dengan kewenangan MK.

KESIMPULAN

Pelaksanaan pemilu yang dilakukan secara serentak, tentunya


akan berdampak pada pola dan sistem penyelesaian persoalan
pemilu saat ini. Penyelesaian persoalan pemilihan Umum yang
diselesaikan di beberapa lemabaga saat ini meninggalkan
beberapa persoalan dalam penegakan hukum pemilu. persoalan
tersebut yaitu (1) penyelesaian persoalan pemilu menjadikan tidak
efektif mengingat bahwa setiap lembaga memiliki sistem
penyelesaian tersendiri dan membutuhkan waktu yang tidak
sedikit. Sementara itu, tuntutan pelaksanaan pemilu dilakukan
secara serentak baik itu pemilihan Presiden maupun DPR
dimungkinkan terjadinya persoalan baik itu pelanggaran, sengketa
maupun perselisihan secara bersamaan. (2) Masyarakat akan
menjadi binggung terait pola penyelesaian di beberapa lembaga,
ini disebabkan karena sistem penyelesaian di beberapa lembaga
berbeda beda dan berlapis. Tentunya dari Penjelasan tersebut
dalam penyelesaian pemilihan umum munculnya beberapa
kewenangan penyelesaian pemilu di beberapa lembaga
memunculkan problem yang harus segera diselesaikan oleh
pemerintah. Tidak serta merta itu saja, terkait jadwal tahapan
pemilihan umum sudah terjadwalkan dengan rigid. Sehingga pada
penyelesaian persoalan pemilu dituntut untuk menyelesaikan
dengan cepat dan mudak. Faktanya selama ini beberapa lembaga
memiliki waktu penyelesaian yang cukup panjang. ini
menyebabkan terganggunya pelaksanaan pemilu. Maka penting
sekali untuk dibuat sebuah lembaga yang memiliki kewenangan
untuk menyelesaikan semua persoalan pemilu baik itu sengketa,
perselisihan maupun pelanggaran. Pemerintah harus mendesain
21
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id
lembaga tersebut dengan berdasar pada asas cepat, mudah dan
murah. Asas cepat pada lembaga tersebut diharapkan dapat
menyelesaian persoalan dengan cepat dan tepat waktu. Mudah
disini memiliki maksud tidak berbelit belit. Serta murah, artinya
bahwa biaya penyelesaian persoalan pemilu dapat dijangkau oleh
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bawaslu. Bawaslu Mendengar:menghimpun masukan untuk


membangun pondasi Pengawasan Pemilu.Badan Pengawas Pemilu
Republik Indonesia. Jakarta. 2017.

Centro, Electoral Justice: An Overview of International


IDEA Handbook, op. cit., Buku Asli dicetak di Trydelis Tryckeri
AB, Swedia.

Fadjar, Mukthie. Pemilu perselisihan hasil Pemilu dan


Demokrasi (membangun Pemilu legislatif, Presiden, dan Kepala
Daerah & penyelesaian perselisihan hasil Pemilu secara
demokratis). Setara Press. Malang. 2013.

Gaffar, M, Jenedri. Hukum Pemilu dalam yurisprudensi


Mahkamah Konstitusi. konstitusi Press. Jakarta. 2013.
Mujahidin, Ahmad. Peradilan Satu Atap di Indonesia. Refika
Aditama. Bandung. 2007

Harun. Refly. Rekonstruksi Kewenangan Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan


Umum. Jurnal Konstitusi, Volume 13, Nomor 1, Maret 2016.

Rahardjo, Satjipto, Teori dan Metode dalam Sosiologi Hukum.


Undip Press. 2017

Sekretariat Jenderal MPR RI. Risalah Rapat Pleno ke-41


Panitia Ad Hoc I BP MPR. 10 Mei 2001, dengan agenda
Pembahasan Perubahan UUD 1945 bidang politik dan hukum dan
lain lain.

22
Call For Paper Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bidang Evaluasi Aspek Hukum Pemilu
www. Journal.kpu.go.id

Makalah, Artikel/Jurnal /Karya Ilmiah


Mahfud MD, makalah Disampaikan pada Studium Generale
di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negera (IAIN). Jember
pada hari Kamis, tanggal 26 Oktober 2017
Hatta Ali. Disampaikan dalam diskusi publik” MK
mendengar”. Dilaksanakan di Hotel Borobudur. Jakarta, hari
kamis 9 Maret 2017
Arif HidAyat. Disampaikan dalam diskusi publik” MK
mendengar”. Dilaksanakan di Hotel Borobudur. Jakarta, hari
kamis 9 Maret 2017
Majalah Konstitusi No.50-Maret 2011
Peraturan Perundang undangan
Undang Undang Dasar NRI Tahun 1945

Peraturan KPU No. 3 Tahun 2017 tentang Pencalonan


Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, Walikota dan Wakil Walikota

Undang UndangNo.1 Tahun 2015 Tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang UndangNo.1 Tahun 2014
tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi
Undang Undang.

Undang UndangNo.10 Tahun 2016 tentang Pilkada

Undang Undang No.7 Tahun 2017 tentang Pemilu

23

Anda mungkin juga menyukai