Laporan Pendahuluan KDP Cairan Elektrolit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH :

EKA NUR SAFITRI


22.14901.1029

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

A. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh (Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar
40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter.
Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES
menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986). Menurut Abdul
(2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. Pertukaran Cairan
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua
arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu : anion dan kation.
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan
dan eletrolit antar kompartemen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan
di salah satu kompartemen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar
kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali. Perpindahan antar cairan
dalam tubuh dapat terjadi, melalui proses sebagai berikut:
1. Difusi
Disusi merupakan perpindahan partikel suatu substansi yang terlarut
dari yang konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi substansi partikel. Faktor-faktor yang
mempengaruhi difsi menurut hukum Fick yaitu:
a. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
b. Peningkatan permeabilitas.
c. Peningkatan luas permukaan difusi.
d. Berat molekul substansi
e. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
2. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan
tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni
dengan volume yang sama. Hal ini terjadi karena tempat molekul air telah
ditempati oleh molekul substansi terseubt. Jadi bila konsentrasi zat yang
telarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
bolumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi
perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut, maka
terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang
yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar
sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan
permeabilitas membran. Tekanan yang mempengarui filtrasi ini disebut
tekanan hidrostatik.
4. Transpor aktif
Transpor aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah
berdifusi secara pasif dri daerah yang konsentrasinyran akan keluar da
rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini
membutuhkan energi untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: pompa
Na-K
C. Gangguan Keseimbangan Cairan
Permasalahan yang terjadi pada gangguan keseimbangan cairan yaitu:
1. Ketidakseimbangan Volume.
a. Kekurangan volume cairan ekstraseluler
Kekurangan volume ekstraseluler didefinisikan sebagai kehilangan
cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam
jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik seringkali
diistilahkan dehidrasi yang seharusna dipakai untuk kondisi kehilangan
air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
2. Gangguan ketidak seimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam
cairan tubuh. Permasalahan yang terjadi:
a. Hipokalemia, yaitu keadaan di aman kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L
b. Hiperkalemia, yaitu suatu keadaan di mana kadar kalsium serum lebih
dari atau sama dengan 5,5 mEq/L
c. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera
dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung
yang fatal.

2. Fisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem


1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udara
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan rentensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan
cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan
dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
6. Tindakan medis
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
8. Pembedahan
Faktor yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan cairan
harian diantaranya:
1. Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.
2. Hiperventilasi.
3. Suhu lingkungan yang tinggi.
4. Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
5. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria

4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem


a. Hipovolemik
Hipovolemik ialah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastroinstertal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanismenya adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi
jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
b. Hipervolumi
Hipervolemi adalah penambahan atau kelebihan volume CES terjadi pada saat:
- Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
- Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan eksresi natrium dan air
- Kelebihan pemberian cairan
- Perpindahan cairan interstitial ke plasma.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Riwayat Kesehatan
1. Asupancairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguankeseimbangancairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
B. Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1).Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2).Feses : Jumlah dan konsistensi
3).Muntah
4).Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan, otot, tetani
dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah

D. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balancenegatif antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat
nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder akibat gagal
jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan penyakit katup
jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan
kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.
Diagnosa yang
Tujuan dan Intervensi
No mungkin Rasional
kriteria hasil keperawatan
mucul
1. Kekurangan Tujuan :
volume cairan Menyeimbangka
n volume cairan
sesuai dengan
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil: a. Kaji cairan yang a. Membuat klien
a. Terjdi disukai klien dalam lebih
peningkatan batas diet. kooperatif.
asupan cairan
min.
2000ml/hari b. Rencanakan target b. Mempermudah
(kecuali terjadi pemberian asupan untuk
kontraindikasi cairan untuk setiap memantauan
). sif, mis : siang kondisi klien.
b. Menjelaskan 1000 ml, sore 800
perlu-nya ml dan malam 200 c. Pemahaman
meningkatkan ml. tentang alasan
asupan cairan c. Kaji pemahaman tersebut
pada saat klien tentang alasan membantu
stress/cuaca mempertahankan klien dlm
panas. hidrasi yg adekuat. mengatasi
gangguan.
c. Mempertahan d. Untuk
kan berat jenis d. Catatasupan dan mengontrol
urine dalam haluaran. asupan klien.
batas normal. e. Untuk
e. Pantau asupan per mengetahui
d. Tidak oral, min. 1500 ml/ prkembangan
menunjukan 24 jam. status
tanda-tanda kesehatan
dehidrasi. f. Pantau haluaran klien.
cairan 1000-
1500ml /24jam.
Pantau beratjenis
urine.
2. Kelebihan Tujuan:
volume cairan Kebutuhan a. Kaji asupan diet dan a. Untuk
cairan klien kebiasaan yang mengontrol
dapat terpenuhi mendorong asupan klien.
sesuai dengan terjadinya retensi
kebutuhan tubuh cairan.
klien. b. Konsumsi
Kriteria hasil: b. Anjurkan klien garam yang
a. Klien akan untuk menurunkan berlebihan me-
menyebutkan konsumsi garam. ningktkan
faktor tekanan darah.
penyebab dan c. Anjurkan klien c. Makanan yg
metode untuk: meng-gunakan
pencegahan 1) Menghindari penyedap rasa
edema. makanan gurih, dan pengawet.
b. Klien makanan kaleng
mperlihatkan dan makanan
penurunan beku.
edema 2) Mengkonsumsi
mkann tnpa
garam dan
menambahkan
bumbu aroma.
3) Mggunakan cuka
pengganti garam d. Na+mengikat
utk penyedap rasa air,jadi
sop, rebusan dll. tubuhakan
d. Kaji adanya tanda lebihmerasa
venostasis dan lebihcepat
bendungan vena haus.
pada bagian tubuh
yang mengantung. e. Venostasis
e. Untuk drainase dapat
limfatik yang tidak mengakibatkan
adekuat. terhambatnya
aliran darah.
f. Guna
f. Tinggikan memperlancar
ekstremitas dengan sirkulasi.
mnggunakn bantal,
imobilitas, bidai/
balutan yang kuat,
serta berdiri/duduk
dlm waktu yg lama. g. Perlukaan pada
g. Jangan memberikan daerah yang
suntikan/infuse pada sakit
lengan yang sakit. menyebabkan
kurang
lancarnya
sirkulasi
h. Tingatkan klien peredaran
untuk menghindari darah di daerah
detergen yang keras, tsb.
membawa beban h. Semua
berat, memegang kegiataan
rokok, mencabut tersebut
kutikula/ bintil memperparah
kuku, me-nyentuh keadaan klien
kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
i. Lindungi kulit yg
edema dari cidera. i. Untuk
mepercepat
perbaikan
jaringan tubuh.
3. Ganguan Tujuan: Penurunan kadar
keseimbangan Klien memiliki kalium a. Dengan
elektrolit keseimbangan a. Observasi tanda mengetahui
(kalium) cairan, elektrolit dan gejala tanda
dan asam- basa hipokalemia hipokalemia,
dalam 48 jam. (vertigo, hipotensi perawat dapat
Kriteria hasil: aritmia, mual, menetapkan
a. Klien muntah, diare, langkah
menjelaskan distensi selanjutnya.
diet yang abdomen,penuruna
sesuai untuk n peristaltik,
mempertahan kelemahan otot, dan b. Poliuria dapat
kan kadar kram tungkai). me-
kalium dalam b. Catat asupan dan nyebabkan
batas normal. haluaran. pe-ngeluaran
b. Klien kalium secara
berpartipasi berlebihan.
untuk
melaporkan c. Kelebihan
tanda–tanda c. Tentukan status cairan dapat
klinis hidrasi klien bila menyebabkan
hipokalemia terjadi hipokalemia. penurunan
atau kadar kalium
hiperkaenia. serum.
c. Kadar kalium d. Kenali perubahan d. Nilai kalium
dlam batas tingkah laku yang yang rendah
normal/dapat merupakan tanda- dapat me-
ditoleransi tanda hipokalemia. nyebabkan
konfusi,
mudah marah,
e. Anjurkan klien dan depresi
keluarga untuk mental.
mngkonsmsi e. Kalium
makan-an tinggi membantu
kalium (misalnya menyeimbang
Buah-buahan, sari kan cairan
buah, buah kering, tubuh.
sayur, daging,
kacang-kacangan,
teh, kopi, dan kola).
f. Laporkan
perubahan EKG; f. Segmen ST
segmen ST yg dan
memanjang, gelombang T
depresi. yg datar atau
terbalik
g. Encerkan suplemen merupkn
kalium per oral indikasi
sedikitnya dalam hipokalemia.
113,2 gram air/sari g. Utk
buah utk mengurangi
mengurangi resiko resiko iritasi
iritasi mukosa mukosa
lambung. lambung.
h. Pantau nilai kalium
serum pada klien
yang mendapat obat h. Streoid
diuretic dan steroid. kortison dapat
menyebabkan
i. Kaji tanda dan retensi
gejala toksisitas natrium dan
digitalis jika klien ekresi kalium.
tengah mendapat i. Nilai kalium
obat golongan yang rendah
digitalis dan dapat me-
diuretik atau ningkatkan
steroid. kerja digitalis.
Peningkatan Kadar
Kalium
a. Observasi tanda a. Dengan
dan gejala mengetahui
hiperkalemia tanda hipo-
(misalnya kalemia,
Bradikardia, kram perawat dapat
abdomen, oliguria, menetapkan
kesemutan dan langkah
kebas pada selnjutnya
ekstremitas).
b. Haluaran urin
b. Kaji haluaran urin. yg sedikit
Sedikitnya dapat me-
25ml/jam atau 600 nyebabkan
ml/ hari. hiper-
kalemia.
c. Laporkan nilai c. Nilai kalium
kalium serum yang lebih dari
melebihi 5mEq/l 7mEq/ l dapat
batasi asupan menyebabkan
kalium jika perlu. henti jantung.
d. Untuk melihat
d. Pantau EKG adanya
pelebaran
kompleks
QRS dan
gelombang T
tggi yg
merupkan
tanda
hiperkalemia.

F. Implementasi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yangdisukai klien dalam batasdiet.
b. Merencanakan targetpemberian asupan cairanuntuk setiap sif, mis: siang1000 ml.
Sore 800 ml danmalam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman kliententang alasanmempertahankan hidrasiyang
adekuatMencatat asupan danhaluaran.
d. Memantau asupan per oral,minimal 1500ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan1000-1500ml/24 jam.Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanangurih,makanankalengdan makananbeku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tandavenostasis dan bendunganvena pada bagian tubuhyang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium)
Penurunan kadar kalium:
a. Mengobservasi tanda dangejala hipokalemia(vertigo,hipotensiariotmia, mual,
muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan
kramtungkai
b. Mencatat asupan dan haluaran (poliuria dapatmenyebabkan pengeluarankalium
secara berlebihan).
c. Menentukan status hidrasiklien bila terjadihipokalemia. (kelebihancairan dapat
menyebabkanserum).
d. Mengenali perubahantingkah laku yangmerupakan tanda- tandahipokalemia.
Nilai kaliumyang rendah dapatmenyebabkan konfusi,mudah marah,
depresimental.
e. Menganjurkan klien dankeluarga untukamengkonsumsi makanantinggi kalium
(mis. Buahbuahan,sari buah, buahkering, sayur, daging,kacang- kacangan,
teh,kopi,dan kola)
f. Melaporkan perubahanEKG; segmen ST yang nmemanjang, depresin segmen ST
dan gelombangT yang datar atau terbalikmerupakan indikasihipokalemia.
g. Mengencerkan suplemenkalium per oral sedikitnyadalam 113,2 gram air/saribuah
untuk mengurangiresiko iritasi mukosalambung.
h. Memantau nilai kaliumserum pada klien yangmendapat obat diuretic dansteroid.
(Streoid kortisonn dapat menyebabkan retensinatrium dan ekresi kalium).
i. Mengkaji tanda dan gejalatoksisitas digitalis jikaklien tengah mendapat
obatgolongan digitalis dandiuretikatau steroid. (nilaikalium yang rendah
dapatmeningkatkan kerjadigitalis.
Peningkatan Kadar Kalium:
a. Mengobservasi tanda dan gejalahiperkalemia (misalnyaBradikardia, kram
abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari (haluaran urin
yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium jika
perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T
tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.

G. Evaluasi tindakan keperawatan


1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2015).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.
Doenges, Moorhouse, Geissler. (2015). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. http://wordpress.com. Diakses 15
Mei 2017.
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.
Perry dan Potter. (2015). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis

Anda mungkin juga menyukai