Review Jurnal - Krismawati Haria

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS JURNAL

JUDUL: ANALISIS KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN


MENGGUNAKAN BAHAN ALAMI KUNYIT

REVIEWER:
Krismawati Haria (NIM. 2116150001)

Judul Analisis kandungan boraks pada makanan


menggunakan bahan alami kunyit
Nama Penulis Sari Niswatul Muthi’ah*, Qurrota A’yun
Nama Jurnal Jurnal Ilmiah Biologi
Volume, No, dan Halaman Vol. 1 No. 1, Hal. 13-18
Tahun 2021

Latar Belakang Masalah Boraks merupakan bahan tambahan yang


sering dijadikan sebagai bahan pengawet
makanan pada tahu, bakso, sosis, mie basah,
nugget, kulit lumpia dan sebagainya. Dampak
penggunaan boraks dapat membahayakan
kesehatan tubuh manusia dan jelas telah
dilarang oleh pemerintah. Namun,
kenyataannya masih banyak makanan yang
mengandung boraks yang beredar dan tetap
dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keberadaan boraks pada produk
makanan yang dijual dipasar tradisional Bekasi
dengan menggunakan larutan kunyit. Sampel
makanan berasal dari pasar Bekasi yang terdiri
dari bakso, lumpia, nuget, tahu dan ikan asin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian dekskriptif dengan metode kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10
sampel uji yang positif boraks ditandai dengan
perubahan warna sampel uji menjadi merah
kecoklatan. Sampel yang paling banyak
mengandung boraks tinggi yaitu ikan asin.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kandungan boraks pada


makanan dengan menggunakan bahan alami
kunyit
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan metode kualitatif dimana
pengujian di laboratorium dengan menggunakan
larutan kunyit terhadap sampel makanan yang di
uji.
Prosedur kerja Tahap pengujian:
1. Tahap pertama yaitu persiapan alat uji
dilakukan dengan proses pembuatan larutan
kunyit yang diawali dengan mengupas kunyit
sebanyak 500 gr lalu dicuci dan diblender
kemudian ditambahkan air. Air larutan yang
dihasilkan disaring dan diukur
2. Tahap kedua yaitu persiapan sampel
yang akan diuji. Sampel uji masing-masing
sebanyak 5 gram seperti tahu, sosis, lumpia,
nuget, bakso dan ikan asin dihaluskan
dengan menggunakan mortar, kemudian
dimasukkan kedalam masing-masing tabung
reaksi untuk diberi larutan kunyit sebanyak 5
tetes.
3.Tahap terakhir yaitu melakukan
pengamatan pada tabung reaksi yang berisi
sampel uji. Setelah beberapa menit diberi
larutan kunyit, dilakukan pengamatan untuk
semua sampel uji. Pengamatan dilakukan
berdasarkan indra penglihatan terhadap
perubahan warna larutan sampel. Apabila ada
makanan yang positif mengandung boraks
sampel uji akan berubah warna.

Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dengan


menggunakan larutan kunyit terhadap 10 sampel
makanandiperoleh bahwa semua sampel uji
mengandung boraks (positif) dari sedikit
mengandung boraks, setengah mengandung
boraks, banyak mengandung boraks dan paling
banyak mengandung boraks. Hasil tersebut dapat
dilihat dari perubahan warna dari terang hingga
gelap.Berdasarkanhasil analisis, sampel ikan asin
(IAPK) memiliki warna paling gelap yaitu coklat tua
yang menunjukkan paling banyak menandung
boraks dengan kadar tinggi dan Sampel uji
bakso,sosis,nugget menunjukan hasil banyak
mengandung boraks sedangkan pada lumpia
setengah mengandung boraks dan terakhir pada
sampel makanan tahu menunjukan hasil sedikit
mengandung boraks.
Kesimpulan Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa diperoleh pada sampel uji bahan makanan
mengandung bahan pengawet yaitu boraks. Hal ini
ditandai dengan adanya perubahan warna sampel
uji dari kuning menjadi merah kecoklatan setelah
diberi larutan kunyit. Larutan kunyit merupakan
deteksi boraks yang sederhana untuk melihat
kandungan boraks pada setiap sampel makanan .
Referensi BPOM. (2019). Laporan Tahunan 2019. In Jakarta.
Fauziah, R. R. (2014). Kajian Keamanan Pangan
Bakso dan Cilok Yang Berdar di Lingkungan
Universitas Jember Ditinjau dari Kandungan
Boraks, Formalin dan TPC. Jurnal
Agroteknologi, 8(1), 67–73.
Grynkiewicz, G., & Ślifirski, P. (2012). Curcumin
and Curcuminoids in Quest for Medicinal
Status. Acta Biochimica Polonica, 59(2), 201–
212.
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 033 tahun
2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Kementrian Kesehatan RI, Nomor. 033,
3,13-37.
Mayasari, D., & Mardiroharjo, N. (2012). Pengaruh
Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap
Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan
(Rattus Novergicus Strain Wistar). Saintika
Medika, 8(1).
Monijung, S. F., Umboh, J. M. L., & Sondakh, R. C.
(2016). Analisis Kandungan Zat Pengawet
Boraks Pada Bakso Yang Disajikan Pada Kios
Bakso Permanen Di Kecamatan Malalayang
Kota Manado. Pharmacon, 5(2), 133–137.
Nasution, H., Alfayed, M., Helviana, F, S., Ulfa, R.,
& Mardhatila, A. (2018). Analisa Kadar
Formalin Dan Boraks Pada Tahu Dari Produsen
Tahu Di Lima Kecamatan Kota Pekan Baru.
Jurnal Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan,
8(2), 1–7.

Anda mungkin juga menyukai