Ringkasan PPKN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB 3

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak. Yang tampak adalah unsur-unsur


negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Rakyat yang tinggal di wilayah
negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Kedudukannya sebagai warga
negara menciptakan hubungan berupa peranan, hak, dan kewajiban yang bersifat
timbal balik. Pemahaman yang baik mengenai hubungan antara Warga negara dengan
negara sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis, konstruktif,
produktif, dan demokratis.

A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

1. Warga Negara

Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi


perkumpulan. Kita juga sering mendengar kata-kata seperti warga desa, warga
kota, warga masyarakat, warga bangsa, dan warga dunia. Jadi, warga negara secara
sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.

2. Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan


hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara. Menurut memori penjelasan
dari Pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan segala jenis
hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu
untuk melindungi orang yang bersangkutan.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis


1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah
kekuasaan negara yang bersangkutan.
2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam Arti Formil dan Materiil

1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.


Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum
publik.
2) Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

B. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA

Warga negaralah sebagai pendukung negara dan memiliki arti penting bagi
negara. Hubungan antara warga negara dengan negara terwujud dalam bentuk hak dan
kewajiban antara keduanya. Dengan istilah sebagai warga negara, ia memiliki hubungan
timbal balik yang sederajat dengan negaranya. Hubungan dan kedudukan warga negara
ini bersifat khusus, sebab hanya mereka yang menjadi warga negaralah yang memiliki
hubungan timbal balik dengan negaranya.

1. Penentuan Warga Negara

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua


asas yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis.

a. Asas Ius Soli


Kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat di mana orang tersebut
dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis
Kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari orang
tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada


aspek perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.
a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu
ikatan yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat.
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami atau istri.

2. Warga Negara Indonesia

Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara.


Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut.

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertampat tinggal
di Indonesia.

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan hal di atas, kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga
negara Indonesia adalah
a. Orang-orang bangsa Indonesia asli;

b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi


warga negara.

Berdasarkan Pasal 26 ayat (2) UUD 1945, penduduk negara Indonesia terdiri
atas dua yaitu warga negara dan orang asing. Ketentuan ini merupakan hal baru dan
sebagai hasil amandemen atas UUD 1945. Sebelumnya, penduduk Indonesia
berdasarkan Indische Staatregeling 1927 Pasal 163, dibagi 3 (tiga), yaitu

a. Golongan Eropa, terdiri atas


1) Bangsa Belanda
2) Bukan bangsa Belanda tetapi dari Eropa
3) Orang bangsa lain yang hukum keluarganya sama dengan golongan Eropa

b. Golongan Timur Asing, terdiri atas


1) Golongan Tionghoa
2) Golongan Timur Asing bukan Cina

c. Golongan Bumiputra atau Pribumi, terbagi atas


1) Orang Indonesia asli dan keturunannya
2) Orang lain yang menyesuaikan diri dengan pertama

3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai saat ini, undang-undang yang


mengatur perihal kewarganegaraan adalah sebagai berikut.

a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.
3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
c. Undang-Undang No. 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk
Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.
d. Undang-Undang No. 11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk
Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negar Indonesia.
e. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
f. Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan atas Pasal 18 Undang-
Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.

Undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia atau


undang-undang sebagai pelaksanaan dari Pasal 26 UUD 1945 yang berlaku sekarang ini
adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia yang diundangkan pada 1 Agustus 2006. Undang-undang ini menggantikan
undang-undang kewarganegaraan lama, yaitu Undang-Undang No. 62 Tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Pokok materi yang diatur dalam undang-undang ini adalah


a. siapa yang menjadi warga negara Indonesia;
b. syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia;
c. kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia;
d. syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia;
e. ketentuan pidana.

Beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006


antara lain sebagai berikut.
a. Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa warga
negara Indonesia adalah
1) setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/ atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
2) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia;
3) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
4) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu Warga Negara Indonesia;
5) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
6) anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara
Indonesia;
7) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
8) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas)
tahun dan/atau belum kawin;
9) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12) anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan;
13) anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia;
14) anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh
ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara
Indonesia;
15) anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat
secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan
pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.

b. Tentang pewarganegaraan
Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. Dalam undang-
undang dinyatakan bahwa Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga
diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2) pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau
paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3) sehat jasmani dan rohani:
4) dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5) tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6) jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda;
7) mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8) membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara


tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden
melalui Menteri. Menteri yang dimaksud adalah menteri yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam hal ini
Menteri Hukum dan HAM. Selanjutnya Presiden berwenang mengabulkan atau menolak
permohonan pewarganegaraan. Pengabulan permohonan pewarganegaraan
sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Presiden .
Pernyataan sebagaimana dimaksud dilakukan apabila yang bersangkutan sudah
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut, kecuali dengan
perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

c. Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan


Republik Indonesia hilang karena:
1) memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2) tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3) dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau
sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;
4) masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
5) secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
6) secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
Negara asing atau bagian dari Negara asing tersebut;
7) tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu Negara asing;
8) mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari Negara asing atau
surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari Negara lain atas namanya;
9) bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia selam 5 (lima)
tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas Negara, tanpa alasan yang
sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi
Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun berakhir, dan
setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
10) perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga
Negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut
hukum Negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti
kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut;
11) laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga
Negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut
hukum Negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti
kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. Atau jika ingin
tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan
mengenai keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia
yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut,
kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat
pernyataan dapat diajukan oleh perempuan setelah 3 (tiga) tahun sejak
tanggal perkawinannya berlangsung,
12) setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau
dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai orangnya oleh
instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya. Menteri
mengumumkan nama orang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik
Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi:

a. asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang


berdasarkan keturunan bukan negara tempat kelahiran,
b. asas ius soli secara terbatas, yaitu asas vang menentukan kewarganegaraan
berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-
anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang,
c. asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang;
d. asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang ini.

C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara

Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa
peranan . Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status
yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Peranan pasif adalah kepatuhan
warga negara terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peranan aktif
merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat serta ambil bagian dalam kehidupan
bernegara,  terutama dalam mempengaruhi keputusan publik. Peranan negatif
merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara dalam
persoalan pribadi. 

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warga Negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
berbunyi : “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan
kerakyatan.
2) Hak membela Negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi : Setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
3) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.
4) Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945
Ayat (1) berbunyi bahwa : “ Negara berdasarkan atas Ketuhana Yang Maha Esa.”
Ini berarti bahwa bangsa Indonesia percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ayat (2) berbunyi : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”
5) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
Yaitu hak dan kewajiban dalam membela Negara. Dinyatakan bahwa Tiap-tiap
warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara.
6) Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945
Yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran. Ayat (1) menerangkan bahwa tiap-
tiap warga Negara berhak mendapatkan pegajaran. Adapun dalam ayat (2)
dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945.
7) Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
pasal 32 UUD 1945 ayat (1) menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat
(1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945 berbunyi:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

9) Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945 dijelaskan
bahwa fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.

Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain:

a. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi: segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
b. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

Di samping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara, dalam


UUD 1945 perubahan pertama telah dicantumkan adanya hak asasi manusia. Ketentuan
mengenai hak asasi manusia tertuang pada Pasal 28 A sampai J UUD 1945. Selanjutnya
hak-hak warga negara yang tertuang dalam UUD 1945 sebagai konstitusi negara
dinamakan hak konstitusional. Setiap warga negara memiliki hak-hak konstitusional
sebagaimana yang ada dalam UUD 1945.

Hak dan kewajiban Negara terhadap warga Negara antara lain sebagai berikut

a. Hak Negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan.


b. Hak Negara untuk dibela.
c. Hak Negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan untuk kepentingan rakyat.
d. Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil.
e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga Negara.
f. Kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan Nasional untuk
rakyat.
g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial.
h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.

Selain adanya hak dan kewajiban warga negara di dalam UUD 1945, tercantum
pula adanya hak asasi manusia. Munculnya hak ini adalah karena adanya ketentuan
Undang-undang dan berlaku bagi orang yang berstatus sebagai warga negara. Hak asasi
manusia tidak diberikan oleh negara, tetapi justru harus dijamin keberadaannya oleh
negara.

Ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai hak dan kewajiban warga Negara
dalam hubungannya dengan negara tertuang dalam berbagai peraturan perundang-
undangan sebagai penjabaran atas UUD 1945. Misalkan dengan undang-undang.
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA, ORANG TUA, MASYARAKAT, DAN
PEMERINTAH

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pasal 5

(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.

PASAL 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Orang Tua

Pasal 7

(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya.

Bagian Ketiga

Hak dan Kewajiban Masyarakat

Pasal 8

Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,


pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Pasal 9

Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam


penyelenggaraan pendidikan.

Bagian Keempat

Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah


Pasal 10

Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,


membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun.

BAB V
PESERTA DIDIK
Pasal 12
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama,
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya,
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya,
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya,
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang
setara,
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
(2) Setiap peserta didik berkewajiban:
a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan,
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai