Tugas Tutorial 3 - Bahasa Indonesia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

TUTORIAL TUGAS ONLINE 3

Bahasa indonesia

Ditanggapi oleh :

Anastasia Natania Frensicitra

NIM : 045363175

UPBJJ UT Bandung

Fakultas Ekonomi

Program Studi : S1 Akuntansi

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia – MKWU4108

Dosen Tutor : Dr. Anang Santoso


Soal :

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.

1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan


hasil kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind
mapping).
2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini?
Penjelasan Anda harus disertai dengan alasan yang logis dan disertai
contoh.
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina
rumah tangga di kemudian hari.

Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan
mengenai keempat gaya asuh tersebut.

Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua
memaksakan kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan
bagaimana perspektif sang anak.

Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi
panutan yang teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya,
dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.

Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan
batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa
yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk
melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk
hal yang bersifat sangat serius.

Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi
putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan
lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.

Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa
anak-anak di Jepang merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu
terdapat unsur kompetitif yang muncul karena adanya harapan orangtua agar
putra-putrinya dapat lulus masuk ke sekolah atau kampus yang bergengsi.

Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi
karena tingkat kompetitif yang tinggi dari harapan orangtua membuat putra-
putri merasa tertekan. Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang
yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif?
1. Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5
tahun anak tidur bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun
anaknya berada.

Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan
kegiatan rumah seperti menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan
hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk
berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.

Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin
budaya ini sedikit berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan
melakukan apa saja adalah membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang
ia lakukan.

Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role
model yang baik. Filosofi ini menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif
menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat.

Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan
kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang
juga beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga
anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana


orangtua mengasuh anaknya. Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral
dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu
membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan
atau dengan caranya sendiri.

Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan


kepada anaknya, sehingga orang tua sepenuhnya menjadi role model bagi
anaknya.

Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu,
lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti
membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orangtua.

Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara


yang telah dilakukan secara turun temurun. Fase ini orangtua memberikan
batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau
tidak.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak
hanya sebagai mata pelajaran dan diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga
anak diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani,
kegiatan makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di
sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton
merupakan cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orangtua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak
dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase
sebelumnya.

Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman
dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir
dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.

Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi


dirinya sendiri dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan
(menurut adat Jepang). Anak diajarkan untuk mulai independen dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.

Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya
diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota
setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas


sosial masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat
memahami dan menghormati perasaanya sendiri.

Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak


mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati
anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.

Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk
menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling
menghormati orang lain.

Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh
yang terbaik. Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara
orangtua di Jepang mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi pergeseran dan
perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak
berubah.

Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat


dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan perpaduan antara sedikit gaya
permisif, gaya authoritative (berwibawa).

Sumber: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84
bebe2/sisi-positif-parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan artikel di atas.


1. Berdasarkan hasil survey (meninjau) Anda, topik/subtopik apa saja yang
menurut Anda penting?
2. Tuliskan daftar pertanyaan (question) berkaitan dengan informasi yang
Anda perlukan pada bacaan tersebut.
3. Berdasarkan hasil membaca (read) Anda, Informasi apa yang Andaperoleh
dari bacaan tersebut.
4. Ceritakan/jelaskan (recite) pengalaman membaca Anda berkaitan dengan
bacaan/wacana tersebut.
5. Berdasarkan langkah akhir dari SQ3R (review), apakah informasi yang
Anda perlukan sesuai daftar pertanyaan sudah cukup?

Susunlah tugas saudara dengan mengacu pada modul MKWU 4108 bahasa
Indonesia pada halaman 3.25 s.d. 3.30

Jawaban :

1. Perkembangan (peningkatan) bahasa indonesia berdasarkan hasil kongres


VII s.d XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).

2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat ini?


Penjelasan Anda harus disertai dengan alasan yang logis dan disertai
contoh.
Tentu masih. Hal ini dikarenakan menurut personali saya sendiri, bahasa
Indonesia itu memiliki 2 peran yaitu menjadi identitas bangsa dan menjadi
pemersatu atas proses komunikasi antar masyarakatnya.

PEMBAHASAN

Bahasa Indonesia merupakan bahasa sipil yang digunakan di negara kita


tercinta. Bahasa Indonesia dalam bahasan linguistik mengandung beberapa
konsep yang diantaranya :

• Konsep Ekspresi, dimana bahasa Indonesia menjadi perlambangan ekspresi


dari masyarakatnya. Misalkan : jika dalam rapat kita merasa ingin
mengekspresikan ketidaksetujuan maka kita dapat mengungkapkannya dengan
bahasa Indonesia karena dalam bahasa ini sudah tersusun unsur kesopanan
kata.
• Konsep Adaptasi, dimana bahasa Indonesia menjadi penyesuaian negara
dengan geografisnya. Karena negara kita pada zaman dahulu menggunakan
bahasa Melayu maka dibuatlah bahasa khusus yaiyu bahasa Indonesia yang
konsepsinya tidak jauh beda dengan Bahasa Melayu.
• Konsep Komunikasi, dimana bahasa Indonesia menjadi jalan untuk
berkomunikasi antara penduduk yang satu dengan yang lainnya.

Nah, menurut personali saya ada 2 peran mencolok dari Bahasa Indonesia yaitu
sebagai identitas dan sebagai pemersatu. Dikatakan sebagai identitas, sebab
kehadiran bahasa Indonesia menjadi sumber pandangan negara lain bahwa
Indonesia memiliki identitas juga dalam bidang linguistik. Dikatakan sebagai
pemersatu, sebab kehadiran bahasa Indonesia menjadi jalan untuk
berkomunikasi antara penduduk yang satu dengan yang lainnya. Kita tahu
bersama bahwa antar satu daerah dengan yang lain memiliki perbedaan bahasa,
misalnya antara penduduk Sumatera dan Jawa. Nah, oleh karena itu dibuatlah
bahasa Indonesia agar satu daerah dengan yang lain dapat berkomunikasi
dengan lancar.

3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Teknik SQ3R yaitu singkatan dari Survey, Question, Read, Recite, Review. Teknik
tersebut merupakan suatu teknik membaca menggunakan langkah atau proses
yang sistematis agar pembaca dapat memahami isi bacaan.

Pembahasan
Pada soal di atas belum disertai dengan pertanyaan yang dimaksud. Namun, kita
dapat mempelajari terkait teknik SQ3R sebagai berikut.

• Survey: Proses menentukan informasi awal pada artikel hingga tema atau topik
yang dibahas.
• Question: Proses membuat pertanyaan-pertanyaan terkait isi artikel.
• Read: Proses menjawab pertanyaan dari poin sebelumnya.
• Recite: Proses mengulas artikel menggubakan bahasa sendiri.
• Review: Proses mencatat informasi utama pada artikel.

Setelah membaca menggunakan teknik SQ3R, kita dapat menentukan topik adari
artikel. Topik dari penggalan artikel pada soal di atas yaitu tentang parenting.

Anda mungkin juga menyukai