Kelompok 3 - Laporan Resmi Distilasi Fraksinasi
Kelompok 3 - Laporan Resmi Distilasi Fraksinasi
Kelompok 3 - Laporan Resmi Distilasi Fraksinasi
KELOMPOK 1
KELAS : 3B D-III TEKNIK KIMIA
1. Aisyah Putri Firayanti (2031410126)
2. Ananda Suci Wulandari (2031410103)
- Metode Distillasi
Ada 3 metode utama yang digunakan dalam praktek distillasi, yaitu :
1. Differential Distillation : merupakan proses distillasi paling sederhana,
yaitu distillasi satu tahap (single stage). Di sini labu diisi
campuran/larutan yang akan didistillasi, lalu dipanaskan pada kecepatan
konstan. Pada awal proses uap dan distilat yang dihasilkan mempunyai
kemurnian relatif tinggi, namun pada proses selanjutnya kemurnian
distilat makin berkurang dan pada akhir proses cairan sisa dalam labu
tidak dapat diuapkan dan diambil sebagai residu (bottom product).
2. Flash atau Equilibrium Distillation : di sini campuran dari beberapa
komponen dilewatkan pemanas secara kontinu pada tekanan relatif
tinggi, lalu secara mendadak dikeluarkan ke bejana pemisah (separator)
melalui katup tertentu sehingga tekanannya jauh berkurang. Akibatnya
komponen yang lebih volatil akan menguap kemudian dikondensasikan,
sehingga komponen yang kurang volatil dikeluarkan sebagai residu
(bottom product). Contoh untuk kasus ini adalah proses penyulingan
minyak bumi menjadi BBM.
3. Rectification : yaitu proses distillasi untuk menghasilkan produk distilat
yang lebih murni. Kalau pada Differential Distillation atau Flash
Distillation uap yang keluar dari bejana berada pada kesetimbangan
dengan cairannya sehingga produknya mempunyai
kemurnian/konsentrasi yang tidak terlalu tinggi daripada konsentrasi
campurannya, maka pada Rectification (yang dilengkapi kolom
fraksionasi) komponen yang teruapkan pada bejana dikontakkan dengan
sebagian distilat, akibatnya sepanjang kolom juga terjadi penguapan
(vaporisasi) dan pengembunan (kondensasi) sedemikian rupa sehingga
produk yang paling atas mempunyai konsentrasi paling tinggi.
- Kolom Fraksinasi
1. Proses Fraksionasi
Kolom fraksionasi berupa kolom silindris tegak yang di
dalamnya dibagi menjadi ruang-ruang yang dibatasi/disekat oleh
sarangan-sarangan (pelat berlubang, tray atau plate) yang
memungkinkan uap dan cairan dapat berkontak dan melewatinya. Pada
bagian atas dilengkapi dengan kondensor dan akumulator untuk
membagi produk distilat dan reflux. Sedang pada bagian bawah terdapat
reboiler yang berfungsi untuk memanaskan dan menguapkan cairan
pada bottom. Input / feed pada bagian / ketinggian tertentu dari kolom
(feed plate), dimana sebagian dari feed tersebut langsung berkontak
dengan uap dari plate di bawahnya dan cairan dari plate di atasnya. Di
sini feed tersebut sebagian langsung menguap bersama uap yang lebih
volatile dari plate di bawahnya lalu menuju plate di atasnya dan
sebagian lainnya mengondensasikan sebagian uap yang kurang volatile
dan ikut turun ke plate di bawahnya.
Pada bagian atas kolom, uap naik dari plate teratas (top tray)
masuk ke kondensor, lalu masuk ke akumulator (reflux drum & reflux
devider), di mana sebagian diambil sebagai produk atas (distilat) dan
yang lain dikembalikan ke top tray sebagai reflux.
Pada bagian dasar kolom, cairan dipanaskan dalam reboiler
dengan steam atau media pemanas lainnya, dimana uap akan naik
melalui lubang-lubang pada tray terbawah, berkontak dengan cairan
tray di atasnya, menguapkan komponen yang lebih volatile dan
mengondensasikan yang kurang volatile. Demikian seterusnya proses
yang berlangsung pada tiap-tiap tray secara kontinu, akibatnya pada tray
yang lebih tinggi uapnya mempunyai komposisi more volatile
component yang lebih besar / tinggi, sehingga pada tray teratas dan
produk atas (distilat) mempunyai konsentrasi yang paling tinggi.
III. Metodologi
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini :
a. Alat
b. Bahan
1. Etanol teknis
2. Air
c. Gambar alat
d. Prosedur percobaan
Persiapan
1. Buka valve pengaman steam trap dan pastikan kondisi aman
(tidakterisi air)
2. Cek dan pastikan kondisi pompa air pendingin (suplai ke TRC-3) aman
3. Pastikan kondisi saluran by pass dari umpan ke preheater tidak
tersumbat
4. Cek kompresor (suplai udara tekan – terletak di ruang utilitas) pada
kondisi tekanan udara minimum 100 bar g
5. Cek dan pastikan laju air pendingin minimal (1,5 - 2,0) L/menit
6. Cek dan pastikan semua valve dari alur bahan baku sampai produk
lancar dan aman
7. Pilih valve umpan masuk kolom (plate ke-4 atau ke-8), V16 atau V17,
buka salah satunya dan pastikan yang lain tertutup
8. Putar / buka katup udara tekan pada panel pengendali dan pastikan
udara tekan dapat mengendalikan panel pengendali dengan lancar dan
aman.
9. Siapkan dan kondisikan umpan campuran etanol-air dengan
10. konsentrasi ±15-20% volume sebanyak ± 300 Liter ke tangki (T1)
Cek level cairan di sump tank apakah sudah memenuhi kondisi
minimum levelnya.
11. Bila belum terpenuhi, tekan tombol pompa P2 di panel untuk mengisi
sebagian umpan ke sump tank hingga terpenuhi levelnya.
12. Tekan tombol pompa P3 untuk mensirkulasikan cairan di sump tank ke
reboiler dengan laju alir ± 22 - 24 L/jam (putar V5).
Start Up
Operasi
Shut Down
Skema Kerja
Persiapan
Menyiapkan alat- alat untuk analisa konsentrasi alkohol
Memeriksa tinggi
Apabila konsentrasinya cairan
kurang dari pada
10%, pump
menambahkan
alkohol teknis 70% secukupnya sehingga konsentrasi alkohol
Start up dalam tangki feed menjadi sekitar 15 sampai 205
Apabila sump tank sudah terisi sampai tanda batas, atur valve feed
Memeriksa
sekitar 70 l/jam dan valvetinggi
bottomcairan padasekitar
product pump30 l/jam, lalu
hidupkan pompa sump tank (pompa sirkulasi reboiler)
Membuka valve utama steam secara penuh dan atur kecepatan alir
steam sekitar 100 l/jam dengan mengatur controller bukaan valve
steam pada panel utama
Shut down
Menutup valve
Mengulang utama
langkah steam iii.
i. sampai secara penuh,
diatas untuklalu tutup
reflux bukaan
rasio
controller valve yang
steamberbeda.
pada panel sampai 0 %
Mematikan pompa refluks kemudian tutup secara penuh valve refluks dan
valve destilat
refluks
70 20% 36,5 30 70% 36 30 4% 83
2 1:1
refluks
70 29% 38,3 40 65% 39,1 30 3% 85,6
3 1:2
rata rata 70 22% 36,67 30 69% 36,3 30 5% 82,3
9. Analisis Data
Feed
Basis = 100 kg
Mr etanol = 46
Mr air = 18
Massa etanol=konsentrasi× basis
¿ 22 % ×100
¿ 21,5 kg
Mol etanol=massa etanol × Mr etanol
¿ 21,5 × 46
¿ 989 mol
36,67−36
y=150,86+ (167,57−150,86)
40−36
y = 153,6450
HL = y = 153,6450
T (C) HV
36 2567,1
36,67 HL
40 2574,3
x−x 1
y= y1 + (y −y )
x 2−x 1 2 1
36,67−36
y=2567,1+ (2574,3−2567,1)
40−36
y = 2568,3
HV = y = 2568,3
λ campuran=H V −H L
= 153,6450 – 2568,3
= 2414,655 kJ/kg
Cp campuran feed ×(T B−T F )
Q=1+
λ campuran feed
3,93504 ×(355,45−309,82)
Q=1+
2414,6550
Q = 1,0744
q
q line=
q−1
1,0744
q line=
1,0744−1
q line=14,4469
Sudut q line = arctan(14,4469) = 86,04 C
Stage ke-4 antara skala 0,278-0,09 = 0,19
Letak xw = 0,1130
Maka jarak stage = 0,278 – 0,1130
Jumlah stage = 0,1650/0,19 = 0,9
Jadi jumlah tray nya adalah 3,9 yang terdiri dari 2,9 tray kolom dan 1 tray
reboiler
stage teoritis
Efisiensi tahap= ×100 %
stage aktual
3,9
Efisiensi tahap= ×100 %
12
Efisiensi tahap=32,5 %
10. Pembahasan
Aisyah Putri Firayanti
Distilasi adalah suatu metode pemisahan Hukum Raoult berdasarkan
perbedaan titik didih. Prinsip distilasi adalah penguapan cairan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Tujuan distilasi
adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan tersebut
dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai
perbedaan titik didih cairan murni. Pada distilasi biasa, tekanan uap di atas
cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal).
Mujahidam Rojabi
Pada percobaan kali ini yakni pemisahan zat dilakukan dengan metode
destilasi fraksinasi. Destilasi fraksinasi merupakan suatu metode pemisahan
zat berdasarkan perbedan titik didih yang bedekatan. Adapun prinsip kerja
dari pemisahan dengan destilasi fraksinasi yaitu pemisahan suatu campuran
dimana komponen-komponennya diuapkan dan diembunkan secara
bertingkat. Pada tahapan pemisahannya, destilasi ini menggunakan kolom
vigreux. Sedangkan zat yang dapat dipisahkan melalui alat distilasi faksinasi
kali ini adalah etanol dan air. Pada kondisi tekanan yang sama etanol memiliki
titik didih lebih rendah daripada air. Pada kondisi suhu yang sama etanol
memiliki tekanan parsial lebih besar daripada air. Hal ini menunjukkan bahwa
etanol lebih volatile. Feed akan menguapkan komponen yang lebih volatile
menuju plate diatasnya dan sisanya turun ke plate bawahnya sebagai bottom.
Pada skala Pilot Plant yakni alat distilasi ini dihubungkan dengan heat
exchanger yang berguna untuk penukar panas. Sebelum melakukan praktikum
kita harus memastikan valve yang dibuka maupun ditutup sesuai dengam
prosedur yang ada, kemudian menyalakan pompa dan membuka valve steam
setelah itu menunggu tetesan pertama pada distilat dan selanjutnya apabila
tangki distilat sudah terisi hingga batas yang telah ditentukan dilakukan reflux
ratio (20/30), (30/30), (40/30) dengan waktu setiap 15 mnt sekali lalu
dilakukan pengambilan samplinh pada distilat, feed, dan bottom produk
sebanyak kurang lebih 600 ml. Setelah itu dilakukan analisa suhu dan kadar
alcohol pada masing-masing sample. Berdasarkan data hasil praktikum diatas
dilakukan perhitungan dan didapatkan jumlah plate sebanyak 3,9 plate.
Hasil dari data pengamatan Analisa konsentrasi etanol yaitu : 80%
(sebelum reflux), 62% (reflux 20/30), 70% (reflux 30/30),dan 65% (reflux
40/30). Dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan kadar alcohol dari
sebelum reflux semakin tinggi hal ini disebabkan karena system refluks
memberi sebagian cairan hasil kondensasi uap yang keluar agar dapat
mengadakan kontak ulang kembali dengan fasa uapnya di sepanjang kolom.
Akibatnya waktu kontak antar fase semakin lama dan perpindahan panas serta
perpindahan massa terjadi kembali. Sehingga terwujudnya keseimbangan
semakin didekati dan komposisi etanol dalam distilat yang diperoleh semakin
tinggi.
Yunicha Prastiwi
Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan pada proses destilasi.
Dalam prosesnya destilasi adalah proses pemisahan antara zat satu dengan
yang lain dengan memanfaatkan perbedaan titik didih yang terjadi 2 fase yaitu
fase uap merupakan destilat dan untuk fase cair merupakan bottom product.
Pada skala pilot plant alat destilasi ini dihubungkan dengan heat
exchanger yang berfungsi untuk penukar panas. Bahan yang akan dipisahkan
adalah campuran air dan etanol. Sebelum melakukan praktikum harus
memastikan valve yang dibuka maupun ditutup sesuai prosedur. Setelah itu
menjalankan alat destilasi dengan menyalakan pompa dan steam lalu ditunggu
sampai ada tetes pertama pada destilat. Selanjutnya apabila tangki distilat
telah terisi hingga batas yang telah ditentukan, dilakukan reflux menggunakan
variabel reflux ratio yang berbeda-beda antara lain yaitu 20/30, 30/30, 40/30.
Setiap 10 menit dilakukan perubahan variabel rasio ke rasio yang lain dan
pada variable ratio masing-masing diambil sampel pada feed, bottom dan
destilat. Berdasarkan data hasil praktikum dilakukan perhitungan lalu
didapatkan jumlah plate sebanyak 3,9 plate. Sedangkan untuk di pilot plant
sendiri mempunyai plate sebanyak 12 plate.
Dari data pengamatan juga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
perbandingan reflux rasio maka kadar etanol yang dihasilkan semakin besar
dan semakin besar kadar etanol yang dihasilkan maka jumlah plate yang
dibutuhkan semakin banyak. Hal ini disebabkan karena system refluks
memberi kesempatan sebagian cairan hasil kondensasi uap yang keluar agar
dapat mengadakan kontak ulang kembali dengan fasa uapnya di sepanjang
kolom. Akibatnya waktu kontak antar fase semakin lama dan perpindahan
panas serta perpindahan massa terjadi kembali. Sehingga terwujudnya
keseimbangan semakin didekati dan komposisi etanol dalam distilat yang
diperoleh semakin tinggi.
Pada campuran etanol-air, etanol merupakan komponen dengan titik
didih rendah dan tekanan uap murni tinggi. Oleh karena itu komponen etanol
lebih banyak terdapat di bagian atas kolom sehingga komponen etanol dalam
distilat lebih besar dibanding komponen etanol dalam umpan masuk kolom.
11. Kesimpulan
a. Destilasi adalah proses pemisahan antara zat satu dengan yang lain dengan
memanfaatkan perbedaan titik didih yang terjadi 2 fase yaitu fase uap merupakan
destilat dan untuk fase cair merupakan bottom product.
b. Pada proses distilasi ini diperoleh jumlah plate teoritis sebanyak 3,9 dimana 2,9
merupakan tray kolon dan 1 tray reboiler.
c. Pada praktikum distilasi diperoleh efisiensi tahap yaitu sebesar
REFERENSI