V2 - Faqih Rahman Fareza - Tugas Minggu 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM METODE PENELITIAN AGRIBISNIS

ACARA II

DOSEN PENGAMPU :
Mirza Adrian Syah, S.P, M.P.

DISUSUN OLEH:

FAQIH RAHMAN FAREZA


20024010162

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA
2022
Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Karang Pilang Kota Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian penting dalam memaksimalkan pemanfaatan geografi dan


kekayaan alam Indonesia, memadukannya dengan teknologi agar mampu memperoleh hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Sektor pertanian berperan penting dalam menyediakan bahan
pangan bagi seluruh penduduk maupun menyediakan bahan baku bagi industri, dan untuk
perdagangan ekspor (Wisma, 2012). Hal ini diawali dengan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia yang baik, dimana setiap individu dalam rumah tangga mendapatkan
asupan pangan dalam jumlah yang cukup, aman, dan bergizi secara berkelanjutan yang pada
gilirannya akan meningkatkan status kesehatan dan memberikan kesempatan agar setiap
individu mencapai potensi maksimumnya. Dengan demikian ketahanan pangan merupakan
komponen yang tak terpisahkan dari ketahanan nasional, dimana ketahanan nasional
berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia
Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat di dalam negeri dari produksi pangan nasional. Ketahanan pangan bagi
suatu negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi negara yang mempunyai
jumlah penduduk sangat banyak seperti Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
mencapai 220 juta jiwa pada tahun 2020 dan diproyeksikan 270 juta jiwa pada tahun 2025
(Hasrimi, Moettaqien, 2012).
Sebagian besar petani padi merupakan masyarakat miskin atau berpendapatan rendah,
rata-rata pendapatan rumah tangga petani masih rendah, yakni hanya sekitar 30% dari total
pendapatan keluarga. Selain berhadapan dengan rendahnya pendapatan yang diterima petani,
sektor pertanian juga dihadapkan pada penurunan produksi dan produktivitas hasil pertanian.
Hal ini berkaitan erat dengan sulitnya produktivitas padi di lahan-lahan sawah yang telah
bertahun-tahun diberi pupuk input tinggi tanpa mempertimbangkan status kesuburan lahan
dan pemberian pupuk organik (Hasrimi, Moettaqien. 2012).
Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis membawa dampak
perubahan struktural sosial dan ekonomi, pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi
lingkungan strategis, terus berkembang yang diarahkan pada komoditas unggulan yang
mampu bersaing hingga ke pasar internasional, hal ini dihubungkan dengan kemajuan iptek
di sektor pertanian untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1994).
Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran, salah satu ukuran
kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Pendapatan regional adalah tingkat besarnya
pendapatan pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan
wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Petani sebagai
makhluk sosial juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan
taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk
memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai kegiatan dengan
mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi pertanian lain (diversifikasi usahatani)
yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan pertaniannya memungkinkan (Tarigan,
2005).
Alternatif yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah program
peningkatan produktivitas padi, melalui perbaikan kondisi fisik-kimia tanah dengan
memberikan bahan organik dan perluasan areal. Departemen Pertanian pada tahun 2007 telah
menghasilkan teknologi atau inovasi baru melalui pendekatan program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) untuk memacu peningkatan produktivitas usahatani padi dan
peningkatan pendapatan petani. Penggunaan input produksi haruslah efisien, khususnya pada
pertanaman padi lahan irigasi dan non irigasi supaya tidak mengurangi pendapatan petani.
Efisiensi penggunaan faktor - faktor produksi bertujuan untuk meningkatkan hasil,
pendapatan petani dan pelestarian lingkungan.
Kecamatan Karang Pilang merupakan salah satu Kecamatan yang berada dalam Kota
Surabaya. Berdasarkan sumber dinas pertanian Kota Surabaya luas lahan padi sawah di
Kecamatan tersebut mencapai 1.500 meter persegi. Kurangnya modal usaha yang dimiliki
oleh petani membuat permasalahan seperti, mempengaruhi produksi padi, penerimaan dan
pendapatan para petani.

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapa besaran pendapatan petani dalam usahatani padi sawah di Kecamatan
Karang Pilang Kota Surabaya.
2. . Apakah usahatani padi sawah di Kecamatan Karang Pilang layak untuk
diusahakan ?
3. Berapa besaran BEP (Break Event Point) usahatani padi sawah di Kecamatan
Karang Pilang
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1.Untuk mengetahui besaran pendapatan petani dalam usahatani padi sawah di
Kecamatan Karang Pilang Kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani padi sawah di Kecamatan Karang Pilang.
3. Untuk mengetahui Break Event Point usahatani padi sawah di Kecamatan Karang
Pilang
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
1. Sebagai bahan informasi bagi petani padi sawah tentang usahatani padi yang lebih
baik dan menguntungkan.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak pemerintah khususnya Dinas
Pertanian dan Peternakan Kota Surabaya dalam mengambil kebijakan pengembangan
usahatani padi sawah.
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti khususnya dan semua pihak yang
berminat dalam penelitian usahatani padi sawah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi Sawah


Sejak lahir peradaban manusia, pertanian memainkan peran sebagai suatu kegiatan
yang sangat esensial dalam menopang hidup dan kehidupan manusia. Sektor ini merupakan
satu-satunya sektor yang sangat bergantung pada sumber daya lahan, air, iklim dan ekosistem
di sekitarnya. Mengingat keadaan iklim, struktur tanah dan air di setiap daerah berbeda maka
jenis tanaman padi di setiap daerah umumnya berbeda. Perbedaan tersebut umumnya terletak
pada usia tanaman, jumlah hasil mutu beras, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Tanaman padi pada umumnya berumur 100 – 110 hari setelah tanam tergantung pada varietas
yang akan ditanam dan produktivitas hasil mencapai 6 – 7,8 ton per hektar (Suryana, 2003).
Petani tradisional umumnya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman, karena
pengetahuan yang terbatas maka satu jenis padi ditanam terus menerus dalam suatu lahan.
Pola tanam yang demikian bukan cara yang baik, terutama terhadap kemungkinan besar
serangan hama dan penyakit. Adapun jenis padi yang diusahakan oleh petani yaitu :
1. Padi sawah, yaitu padi yang ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh
air. Padi sawah pada waktu tertentu memerlukan genangan air, termasuk sejak musim
tanam sampai mulai berbuah.
2. Padi kering yaitu jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi
sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan
(Rosyidi, 1998).
2.2. Konsep Usahatani
Usahatani merupakan seluruh proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu
alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau
sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga
ataupun orang lain di samping bermotif mencari keuntungan. Pada umumnya ciri-ciri
usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani
terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Rahardjo,
P. 2001).
Keterbatasan modal seringkali menjadi penyebab petani tidak mampu membeli
teknologi. Sehingga kegiatan usahatani biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi
yang dimiliki petani. Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya berbeda-beda.
Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran
uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga
(Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan
maka disebut usahatani komersial. Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani terdiri dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain teknologi, penggunaan input, dan
teknik bercocok tanam. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari iklim, cuaca, hama dan
penyakit (Rahardjo, P. 2001).
2.2.1. Biaya Usahatani
Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan
uang, yang termasuk dengan biaya adalah : Sarana produksi yang habis terpakai, seperti
bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal, dalam penanaman lain. Lahan seperti
sewa lahan baik berupa uang atau pajak, iuran pengairan, taksiran penggunaan biaya jika
yang digunakan adalah tanah milik sendiri. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu
seperti bangunan, alat dan perkakas, yang berupa penyusutan. Tenaga kerja dari petani itu
sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap Biaya - biaya
tak terduga lainnya (Hutabarat. B, 1995).
Menurut Supardi (2000) biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh
produsen atau pengusaha untuk membiayai kegiatan produksi. Biaya diklasifikasikan menjadi
biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variable Cost). Klasifikasi biaya dalam
perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang secara tetap dibayar atau dikeluarkan oleh
produsen atau pengusaha dan besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat output. Yang termasuk
kategori biaya tetap adalah sewa tanah bagi produsen yang tidak memiliki tanah sendiri, sewa
gudang, sewa gedung, biaya penyusutan alat, sewa kantor, gaji pegawai atau karyawan
(Supardi, 2000).
b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai
akibat penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel, sehingga biaya ini besarnya
berubah-ubah dengan berubahnya jumlah barang yang dihasilkan dalam jangka pendek.
Biaya variabel adalah biaya tenaga kerja, biaya saprodi.
c. Biaya Total Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan,
yaitu merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel (Gasperz, 1999) dapat
ditulis sebagai berikut TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Biaya Total
TFC = Total Biaya Tetap
TVC = Total Biaya Variabel
Biaya jangka pendek (Short Run Cost) berkaitan dengan penggunaan biaya itu dalam
waktu dan atau situasi yang tidak lama, jumlah masukan (faktor produksi) tidak sama, dapat
berubah-ubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan
adanya biaya variabel dan biaya tetap, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor
produksi adalah biaya variabel (Lipsey, et al, 1990).
2.2.2.Penerimaan Usahatani
Penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi. Total
pendapatan bersih diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu
produksi. Soekartawi (2002), menyatakan bahwa keuntungan adalah selisih antara
penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat diklasifiksikan
menjadi dua yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat pertanian) dan biaya tidak
tetap (seperti biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, pembayaran
tenaga kerja.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TR = Q x P
Keterangan :
TR = Penerimaan Total
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
P = Harga Produk
Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per
unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan
semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka
penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil (Soejarmanto dan Riswan, 1994).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani
dan pendapatan usahatani adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan dalam usahatani.
Pendapatan sangat dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dijual oleh petani sendiri
sehingga semakin banyak jumlah produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh
(Soekartawi, 2002).
Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah
dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang
terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk
upah tenaga kerja dari luar keluarga.
2.3. Pendapatan atau Keuntungan
Menurut Kotler (1997), pendapatan usahatani merupakan selisih biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan
balas jasa untuk tenaga kerja, modal kerja keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang
dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Bentuk dan jumlah pendapatan memiliki fungsi
yang sama, yaitu untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani
agar dapat melanjutkan kegiatannya.
Menurut Lipsey, et al, (1990) keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya
total. Jadi keuntungan ditentukan oleh dua hal, yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan
penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang
diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya,
maka keuntungan yang diterima akan menurun. Keuntungan akan maksimal jika perubahan
penerimaan sama dengan perubahan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut.
π = TR – TC atau π = Q x P – (TFC + TVC)
Keterangan :
π = Keuntungan
TR = Penerimaan Total
TC = Biaya Total
Q = Jumlah Produksi
P = Harga Produk
TFC = Total Biaya Tetap
TVC = Total Biaya Variabel
(Rahardjo, P, 2001) juga menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani
mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi dimana ada dua tujuan utama dari analisis
pendapatan, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani, dan
(2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usahatani. Analisis
pendapatan usahatani sendiri sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat
keberhasilan dari usahataninya.
Usahatani dikatakan sukses apabila pendapatan yang diperoleh memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut. a. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk
biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut. b.
Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan (termasuk pembayaran sewa tanah
atau pembayaran dana depresi modal). c. Cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar
atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.
Menurut Ananta, (1999) struktur pendapatan akan mempengaruhi permintaan
terhadap barang dan jasa yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi sumberdaya manusia juga melihat struktur pendapatan, sebagai akibat balas jasa
yang diterima oleh pekerja. Adapun ukuran pendapatan tenaga kerja antara lain : 1.
Pendapatan kerja petani adalah pendapatan yang diperhitungkan dari penerimaan dan
penjualan hasil. Penerimaan yang diperhitungkan dari yang digunakan untuk keluarga
ditambah dengan kenaikan nilai inventaris dikurangi pengeluaran yang diperhitungkan. 2.
Pendapatan tenaga kerja petani dari penghasilan yang diperoleh kerja petani ditambah
penerimaan yang diperhitungkan untuk keluarga. 3. Pendapatan tenaga kerja keluarga
diperoleh dari penghasilan kerja petani ditambah dengan nilai tenaga kerja keluarga. 4.
Pendapatan keluarga diperoleh dari pendapatan keluarga berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai