Koneksi Antar Materi Modul 1.4
Koneksi Antar Materi Modul 1.4
Koneksi Antar Materi Modul 1.4
A. Latar Belakang
Demi mendukung konsep Merdeka Belajar maka dirancanglah
sebuah program untuk meningkatkan kualitas guru. Hal ini
dikarenakan peran guru dalam konsep tersebut sangat besar, yaitu
menjadi tangan pertama dari bahan ajar yang disampaikan kepada
siswa. Itu berarti segala ilmu yang guru akan ajarkan ke murid
harus diterapkan dengan baik terlebih dulu oleh guru yang
bersangkutan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas siswa harus
diiringi dengan peningkatan kualitas tenaga pendidik.
Guru Penggerak mempunyai tempat pelatihan berbentuk
sekolah. Program ini memiliki penekanan pada pelatihan
mentorship dan kepemimpinan agar guru yang mengikuti pelatihan,
mampu membantu guru-guru lain di kemudian hari. Guru yang
lulus dari program Guru Penggerak akan diarahkan pada tiga
pilihan jenjang karir yaitu menjadi kepala sekolah, pengawas
sekolah, dan instruktur pelatihan guru. Mereka diharapkan
menjadi teladan bagi guru lain dan menjadi agen perubahan di
dalam ekosistem pendidikan.
Guru Penggerak berfungsi sebagai gerbang menuju
transformasi pendidikan yang menjadi harapan kemajuan bangsa
Indonesia. Transformasi pendidikan dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang dilakukan manusia dalam mempelajari
dan mengembangkan kehidupan selama waktu hidupnya.
Dengan demikian sangatlah jelas kehadiran guru penggerak di
satuan Pendidikan tertentu harus membawa peran, diantaranya: 1)
Mendorong Peningkatan Prestasi Akademik Murid, 2) Mengajar
dengan Kreatif, 3) Mengembangkan Diri Secara Aktif, 4) Mendorong
Tumbuh Kembang Murid Secara Holistik, 5) Menjadi Pelatih
(Coach/Mentor) Bagi Guru Lain untuk Pembelajaran yang Berpusat
Pada Murid, 6) Menjadi Teladan dan Agen Transformasi Bagi
Ekosistem Pendidikan.
Penguasaan meteri dari serangkaian Pendidikan Calon Guru
penggerak akan menjadi bekal perubahan sikap dan pikiran
menuju transformasi Pendidikan yang lebih maju di masa yang
akan dating.
Koneksi antar materi merepresentasi penguasaan seorang
Calon Guru Penggerak terhadap materi yang telah dipelajari,
selanjutnya dapat memberi gambaran umum mengenai Langkah
aktualisasi di kehidupan nyata.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari kegiatan Koneksi Antar Materi ini
adalah:
1. Mengulas materi yang telah dipelajari dengan menghubungkan
dengan materi yang dipelajari sebelumnya.
2. Memperdalam materi yang sedang dan telah dipelajari.
3. Mengukur penguasaan materi yang sedang dan telah dipelajari.
4. Membuat rangkuman kajian materi yang sedang dan telah
dipelajari.
C. Pembahasan
Budaya Positif
Budaya positif merupakan tata kebiasaan yang terstruktur dan
sistematis dari suatu lembaga atau lingkungan yang mencerminkan
kebiasaan atau prilaku yang diharapkan. Dalam mewujudkan
budaya positif di suatu lingkungan diperlukan upaya penataan,
pengelolaan, dan pengawasan secara inten dan berkesinambungan,
sehingga inilah yang dimaksud terstruktur dan sistematis. Dalam
upaya menciptkan budaya positif secara khusus di lingkungan
sekolah, bebrapa hal mendasar yang perlu dipahami adalah:
1. Disiplin Positif
Pada bahasan ini fikus pembahasan meliputi:
a. Teori Kontrol Dr. William Glasser
Teori meluruskan miskonsepsi mengenai pemahaman makna
control, yang diantaranya:
Ilusi guru mengontrol murid.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat.
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah
dapat menguatkan karakter.
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
b. Mengubah Paradigma Stimulus-Respon Kepada Pendekatan
Teori Kontrol.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah skema berpikir
seperti berikut:
c. Makna Disiplin
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai
menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung
menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
Makna disiplin adalah belajar control diri dengan menggali
potensi kita, agar tercapai tujuan mulia, yaitu sesuatu
menjadi seseorang yang kita inginkan berdasarkan nilai-nilai
yang kita hargai.
d. Nilai-Nilai Kebajikan
Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia
yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap
individu. Nilai-nilai kebajikan universal berarti nilai-nilai
kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa,
agama, bahasa maupun latar belakangnya.
2. Teori Motivasi
Manusia dalam hal melakukan sesuatu syarat dengan tujuan,
selain dari pada itu motivasi dalam hal melakukan sesuatu pun
dapat timbul baik secara internal maupun eksternal. Berikut
disajikan Teori Motivasi dalam kaitannya dengan penyebab
timbul:
3. Hukuman dan Penghargaan
Ada dua isti;ah yang dikenal dalam capaian budaya postif yaitu
Identitas sukses dan identitas gagal. Hukuman merupakan
identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna positif terbagi dua
bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan Disiplin
dalam bentuk Restitusi.
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD
Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik
penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol
perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk
pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal
tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.
Kohn selanjutnya juga mengemukakan beberapa pernyataan
dari hasil pengamatannya selama ini tentang tindakan
memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan
menghukum seseorang. Hingga munculah istilah dihukum oleh
penghargaan, dengan pernyataan:
a. Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
b. Penghargaan Tidak Efektif
c. Penghargaan Merusak Hubungan
d. Penghargaan Mengurangi Ketepatan
e. Penghargaan Menurunkan Kualitas
f. Penghargaan Mematikan Kreativitas
g. Penghargaan Menghukum
4. Kebutuhan Dasar Manusia
Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya dengan berbagai cara. Bila mereka tidak bisa
mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka
bisa melanggar peraturan atau melakukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.
Konsep 5 kebutuhan dasar manusia tidak hanya berlaku
bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga bagi manusia
dewasa, dalam setting sekolah adalah para tenaga pendidik dan
kependidikan. Lima kebutuhan dasar tersebut adalah:
a. Kebutuhan Bertahan Hidup
b. Kebutuhan Kasih Sayang dan Rasa Diterima
c. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
d. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
e. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
5. Keyakinan Kelas
Pentingnya keyakinan kelas mengacu pada fakta bahwa
Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk
menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti
serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Murid-murid pun
demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti
sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa
nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan
utamanya, dan menjadi tidak tertarik, atau takut sehingga hanya
sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang
mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya.
6. Posisi Kontrol
Suatu program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang
dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi,
yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol, yaitu:
a. Penghukum
b. Pembuat Merasa Bersalah
c. Teman
d. Pemantau
e. Manajer
7. Seitiga Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa
yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
D. Keterkaitan Dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara,
Nilai dan Peran Guru Penggerak.
E. Jawaban Pertanyaan-Pertanyaan
1. Materi dalam kajian modul ini sangat luar biasa menarik,
mampu menumbuhkan gairah dan obsesi dalam menjalankan
tugas dan fungsi sebagai pendidik dengan totalitas berbekal
pemahaman Teori Control, Teori Motivasi, Keburutuhan Dasar
Manusia, Keyakinan Kelas, Hukuman, Kemghargaan,
Konsekuensi, Posisi Control Dan Segitiga Restitusi.
2. Perubahan yang terjadi pada diri saya terutama dalam hal
berpikir adalah saya dapat dan mampu berpikir masa depan
tentang bagaimana dampak dari Tindakan saya saat ini untuk
akibat jangka Panjang yang dirasakan dan didapatkan oleh
murid. Perubahan mind set ini yang terus saya tumbuhkan
dalam diri saya dengan harapan saya dapat menjelma menjadi
pendidik yang benar-benar mampu segala kebutuhan belajar
murid baik intelektual maupun karakter.
3. Pengalaman yang saya alami adalah segala sesuatunya
cenderung menjadi relax, terhindar dari pancingan marah dan
emosinal.
4. Perasaan yang saya rasakan terkesan dan merasa luar biasa,
ternyata begini itu menyenangkan. Ini kesan saya dalam
penerapan konsep-konsep inti budaya positif di kelas.
5. Hal sudah baik, saya telah mampu mengontrol emosi dalam
melaksanakan disiplin murid, yang semula mengartikan control
dengan keliru kini telah betul-betul melkasanakan sesuai
dengan konsep budaya positif. Hal yang harus diperbaiki adalah
dalam hal kesabaran dan terus melakukan yang terbaik dalam
pengabdian saya.
6. Jujur saya paling sering menggunakan pendekatan Pembuat
Merasa Bersalah, saai itu saya merasa cara inilah yang palin
tepat untuk menggungah kesadaran murid.
Setelah mempelajari modul ini saya akan berusaha
menempatkan diri saya pada posisi menejer. Perasaan saya
sekarang tumbuh dan berkembang nilai-nilai kebijaksanaan,
mengedepankan hati dan kasih saying bukan emosi/memaksa
anak menjadi seperti yang saya ingin.
7. Iya, Pada dasarnya dari ketiga model restitusi sudah saya
lakukan. Namun yang paling sering baru sampai pada validasi
Tindakan yang salah dengan menanyakan kepada murid
“Apakah tidak ad acara lain yang lebih baik daripada kamu
melakukan hal seperti ini?”
8. Saya rasa keseluruhan dari materi ini telah mampu memenuhi
segala kebutuhan dalam upaya menciptakan budaya positif.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
A. Latar Belakang
C. Tolak Ukur
1. Murid mampu membuat keyakinan kelas yang dipasang dinding
kelas kemudian dijadikan keyakinan Bersama untuk
dilaksanakan, dipatuhi dan ditaati sebagai buki kesadaran
batin.
2. Terwujudnya budaya positif di lingkungan kelas kemudian
diperluas menjadi kebiasaan positif sekolah.
3. Penerpan disiplin anak mengunakan cara-cara yang humanis,
relevan dan memberi dampak positif bagi murid.
4. Terwujudnya pencapaian pembelajaran yang sesuai dengan
nilai-nilai profil pelajar Pancasila.