Makalah Ilmu Sosial Dan Budaya
Makalah Ilmu Sosial Dan Budaya
Makalah Ilmu Sosial Dan Budaya
DOSEN PENGAMPU:
FIRMANSYAH, S.Farm., M.Kes
OLEH :
NAMA : SAFITRI
NIM : F202101037
KELAS : F1 FARMASI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam
kepada junjungan kami Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Makalah..........................................................................................2
C. Tujuan Makalah..........................................................................................2
D. Manfaat Makalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Peradaban Manusia dalam Sosial Budaya Dasar...................................3
B. Perkembangan Nilai Sosial Budaya Individu, Keluarga dan
Masyarakat.................................................................................................6
C. Memahami Aspek Sosial Budaya Kesehatan Khususnya dalam
Pelayanan Kefarmasian.............................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kesehatan fisik, dan kesehatan sosial. Tujuan pembangunan sosial memberikan
kesempatan pada masyarakat untuk hidup wajar mental, fisik, dan sosial menuntut
peran ilmu sosial yang lebih besar untuk ikut memecahkan masalah kesehatan.
Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk merubah tingkah lakui
ndividu, kelompok dan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui pendidikan. Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah makalah
yang berjudul Hubungan Sosial Budaya dan Kefarmasian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Peradaban Manusia
3
kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan ketaatan pada berbagai
pranata sosial atau aturan sosial, sehingga tercipta kehidupan di masyarakat yang
tenang, nyaman, tentram dan damai.
Konsep masyarakat adab adalah kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum. Hal ini sesuai dengan aspek rohani dan jasmani
yang ada pada manusia. Sehingga kehidupan manusia selalu dibimbing oleh nilai-
nilai spiritualisme dan materialisme. Maka sepatutnya menserasikan kedua
pasangan nilai. Namun kenyataan manusia dalam memandang kedudukan dan
peranan seseorang di masyarakat lebih banyak mempergunakan tolak ukur materi.
Hal ini disebabkan karena tabiat manusia akan selalu mencari peluang kebebasan.
b. Sosial Budaya
Sosial dan budaya merupakan suatu hal yang saling melengkapi satu
dengan yang lainnya, dalam hal ini keduanya tidak dapat berdiri sendiri. Sosial
berarti segala sesuatu yang beralian dengan sistem hidup bersama atau hidup
bermasyaakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup
struktur, organisasi, nila-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.
Sementara itu, budaya berarti cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya
secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang didalamnya
tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik
materiil maupun yang psikologis, idiil, dan spiritual.
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala
macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang
memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk maupun berupa
sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos
kebudayaan. Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak
sama, seperti di Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang
berbeda, tetapi setiap kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat
tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana
sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan
4
manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan, yaitu
sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya di mana pun.
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat
abstrak dan terdiri atas pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan
demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam
bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai adat istiadat. Dalam adat istiadat
terdapat juga sistem norma dan di situlah salah satu fungsi sistem budaya adalah
menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam
sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan
lainnya, sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur
kebudayaan sebagai satu kesatuan. Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan
adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini.
Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan
mereka khalifah di muka Bumi dan diberikan kemampuan yang disebutkan oleh
Supartono dalam Rafael Raga Maran, (1999: 36) sebagai daya manusia.
5
sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini
tercipta melalui tiga tahap yaitu:
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi
kenyataan buatan manusia.
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat munjadi rualitas obyektif, yaitu
suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan
mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar
dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang
dibentuk oleh masyarakat.
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia,
dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan
(Sastrapratedja, 1991: hal: xv). Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan
masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama
lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih
awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya
hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat
dilakukan dengan lebih cermat.
6
pola interaksi. Di samping itu perubahan kebudayaan dapat pula terjadi karena
memang sudah direncanakan. Misalnya program bantuan teknis dan kesehatan
dari badan-badan organisasi dunia, yang sering disertai dengan usaha untuk
mengubah kebudayaan dan cara pandang dengan suatu cara tertentu.
7
b. Perkembangan Nilai Sosial Budaya Keluarga dan Masyarakat
a. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal
yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
8
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian integral kesehatan.
9
atau fatalsm adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib.
Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap bahwa penyakit
adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi. sulit
menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit.
Pendidikan. Masih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-
petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya tidak
disesuaikan dengan tingkat pendidikan khayalaknya.
Nilai Kebudayaan. Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku
bangsa yang mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek
tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup,
persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak.
Contoh : Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI
akan menjadi amis « Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru.
Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.
Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan
peneluaan ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme
Sifat Etnosentris merupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang
paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Emosentrisme
merupakan sikap atau pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg
meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Seperti contoh, Seorang
perawat dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan,
sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat
tidak. Selain itu, budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya hidup bersih
sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau anak-anak karena nantinya akan
menjadi nilai dan norma dalam masyarakat.
Norma. merupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan. tatanan, dan pengendali tingkah laku yg
sesuai dan diterima oleh masyarakat. Terjadi perbedaan norma (sebagai standar
untuk menilai perilaku) antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Masyarakat menetapkan perilaku yang normal.
10
c. Pelayanan Kefarmasian
11
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian
informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai
harapan dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu, apoteker harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional.
12
BAB III
PENUTUP
H. Simpulan
I. Saran
Saran yang dapat saya berikan sebagai penulis adalah sebaiknya para
pembaca memberi masukan kepada penulis agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi ke depannya, karena makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.
13
DAFTAR PUSTAKA
14