Dokumen tersebut berisi soal UTS Sosiologi Hukum yang mencakup pengertian hukum, sosiologi, dan sosiologi hukum; manfaat mempelajari sosiologi hukum; penerapan perspektif sosiologi hukum terhadap beberapa aspek hukum di Indonesia seperti Pancasila, UUD 1945, dan proses hukum korupsi; serta penilaian UU Cipta Kerja dari pendekatan sosiologi hukum terkait bidang ten
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
56 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut berisi soal UTS Sosiologi Hukum yang mencakup pengertian hukum, sosiologi, dan sosiologi hukum; manfaat mempelajari sosiologi hukum; penerapan perspektif sosiologi hukum terhadap beberapa aspek hukum di Indonesia seperti Pancasila, UUD 1945, dan proses hukum korupsi; serta penilaian UU Cipta Kerja dari pendekatan sosiologi hukum terkait bidang ten
Dokumen tersebut berisi soal UTS Sosiologi Hukum yang mencakup pengertian hukum, sosiologi, dan sosiologi hukum; manfaat mempelajari sosiologi hukum; penerapan perspektif sosiologi hukum terhadap beberapa aspek hukum di Indonesia seperti Pancasila, UUD 1945, dan proses hukum korupsi; serta penilaian UU Cipta Kerja dari pendekatan sosiologi hukum terkait bidang ten
Dokumen tersebut berisi soal UTS Sosiologi Hukum yang mencakup pengertian hukum, sosiologi, dan sosiologi hukum; manfaat mempelajari sosiologi hukum; penerapan perspektif sosiologi hukum terhadap beberapa aspek hukum di Indonesia seperti Pancasila, UUD 1945, dan proses hukum korupsi; serta penilaian UU Cipta Kerja dari pendekatan sosiologi hukum terkait bidang ten
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5
Soal UTS
Sosiologi Hukum Program Magister Universitas Islam Jakarta
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan;
a. Hukum b. Sosiologi c. Sosiologi Hukum 2. Jelaskan apa manfaat dan kegunaan mempelajari sosiologi hukum? 3. Mempelajari sosiologi hukum dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana kita melihat relevansi hukum pada kenyataannya dengan hukum yang dicita-citakan (ideal). dalam perspektif sosiologi hukum bagaimana anda melihat beberpa aspek hukum pada kenyataannya terkait beberapa hal: a. Idiologi Pancasila pada tatarann pelaksanaannya? b. Konstitusi/UUD 1945 pada tataran pelakaksanaannya? c. Proses penegakan hukum khusunya di bidang korupsi? Berikan penjelasan disertai contoh dari masing-masing..! 4. Jelaskan bagimana pendekatan Sosiologi Hukum dalam menilai keberadaan UU Cipta Kerja saat ini dalam kaitannya dengan bidang: a. Tenaga Kerja b. Lingkungan c. Masyarakat Adat d. Pemerintah Daerah NAMA : SELVANYA QORIANA DIAS NPM : 203300416008 KELAS : FH-KARYAWAN (Universitas Nasional) MATA KULIAH : SOSIOLOGI HUKUM (Ujian Tengah Semester)
Jawaban
1. a. Hukum merupakan peraturan berupa norma dan sanksi yang
diciptakan untuk mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan menjaga ketertiban, keadilan, serta mencegah terjadinya tindak kejahatan. Selain itu, hukum juga menjadi pedoman bagi masyarakat dalam melakukan suatu tindakan dan mendapatkan kepastian terhadap perlindungan hukum.
b. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bergerak di bidang
sosial yang berhubungan dengan kehidupan manusia serta interaksi sosial di dalam lingkungan masyarakat.
c. Pengertian sosiologi hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang
empiris analitis sebagai bentuk mendalami tentang hubungan- hubungan yang karena gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat. Baik dilihat dari lembaga hukum, pranata sosial, dan perubahan sosial.
2. Manfaat mempelajari Sosiologi Hukum :
Hasil dari kajian Sosiologi Hukum mampu untuk membuka serta menambah cakrawala berpikir dalam memahami permasalah serta perkembangan hukum yang ada di dalam masyarakat. Mampu mengkonsepkan permasalahan-permasalahan hukum yang terjadi serta memberikan gambaran maupun alternatif pemecahan sesuai dengan kerangka konsep dan teori yang tersaji dalam kajian-kajian teoritik Sosiologi Hukum. Mengetahui efektifitas hukum yang diakui, dianut maupun berlaku dalam masyarakat. Kegunaan mempelajari Sosiologi Hukum : Memberikan kemampuan-kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum dalam konteks sosial. Mengadakan analisis terhadap efektifitas hukum tertulis (bagaimana mengusahakan agar suatu undang-undang melembaga di masyarakat)
3. a. Idiologi Pancasila pada tataran pelaksanaannya di masa modern
saat ini banyak menimbulkan peraturan yang tidak relevan dengan kondisi sosial masyarakat sehingga banyak terjadi pelanggaran yang tidak seluruhnya dikarenakan oleh tingkah masyarakat, namun terkadang ada juga yang dikarenakan oleh peraturan yang belum sesuai dengan kondisi sosial masyarakatnya. Contohnya UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial yang belum merata tercapai karena banyaknya kendala baik dari segi akses pemerintah daerah maupun kondisi masyarakat yang susah dijangkau. Ketimpangan semacam itu saja secara kontekstual sudah mencerminkan nilai keadilan, namun realitanya masih banyak kekurangan dalam pencapaian kesejahteraan. Dari hal sekecil ini, aktualisasi nilai-nilai Pancasila terutama keadilan masih perlu perhatian lebih dari pemerintah.
b. Konstitusi/UUD 1945 pada tataran pelakaksanaannya. Dalam
pelakasaanaanya penegakan hukum yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya yang menimpa masyarakat miskin kerap kali melahirkan ketidakadilan. Masyarakat miskin adalah kelompok sosial di tengah kehidupan masyarakat yang sangat rentan terhadap perlakuan hukum yang tidak adil. Contohnya Salah satu kasus hukum yang menjadi sorotan publik di Jawa timur adalah adalah kasus nenek Asyani (63). Nenek Asyani didakwa mencuri tujuh batang pohon jati yang diklaim milik perhutani di lingkungan rumahnya di desa Jatibanteng Situbondo, Jawa Timur. Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Situbondo, nenek Asyani didakwa didakwa dengan pasal 12 huruf c dan d jo pasal 83 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H), dengan ancaman hukuman paling singkat 1 tahun dan maksimal 5 tahun. Sebagian besar masyarakat menilai perlakuan hukum atas Nenek Asyani terlalu berlebihan dan mengusuik rasa keadilan masyarakat. Apalagi Nenek Asyani hanyalah orang miskin, buta hukum yang tidak tahu apa-apa. Berbanding terbalik dengan kasus-kasus hukum yang menimpa kaum elite di negeri ini yang bisa lolos begitusaja dari jeratan hukum.
c. Proses penegakan hukum khusunya di bidang korupsi. Perspektif
sosiologi memandang bahwa korupsi adalah sebuah masalah sosial, masalah institusional dan masalah structural. Begitu banyak kasus korupsi yang menimpa para pejabat di Indonesia, tidak tanggung-tanggung para pejabat bahkan menteri pun menjadi tersangka dalam kasus korupsi. Sebenarnya dalam melakukan pemberantasan korupsi, telah dibuat undang-undang resmi atau badan hukum yang berwenang memberantasnya, tetapi ketika dihadapkan pada kondisi real dilapangan, semua tidak berdaya menghadapinya. diantara sekian kasus korupsi ternyata masih lebih banyak yang belum tertangani. Masih banyak koruptor-koruptor di Indonesia yang hanya diberi hukuman ringan atau dibiarkan melenggang ke sana ke mari tanpa ada hukum yang menjeratnya. Itu semua disebabkan karena lemahnya penegakkan hukum di Indonesia. Contohnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru, Riau menjatuhkan vonis ringan terhadap Ketua DPRD Bengkalis, Heru Wahyudi. Meski terbukti bersalah melakukan korupsi dana bansos, dia hanya divonis 18 bulan penjara. Vonis itu jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum. Adapun Praktek bancakan korupsi berjamaah dana bansos itu telah merugikan negara Rp 31 miliar itu. Dari contoh kasus itu bisa dilihat betapa kacau penegakkan hukum di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa penyebab utama korupsi yang dilakukan oleh para elit adalah lemahnya integritas moral yang turut melemahkan disiplin dari aparatnya, lemahnya sistem, lemahnya mekanisme di berbagai sektor birokrasi di negeri ini.
4. a. Pendekatan sosiologi hukum menilai keberadaan UU Cipta
Kerja saat ini di bidang Tenaga Kerja? Undang-Undang Cipta Kerja ini merupakan salah satu bagian dari Omnibus Law yang dampaknya paling berpengaruh dan merugikan pada masyarakat, terutama puluhan juta pekerja di Indonesia. Ada beberapa pasal dalam UU Cipta Kerja yang merugikan para pekerja mengakibatkan penolakan dari masyarakat. Aksi protes dan penolakan yang sangat keras dari berbagai elemen masyarakat dan meluas dari berbagai daerah menunjukkan bahwa UU Cipta Kerja ini memiliki daya legitimasi sosial yang rendah.
b. Pendekatan sosiologi hukum menilai keberadaan UU Cipta
Kerja saat ini di bidang lingkungan yaitu Selain berdampak kepada pekerja dan buruh, UU Cipta Kerja ini juga berdampak terhadap lingkungan hidup. Dalam Pasal 25 huruf C UU No. 32/2009 tentang Lingkungan Hidup dinyatakan, “Dokumen Amdal memuat saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan”. Sedangkan dalam UU Cipta Kerja, ada ketentuan yang berbunyi, “Dokumen Amdal memuat saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena dampak langsung yang relevan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan”. UU Cipta Kerja mengurangi ruang gerak partisipasi masyarakat. Jika dulunya seluruh lapisan warga bisa ikut berpartisipasi, sekarang kesempatan itu dipersempit dan hanya bisa diakses oleh orang- orang yang berada di wilayah yang terkena dampak usaha saja. Dalam perspektik sosiologi hukum undang-undang itu jelas sangat perlu dibahas lagi dengan lebih detail, butuh lebih di telaah lagi dengan kritis supaya tidak menyebabkan kerugian berkepanjangan bagi masyarakat.
c. Identitas masyarakat adat terbentuk karena ikatan kuat atas
tanah dan sumber daya alam dan merupakan sumber penghidupan mereka. Banyak pasal dalam RUU Cipta Kerja, yang mengancam hak masyarakat adat atas tanah dan sumber daya alam. UU Cipta Kerja menjadi ancaman karena memberikan ruang lebih besar kepada usaha milik negara maupun pemilik konsesi untuk melakukan perampasan wilayah masyarakat adat. Hadirnya UU ini membuat nasib masyarakat adat semakin rentan. UU Cipta Kerja akan mendorong penghancuran lingkungan akibat pengelolaan masif seperti yang terjadi di banyak wilayah konsesi saat ini. Selain itu, rusaknya lingkungan sebagai ruang kelola masyarakat adat melemahkan kemandirian mereka dalam pemenuhan hidup.
d. Peran pemerintah daerah dalam Amdal yang diatur dalam Pasal
29, 30, dan 31 UU No. 32/2009 dihapuskan dalam UU Cipta Kerja, Dalam UU Cipta Kerja Pasal 24, disebutkan bahwa tim uji kelayakan lingkungan hidup dibentuk oleh Lembaga Uji Kelayakan Pemerintah Pusat, terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan ahli bersertifikat. Kewenangan yang berporos pada pemerintah pusat bertentangan dengan otonomi daerah dan dalam skala lebih besar berpengaruh pada bidang tata ruang, pariwisata, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain hilangnya otonomi pemerintah daerah, UU Cipta Kerja juga memberi jarak antara pemberi dan peminta izin karena prosesnya telah dipusatkan dan tentu saja itu akan sangat menyulitkan masyarakat.