Hukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan Negara
1. Soal :
Pembahasan :
Pada halaman yang sama, juga dijelaskan mengenai sanksi yang dapat
dijatuhkan atas perkara impeachment ini bila terbukti adalah sanksi
pemberhentian dari jabatan. Namun, apabila pelanggaran yang terbukti
hanya menyangkut pelanggaran ringan maka MK berwenang
menjatuhkan sanksi yang ringan pula, yaitu dengan hanya menyatakan
bahwa pelanggaran ringan yang dimaksud memang terbukti telah
dilakukan oleh oleh pejabat yang bersangkutan. Pernyataan MK tersebut
sudah dianggap cukup sebagai sanksi atas pelanggaran yang ringan
tersebut, seperti yang diamanatkan dalam article 142 ayat (2) Konstitusi
Austria.
Menurut halaman 7-8 buku “Komisi Yudisial dan Eksaminasi
Publik Menuju Peradilan yang Bersih dan Berwibawa”, Sirajuddin dan
Zulkarnain, 2006, Citra Aditya Bakti, point e.Memutus pendapat DPR, di
Indonesia dalam ketentuan pasal 7A dan 7B UUD 1945 mensyaratkan
implementasi substantif untuk memecat presiden dan atau wapres harus
melalui prosedur tertentu, yaitu usul pemberhentian (impeachment) yang
dilakukan DPR kepada MPR harus diuji keabsahannya terlebih dahulu
oleh MK. Dalam hal ini DPR meminta MK menguji keabsahan
pendapatnya. Permintaan DPR kepada MK harus didukung oleh 2/3
anggota DPR yang hadir dalam siding Paripurna yang dihadiri sekurang-
kurangnay 2/3 jumlah anggota DPR. Para hakim konstitusilah yang
memeriksa, mengadili, dan memutus apakah pendapat/dakwaan DPR
kepada Presiden dan atau wakil presiden benar, Karen itu sah atau
sebaliknya. Dalam forum MK yang diperiksa adalah pendapat dan alasan-
alasannya yang berarti dakwaan yang diajukan DPR. Jika MK memutus
dugaan DPR terbukti, langkah berikutnya DPR dapat menyelenggarakan
sidang paripurna untuk mengusulkan pemberhentian presiden atau wakil
presiden kepada MPR. Dalam waktu 30 hari sejak menerima usulan DPR,
MPR bersidang untuk memutuskan usulan DPR itu. Namun jika MK tidak
menemukan adanya bukti pelangaaran hukum, dengan sendirinya DPR
tidak dapat mengusulkan pemberhentian Presiden dan atau wakil presiden
yang berarti pula tidak dapat dilaksanakan sidang istimewa MPR.
Menyimak uraian dari buku ini, maka MK di Indonesia juga menerapkan
impeachment terhadap pejabat Negara yang melakukan pelanggaran
hukum saat melaksanakan jabatan atau menyalahgunakan wewenangnya.
Sanksinya pun sama, yakni pemberhentian jabatan sesuai dengan
penjelasan di atas.
2. Soal :
Pembahasan :
3. Soal :
Pembahasan :
Referensi wajib yang digunakan untuk menjawab soal nomor 5 ini adalah
sesuai anjuran Bp.Isharyanto selaku dosen Hukum Kelembagaan Negara
Kelas C yaitu buku A.Ahsin Thohari, Komisi Yudisial & Reformasi
Peradilan. Pada halaman 15 buku ini, menurut A.Ahsin Thohari, argumen
utama bagi terwujudnya (raison d’atre) Komisi Yudisial di dalam suatu
Negara hukum, adalah:
Sikap hakim yang harus dijunjung tinggi yang terdapat dalam kode
kehormatan hakim tercermin sebagai lambang atau sifat hakim yang
disebut Pancadharma Hakim yang tentunya sangat berpengaruh dalam
kemandirian kekuasaan kehakiman.