Makalah Pendidikan Anak Dalam Keluarga

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ KARAKTERISTIK POLA-POLA PENGASUHAN DALAM KELUARGA “

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. HAFISAH ( A1H121009) 8. ANA SYAKILA ( A1H121001)


2. NURWIDA ( A1H121023) 9. IKRA LISTI ASTUTI ( A1H121047)
3. RUSMA WATI ( A1H121065) 10. NUR SERLINA ( A1H121061)
4. KARTINI BONGAKARAENG ( A1H121015) 11. SITI YAZIRA ( A1H121075)
5. ASNI SAUDI ( A1H121039) 12. IMPENG ( A1H121013)
6. AYU PUSPITA SARI ( A1H121041) 13. NURSELA ( A1H121107)
7. FITRIYANI ( A1H121091) 14.SRI NINGSIH ( A1H118061)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“Karakteristik Pola-Pola Pengasuhan Dalam Keluarga”.Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak dalam Keluarga. Kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Kendari, 09 September 2022

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..

A. Latar Belakang............................................................…………………………………
B. Rumusan Masalah.......................................................…………………………………
C. Tujuan Masalah ..........................................................…………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...

A. Pola Asuh Dalam Keluarga…………………………………………………………….


B. Macam-macam Pola Asuh……………………………………………………………..
C. Metode Pendidikan Dalam Pengasuhan Anak………………………………………...
D. Pola Asuh Dalam Pembentukan Kepribadian Anak…………………………………...
E. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pengasuhan……………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut,
perkembangan terjadi sangat pesat. Oleh karena itu, usia dini dipandang sangat penting sehingga
diistilahkan sebagai usia emas (golden age). Sebab pada masa ini perkembangan otak anak
terjadi dengan sangat pesat yang mencapai 50% - 80% dari keseluruhan perkembangan usia
selama hidupnya. Menurut Berk dalam Yulsyofriend (2013:1), menyatakan bahwa anak usia dini
merupakan individu yang sedang menjalani proses tumbuh kembang yang pesat dan fundamental
dalam keberlangsungan hidup kedepannya. Dapat dinyatakan bahwa anak usia dini merupakan
pribadi yang unik, dinamik, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang membuat setiap diri
mereka berbeda dengan anak lainnya.

Setiap keluarga memiliki gaya pengasuhan yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya.
Pengasuhan yang diberikan oleh orang tua memberikan pengaruh terhadap pembentukan
karakter dan perilaku anak. Karakter dan perilaku yang dibentuk sangat menentukan kematangan
seseorang dalam melakukan sebuah tindakan ataupun penyelesaian masalah. Oleh sebab itu pola
pengasuhan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Pendidikan orang tua memiliki pengaruh terhadap pola pengasuhan terhadap anak. Selain
faktor pendidikan, faktor lain yang berpengaruh terhadap pola asuh yaitu pengalaman orang tua
dalam mengasuh anak, keterlibatan orang tua dalam mengasuh anak, usia orang tua, stres yang
mungkin dialami orang tua, dan hubungan antara suami istri di dalam keluarga. Pola asuh yang
baik dan tepat menjadi faktor terbentuknya karakter dan perilaku terpuji pada anak.

Setiap orangtua tentunya ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka. Keinginan ini kemudian
akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan orangtua kepada anak-anak. Pola asuh
menurut Diana Baumrind (1967), pada prinsipnya merupakan parental control yaitu bagaimana
orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-
tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan.
Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua untuk beradaptasi dengan
lingkungan, mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan hidup di lingkungan. Pengasuhan
dan pendidikan yang baik dari keluarga sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian
seorang anak. Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik seorang anak
dan biasanya diturunkan oleh pola asuh yang diterima dari orang tua sebelumnya.

Pola asuh orang tua pada anak usia dini akan membentuk karakter ada anak, karenanya orang
hendaknya memberikan stimulasi yang cukup bagi anak usia dini jikalau itu kurang akan
mengakibatkan kemampuan sosialisasi menjadi terlambat, maka dari itu lingkungan yang
menunjang akan mendukung tumbuh kembang pada anak usia dini, proses pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak sangat pesat dan dapat berpengaruh bagi kehidupan selanjutnya.
Anak pada masanya pembentukan biasanya akan di pengaruhi oleh lingkungan dalam
membentuk karakter pada anak.

Peran keluarga dalam pengasuhan anak sangatlah penting karena dapat mempengaruhi dan
membentuk kepribadian atau karakter anak. Karakter anak tentu saja bergantung dari pola asuh
orang tua terhadap anaknya. Keluarga juga mempunyai peranan dalam pengasuhan anak yaitu
mengetahui tahap-tahap perkembangan anak untuk mengasuhnya sesuai dengan bakat dan
keinginan anak. Namun, pola pengasuhan ayah dan ibu mempunyai perbedaan dan hal ini tidak
membuat orang tua menjadi sulit dalam mengasuh anak, melainkan menjadi suatu hal untuk
melengkapi kekurangan masing-masing dalam mengasuh anak.

Pola asuh orang tua menjadi dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini sangat penting
bagi kehidupan anak karena perkembangan anak berawal dari pola asuh kedua orang tua.
Apabila cara orang tua mendidik anaknya di rumah dengan baik, maka di sekolah atau di
lingkungan masyarakat anak itu pun akan berperilaku baik pula. Tapi sebaliknya apabila cara
orang tua mendidik anaknya dirumah dengan kurang baik seperti lebih banyak santai, bermain,
dimanjakan, maka di sekolah atau di lingkungan masyarakat yang kondisinya berbeda dengan
lingkungan di keluarganya maka anak tersebut akan menjadi pemberontak, nakal, kurang sopan
dan malas.
Pola asuh yang diberikan orang tua pada anak berbeda-beda yang akan dapat mempengaruhi
kepribadian dan tingkah laku anak dalam berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya.
Namun tidak semua orang tua memahami hal tersebut, terkadang orang tua secara tidak sadar
atau bahkan lalai dalam memberikan pengasuhan maupun kebiasaan yang tidak baik yang
membuat anak mengikuti hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja pola asuh dalam keluarga?


2. Apa saja macam-macam pola asuh dalam keluarga?
3. Bagaimana metode pendidikan dalam pengasuhan anak?
4. Bagaimana pola asuh dalam pembentukan kepribadian anak?
5. Faktor-Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pengasuhan?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja pola asuh dalam keluarga
2. Untuk mengetahui macam-macam pola asuh dalam keluarga
3. Untuk mengetahui metode pendidikan apa saja dalam pengasuhan anak
4. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh dalam pembentukan kepribadian anak
5. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pengasuhan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pola Asuh Dalam Keluarga

Pola asuh dalam keluarga dapat dibedakan 2 bagian yaitu: pola asuh orang tua dalam
keluarga dan pola asuh anak dalam keluarga.

1. Pola Asuh Orang Tua Dalam Keluarga

Pola asuh orang tua dalam keluarga adalah sebuah frasa yang menghimpun empat unsur
penting, yaitu pola, asuh, orang tua, dan keluarga. Pola adalah pola asuh terdiri dari dua kata,
yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia , pola berarti corak, model, sistem,
cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk/struktur yang tetap, maka
hal ini semakna dengan istilah "kebiasaan". Asuh berarti mengasuh satu bentuk kata kerja yang
bermakna 1) menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil; 2) membimbing (membantu, melatih,
dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri; 3) memimpin (mengepalai, menyelenggarakan)
suatu badan kelembagaan. Kata asuh mencakup segala aspek yang mencakup segala aspek yang
berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri
dan menjalani hidupnya secara sehat. Orang tua menurut kamus besar Bahas Indonesia adalah
ayah ibu kandung, (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainnya),
orang-orang yang dihormati dan (disegani) dikampung.
Dalam konteks keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah atau ibu kandung
dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu
kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi
antara satu dengan lainnya, walaupun di antara meraka tidak terdapat hubungan darah. (Shochib,
1998:7).
Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan
psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang
berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah, 2011).
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah
interaksi antara anak dan pengasuh selama pengasuhan, yang meliputi proses mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk anak, cara mendidik dengan memberi aturan-
aturan dan batasan-batasan yang diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan
kepercayaan, cara bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan anak,
memberi perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang dapat diterima oleh
masyarakat.

2. Pola Asuh Anak Dalam Keluarga

Pola asuh dapat dilihat dari sikap keluarga khususnya orang tua dalam kehidupan sehari-hari.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan
dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan (Jalaludin, 2001:103).
Pola asuh yang baik dan sikap positif lingkungan serta penerimaan masyarakat terhadap
keberadaan anak akan menumbuhkan konsep diri positif bagi anak dalam menilai diri sendiri.
Anak menilai dirinya sesuai dengan apa yang dialami dan didapatkan dari lingkungan. Anak
dilatih untuk bersikap obyektif, dan menghargai diri sendiri dengan selalu berfikir positif untuk
diri mereka sendiri (Hidayah, 2009: 16).
Dalam membentuk karakter bermoral pada anak sejak usia dini sangatlah penting Orang tua
memberikan pengasuhan yang positif pada diri anak usia dini adalah dengan menanamkan hal-
hal baik pada diri anak. Anak usia dini yang memiliki moral yang sejak dini (Wiyani, 2013: 90).
Pada perilaku anak secara sadar dalam berperilaku beserta resiko yang harus dipertanggung
jawabkan.
Anak mulai belajar dan meniru apa yang dilihatnya, terutama adalah perilaku orang tua sebab
keluaga merupakan salah satu pembentuk karakter anak. Pengasuhan kelurga sangat penting bagi
perkembangan anak. Dengan demikian anak harus diasuh dengan halhal yang baik, yaitu mulai
dengan mengenalkan agama, mengajarkan disiplin, berperilaku jujur, suka menolong, dan hal-hal
yang positif harus diajarkan orang tua kepada anak sedini mungkin . Hal tersebut dilakukan agar
tertanam atau terinternalisasi dalam jiwa anak (Hurlock, 1978: 23).
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang
kurang baik terhadap anaknya.misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau
mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak
pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak, terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau
mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak
negatif terhadap perkembangan jiwa anak. Sehingga dampaknya adalah anak memiliki sikap
keras hati,manja, keras kepala, pemalas, pemalu dan lain- lain.
Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orang tua. Pola asuh orang tua akan
mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Tipe kepemimpinan orang tua berdampak pada pola
asuh yamg terhadap anaknya, disisi lain pola asuh orang tua bersifat demokratis atau otoriter,
atau bahkan pada sisis lain bersifat laissez faire atau tipe campuran antara demokratis dan
otoriter, (Syaiful, 2004).
Menurut Fadlillah (2012:35) bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan awal bagi
seorang anak, segala tingkah laku maupun perkembangan yang muncul pada diri anak akan
mencontoh pada kedua orangtuanya. Selain itu, orangtua sebagai salah satu pihak yang
bertanggung jawab dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pendidikan anak. Orangtua dalam menjalankan perannya dalam pendidikan, perlu dengan terus-
menerus untuk mendorong, membimbing, memotivasi dan memfasilitasi demi tercapainya
pendidikan anak yang baik.
Anak dilatih untuk bersikap obyektif, dan menghargai diri sendiri dengan selalu berfikir
positif untuk diri mereka sendiri (Hidayah, 2009: 16). Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua
memberikan aturanaturan, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua
memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Hal ini sangat penting bagi kehidupan
anak karena perkembangan anak berawal dari pola asuh kedua orang tua.
Karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang dibawanya sejak dari lahir, akan
tetapi semakin berkembangnya seorang apalagi anak usia dini, perkmenbangan anak juga
melibatkan peran dari orang tua yang mana dibutuhkan dalam membentuk perkembangan dari
karakter seorang anak, bahwa pola asuh dari orang tua dapat mempengaruhi dan membentuk
pribadi dari seorang anak secara signifikan (Hasanah, 2016). Peran penting dan pola asuh orang
tua bagi perkembangan karakter anak usia dini sangat berpengaruh pada perkembangan aspek
yang ada pada anak usia dini.
Peran orangtua merupakan perilaku yang berkenaan dengan orangtua dalam memegang
posisi tertentu dalam lembaga keluarga yang didalamnya berfungsi sebagai pengasuh,
pembimbing dan pendidik bagi anak. Pola asuh orang tua pada anak usia dini akan membentuk
karakter ada anak, karenanya orang hendaknya memberikan stimulasi yang cukup bagi anak usia
dini jikalau itu kurang akan mengakibatkan kemampuan sosialisi menjadi terlambat, maka dari
itu lingkungan yang menunjang akan mendukung tumbuh kembang pada anak usia dini, proses
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat pesat dan dapat berpengaruh bagi
kehidupan selanjutnya. Anak pada masanya pembentukan biasanya akan di pengaruhi oleh
lingkungan dalam membentuk karakter pada anak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengasuhan anak adalah bahwa masa anak-anak
merupakan masa penting dalam tahapan tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan
perkembangan pada masa ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
masa selanjutnya. Secara berturut-turut pertumbuhan fisik merupakan hal pertama yang perlu
diperhatikan oleh sebab itu, orang tua perlu memastikan fisik anak berkembang dengan baik
sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perilaku baik atau buruk yang terjadi pada anak tergantung bagaimana orang dewasa dalam
hal ini orang tua, pendidik dan orang di sekitar rumah dalam menerapkan serta memberikan
simulasi yang baik serta patut ditiru oleh anak. Perilaku tersebut akan di bawa anak untuk
menghadapi kehidupan selanjutnya, yaitu ketika anak masuk pada lingkungan masyarakat yang
lebih luas dan ketika anak memasuki tahapan selanjutnya, sehingga akan melekat dan tertanam
dalam kepribadian anak. Lingkungan masyarakat atau lingkungan diluar tempat tinggal anak
adalah salah satu tempat keseharian yang dihabiskan oleh anak ketika anak sudah selesai dari
aktivitas sekolah dan aktivitas di rumah.
Peran keluarga dalam pengasuhan anak sangatlah penting karena dapat mempengaruhi dan
membentuk kepribadian atau karakter anak. Karakter anak tentu saja bergantung dari pola asuh
orang tua terhadap anaknya. Keluarga juga mempunyai peranan dalam pengasuhan anak yaitu
mengetahui tahap-tahap perkembangan anak untuk mengasuhnya sesuai dengan bakat dan
keinginan anak. Namun, pola pengasuhan ayah dan ibu mempunyai perbedaan dan hal ini tidak
membuat orang tua menjadi sulit dalam mengasuh anak, melainkan menjadi suatu hal untuk
melengkapi kekurangan masing-masing dalam mengasuh anak.
B. Macam-macam Pola Asuh Dalam Keluarga

Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258) terdapat empat macam bentuk pola
asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang tua, bentuk-bentuk pola asuh itu adalah, pola
asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh penelantar.
Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap
realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui
kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan menghasilkan karakter anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu
menghadapi stres, mempunai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap
oranglain. Dan cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-tindakan konstruktif
atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja. Pola asuh demokratis tampaknya
lebih kondusif dalam pendidikan karakter anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Baumrind yang menunjukkan bahwa orangtua yang demokratis lebih mendukung
perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab.
Pola asuh Otoriter, adalah pola asuh dimana orangtua memaksakan anak untuk selalu
memenuhi apa yang orang tua harapkan dan inginkan. Dan orangtua memasang beberapa
peraturan dimana anak tersebut wajib menaati peraturan tersebut dan akan memberi hukuman
atau ancaman apabila sang anak melanggarnya atau tidak mematuhi hukuman tersebut. Misalnya
saat sang anak tidak tidur siang, maka orangtua akan marah dan tidak memberikan uang jajan.
Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter biasanya cenderung orang yang keras, kolot,
tidak mengenal kompromi, dan biasanya komunikasi yang digunakan bersifat satu arah. Artinya
orangtua tidak memperdulikan pendapat anak dan tidak memperlukan feed back dari anaknya
untuk mengerti tentang anak tersebut. Pola asuh otoriter mempunyai ciri orangtua membuat
semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Kekuasaan orangtua
dominan, Anak tidak diakui sebagai pribadi, Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat,
membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan, dan kelekatan emosi orangtua anak sehingga antara
orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang memisahkan “si otoriter” (orang tua)
dengan “si patuh” (anak).
Pola asuh Permisif, pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.
Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya,
dan sangat sedikit bimbingan yang mereka berikan. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat
hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan
tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang
pribadi dan mendorong mereka untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur
tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak mendapat kebebasan sebanyak
mungkin dari keluarganya.
Pola asuh Penelantar, orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi
mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka.
Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi.
Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada
anak-anaknya.
Dari keempat macam pola asuh tersebut bentuk pola asuh demokrasilah pola asuh paling baik
diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak-anaknya (Jannah, 2012), karena pola asuh ini
membentuk perilaku anak yang memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, bersikap sopan,
mau bekerja sama, serta memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Orang tua dapat menggunakan
satu atau dua(campuran pola asuh) dalam situasi tertentu. Untuk membentuk anak agar menjadi
anak yang berani menyampaikan pendapat sehingga memiliki ide-ide yang kreatif, berani dan
juga jujur (Helmawati, 2016: 138-139).
Pengasuhan yang diberikan dan diterapkan oleh orangtua akan sangat mempengaruhi
tumbuh kembang dan keberhasilan anak pada perkembangan selanjutnya, mulai dari kepribadian,
mental, moral, sosial dan spiritualnya. Oleh sebab itu, peranan orang dewasa, yaitu orangtua
sangat penting bagi perkembangan anak. Keberhasilan semua aspek perkembangan anak tersebut
sangat bergantung pada lingkungan kehidupan anak. Yang pertama dan utama adalah lingkungan
keluarga, kemudian sekolah dan masyarakat yang memberikan peran penting juga dalam
pembentukan perilaku anak. Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik
seorang anak dan biasanya diturunkan oleh pola asuh yang diterima dari orang tua sebelumnya.
Macam-macam pola asuh orang tua mempengaruhi pembentukan kepribadian anak setelah ia
menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciriciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa
sebenarnya jauh sebelumnya benih-benihnya sudah ditanam tumbuhkan ke dalam jiwa seorang
individu sejak awal, yaitu pada masa ia masih anak-anak. Artinya, perlakuan orang tua kepada
anak-anaknya sejak masa kecil akan berdampak pada perkembangan sosial moralnya dimasa
dewasa nya. Perkembangan sosial moral inilah yang akan membentuk watak sifat dan sikap anak
kelak meskipun ada beberapa faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan sikap anak yang
tercermin dalam karakter yang dimiliki anak.

C. Metode Pendidikan Dalam Pengasuhan Anak

Metode pendidikan dalam pengasuhan anak dapat dibedakan menjadi lima metode
diantaranya: pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan kebiasaan, pendidikan dengan
nasihat, pendidikan dengan perhatian, pendidikan dengan hukuman (sanksi).

1. Pendidikan Dengan Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling
berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan aspek sosial anak.
Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan
sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk
perkataan,perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baikburuknya
anak. Jika pendidik memiliki perilaku jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan
menjauhkan diri dari perbuatan perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan
tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika pendidik
adalah seorang pembohong, pengkhianat, orang yang kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan
tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina. Seorang anak, bagaimana
pun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikannya, bagaimana pun sucinya fitrah, ia tidak
akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama la
tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Adalah sesuatu
yang sangat mudah bagi pendidik, yaitu mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan,
akan tetapi adalah sesuatu yang teramat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika la melihat
orang yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepadanya tidak mengamalkannya. Perlu
diketahui oleh para orang tua dan pendidik bahwa pendidikan dengan memberikan teladan yang
baik adalah penopang dalam upaya meluruskan kenakalan anak. Bahkan merupakan dasar dalam
meningkatkan keutamaan dan etika sosial yang terpuji. Tanpa memberikan teladan yang baik,
pendidikan anak-anak tidak akan berhasil dan nasehat tidak akan berpengaruh.

2. Pendidikan Dengan Kebiasaan

Kebiasaan adalah cara bertindak atau berbuat seragam. Pembentukan kebiasaan ini menurut
Wetherington melalui dua cara pertama dengan cara pengulangan dan kedua dengan di sengaja
dan direncanakan. Peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak akan menemukan keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika
agama yang lurus. Kelemahan kebiasaan anak tergantung kepada seorang yang mendidiknya,
karena anak adalah amanah dari Allah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah
permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti
dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Bagi para pendidik, hendaklah membedakan
dalam upaya memperbaiki anak dan meluruskan bengkokannya. Demikian pula dalam
membiasakan dan membekalinya dengan akhlak. Disamping orang tua atau pendidik
lingkunganpun sangat mempengaruhi kebiasaan anak. Metode kebiasaan ini memerlukan
konsekuensi yang kuat dan teratur dari yang medidiknya. Orang tua tidak boleh lalai sedikitpun
tentang perilaku, perkataan dan segala hal yang akan diberikannya.
Kecenderungan manusia yang khilaf dan pelupa ini sesekali pasti terjadi, juga ada hal-hal
yang anak tangkap tanpa sepengetahuan orang tua yang tidak disadari menjadi kebiasaan buruk
anak, ini adalah resiko. Kelemahan yang lain yaitu metode pembiasaan ini memerlukan kerja
sama semua pihak. Tidak hanya orang tua tapi semua yang ada dalam rumahnya. Baik itu nenek,
kakek, adik, paman, bibi atau pembantu. Dan diluar rumah seperti, lingkungan tempat bermain,
teman-temannya, gurunya dan siapa saja akan memberi pengaruh pada adat kebiasaanya.
Kelebihan: bahwa pada pendidik dengan segala bentuk dan keadaannya. Jika mengambil metode
Islam dalam mendidik kebiasaan, membentuk akidah dan akhlak maka pada umumnya, anak-
anak akan tumbuh dalam akidah yang kokoh, akhlak luhur sesuai dengan ajaran alQur'an.
Bahkan memberikan teladan kepada orang lain, dengan berlaku yang mulia dan sifatnya yang
terpuji. Maka hendaklah para pendidik menyingsingkan lengan baju untuk memberikan hak
pendidikan anak-anak dengan pengajaran, pembiasaan dan pendidikan akhlak. Jika mereka telah
melaksanakan upaya ini, berarti mereka telah melaksanakan upaya ini, berarti mereka telah
menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya. Mereka telah bebas dihadapan Allah, dan
mendorong roda kemajuan pendidikan ke depan, mengokohkan pilar keamanan dan ketentraman
dalam masyarakat. Dan ketika itu kaum mu’minin akan bersenang hati dengan hadirnya generasi
mu’min, masyarakat muslim dan umat yang saleh. Dan tidaklah ini mustahil bagi Allah.
Pendidikan dengan mengajarkan dan membiasakan adalah pilar terkuat untuk pendidikan dan
metode paling efektif dalam membentuk iman anak dan meluruskan akhlaknya.

3. Pendidikan Dengan Nasehat

Metode pendidikan dengan nasehat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka
mata anak-anak serta kesadaran akan hakekat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan
martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan
prinsip-prinsip Islam. Diantara metode pendidikan yang efektif dalam upaya membentuk
keimanan anak, mempersiapkan secara moral dan sosial adalah dengan metode nasehat. Nasehat
sangat berperan dalam menjelaskan kepada suatu bentuk tujuan pendidikan akhlak yang hendak
di capai pada anak.
Dengan metode nasehat orang tua atau pendidik dapat mengisinya dengan moral mulia dan
mangajarinya tentang prinsip-prinsip Islam. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa nasehat
harus di kemukakan atau dilaksanakan oleh orang yang konsekuen artinya bahwa orang yang
memberikan nasehat kepada anak-anak harus menjaga apa yang dituturkan dan tidak boleh
perbuatan yang dilakukan dalam kesehariannya tidak sesuai dengan (isi) nasehat yang diberikan
kepada anak-anak. Itu bisa menyebabkan anak tersebut melecehkan atau tidak percaya lagi
dengan nasehat orang yang memberi nasehat. Hal ini juga membuat anak tidak mematuhi nasehat
tersebut. Kelebihan, tidak diragukan lagi bahwa bervariasi dalam menggunakan metode ini
memberikan pengaruh yang besar di dalam mengokohkan pengetahuan, membangkitkan
pemahaman, menggerakkan kecerdasan, menerima nasehat dan membangkitkan perhatian orang
yang mendengar.
Dalam proses pendidikan, ketika seorang guru mampu menerapkan metode-metode ini dalam
menyampaikan nasehat dan petunjuk kepada anak didik baik di bangku sekolah atau melalui
pendidikan dan pengasuhan orang tua maka akan membuat anak belajar untuk menerapkan dan
mampu menghafalkan apa yang dinasehatkan tersebut, mereka akan menjadi penyeru kebaikan,
tokoh-tokoh pemberi petunjuk, prajurit risalah, pahlawan jihad, bahkan menjadi pondasi kokoh
dalam membangun masyarakat dan menjadikan Daulah Islamiyah. Banyak pula para pendidik
yang berhasil ketika memberikan nasehat secara sederhana dalam suatu pertemuan, menekankan
pada salah satu yang paling penting, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kejenuhan.
Disamping itu, keberhasilan pendidik ketika memulai nasehatnya dengan sumpah sebagai
penguat, menyelipkan humor sebagai penarik perhatian, bersikap keras agar berwibawa dalam
memberikan nasehat. Sehingga nasehat itu membekas pada diri anak.

4. Pendidikan Dengan Perhatian

Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti
perkembangan aspek akidah dan akhlak anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental
dan ahkhlak, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan
ilmiahnya. Kelemahan dari implementasi metode ini bahwa setiap saat pendidik atau orang tua
harus ada bersama anak-anak. Jika orang tuanya seorang pekerja kantoran maka sulit baginya
untuk memperhatikan anak karena sebagian besar waktunya habis untuk bekerja. Apabila
moment bersama dengan anak kondisi orang tua dalam keadaan lelah, sulit bagi mereka untuk
selalu mendampingi anaknya secara maksimal. Adapun Kelebihannya bahwa metode perhatian
dapat membentuk manusia secara utuh yang menunaikan hak setiap yang memiliki hak dalam
kehidupan, termasuk mendorongnya untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya
secara sempurna. Melalui upaya tersebut akan tercipta muslim hakiki, sebagai batu pertama
untuk membangun pondasi Islam yang kokoh. Maka, hendaklah kita senantiasa memperhatikan
dan mengawasi anak-anak dengan sepenuh hati, pikiran dan perhatian.
5. Pendidikan Dengan Hukuman (Sanksi)

Dalam hal ini imam mujtahid dan ulama ushul fiqh menggaris bawahi pada lima perkara
tentang hukuman. Mereka menanamkannya sebagai lima keharusan yakni menjaga agama, jiwa,
kehormatan, akal, dan harta benda. Mereka berkata sesungguhnya semua yang disampaikan
dalam undang-undang Islam, berupa hukum-hukum prinsip dan syariat semuanya bertujuan
untuk menjaga dan memelihara lima keharusan tersebut. Untuk memelihara masalah tersebut
syariah telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah, bahkan setiap pelanggaran dan
perusak kehormatan akan merasakan kepedihan hukuman-hukuman ini yang dikenal dalam
syariat sebagai hudud dan ta’zir. Kelemahan, jika orang tua atau pendidik dalam memberikan
hukuman dengan memukul dapat berakibat buruk pada anak serta bisa melukai anak.
Memberikan hukuman dengan memukul dada dan perut dilarang karena mengakibatkan bahaya
besar yang terkadang mengakibatkan kematian. Pada saat orang tua memberikan hukuman
kepada anak dalam keadaan emosi dapat mengakibatkan jiwa anak menjadi bahkan
menyebabkan trauma.
Kelemahan yang lain adalah apabila hukuman yang diberikan tidak efektif, maka akan
timbul beberapa kelemahan antara lain:
1. Akan membangkitkan suasana rusuh, takut dan kurang percaya diri
2. Anak akan merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan menyebabkan suka berdusta
(karena takut dihukum)
3. Mengurangi keberanian anak untuk bertindak. Kelebihan dengan menggunakan metode
ini anak akan merasakan bahwa tujuan pendidik memberikan hukuman bertujuan untuk
mendidik dan memperbaiki kekeliaruan anak merasa sempit jiwanya, dan menyimpang
akhlaknya.
Pendekatan hukuman yang dinilai memiliki kelebihan apabila dijalankan dengan benar,
yaitu:
1. Hukuman akan menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan pada anak;
2. Anak tidak lagi melakukan kesalahan yang sama;
3. Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati pendidik serta berfikir
ulang apabila hendak melakukan kesalahan yang sama.
D. Pola Asuh Dalam Pembentukan Kepribadian Anak

Kepribadian adalah sikap seseorang yang membedakan dari orang lain. Oleh karena itu,
kepribadian seseorang sangatlah bersifat khusus tergantung dari individu itu sendiri. Kepribadian
ini merupakan hal yang sudah tercipta dari manusia lahir dan berbeda dengan karakter. Karakter
merupakan hal yang dapat dibentuk, dijaga dan dibina melalui beberapa cara. Dalam kamus
psikologi, karakter memiliki pengertian kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap ( dali
Gulo, 1982:29).
Dalam kamus bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat
kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain dan watak.
Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, symbol khusus yang dapat dimunculkan pada
layar dengan papan ketik (pusat bahasa depdiknas, 2008:682). Orang berkarakter berarti orang
yang berkepribadian berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti itu
berarti karakter identik dengan akhlak.
Dalam hal ini,pola asuh dapat berupa sarana yang dapat berfungsi sebagai mana defenisi
pengasuhan yaitu membina, menjaga, dan mendidik anak, sehingga karakter anak akan terbentuk
melalui pengasuhan yang diterapkan oleh orang tuanya. Pola asuh dapat diklasifikasikan sebagai
pengasuhan atau pemeliharaan yang diberikan orang tua yang didasarkan dalam dua dimensi
yaitu demandingness (tuntunan) dan responsiveness (tanggapan atau penerimaan) yang keduanya
sebagai dasar dari pola asuh orang tua. Dua dimensi tersebut melahirkan jenis-jenis pola asuh
yang terdiri atas pola asuh otoritarian, pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif.
Pola asuh orang tua akan membentuk karakter dan kepribadian anak hal ini terjadi karena
menurut Kerr dan Attatin (2003) meyebutkan bahwa perilaku anak adalah reaksi terhadap
perilaku yang ditunjukan oleh orang tua. Dengan demikian, perlakuan yang diberikan oleh orang
tua atua pengasuh terhadap anak dari awal proses perkembangan hingga anak mencapai usia
kedewasaan akan membentuk watak dan karakter yang memiliki implikasi terhadap kepribadian
anak itu sendiri. Dimana perkembangan kepribadian ini diperoleh dari perilaku dan afeksi
melalui kelekatan yang terjalin antara orang tua dan anak. Dampak dari pola pengasuhan yang
diterapkan kepada anak akan berlangsung dalam jangka panjang atau bahkan permanen. Hal ini
karena daya tangkap anak pada usia emas (golden age) merupakan informasi awal yang dimiliki
anak untuk memahami orang dewasa disekitarnya.

E. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pengasuhan

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengasuhan seperti apa yang dilakukan
oleh orang tua terhadap anak diantaranya adalah karakteristik keluarga, karakterisik keluarga
mencakup beberapa hal seperti pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua dapat berpengaruh
terhadap pandangan orang tua akan kebutuhan anak yang meliputi pengetahuan, dimana semakin
besar akses yang dimiliki orang tua terhadap pengetahuan maka makin baik kualitas pengasuhan
terhadap anaknya. Selain itu, kondisi ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi pengasuhan
yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Hal ini karena kondisi ekonomi keluarga merupakan
sebuah jaminan terpenuhinya kebutuhan materi sang anak. Kondisi ekonomi yang rendah dapat
mempengaruhi kualitas pengasuhan yang diberikan orang tua. Hal ini seperti menurut Congger
dan Elder (1994) dimana mereka berpendapat bahwa kondisi ini dapat mempengaruhi mood dan
perilaku orang tua dalam konteks pengasuhan.
Selain itu, factor lainnya dalam karakteristik anak. Karakteristik anak seperti jenis kelamin
dan usia sangat memungkinkan untuk terjadinya perbedaan pengasuhan. Hal ini karena setiap
anak memiliki kondisi kebutuhan yang berbeda, perbedaan tumbuh kembang dalam segala aspek
yang meliputi fisik, mental dan sosial. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2001), perlakukan orang
tua terhadap anak harus sesuai dengan tingkat kematangan, agar anak siap dapat menerima yang
orang tua ingin tanamkan, sehingga tetap tersimpan dan menjadi bagian dari kepribadiannya.
Oleh karena itu, karakteristik anak akan mempengaruhi pengasuhan yang diterima oleh setiap
anak.
Lingkungan sekolah. Sekolah ikut menjadi salah satu factor pengasuh karena sekolah
memiliki seperangkat aturan yang mengikat terkait dengan perilaku murid terhadap seluruh
elemen masyarakat sekolah. Seperangkat aturan ini secara tidak langsung akan diinternalisasi
oleh anak dan menjadi landasan dalam perilaku. Sehingga sekolah mampu mempengaruhi seperti
apa pengasuhan yang diterima oleh anak.
Pembelajaran emosional. Pembelajaran emosional bisa didapatkan melalui proses belajar
mengajar di sekolah ataupun di rumah yang dapat ditujukan kepada tiga rana dalam kemampuan,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan dari pembelajaran tersebut adalah agar anak
memiliki tanggapan positif terhadap segala sesuatu yang dihadapinya, baik di sekolah, di
keluarga maupun masyarakat (Ali dan Asrori 2004). Dengan begitu maka akan tercipta
lingkungan kondusif dan anak mampu berperilaku yang positif terkait dengan kondisi
emosionalnya.
Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tetap dipengaruhi oleh factor situasional yang dimana pola
asuh yang diterapkan oleh orang tua harus mempertimbangkan kematangan anak (Maturity). Hal
ini karena kematangan terdiri dari dua unsur yaitu kemauan atau Willingness dan kemampuan
atau Ability. Kedua hal ini merupakan bagian penting dalam pola asuh karena kemampuan
merupakan dasar anak untuk melaksanakan tugas-tugasnya tanpa arahan oarng lain. Sedangkan
kemauan atau Willingness merupakan motivasi dimana lingkungan berperan dalam pencapaian
anak sehingga anak dapat menunjukkan kepada lingkungan bahwa ia memiliki kepercayaan diri
melakukan sesuatu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung jawab utama kedua
orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan
menyatakan diri sebagai makluk sosial. Keluarga yang memberikan dasar pembentukan tingkah
laku, watak, moral, dan pendidikan bagi anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan yang
utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian.

Orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang baik, akan menghasilkan anak
yang memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang tua yang memberikan penanaman nilai
moral yang tidak baik, akan menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang buruk. Oleh
karena itu walaupun pola pengasuhan setiap orang tua berbeda, orang tua tentunya
mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Akan tetapi dari keempat macam pola asuh tersebut
bentuk pola asuh demokrasilah pola asuh paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh
anak-anaknya karena pola asuh ini membentuk perilaku anak yang memiliki rasa percaya diri,
bersikap bersahabat, bersikap sopan, mau bekerja sama, serta memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi. Oleh karena itu sangat penting peranan orang tua dalam mengasuh anak usia dini. Dengan
mengerti berbagai pengetahuan dan informasi tentang pola pengasuhan yang ada maka orang tua
dapat memberikan pengasuhan yang lebih baik kepada anak sehingga dapat meningkatkan
pengembangan karakter disiplin pada anak-anak.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan anak
dalam keluarga yang di ampuh oleh ibu Nurhayati, S.Pd., M.Pd, mohon maaf jika ada kesalahan
kata atau pengetikan dalam makalah ini, kami hanya manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Saran dan kritik kami terima dari ibu Nurhayati, S.Pd., M.Pd dan teman-teman semua.
DAFTAR PUSTAKA

Ayun Qurrotu.(2017). Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk

Kepribadian Anak, 5(1), 103-122.

Handayani Rani.(2021). Karakteristik Pola-pola Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam

Keluarga, Kiddo : Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(2), 159-168.

Sonia Bina, Apsari Cipta Nurliana.(2020).Pola Asuh Yang Berbeda-Beda Dan Dampaknya

Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian

Kepada Masyarakat, 7(1), 128-135.

Anda mungkin juga menyukai