Pengembangan Model-Model Supervisi Pendidikan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MODEL-MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN

Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta


(Lalu Wiwin Suhandi)
[email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membahas model model supervisi Pendidikan dan dapat
mempraktikkan dalam kegiatan supervisi di lembaga Pendidikan. Metode penelitian ini bersifat
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi kepustakaan. Hasil
dari penelitian ini menyimpulkan bahwa model model supervise diantaranya adalah Supervisi
Konvensional (tradisional), Supervisi Ilmiah, Supervisi Klinis, Artistik, dan dari semua model model
supervisi Pendidikan ini bisa diterapkan di Lembaga Pendidikan. Kesimpulan pada penelitian ini model
supervisi adalah bagian yang terpenting dalam meningkatkan mutu Pendidikan, karena tanpa kiat atau
metode yang baik, tentu tidak akan tercipta cara belajar yang memungkinkan guru bekerja dengan baik.

Kata Kunci : Model, Supervisi, Pendidikan

ABSTRACT
This study aims to discuss the models of supervision and can practice it in supervisory activities
in educational institutions. his research method is qualitative by using descriptive method through
theoretical analysis and literature study. The results of this study conclude that in the modles of
supervision among others are conventional madle, scientific madle, clinical madle, artistic madel, and
the madles of supervision can be aplication in educational institutions. The conclusion in this study is
that supervision madle is the most important part in improving the quality of education, because without
good art or method, of course there will not be a art or method that allows teachers to work well.

Keyword : Madle, Supervision, education

1. PENDAHULUAN

Supervisi merupakan aktivitas penting dalam praktek penyelenggaraan pendidikan,


kegiatan supervisi dimaksudkan sebagai kegiatan kontrol terhadap seluruh kegiatan
pendidikan untuk mengarahkan, mengawasi, membina dan mengendalikan dalam
pencapaian tujuan, lebih jauh kegiatan ini juga mempunyai tanggung jawab dalam
peningkatan mutu pendidikan. Menurut (Glickman et all, 1995) yang dikutip dalam Fritz
and Miller (2003) supervisi merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
guru, pemikiran abstrak, dan refleksi metode pembelajaran milik guru. Kepala sekolah
dituntut melaksanakan kegiatan supervisi, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi

1
membuat program supervisi akademik. Perencanaan program supervisi akademik adalah
penyusunan dokumen perencanaan. Program supervisi disusun dengan memperhatikan
ketentuan tentang pelaksanaan pengawasan dan supervisi yang diatur dalam Permendikbud
No.65 Tahun 2013 tentang standar proses yaitu: Pengawasan proses pembelajaran
dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut
secara berkala dan berkelanjutan. Rumusan di atas dalam permendikbud No.65 Tahun 2013
telah diperinci dengan jelas bahwa tugas kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi
akademik meliputi menyusun program supervisi yang dimulai dari merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan hasil supervisi akademik.

Kepala sekolah diharapkan peranannya dalam supervisi akademik, karena dalam


keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sangat ditentukan oleh kepala sekolah
dalam menjalankan kepemimpinan instruksional dengan supervisi sebagai instrumen
utama. Dalam hal ini diperlukan kemampuan substantif dan kemampuan prosedural dalam
melaksanakan supervisi. Kemampuan substantif merupakan kemampuan utama untuk
menjadikan pelaksanaan pembelajaran yang ideal, dengan upaya supervisi yang terus
menerus diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kompetensi guru. Kemampuan
prosedural dimaksudkan untuk menjadikan supervisi sebagai bagian dalam mendorong
terciptanya kurikulum yang lebih baik, serta menjadikan pengalaman belajar siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan di sekolah dasar negeri piloting school di Kota
Semarang melihat peran strategis guru dalam keberhasilan pembelajaran. Mengetahui hal
tersebut maka guru perlu mendapatkan arahan, bimbingan, petunjuk, pembinaan melalui
supervisi akademik oleh kepala sekolah. Khususnya kepengawasan akademik dalam
rangka meningkatkan kinerjanya, akan tetapi kenyataan di lapangan masih menunjukkan
bahwa proses supervisi dari seorang kepala sekolah belum maksimal, permasalahannya
sebagai berikut: Pertama, kepala sekolah merasa kesulitan menyusun jadwal supervisi,
dikarenakan ada kegiatan rapat kepala sekolah dan acara dinas yang membuat jadwal
supervisi akademik menjadi mundur. Kedua, pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah hanya mengambil salah satu kelas untuk dijadikan sampel
supervisi akademik, dan Ketiga, pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak
ditindak lanjuti dengan kegiatan yang dapat membantu guru untuk meningkatkan
kinerjanya

2
Supervisi akademik merupakan aktivitas penting yang harus dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap guru sehingga dapat mengarahkan, mengawasi, membina dan membantu
guru untuk mengembangkan kemampuanya dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Supervisi akademik menurut (Lovell and Wiles, 1983) yang dikutip dalam Panigrahi (2012)
adalah sistem kebiasaan di dalam operasi sekolah dengan tujuan tertentu, kompetensi dan
aktifitas yang mana berfungsi mempengaruhi kebiasaan guru secara langsung sebagai
fasilitas pembelajaran. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan masih sederhana
dan belum memperlihatkan penilaian secara komprehensif dari pelaksanaan supervisi
akademik yang dilakukan di dalam kelas.

Penilaian yang dilakukan masih secara keseluruhan dari semua aspek kompetensi yang
dimiliki oleh guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial. Akan tetapi hasil penilaian menunjukan kompetensi
guru belum maksimal. Sedangkan untuk pelaksanaan supervisi akademik belum dilakukan
secara rinci dan terpisah melalui lembar penilaian supervisi akademik pada saat proses
pembelajaran. Penulis menjadikan supervisi akademik sebagai obyek kajian dan
pembahasan dengan alasan, karena bidang akademik dalam proses pendidikan adalah inti
dari pendidikan itu sendiri, berkaitan langsung dengan usaha pencapaian sejumlah
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.1

2. METODE PENELITIAN

Penulis menguraikan tulisan ini dengan menggunakan metode kualitatif, dimana


metode ini merupakan suatu pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu
fenomena, dengan hasil data yang nantinya diolah dan dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi
kepustakaan. Analisis teori adalah salah satu teknik dalam penelitian yang menjadikan teori
sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembaca realitas yang kemudian dikonstruksikan menjadi deskripsi
yang argumentatif.2

1
Imron Abu Cholid Wibowo, Tesis (Pengembangan Model Supervisi Akademik
Kepala Sekolah Dengan Pendekatan Kolaboratif Sekolah Dasar Negeri Di Kota
Semarang), hal. 17
2
L. Moleong, Metode penelitian kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), Hal. 8

3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengertian model supervisi Pendidikan

Model berasal dari Bahasa Inggris Modle ,yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah
konsep, atau pola. Menurut Harjanto (2006) mengartikan model sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.
Dalam pengertian lain "model" juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya,misalnya "globe" merupakan bentuk dari bumi. Dalam uraian selanjutnya
istilah "model" digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses
pemikiran. Sedangkan "model dasar" dipakai untuk menunjukkan model yang "generik"
yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut
dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. Raulerson (dalam Harjanto, 2006)
mengartikan model diartikan sebagai "a set of parts united by some form of interaction"
(artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa
bentuk hubungan saling mempengaruhi). Contohnya system tata surya, sistem pencernaan,
sistem kekerabatan. Khusus dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan dengan
supervise pendidikan, lebih tepat menggunakan istilah acuan yang dipakai dalam
melaksanakan supervisi Pendidikan.3

3.2 Model-Model Supervisi Pendidikan

Banyak model supervisi yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli pendidikan. Dalam
mengklasifikasikan model tersebut antara satu ahli dengan lainnya memiliki perbedaan,
dengan kata lain para ahlipun memiliki pemahaman yang berbeda tentang model-model
supervisi tersebut. Meskipun demikian model yang dikemukakan para ahli memiliki
kesamaan, artinya dapat ditarik persamaannya dari berbagai klasifikasi tersebut.

Menurut Piet A. Sahertain model supervisi dapat dibagi atas empat macam model.4
yaitu:

1). Model Supervisi Konvensional (tradisional)

Model konvensional berkaitan erat dengan keadaan masyarakat ketika itu yang
otoriter dan feodal. Pemimpin cendrung mencari-cari kesalahan dan menemukan
kesalahan. Dengan demikian berpengaruh terhadap model supervise yang

3
Retno Djohar Juliani, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di Perguruan Tinggi),
hal. 05
4
Piet A. Sahertain, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.35-42

4
mengandalkan inspeksi untuk mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan,
bahkan bersifat memata-matai

Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat.Pada
saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang
otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku
supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan
kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini disebut snooper
vision(memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah
untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi "untuk melihat segi-segi
positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik “.Pekerjaan seorang supervisor yang
bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak
berhasil.Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan
prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya yang disupervisi merasa tidak puas
dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja yang disupervisi : 1) Acuh tak acuh (masa
bodoh), dan (2) Menantang (agresif).Praktek mencari- cari kesalahan dan menekan
bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan
menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini.Praktek-praktek
supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti
bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara kita
mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga yang disupervisi menyadari
bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Yang disupervisi akan dengan senang hati
melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis
pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan Bahasa
penolakan.5

2). Model Supervisi Ilmiah

Model supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan secara


berencana dan kontiniu, sistematis dan menggunakan teknik tertentu,menggunakan
instrumen pengumpulan data, dan memiliki data objektif dari keadaan yang riil. Dengan
kata lain model supervisi ilmiah mengarah kepada cara-cara ilmiah dalam melakukan

5
Retno Djohar Juliani, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di Perguruan Tinggi),
hal. 06

5
supervisi. Hasil penelitian yang ilmiah tersebut diberikan kepada guru-guru sebagai
umpan balik dan pedoman perbaikan mengajar pada semester berikutnya

Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)


Dilaksanakan secara berencana dan kontinu, (2) Sistematis dan menggunakan prosedur
serta teknik tertentu, (3) Menggunakan instrumen pengumpulan data, (4) Ada data yang
objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil. Dengan menggunakan merit rating, skala
penilaian atau checklist lalu mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar
dosen di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada dosen sebagai balikan terhadap
penampilan mengajar dosen pada semester yang lalu. Data ini berbicara kepada dosen
dan dosen kemudian mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini
berhubungan erat dengan penilaian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara
ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih
manusiawi.6

3). Model Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam Pendidikan yang


bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar
melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha
mengubah perilaku mengajar guru, model atau bentuk supervisi ini difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan,
pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang
nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.Supervisi
klinis adalah proses membantu dosen memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.7

4). Model Artistik

Mengajar selain sebagai knowledge dan skill, tetapi juga art (kiat),begitu juga
dengan supervisi yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan juga suatu kiat,
Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam
relasi dengan guru-guru yang dibimbingnya sedemikian baiknya sehingga para guru

6
Retno Djohar Juliani, Jurnal (Model,Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di Perguruan Tinggi),
hal.06
7
Retno Djohar Juliani, Jurnal (Model,Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di Perguruan Tinggi), hal.
07

6
merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju.
Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain
dengan problema yang dikemukakannya, menerima orang lain apa adanya, sehingga
orang menjadi diriinya sendiri, itulah supervise artistik.8

Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu


keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar
supervisi juga merupakan kegiatan mendidik sehingga dapat dikatakan bahwa supervisi
adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat.Supervisi itu
menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang
lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others).
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan
adalah unsur utama. Hubungan antar manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk
menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur
kepercayaan. Saling percaya, saling mengerti,saling menghormati, saling mengakui,
saling menerima seseorang sebagaimana adanya.9

Adapun menurut pendapat Nur Aedi tentang model-model supervisi


pendidikan, beliau merincikan model model supervise pendidikan menjadi delapan
macam model supervisi, yaitu:,

a). Model Konvensional

Model konvensional merupakan model supervisi yang berada pada zaman


feodalisme, yang mencerminkan kekuasaan bersifat feodal dan otoriter. Model
konvesional menerapkan cara kerja mencari dan menemukan kesalahan. Bahkan
kadang kegiatan supervisi dilakukan seperti memata-matai.

b). Model Pendekatan Sains

Menurut model pendekatan sains ini pembelajaran dipandang sebagai suatu


ilmu atau science. Oleh sebab itu, maka perbaikan pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dilaksanakan berdasarkan temuan penelitian atau teori yang secara empiric telah teruji

8
Syukrana, Tesis, (Model Supervisi Pendidikan Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Insan Rabbani Kecamatan Malili), hal. 51
9
Retno Djohar Juliani, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di Perguruan Tinggi),
hal. 08

7
kebenarannya. Apabila telah banyak temuan penelitian baik berupa deskripsi, konsep,
atau teori yang telah teruji kebenarannya, maka selanjutnya tugas guru dan supervisor
adalah memanfaatkan hasil penelitian tersebut.

c). Model Supervisi Klinis

Model supervisi klinis menggunakan pendekatan kolaboratif antara supervisor


dengan guru untuk secara konstruktif dan berkesinambungan meningkatkan
pembelajaran. Dalam model ini dijalin interaksi langsung antara guru dengan
supervisor dalam upaya memahami secara akurat aspek yang memerlukan perbaikan
serta melakukan praktik untuk mengatasi permasalahan tersebut.

d) Model Supervisi Artistik

Model supervisi ini berasumsi bahwa pendidikan bukanlah serba ilmiah yang
dapat dipelajari secara terstruktur, mekanistik, dan mengikuti prosedur tertentu.
Pendidikan bukanlah perkara yang simple dan dapat diprediksi. Pendidikan merupakan
sebuah proses yang sangat kompleks dan sulit diprediksi. Model ini beranggapan bahwa
pendidikan adalah seni. Model supervisi artistik dalam melaksanakan kegiatan
supervisinya menggunakan sensitivitas, persepsi dan pemahaman supervisor dalam
mengaprsiasi semua aspek yang terjadi dikelas.

e). Model Gabungan Supervisi Saintifik, Klinis, dan Artistik

Pada model gabungan ini, model saintifik digunakan oleh supervisor untuk
mengidentifikasi hal-hal yang seharusnya terjadi berdasarkan temuan empiris. Moodel
artistik digunakan untuk seni menafsirkan dan interpretasi atas apa yang terjadi di
dalam kelas. Selanjutnya model supervisi klinis dalam model ini digunakan untuk
memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan pembelajaran.

f). Model Supervisi Pengembangan

Model ini memandang guru sebagai individu yang berada pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan profesionalitas yang beragam. Model ini dibangun di
atas premis bahwa perkembangan manusia merupakan tujuan pendidikan. Model ini
berdasarkan asumsi bahwa supervisor bekerja dengan guru, mereka membutuhkan
asistensi yang sesuai dengan level konseptual yang dimiliki guru, dan mereka juga
membutuhkan keleluasaan untuk tertarik terhadap perbakan dirinya.

8
g). Model Supervisi Terdiferensiasi

Model supervisi ini didefinisikan sebagai pendekatan dalam supervise yang


memberikan pilihan bagi guru mengenai jenis supervisi dan jenis layanan evaluasi yang
diinginkan. Supervisor bertindak hanya sebagai fasilitator, tetapi memberikan opsi
supervisi bagi guru dimana mereka bertanggung jawab atas proses supervisi tersebut.
Model ini merip dengan model supervise pengembangan, hanya saja pada model ini
supervisor memberikan alternatif-alternatif

h). Model Collaborative Supervision

Supervisi kolaboratif merupakan proses di mana orang dengan keahlian yang


beragam bekerja sama dalam status yang sama dan dengan komitmen yang sama untuk
menvapai tujuan bersama pula. Ciri khas model supervisi ini yang membedakannya
dengan model yang lain adalah lebih mengutamakan pendekatan kelompok dalam
supervise.10

Berdasarkan dua pendapat yang mengkalisifikasikan beberapa model supervisi di


atas, dapat dilihat perbedaan dalam membagi model supervise tersebut. Tetapi secara
garis besar memiliki kesamaan, seperti supervise konvensional, ilmiah, klinis, dan
artistik. Adapun model yang lainnya merupakan pengembangan dari ke empat model
tersebut. Pembagian model di atas belum terlihat secara praktis dan teknis, masih dalam
pengertian dan prinsipnya saja

4. KESIMPULAN

Model supervisi Pendidikan adalah pola atau kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan mengkoordinir, menstimulir,
dan menuntun pertumbuhan guru guru secara berkesinambungan disuatu sekolah baik
secara individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi Pendidikan

Adapun model model supervisi Pendidikan terdiri dari empat model model diantaranya
: Model konvensional berkaitan erat dengan keadaan masyarakat ketika itu yang otoriter
dan feodal. Pemimpin cendrung mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan.
Dengan demikian berpengaruh terhadap model supervise yang mengandalkan inspeksi
untuk mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan, bahkan bersifat memata-matai,

10
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 55-66

9
Adapun model yang kedua yaitu Model Supervisi Ilmiah Model supervisi ilmiah ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan secara berencana dan kontiniu, sistematis
dan menggunakan teknik tertentu,menggunakan instrumen pengumpulan data, dan
memiliki data objektif dari keadaan yang riil. Dengan kata lain model supervisi ilmiah
mengarah kepada cara-cara ilmiah dalam melakukan supervisi. Hasil penelitian yang
ilmiah tersebut diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik dan pedoman perbaikan
mengajar pada semester berikutnya, dan yang ke tiga adalah Model Supervisi Klinis,
Supervisi klinis ini adalah suatu proses pembimbingan dalam Pendidikan yang bertujuan
membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi
dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku
mengajar guru, model atau bentuk supervisi ini difokuskan pada peningkatan mengajar
dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional.Supervisi klinis adalah proses membantu dosen
memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku
mengajar yang ideal, dan yang ke empat adalah Model Artistik, maksudnya adalah
Mengajar selain sebagai knowledge dan skill, tetapi juga art (kiat),begitu juga dengan
supervisi yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan juga suatu kiat, Supervisor yang
mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam relasi dengan guru-guru
yang dibimbingnya sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya
perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar
mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang
dikemukakannya, menerima orang lain apa adanya, sehingga orang menjadi diriinya
sendiri, itulah supervisi artistik

5. DAFTAR PUSTAKA
Aedi Nur, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014)
Juliani Retno Djohar, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik
Juliani Retno Djohar, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di
Perguruan Tinggi)
Juliani Retno Djohar, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di
Perguruan Tinggi)
Juliani Retno Djohar, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di
Perguruan Tinggi)

10
Juliani Retno Djohar, Jurnal (Model, Pendekatan, Dan Teknik Supervisi Pendidikan Di
Perguruan Tinggi)
Moleong L., Metode penelitian kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007)
Sahertain Piet A., Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008) Supervisi Pendidikan Di Perguruan Tinggi)
Syukrana, Tesis, (Model Supervisi Pendidikan Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Rabbani Kecamatan Malili)
Wibowo Imron Abu Cholid, Tesis (Pengembangan Model Supervisi Akademik Kepala
Sekolah Dengan Pendekatan Kolaboratif Sekolah Dasar Negeri Di Kota Semarang)

11

Anda mungkin juga menyukai