PERKEMBANGAN KORPORASI DALAM
Se py tS py]
KTERISTIK
TINDAK PIDANA KORUPSI
= PROGRAM STUDI HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA.
Presented by
Nadya Faradilla Machatta (2019200246)
Lela Arwati (2019200247)LATAR BELAKANG
Peran korporasi sebagai aktor sosial sangat besar dan penting seiring dengan semakin kompleks dan
majunya kehidupan masyarakat. Namun saat ini terdapat ketidakjelasan mengenai konsep korporasi
sebagai subjek hukum pidana dan entitas apa saja yang bisa dipertanggungjawabkan dalam hukum
pidana. Disamping itu, pengaturan mengenai pembebanan pertanggungjawaban pidana bagi korporasi
masih sangat minim, terutama mengenai pemisahan pertanggungjawaban pidana korporasi dan
pengurus (subjek manusia) ketika terjadi suatu tindak pidana di dalam korporasi. Keadaan ini
mengakibatkan sangat sedikit kasus hukum yang menjadikan korporasi dapat dituntut atas perilakunya
yang bertentangan dengan ketentuan hukum. Perilaku tersebut mengandung sanksi pidana dan ada
kecenderungan untuk melihat korporasi dan personal pengendali (directing mind) korporasi sebagai
subjek hukum yang sama, sehingga mereka dapat dipertukarkan satu dengan yang lainnya
(interchangeable) dalam hal penuntutan dan penjatuhan sanksi pidana.KORPORASI SEBAGAI
SUBYEK HUKUM
PIDANA &SUBJEK HUKUM
IDANA
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diakui manusia sebagai subyek hukum
pidana, sama halnya dengan UndangUndang Hukum Acara Pidana, baik yang lama (HIR)
maupun yang baru yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang sekarang berlaku, ternyata juga dijumpai pengaturan mengenai penuntutan
terhadap manusia. Dalam KUHAP tidak terdapat pengaturan mengenai penuntutan terhadap
pelaku tindak pidana yang berupa korporasi. Dari pengertian siapa yang dimaksudkan dengan
“tersangka”, “terdakwa”, “rehabilitasi’, “pengaduan’, dan “terpidana” sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 1 KUHAP dapat diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan pelaku
tindak pidana hanyalah manusiaDengan rumusan berbagai delik dalam KUHP dan ketentuan KUHAP seperti
itu, maka hanya manusia saja yang dapat dibebani pertanggungjawaban
pidana (criminal liability). Dengan kata lain, hanya manusia saja yang dapat
dituntut dan karena itu juga hanya manusia saja yang dapat dipidana karena
telah melakukan tindak pidana. Menelisik perkembangan hukum pidana
menunjukan bahwa di tahun 1950-an, dengan diberlakukannya Undang-
Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, Dan
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi, telah menempatkan korporasi seba’
subyek hukum pidana. Artinya, korporasi dapat juga dibet@i
pertanggungjawaban pidana “corporate criminal liability”DASAR PEMIKIRAN
KORPORASI SEBAGAI
SUBYEK HUKUM PIDANA
:ree
7)
Dee Woy eee ec eae an ed
Gear UR og acces eee CUCL Coc
eg eRe a ae Ue eT LE
Bertalian dengan penempatan korporasi sebagai subyek hukum pidana sampai
Pe ee MuEP Mura eeN cue ee ueUme ulate cena Realcle) coke Eun eld
Se enc CEC met Na Tm Cure te er
Ee onic tural cur une eae eureaMenyangkut masalah kejahatan sebenarnya
kesengajaan atau kealpaan hanya terdapat
pada para persona alamiah.
b.Bahwa tingkah laku materiel yang merupakan
syarat dapat dipidananya beberapa macam
delik, hanya dapat dilaksanakan oleh persona
alamiah (mencuri barang, menganiaya orang
dan sebagainya).
c.Bahwa pidana dan tindakan yang berupa
merampas kebebasan orang tidak dapat
dikenakan terhadap korporasi
d.Bahwa tuntutan dan pemidanaan terhadap
korporasi dengan sendirinya _ mungkin
menimpa orang yang tidak bersalah.
e.Bahwa dalam praktiknya tidak mudah
menentukan norma-norma atas dasar apa
yang dapat diputuskan, apakah pengurus saja
atau korporasi atau keduanya harus dituntut.
ESTE OSM cnc Oma ame Ue
eae UNCLE scree eu acer
Get Ue uC ti)
Gea ee ure at
Sree Un Con ice cu
eC ee eC eae Cec Sune eo
Poe E ne ame ar) Pew ecu)
SRR CCM UC eee OT
RU Mt cn
Kiilakukan oleh perusahaan.
5 Re ae a re a eum cere mT
ee mes cogs Cru
PCr nT
Poem
lebih
STE ae ea
feu ecar)
Outen una
Pret crt ct
Pen ct Ol
near
Tete:
Seabee cen marie
Secs eee
harus dikenakan sanksi atas tindak pidana ya
curl cwre ~:
KEJAHATAN
KORPORASISalah satu yang membedakan antara kejahatan korporasi dengan kejahatan konvensional pada umumnya, terletak
pada karakteristik yang melekat pada kejahatan korporasi itu sendiri, antara lain:
a. Kejahatan tersebut sulit dilihat (low visibility), karena biasanya tertutup oleh kegiatan pekerjaan yang normal
dan rutin, melibatkan keahlian profesional dan sistem organisasi yang kompleks;
b. Kejahatan tersebut sangat kompleks (complexity) karena selalu berkaitan dengan kebohongan, penipuan dan
pencurian serta sering kali berkaitan dengan sebuah yang ilmiah, teknologis, finansial, legal, terorganisasikan, dan
melibatkan banyak orang serta berjalan bertahun-tahun;
. Terjadinya penyebaran tanggungjawab (diffusion of responsibility) yang semakin luas akibat kompleksitas
organisasi;
d. Penyebaran korban yang sangat luas (diffusion of victimazation) seperti polusi dan penipuan;
e. Hambatan dalam pendeteksian dan penuntutan (detection and prosecution) sebagai
profesionalisme yang tidak seimbang antara aparat penegak hukum dengan pelaku kejahatan;
f. Peraturan yang tidak jelas (ambigution law) yang sering menimbulkan kerugian dalam penegakan hukum; dan
g. Sikap mendua status pelaku pidana. Harus diakui bahwa pelaku kejahatan korporasi pada umumnya tidak
melanggar peraturan perundang-undangan, tetapi apa yang dilakukan memang merupakan perbuatan ilegal.Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana
f/f
Lexa <1Hn) oY Lal f= Cod UA LeU CL Le) I ULL Ar
}
=
penyelesaiannya, sehingga dalam upaya menanggulangi per3& f
tersebut institusi penegak hukum berinisiatif membuat kebijakan
terkait pemidanaan dan pertanggungjawaban korporasi. Diantaranya
yaitu Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor B-036/A/Ft.1/06/2009
perihal Korporasi Sebagai Tersangka/Terdakwa Dalam Tindak Pidana
Korupsi yang ditujukan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi di seluruh
Indonesia dan Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per-028/A/JA/10/2014
tentang Pedoman Penanganan Perkara Pidana Dengan Subyek Hukum
Korporasi serta dari Mahkamah Agung berupa Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Tindak Pidana Oleh Korporasi.Nee ee RC COU Ul eu RUC eR ek eR Urb
ST ea Ur IUD Se Mn Cun Wee Cun Sac twa Ct eo
Ser Coes ceca
Tee ea et uN ate ecu Che me Un ne on Ua cn cd
melakukan;
Dee Om aU ene Oe ce Ca a i ue
Sea eu CU ecu instance
eee Se UN ud Re CU RC eee cue
CCCs
Te en ecu UR ee neu ee eR Wc
Scan
Be Eo one Me Ceca en eon
fase nee tc a ce
Pe Saat cn ecu Mee en
DOE Ce Wee cu Uo aa ec
ecient caret rsSelain dari pada itu, dalam Perma juga menentukan bahwa dalam menjatuhkan pidana
terhadap korporasi, hakim dapat menilai kesalahan korporasi antara lain: Pertama,
korporasi dapat memperoleh keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut atau
tindak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan korporasi; Kedua, korporasi
membiarkan terjadinya tindak pidana; atau Ketiga, korporasi tidak melakukan
langkahlangkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang
lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna
menghindari terjadinya tindak pidana.BENTUK
SANKSI YANGDilihat secara lebih global, maka tujuan pemidanaan korporasi yang menyangkut tujuan
pemidanaan yang bersifat integratif, mencakup:
a. Tujuan pemidanaan adalah pencegahan (umum dan khusus);
b. Tujuan pemidanaan adalah perlindungan masyarakat;
c. Tujuan pemidanaan adalah melahirkan solidaritas masyarakat;
d. Tujuan pemidanaan adalah pengimbalan/pengimbangan.
Sedangkan tujuan pemidanaan menurut RUU KUHP Tahun 2015 sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 55 ayat (1), adalah:
a. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat;
b. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang
yang baik dan berguna;
c. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan,
dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan
d. membebaskan rasa bersalah pada terpidana. zy IHU 8) (8)
POUE ERC U em cae CUM CEU sme CHIR: CUM eee UM Cee Ue
Rene et i ait tiie UP Wilma acai ee Cn eMule
GEM Ce Die ree eC MUS MT Cece eg
disebut korporasi, karena tindak pidana tertentu dapat pula dilakukan oleh korporasi.
Dae CUNe UMN uC ue ee ae Ce CECT aan Cie our tea eC
mempertanggungjawabkan sendiri semua perbuatannya. Sebagai konsekeunsi dari
Pee ue etae UEC EUNe tre WG ls -UPUN Wl on oC UIUC UMC ETI Cnt Ponce
Pete ecm ue CUCU eeu mC CCN Cre CRU MN mcr cl
Neen eee Mme eeu cune se aun tune UMM cu eect
PeCIem EUR Tact cul cece RU cRcel nic a ee Rect Cun CCM Cece
eMC CUCU cucu ume can cca Mem Rela cunt a eC
CUCU mcs Tat ae Melcrs cum cece Clie emecc cmc UUme tT
pemidanaan dapat tercapaiied
THANK YOU a.
LISTENING!
1