Makalah Analisis Biaya-Volume-laba Kelompok 3 Aktmen.
Makalah Analisis Biaya-Volume-laba Kelompok 3 Aktmen.
Makalah Analisis Biaya-Volume-laba Kelompok 3 Aktmen.
“ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA”
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. CITRA YUNIA 2051040096
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya jugalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini di buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah, Akuntansi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, Prodi Manajemen Bisnis Syariah, Kelas A. Materi dalam makalah ini diambil dari
berbagai sumber bacaan dan sesuai dengan silabus yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Akuntansi Manajemen.
Penulis menyadari bahwa banyak masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, untuk itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dipergunakan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan ..................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis-Volume-Biaya ........................................... 7
2.2 Titik Impas Dalam Unit ............................................................ 7
2.2.1 Pendekatan Laba Operasi ............................................. 8
2.2.2 Pendekatan Margin Kontribusi ..................................... 10
2.2.3 Unit Penjualan Untuk Mencapai Laba Yang Ditargetkan 12
2.3 Analisis Multiproduk ............................................................... 15
2.4 Grafik Biaya-Volume-Laba ..................................................... 17
2.5 Risiko Dan Ketidakpastian ........................................................ 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini indonesia sedang menghadapi perdagangan bebas di mana negara-
negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan
perdagangan bebas asia tenggara, yang berdampak pada perekonomian. Oleh
sebab itu pemerintah dan pihak swasta di tuntut untuk terus memproduksi barang
dan jasa yang dapat menghasilkan cadangan devisa. Tentunya hal tersebut
membutuhkan suatu Planning, Organizing, Directing, and Controlling karena ke
empat hal ini merupakan unsur penting demi berlangsungnya suatu organisasi,
baik profit seeking organization maupun non profit organization (Selfinta,
2013:182). Agar selalu siap menghadapi masalah-masalah yang terjadi serta
persaingan yang semakin ketat, maka suatu perusahaan di tuntut agar benar-benar
bisa membuat perencanaan yang tepat dan cermat, apabila tetap ingin bertahan
dan berkompetisi di dalam bisnis yang mereka tekuni. Apabila gagal
mengendalikan, maka biaya akan semakin membengkak dengan cepat sehingga
dapat di pastikan bahwa kerugianlah yang akan segera terbayang (Selfinta,
2013:182). Analisis cost volume profit (CVP) adalah suatu alat analisis bagi
manajemen tentang hubungan anatara biaya, volume penjualan, dan laba, dengan
menggunakan analisis CVP dapat di ketahui hubungan antara perubahan volume
penjualan dan perubahan terhadap harga jual dan 1 2 jumlah biaya (biaya tetap
dan variabel). Analisis CVP dapat membantu manajer dalam memahami perilaku
biaya, total produk, serta laba operasi ketika terjadi perubahan tingkat output,
harga jual, biaya variabel, atau biaya tetap. Jadi manajemen dapat menentukan
volume penjualan dan bauran produk yang di butuhkan untuk mencapai tingkat
laba yang di harapkan dengan sumber daya yang di miliki (Atika dan Ventje,
2014:1671). Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang di
harapkan, volume penjualan di pengaruhi oleh harga jual, sedangkan volume
produksi di pengaruhi oleh volume penjualan, dan biaya di pengaruhi oleh volume
produksi. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh sebab itu,
dalam perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume, dan laba
4
memegang peranan penting, sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan
perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang, manajemen memerlukan
informasi untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap
hasil penjualan dan laba yang akan datang. Analisis hubungan biaya, volume, laba
merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume
penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam
perencanaan penjualan dan laba jangka pendek (Reginaldo, 2013:1639).
Kebehasilan suatu perusahaan pada umumnya di tandai dengan besarnya
volume penjualan pada perusahaan tersebut, besarnya volume 4 penjualan
mencerminkan besarnya laba yang di peroleh perusahaan tersebut. Bahkan bisa di
katakan semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula laba yang di
peroleh dari perusahaan tersebut, dan semakin besarnya laba mencerminkan
kinerja perusahaan yang baik. Untuk membuat perencanaan laba perlu estimasi-
estimasi atau perkiraan-perkiraan, untuk dapat merencanakan laba yang di
harapkan, dapat di uraikan dengan bantuan analisis Break Event Point yang
merupakan sarana untuk merencanakan laba. Hasil dari analisis ini dapat
memberikan data atau informasi di mana dapat membantu para pengusaha dalam
merencanakan, merumuskan kebijakan dan mengambil keputusan. Oleh karena
itu analisis ini merupakan alat untuk merencanakan laba dengan melihat faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis biaya-
volume-laba yaitu biaya produksi, harga jual produk, dan volume penjualan.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya perusahaan dapat
dengan mudah mengetahui perubahan laba yang akan di capai apabila terdapat
perubahan pada biaya, volume penjualan dan harga jual yang akan terjadi.
5
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Analisis biaya-volume-laba (analisis BVL) yang sering kali disebut sebagai cost-
volume profit analysis (CVP analysis) merupakan alat yang berguna untuk perencanaan
dan pembuatan keputusan. Analisis BVL menekankan pada hubungan antara biaya,
volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Analisis BVL juga merupakan alat yang
berguna untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan perencanaan
penjualan dan membantu perusahaan dalam memecahkan permasalahan tersebut.
Titik impas (break-even point) adalah keadaan yang menunjukkan bahwa jumlah
pendapatan yang diterima perusahaan (pendapatan total) sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan perusahaan (biaya total). Keadaan tersebut biasanya ditunjukkan dalam
jumlah volume aktivitas (jumlah unit penjualan). Titik impas dapat dirumuskan melalu
dua pendekatan, yaitu titik impas dalam jumlah unit penjualan dan titik impas dalam
jumlah rupiah penjualan. Titik impas dalam jumlah unit penjualan dihitung dengan cara
membagi biaya tetap total dengan margin kontribusi per unit. 1 Titik impas dalam jumlah
rupiah penjualan dihitung dengan cara membagi biaya tetap total dengan rasio margin
kontribusi.
1
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 317-318.
24/09/2022 04.44
7
Titik impas sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan berbagai
analisis. Sebagai contoh, apabila perusahaan ingin mengetahui dampak yang akan terjadi
terhadap pendapatan, biaya, dan laba sebagai akibat dari perubahan volume penjualan,
maka manajemen perusahaan perlu mengetahui tentang titik impas dalam unit penjualan.
Untuk menemukan titik impas dalam unit penjualan. Manajemen harus berfokus pada
perhitungan laba operasi (operating income). Langkah selanjutnya adalah menentukan
jumlah unit yang seharusnya dijual untuk mendapatkan laba yang ditargetkan (targeted
profit).
2
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 318.
24/09/2022 04.45
8
(financing activities). Untuk selanjutnya akan digunakan istilah laba bersih (net
incomme) yang menunjukkan laba operasi setelah dikurangi dengan pajak.
Laba operasi = (Harga jual per unit x Jumlah unit penjualan) (Biaya variabel
per unit x Jumlah unit penjualan) Biaya tetap total
3
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 319.
24/09/2022 04.48
9
0 = ( Rp400.000 x unit ) - (R325 000 Unit) - Rp15.000.000
Unit = 600
Oleh karena itu, PT Gemah Ripah harus dapat menjual sebanyak 600 unit
mesin motor dalam rangka menutup semua biaya tetap dan biaya variabel. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mengecek jawaban tersebut adalah dengan
meinformulasikan laporan laba rugi berdasarkan 600 unit penjualan.
4
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 319-320.
24/09/2022 04.49
10
titik impas, besarnya margin kontribusi sama dengan besarnya biaya tetap.
Apabila margin kontribusi per unit diganti dengan harga jual per unit dikurangi
biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan diperoleh jumlah unit,
maka akan diperoleh persamaan impas sebagai berikut.
Rp400.000 - Rp325.000
= Rp45.000.000
= Rp75.000
= 600 unit
Hasil yang diperoleh di atas sama dengan hasil perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan laporan laba rugi.5
5
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 320.
24/09/2022 04.50
11
2.2.3 Unit Penjualan Untuk Mencapai Laba Yang Ditargetkan
Unit = 1.400
6
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 320-321.
24/09/2022 04.42
12
Unit = Rp45.000.000 + Rp60.000.000
Rp400.000-Rp325.000
= Rp105.000.000
Rp75.000
= 1.400
Cara lain untuk mengecek jumlah unit adalah dengan menggunakan titik
impas. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya bahwa perusahaan harus dapat
menjual sebanyak 1.400 unit mesin atau 800 unit lebih banyak daripada volume
impas 600 unit untuk memperoleh labu sebesar Rp60.000.000. Margin kontribusi
per unit mesin motor adalah sebesar Rp75.000. Perkalian Rp75.000 dengan 800
mesin di atas titik impas akan menghasilkan laba sebesar Rp60.000.000
(Rp75.000 x 800). 7Hasil tersebut menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit
untuk setiap unit penjualan di atas titik impas adalah sama dengan laba per unit.
Apabila titik impas telah dihitung, jumlah mesin motor yang dijual untuk
menghasilkan laba operasi sebesar Rp60.000.000 dapat dihitung dengan cara
7
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 321-322.
24/09/2022 04.53
13
membagi jumlah target laba dengan margin kontribusi per unit dan
menambahkan hasil perhitungan tersebut dengan volume impas.
Unit = 3.0008
Apakah dengan volume penjualan sebanyak 3.000 unit mesin tootor akan
dapat dihasilkan laba sebesar 15 persen dari pendapatan penjualan? Penjualan
sebanyak 3.000 unit mesin motor, pendapatan total adalah sebesar
8
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 322.
24/09/2022 04.54
14
Rp1.200.000.000 (Rp400.000 x 3.000). Laba dapat dihitung tanpa perlu
menyiapkan laporan rugi laba. Perlu diperhatikan bahwa di atas titik impas,
margin kontribusi per unit merupakan laba per unit. Volume impas adalah 600
unit mesin motor. Apabila 3.000 unit mesin motor terjual, maka hal itu berarti
sebanyak 2.400 (3.000-600) unit mesin motor terjual di atas titik impas. Oleh
karena itu, laba sebelum pajak adalah sebesar Rp180.000.000 (Rp75.000 x 2.400)
atau sebanyak 15 persen dari pendapatan prajualan (Rp180 000
9
000/Rp1.200.000.000).
Analisis BVL dapat diterapkan dengan mudah pada situasi produk tunggal.
Namun, dalam praktiknya banyak perusahaan yang menghasilkan dan menjual sejumlah
produk atau jasa. Formula yang digunakan untuk situasi produk tunggal dapat
diadaptasikan untuk perusahaan yang menjual multiproduk (multiple products). Untuk
memperjelas penggunaan formula produk tunggal pada multiproduk, berikut ini
ditunjukkan dengan menggunakan contoh PT Gemah Ripah.
9
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 322.
24/09/2022 04.55
10
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 328.
24/09/2022 04.56
15
Keterangan Mesin Motor A Mesin Motor B Total
11
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 328.
24/09/2022 04.56
16
2.4 GRAFIK BIAYA-VOLUME-LABA
Biaya total = Biaya variabel per unit x Jumlah unit + Biaya tetap total
Untuk menunjukkan dua persamaan tersebut dalam grafik yang sama, sumbu
vertikal diukur dalam rupiah pendapatan dan biaya, serta sumbu horizontal dalam jumlah
unit penjualan.
12
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 334.
24/09/2022 04.59
17
2.5 RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN
Satu asumsi penting dalam analisis BVL adalah bahwa harga jual per unit dan
biaya telah diketahui dengan pasti. Pada kasus yang sesungguhnya, asumsi tersebut
jarang terjadi Risiko dan ketidakpastian merupakan bagian penting yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan bisnis.
A. Margin of Safety
Margin of safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dapat dijual di
atas volume impas. Selain itu, margin of safety juga dapat didefinisikan sebagai
pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh
perusahaan di atas volume impas. Sebagai contoh, apabila volume impas suatu
perusahaan adalah sebanyak 200 unit dan saat ini perusahaan berhasil menjual
sebanyak 500 unit, maka margin of safety adalah sebesar 300 unit (500 unit- 200
unit), Margin of safety juga dapat diekspresikan dalam bentuk pendapatan penjualan.
Apabila volume impas adalah sebesar Rp200.000.000 dan perkiraan pendapatan
penjualan adalah sebesar Rp350.000.000, maka margin of safety adalah sebesar
Rp150.000.000.
B. Operating Leverage
Dalam ilmu fisika, leverage merupakan suatu mesin sederhana yang dapat
13
digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya suatu leverage
melipatgandakan usaha yang dilakukan untuk menciptakan hasil yang lebih banyak.
13
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 338.
24/09/2022 05.00
18
Semakin besar beban yang akan dipindahkan oleh sejumlah kekuatan, semakin besar
manfaat yang akan diperoleh Dalam istilah keuangan, operating leverage
berhubungan dengan bauran relatif biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu
organisasi. Kadang-kadang dalam situasi tertent terjadi kemungkinan kondisi yang
saling berlawanan (trade off) antara biaya tetap dan blaya variabel. Apabila biaya
variabel turun, margin kontribusi per unit akan naik dan selanjutnya akan
mengakibatkan kontribusi masing-masing unit yang dijual akan semakin besar.
Taba14
14
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 338-339.
24/09/2022 05.02
19
Apabila biaya tetap digunakan untuk menurunkan biaya variabel sehingga
margin kontribusi akan meningkat dan laba akan turun, maka degree of operating
leverage akan meningkat. Peningkatan ini merupakan petunjuk terhadap terjadinya
peningkatan risiko.
15
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 339.
24/09/2022 05.03
20
Degree of operating leverage (DOL) untuk sistem automasi adalah sebesar
4.00 (Rp500.000.000/Rp125.000.000), sedangkan degree of operating leverage
untuk sistem manual adalah sebesar 2,00 (Rp200.000.000/Rp100.000.000). Apa yang
akan terjadi terhadap laba masing-masing alternatif sistem apabila penjualan
meningkat sebesar 40 persen? Berdasarkan data di atas dapat disusun laporan laba
rugi sebagai berikut.
16
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 340.
24/09/2022 05.05
21
adanya kenaikan biaya tetap. Titik impas untuk sistem automasi adalah sebesar 7.500
unit (Rp375.000.000/Rp50.000), sementara titik impas untuk sistem manual adalah
sebesar 5.000 unit (Rp100.000.000/Rp20.000) Oleh karena itu, sistem automasi
memiliki risiko operasi (operating risk) yang lebih tinggi. Kenaikan risiko secara
potensial juga memberi peluang tingkat laba yang lebih tinggi (sepanjang unit yang
terjual lebih banyak daripada 9.167).
17
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 340-341.
24/09/2022 05.06
22
Titik impas Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi
Analisis sensitivitas adalah teknik "bagaimana jika (what if)" yang menguji
dampak perubahan asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Analisis ini
mudah digunakan dengan hanya memasukkan data mengenai harga, biaya variabel,
biaya tetap, dan bauran penjualan, serta menyiapkan rumus untuk menghitung titik
impas dan laba yang diharapkan. Selanjutnya data dapat divariasi sedemikian rupa
sesuai yang diinginkan untuk mengetahui dampak perubahan terhadap laba yang
diharapkan.
18
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 341.
24/09/2022 05.07
23
menentukan data yang pertama kali harus di-input dalam analisis. Akuntan harus
mengetahui distribusi biaya dan harga perusahaan, serta dampak perubahan kondisi
ekonomi terhadap variabel-variabel tersebut. Dalam kenyataannya, variabel-variabel
tersebut jarang diketahui dengan pasti, Kenyataan tersebut tidak boleh menjadi alasan
untuk mengabaikan dampak ketidakpastian dalam analisis BVL. Analisis sensitivitas
dapat melatih insting manajer untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel
ramalan yang belum pasti akan mempengaruhi suatu jawaban. 19
19
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 341.
24/09/2022 05.07
24
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Analisis biaya volume laba menghasilkan informasi dampak perubahan
harga jual, biayadan / atau volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam
penyusunan anggaran, berbagaikemungkinan pilihan harga jual, volume
penjualan, dan biaya selalu dihadapi olehmanajemen. Dalam proses penyusunan
anggaran, manajemen memerlukan berbagaiparameter. Berbagai parameter
tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen,dalam
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan
anggaranperusahaan. Kiranya makalah yang telah disusun oleh kelompok kami
bisa bermanfaatbagipara pembaca. Kritik dan saran kepada kami sangat kami
butuhkan untuk penyempurnaanmakalah ini.
Permintaan merupakan suatu harapan atau suatu keinginan. Sedangkan
dalamIlmu Ekonomi Permintaaan merupakan keinginan yang disertai
kemampuan untuk membelibarang dan jasa pada berbagai tingkat harga dalam
waktu tertentu.bunyi hukum permintaansebagai berikut“apabila harga suatu
barang naik, jumlah barang yang diminta cenderung turun;begitupun sebaliknya
jika harga suatu barang turun, jumlah barang yang diminta
cenderungnaik”.Sedangkan penawaran menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah
barang dan jasa yangdipasok oleh produsen ke pasar (konsumen) baik berupa
barang dan jasa pada berbagaitingkat harga dalam periode waktu tertentu. Bunyi
Hukum Penawaran sebagai berikut :“apabila harga suatu barang naik, jumlah
barang yang ditawarkan cenderung naik; begitupunsebaliknya jika harga suatu
barang turun, jumlah barang yang ditawarkan cenderung turun.
25
4.2 Saran
26
Daftar Pustaka
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm.
317-341.
27