Inc Perbaikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN FISIOLOGIS

PADA NY ” B” GIVPIIAI GESTASI 40 MINGGU 2 HARI


DI PUSKESMAS KONDORAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


KOTA PALOPO

OLEH :
JULITA PARAMBAN
NIM.20.03.054

PUSKESMAS KONDORAN KAB.TANA TORAJA


TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Karunianya sehingga tugas tentang “Asuhan Kebidanan
Intranatal care pada Ny”B” di Puskesmas Kondoran Tahun 2021 dapat
diselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan Asuhan Kebidanan ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma Empat
Kebidanan di Universitas Mega Buana Palopo.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Laporan studi kasus praktik klinik kebidanan ini tidak akan terselesaikan dengan
baik, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Yuniar Dwi Yanti,S.ST.,M.Keb Selaku Penanggung Jawab Praktik Klinik
Kebidanan Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan STIKES
Mega Buana Palopo.
2. Defiyanti Ambali,S.ST Selaku Preceptor Institusi Praktik Klinik Kebidanan
Program Studi kebidanan Program Sarjana Terapan STIKES Mega Buana
Palopo.
3. dr.Mardaria Patioran selaku Kepala Puskesmas Kondoran TanaToraja.
4. Juliana Limbong Allo,S.Tr.Keb Selaku CI Lahan di ruangan KIA Puskesmas
Kondoran Tana Toraja.
5. Kedua orang tua, suami, anak dan saudara yang telah memberikan dan
dukungan selama ini
6. Terkhususnya kepada teman –teman mahasiswa program DIV Kebidanan
STIKES Mega Buana Palopo atas segala dukungan dan bantuannya

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna, mengingat pengetahuan dan pengalaman serta waktu dalam
penyusunan laporan ini yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan berupa saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun agar
penyusun selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Harapan penulis, semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa pada khususya.

TanaToraja, 19 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………............................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ................................................................... 2
1.4.2 Manfaat Bagi Klien.............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4


2.1 Konsep Teori Persalinan..................................................................................4
2.2 Praktek / langkah – langka Persalinan ........................................................... 14
2.3 Konsep Dasar Asuhan Pada Ibu Bersalin
…………………………………………………………15

BAB III STUDI KASUS..................................................................................... 21


Identifikasi Data Dasar ........................................................................................ 21
Kala I………………………………………………............................................ 25
Kala II ……………………………………………….......................................... 30
Kala III……………………………………......................................................... 33
Kala IV…………………………………............................................................. 36
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 39
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 41
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 41
5.2 Saran ............................................................................................................... 41
5.3 Lampiran……………………………………………………………………..42
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dilakukan secara spontan
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi
dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap (Elisabeth,dkk 2016).
Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi. Upaya melakukan
asuhan pada ibu bersalin, proses persalinan dilakukan dengan cara mengawasi kondisi ibu dan
janinnya agar dapat diketahui adanya komplikasi sedini mungkin, maka asuhan kebidanan
dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada ibu bersalin dengan pendekatan manajemen
kebidanan (Atik dkk, 2014.
Menurut laporan World Healthy Organization WHO 2019 Angka Kelahiran di dunia
7.513.317 jiwa. Indonesia 263.991 jiwa. Data SDKI tahun 2019 menunjukan kelahiran di
Indonesia yaitu 87.9 per 1000 kelahiran hidup dan angka kelahiran provinsi Sulawesi Selatan
sebesar 81.8 per 1000 kelahiran, Tana Toraja 38.94 per 100 kelahiran.
Masih banyak ditemukan intervensi yang berlebihan, tidak efektif bahkan kurang
bermanfaat terhadap pelayanan intranatal.Tidak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia
masih terdapat beberapa pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan intranatal
(Khreshe dalam Iravani, 2017).

Salah satu pendekatan terbaik untuk peningkatan kualitas asuhan di lingkungan klinis
dengan sumber daya terbatas adalah dengan menerapkan standar asuhan berbasis bukti
(evidance-based) untuk menejeman persalinan spontan vagina (Freedman et al., 2007).Sangat
penting bahwa bidan memberikan pelayanan selama persalinan adalah praktik klinis yang
evidance-based.Menejemen persalinan dan kelahiran yang evidance-based menerapkan beberapa
penelitian terbaik yang telah tersedia dan terbukti tingkat keamanan dan efektivitasnya.Sehingga
membantu memetuskan pelayanan persalinan mencapai hasil terbaik bagi ibu dan bayi baru
lahir.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah apakah yang di maksud dengan
Persalinan, serta bagaimana rencana tindakan dan bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan
pada ibu dengan Persalinan Normal di Ruang Bersalin UPT Puskesmas Kondoran Kabupaten
Tana Toraja?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan berbasis bukti pada ibu bersalin
menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney dan pendokumentasian secara SOAP.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar persalinan
b. Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada persalinan
c. Melakukan asuhan pada ibu bersalin
d. Mendokumentasikan asuhan persalinan dengan format SOAP
e. Membahas antara teori persalinan dengan kasus yang ada

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.
1.4.2 Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar asuhan pelayanan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Persalinan


2.1.1 Pengertian persalinan
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dilakukan secara spontan
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi
dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap (Elisabeth dkk, 2016). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (JNPK-KR,
2014).

Terdapat perbedaan antara labor dan delivery, meskipun keduanya memiliki arti
“persalinan”.Menurut National Institute of Health (2017)adalah :Labor adalah proses dimana
janin dan plasenta meninggalkan uterus sedangkan delivery dinyatakan sebagai carayakni :
melalui vagina (jalan lahir) atau dengan seksiosesaria (bedah).Labor dan delivery adalah proses
di mana bayi dilahirkan, dari persiapan tubuh hingga saat bayi dan plasenta meninggalkan
rahim.

2.1.2 Tahapan persalinan


Tahapan persalinan menurut Sulfianti, 2020 meliputi :
a. Kala I (satu) persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I (satu) persalinan
terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
a) Dimulai sejak awak kontraksi, yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yakni :
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

6
c) Fase deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap atau 10 cm.
Pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada multigravida, sekitar 8 jam. Kecepatan
pembukaan serviks 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).

b. Kala II (dua) persalinan


Persalinan kala II (dua) dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II (dua) juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala
II (dua) ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), atau
2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Dalam
kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah masuk dalam dasar panggul, maka
pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek
menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan
buang air besar
Kemudian perineum mulai menonjol dan melebar dengan membukanya anus. Labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin takpak di vulva saat ada his. Jika
dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his. Dengan
kekuatan his dan mengedan maksimal kepala dilahirkan dengan suboksiput dibawah
simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his
akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.
c. Kala III (tiga) persalinan
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari
fundus uteri.
d. Kala IV (empat) persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum biasanya
berlangsung 12 – 14 jam.

7
2.1.3 Mekanisme persalinan

Tahap Peristiwa Gambar


a. Kepala terfiksir 1. Sinklitismus
pada atas panggul.
(Engagement)

b. Turun (descent) 2.1. Asinklitismus


posterior
(Litzman)

*simfisis

c. Fleksi 2.2. Asinklitismus


Anterior
(Naegele)

* promontorium

d. Fleksi maksila 3. Sinklitismus

e. Rotasi internal 4. Putar paksi dalam


didasar panggul.
Terjadi:
- Moulage kepala
janin
- Ekstensi

8
f. Eksistensi - Hipomochilion:
uuk dibawah
simfisis
g. Ekspulsi kepala 5. Berturut-turut
janin lahirlah:
- uub
- dahi
- muka
-dagu

h. Rotasi eksterna 6. Putar paksi luar


(restitusi)

Ekspulsi total 7. Cara melahirkan:


- bahu depan
- bahu belakang
- seluruh badan
dan ekstremitas

2.1. 4 Tinjauan Umum tentang Asuhan Persalinan Normal


2.1.4.1 Pengertian
Asuhan Persalinan Normal adalah  asuhan persalinan yang bersih dan aman  dari setiap
tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan
hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir.

2.1.4.2 Tujuan Asuhan Persalinan :


Marmi dalam Reski, 2017 memaparkan tujuan asuhan persalinan adalah memberikan
asuhan yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang
bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Tujuan Asuhan Persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui  upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti
bahwa : keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus

9
diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan
oleh penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi.

2.1.5 Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan :


Fitriahadi & Utami 2019 dalam Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri
Persalinan mengungkapkan bahwa ada lima aspek dasar, atau lima benang merah, yang
penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah
tersebut adalah :
a. Membuat keputusan klinik.
Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan
metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif
serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based),
keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis
dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien.
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan.
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi.
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah.
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
6) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.
b. Asuhan sayang ibu dan bayi
Asuhan sayang ibu adalahasuhan yang menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai
asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “seperti
inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperni yang
saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”.
Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan
suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil
penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai
proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik. Disebutkan pula bahwa hal
tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunam,
dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat.
c. Pencegahan infeksi

10
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.Tindakan ini
harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga, penolong persalinan, dan aspek tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.Dilakukan pula upaya untuk
menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini
belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.
2.1.6 Tugas penolong persalinan pada APN yaitu :
a. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya selama proses
persalinan, saat akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya.
b. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan
setelah persalinan; menilai adanya faktor risiko; melakukan deteksi dini terhadap
komplikasi persalinan yang mungkin muncul.
c. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotommi;
episotomi pada kasus gawat janin; melakukan penatalaksanaan pada bayi baru
melahirkan dengan asfiksi ringan.
d. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah
kasusu yang dirujuk bila didapatkan adanya faktor risiko atau terdeteksi adanya
komplikasi selama proses persalinan.
e. Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran.
Untuk mendukung dilaksanakannya kebijakan tentang pelayanan asuhan
persalinan, maka selanjutnya pemerintah merekomendasikan tentang kebijakan
tersebut, adpun rekomendasi yang dimaksud adalah:
a. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan dalam bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang
member dukungan bagi ibu.
b. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai
suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar
dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada indikasi atau penyulit.
d. Manajemen aktif kala III , termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali
pusat secara dini, memberikan suntikan oksitosin IM, melakukan penegangan
tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan massase fundus, harus
dilakukan pada semua persalinan normal.
e. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidaknya 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus
harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada

11
jam kedua .massase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan
tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan ppencegahan perdarahan.
f. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan
dimassase sampai tonus baik, ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan
melakukan hal ini.
g. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti
dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
h. Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan
keluarga.
2.1.7 60 Langkah Asuhan Persalinan normal :
Berdasarkan Pengurus Pusat IBI2016 tatalaksana asuhan persalinan normal
tergabung dalam 60 langkah APN, yaitu :
1. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c) Perineum tampak menonjol
d) Vulva dan sfingter ani membuka
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oxitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
3. Memakai alat perlindungan diri seperti memakai celemek plastik, topi, masker,
kacamata, sepatu tertutup.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (dengan menggunakan sarung
tangan DTT atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah DTT atau
atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
7. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi oleh air DTT
a) Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang.

12
b) Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar-benar
c) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutandekontaminasi.
8. Dengan menggunakan tekhnik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. (Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi).
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (100-160 kali/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.b.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semuahasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.
11. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.Membawa
ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
a) Bimbing, dukung dan beri semangat
b) Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
c) Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
d) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
Rujuk jika belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran pada primigravida dan 60 menit (1 jam) pada multigravida.
14.  Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60
menit.
15. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat sepertiga bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set, perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

13
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Letakkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus dapat berkontraksi
dengan baik.

14
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (Intra
Muskular) dipaha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulah dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama(ke arah ibu).
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, yaitu: a. Dengan satu tangan,
pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Lakukan pemotongan tali
pusat dalam waktu 2 menit, karena pada waktu itu masih ada proses auto
tranfusi. b. Mengikat tali pusat dengan klem plastik/benang DTT. c. Melepaskan
klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
33. Penatalaksanaan aktif kala III
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi perlekatan plasenta pada dinding uterus, sementara tangan yang lain
menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya,
kemudian ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik;
minta ibu , suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial) secara hati-
hati. Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (sambil tetap melakukan
tekanan dorso kranial).
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan
dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika terdapat selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput, kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

15
38. Segera setelah plasenta dan selaput kertuban lahir, lakukan masase uterus.
Meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan
yang diperlukan jika uterus tidakberkontraksi setelah 15 detik tindakan masase.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta, baik bagian ibu maupun bayi, pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta kedalam tempat khusus.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami persarahan aktif.
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan per
vaginam
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%. Membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan kandung kemih kosong.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40- 60 x/menit).
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar, rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep mata/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K 1
mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan
bayi, nadi dan temperatur.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikaan suntikan imunisasi hepatitis B
dipaha kanan bawah lateral.

16
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
handuk.
60. Dokumentasi (Lengkapi partograf)

2.2 Praktek / Langkah – Langkah Persalinan Berdasarkan Bukti (Evidance Based)


Selama ini banyak didapati beberapa praktek ataupun intervensi yang kurang sesuai
dengan kebutuhan ibu bersalin.Tetapi tidak sedikit pula intervensi yang justru memberikan
manfaat yang berarti bagi ibu.
2.2.1 Pembatasan makan dan pemberian nutrisi intravena
Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat atau bahaya dari pembatasan cairan dan
makanan dalam persalinan pada ibu dengan resiko komplikasi yang rendah (Iravani, 2015).
Pendapat yang sama juga dinyatakan O’Sullivan et al. bahwa bukti saat ini todak mendukung
konsep bahwa jumlah kalori dapat memendekkan durasi persalinan. Studi saat ini juga tidak
mendukung bahwa asupan oral menurunkan tingkat persalinan sesar.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada bukti kuat untuk
merekomendasikan pemberian cairan intravena secara rutin.Apabila diperlukan, masih
dibutuhkan beberapa studi lanjutan mengenai berbagai jenis cairan intravena dan oral terhadap
hasil klinis (Intravani, 2015).
2.2.2 Dukungan psikologi oleh pendamping persalinan
Faktor psikologi terutama rasa nyaman ibu sangat diperlukan selama asuhan
persalinan.Dalam artikelnya, Iravani (2015) menyatakan bahwa ibu hamil dianjurkan memilih
posisi ternyaman selama kala satu persalinan dan menghindari posisi terlentang yang terlalu
lama.
Dukungan psikologis secara terus menerus memiliki manfaat yang bermakna secara klinis
bagi ibu maupun bayi.Semua ibu bersalin sebaiknya mendapatkan dukungan psikologis selama
persalinan dan kelahiran (Hodnett et al.dalam Iravani, 2015).
Hasil studi dari Zhang et al. menyatakan dukungan persalinan yang diberikan oleh
pendamping persalinan pada ibu muda, berpenghasilan rendah, primipara ternyata dapat
memperbaiki efek disfungsional aktivitas uterus atau memperbaiki kontraksi.Pada ibu dengan
dukungan persalinan yang baik merdampak bukan hanya memperpendek waktu persalinan,
tetapi penggunaan oksitosin, kebutuhan analgesik dan tingkat persalinan sesar berkurang secara
signifikan.Disamping itu ibu juga merasa tidak terlalu lelah selama dan setelah persalinan serta
merasa lebih puas.

17
2.2.3 Posisi
Posisi berjalan dan berdiri tegak (upright position) selama kala I persalinan dapat
mengurasi durasi persalinan, menurunkan resiko persalinan secara secio sesaria, kebutuhan akan
anastesi epidural, dan tidak memiliki hubungan dengan peningkatan intervensi atau efek negatif
pada kesehatan ibu dan bayi (Lawrence et al.dalam Iravani, 2015).
Tetapi Souza et al.dalam Iravani (2015) menyatakan bahwa adopsi posisi tegak atau
ambulasi selama kala I persalinan mungkin aman, tetapi mengingat evidance base dan
konsistensi, posisi ini tidak selalu direkomendasikan sebagai intervensi yang efektif untuk
mengurangi durasi kala I persalinan.
Pemilihan posisi ibu dapat berubah selama persalinan.Banyak ibu yang memilih posisi
tegak atau ambulasi pada kala I persalinan dan memilih berbaring saat persalinan berlangsung.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Pada Ibu bersalin


Tanggal pengkajian : Pukul :
Oleh : Tempat :

2.3.1 Pengumpulan Data


a. Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nama ibu : Nama suami :
Umur : Umur :
(umur maternal <20 atau > 35 tahun berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan)
Agama : Agama :
Suku / bangsa : Suku / bangsa :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat dan no. telp : Alamat dan no. telp :
No. Register

2. Keluhan Utama
Ibu dalam keadaan inpartu datang dengan keluhan :
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar.
c. Makin beraktivitas jalan kekuatan makin bertambah.
d. Pengeluaran lendir bercampur darah.
e. Pengeluaran cairan ketuban.
3. Alasan Kunjungan
Ibu datang sendiri atau dirujuk dukun bayi.

18
4. Riwayat Menstruasi
Siklus : n = 25 – 28 hr (± 28 hr)
Banyak : n = 2-4 kali ganti pembalut sampai hari ke-3 dan berkurang smpai hari
ke- 7
Lama : n = 3 – 8 hr
Sifat darah : n = encer, merah
HPHT :
TP : 37 minggu ≤ Usia Kehamilan ≤ 40 minggu.
5. Riwayat Obstetri lalu .
Su Kehamilan Persalinan Nifa Anak K
am s B
i k usia Peny Jenis Peno Tem Peny peny BBL J H/M lama
ke e ulit long pat ulit ulit (gr) K (umur disusui
)
1

- Jumlah gravida/ para mempengaruhi durasi persalinan (primigravida berlangsung lebih


lama dibandingkan multipara); disamping itu mempengaruhi kejadian komplikasi (pada
multipara terjadi peningkatan risiko abrupsio plasenta, plasenta previa, perdarahan
pasca partum, mortalitas maternal dan perinatal).
- Ukuran bayi sebelumnya membantu memperkirakan kesesuaian panggul dan janin,
membantu mengatasi IUGR, serta membantu menentukan jalan lahir untuk janin
sungsang.
- Jarak dengan kelahiran sebelumnya (jika lebih dari 10 tahun, kemungkinan persalinan
akan lama)
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Meliputi :Keluhan yang pernah dialami selama kehamilan dan penanganannya.
Jadwal kunjungan ANC (jml, tmpt)
Imunisasi TT
HE yang sudah di dapat
Penting untuk mengevaluasi faktor risiko obstetri, mengetahui medikasi dan penanganan
medis terakhir, bila ada, perlu mengetahui dokumentasi hasil pemeriksaan USG, serta
untuk mengevaluasi perjalanan kehamilan ini.
7. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit jantung ,hipertensi, asma, DM,
ginjal, hepatitis, maupun TBC.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah dan sedang menderita penyakit jantung , hipertensi,
asma, DM, ginjal, hepatitis, maupun TBC serta tidak ada riwayat kehamilan kembar.

19
9. Riwayat Psikososial
Perkawinan : pernikahan ke; lama menikah ......
Kehamilan yang direncanakan atau tidak.
Penerimaan kehamilan oleh ibu dan keluarga. Serta keputusan P4K (program
perencanaan pertolongan persalinan dan pencegahan komplikasi )

10. Data Fungsional Kesehatan.


Nutrisi : Data makan dan minum terkahir ibu.
Eliminasi : Data eliminasi terakhir ibu
Istirahat : Data istirahat terkahir ibu, berapa lama.
Aktifitas : Data aktivitas terakhir ibu.

11. Pola Kebiasaan


Merokok :dapat menyebabkan bayi dengan BBLR atau kurang normal
Alkohol :bayi menderita fetal alkohol syndrom
Narkoba :bayi lahir dengan withdraw syndrom
Obat-obatan :bayi cacat lahir
Jamu-jamuan : bayi lahir cacat
Binatang piaraan: infeksi toxoplasma

b. Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
TD : n = 90/60 – 120/80 mmHg
N : n = 60 – 100 x/m
RR : n = 12 – 20 x/m
Suhu : n = 36,5 – 37,5 oC
TB : n = > 145 cm
LILA : n = > 23,5 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : wajah tidak odeme, kelopak mata tidak odem, conjungtiva merah muda, sklera
putih.
Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kel. Tyroid
Abdomen : bekas SC/operasi tidak ada, pembesaran uterus sesuai UK, gerak anak, His
Awitan, frekuensi, dan durasi kontraksi (penting untuk menegaskandimulainya
persalinan, untuk membedakan persalinan murni/palsu)

20
Leopold I :tinggi fundus uteri untuk mengetahui umur kehamilan dan pada fundus
teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting
Leopold II :punggung teraba keras, memanjang seperti papan, bagian lainnya adalah
bagian kecil janin.
Leopold II : bagian terendah janin teraba keras, bulat, tidak melenting.
Leopold IV: divergen.
DJJ : n = 120 – 160 x/m dipunctum maksimum
TBJ : taksiran berat badan janin.
Genetalia:vulva dan vagina kebiruan, kebersihan baik, tidak ada oedema /varises, tidak
ada condilomatalata / akuminata, sekret.
VT tgl ;jam ; Oleh ;; cm, eff%, ketuban ;, konsistensi; Presentasi ; denomitator;
hodge.
VT  alasan untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung pada jalan lahir.
Adanya bercak darah merupakan tanda premonitori persalinan, peningkatan jumlah
bercak darah menunjukkan tahap kedua telah dimulai.
Status ketuban (pecahnya ketuban merupakan tanda premonitory persalinan;
dokumentasikan waktu pecahnya ketuban dan warna cairan ketuban)
Adanya perdarahan pervaginam merupakan temuan yang abnormal, kontraindikasi
untuk pemeriksaan dalam, memerlukan kolaborasi dengan dokter.
Anus dan perineum : tidak ada hemorroid dan luka bekas epis terdahulu
Ekstrimitas : atas, kanan-kiri : tidak ada odem bawah, kanan-kiri : tidak ada odem /
varises, R. patella +/+

2.3.2 Interpretasi Data


Diagnosa
G P A UK mg, A/T/H, let kep, punggung kanan / kiri, inpartu kala I fase aktif / laten,
jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik
Masalah

2.3.3 Diagnosa Potensial


Disesuaikan dengan kondisi patologis yang ditemukan.

2.3.4 Kebutuhan
Diberikan apabila diperlukan tindakan segera yang berkaitan dengan diagnose potensial.

21
2.3.5 Perencanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R/ Informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2. Meminta persetujuan (informed concent) ibu mengenai observasi dan pertolongan
persalinan
R/ informed concentsebagai medico legal dalam melakukan asuhan kepada klien
3. Bantu ibu mengatasi kecemasan dengan memberi dukungan pada saat proses
persalinan.
R/ Dengan memberi dukungan ibu akan merasa tidak sendirian dalam melalui
persalinannya.
4. Libatkan suami / keluarga untuk memberikan dukungan
R/ Dukungan dari suami dan keluarga akan menumbuhkan semangat dan memberikan
rasa aman dam nyaman sehingga proses persalinan dapat berjalan lancar.
5. Jaga privasi ibu dengan membuka badan ibu seperlunya
R/ Memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu dapat mempercepat proses persalinan.
6. Lakukan massage ringan pada daerah punggung ibu bagian bawah saat ada his
R/ Memberikan rasa nyaman dan mengurangi nyeri pad saat his.
7. Bimbing ibu untuk menarik napas panjang dan mengeluarkannya lewat mulut pada saat
ada kontraksi.
R/ Napas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak kaku dalam
menjalani persalinan
8. Anjurkan pada ibu miring ke sisi sebelah kiri
R/ Posisi miring ke kiri menghindari penekanan pada vena kava inferior agar peredaran
darah ibu tetep lancar.
9. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan makan dan minum.
R/ Bila kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi makaibu akan tetap mempunyai tenaga untuk
mengejan pada proses persalinannya.
10. Siapkan partus set, heacting set, pakaian bayi, pakaian ibu dan obat –obatan yang
diperlukan
R/ Kelengkapan dan kesiapan alat-alat pertolonganpersalinan akan memperlancar
proses pertolongan persalinan.
11. Observasi keadaan ibu dan janin, kemajuan persalinan menggunakan lembar observasi
dan partograf.
R/ Dengan mengobservasi keadaan tersebut dapat mengetahui sejauh mana persalinan
berlangsung dan dapat lebih cepat mengetahui apabila terjadi komplikasi dalam
persalinan.

22
12. Beri kesempatan ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk meneran
R/ ibu dapat memilih posisi yang efektif bagi dirinya sehingga dapat membantu
kemajuan persalinan.
13. Ajari ibu cara meneran yang benar
R/ Cara meneran yang benar akan mempercepat dan memperlancar proses persalinan.
14. Tolong kelahiran bayi dengan langkah APN
R/ langkah-langkah APN membantu petugas untuk melakukan pertolongan persalinan
dengan lebih sistematis dan mengupayakan pencegahan terjadinya komplikasi.
15. Lakukan manajemen aktif kala III
R/ penanganan yang benar pada kala III dapat mencegah terjadinya perdarahan post
partum
16. Fasilitasi bounding antara ibu dengan bayinya dengan membiarkan bayi melakukan
inisiasi menyusu dini.
R/ hubungan ibu dan bayi dalam jam-jam pertama persalinan meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu-bayi.
17. Bersihkan ibu
R/ memberikan kenyamanan pada ibu
18. Lakukan observasi kala IV persalinan.
R/ penilaian yang cermat pada dua jam pertama setelah persalinan dapat
menghindarkan ibu dari komplikasi perdarahan pasca persalinan.
19. Lakukan pendokumentasian
R/ sebagai media komunikasi antar petugas kesehatan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan

2.3.6 Pelaksanaan
Berdasarkan rencana penatalaksanaan

2.3.7 Evaluasi
Disesuaikan dengan kriteria hasil

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tgl Masuk : 06-03-2021


Jam : 06.00 WITA
Masuk Pengkajian : 06-03-2021 pukul 06.15 WITA

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


1. Identitas istri / suami
Nama : Ny. “K” Nama Suami : Tn. “J”
Umur : 40 tahun Umur : 28 tahun
Suku/bangsa : Toraja/Indonesia Suku/bangsa : Toraja/Indonesia
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Pattan
Ulusalu
2. Riwayat Menstruasi
HPHT : 27 – 5 – 2020 TP : 06 – 3 – 2021
Menarche : 15 tahun Siklus : 28 hari, teratur
Lama :5 hari Warna : merah kehitaman
Jumlah : sedang, dalam sehari 3x ganti pembalut
Konsistensi : encer Nyeri haid : tidak ada
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Selama ini memeriksakan kehamilan di Puskesmas Ulusalu rutin setiap bulan.
Sejak awal kehamilan tidak ada keluhan yang merupakan tanda bahaya kehamilan.
Gerakan janin terasa pada umur kehamilan 20 minggu.
Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi, istirahat, perubahan fisiologis kehamilan,
stimulasi janin dan tanda bahaya kehamilan
Terapi yang pernah didapatkan : tablet besi, dan kalsium.
4. Riwayat Obstetri

N Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas K


o Sua Ana U Pny Penolo Jenis Temp Pny Sek BB Hidu Ma Pny AS B
mi k ke K lt ng t lt s p ti lt I
1 1 1 36 Tdk Bidan Norm PKM - P 2700 H - - Ya √
- al gr
38

24
2 1 2 39 Tdk Bidan Norm Ruma - P 2500 H - - Ya √
al h gr

5. Riwayat Kesehatan Ibu


Tidak pernah menderita penyakit paru, DM, epilepsi, hati, psikosis, ginjal, malaria,
jantung, hipertensi, asma, diare lama dan PMS.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita jantung, hipertensi, DM, asma, ginjal,
hepatitis, maupun TBC serta tidak ada riwayat hamil kembar.
7. Data Fungsional Kesehatan
Nutrisi :minum air gula pada pukul 06.30 WITA Minum terakhir pukul 07.00
WITA 1 gelas air gula.
Eliminasi : BAK pukul 07.30 WITA dan BAB terakhir tanggal 05-03-2021 sore.
Aktifitas :berjalan jalan disekitar kamar bersalin
Istirahat : hanya dapat beristirahat di sela – sela kontraksi
8. Riwayat Psikososial dan Budaya
Merupakan pernikahan pertama dan lama pernikahan 17 tahun.
Merasa senang dengan kehamilan ini dan mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Tidak ada budaya yang dapat membahayakan ibu dan janin seperti :minum jamu dan
pijat perut

A. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
KU :baik, kesadaran : composmentis.
Tanda-tanda vital :
- TD : 120/80 mmHg - Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36,5oC - RR : 20 x/menit

Antropometri (data rekam medis) :


- TB : 152 cm Lila : 27,5 cm
- BB sebelum hamil : 59 kg BB saat ini : 65 kg
b. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak pucat dan tidak oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir tidak pucat dan lembab
Payudara : puting susu menonjol, kolostrum sudah keluar
Abdomen : Tidak terdapat bekas operasi, terdapat striae nigra dan linea
albicans

25
Leopold I : TFU 35 cm/101cm, pada bagian fundus teraba bulat, lunak
dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : pada sebelah kanan perut ibu teraba bagian datar, keras,
memanjang. Sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil janin.
Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras dan melenting tidak
dapat digoyangkan, bagian terendah janin adalah kepala.s
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul
DJJ : 140 x/menit
HIS : Frejuensi 4xdalam 10, durasi 40-45 detik.

Genetalia : terdapat pengeluaran lendir, tidak ada kondyloma, tidak ada


varises

Vaginal : V/V blood show (+), ketuban (+), Ø 8 cm, konsistensi lunak,
Toucher ketuban (+), presentasi kepala, penurunan Hodge III.
Anus : tidak ada hemoroid
Ektremitas : simetris, tidak oedema
atas
Ekstremitas : simetris, tidak oedema,refleks patella (+), tidak varises
bawah
c. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL


GIII PII A0 UK 40 minggu 3 hari, A/T/H inpartu kala I fase aktif, janin tunggal, hidup,
persentase kepala, keadaan ibu dan janin baik.

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI


Tidak ada

LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN


1) Jelaskan hasil pemeriksaan, ibu dan suami memahami.
Rasional: dengan menjelaskan yang baik, ibu dapat mengetahui keadaannya dan mnerima
setiap anjuran yang diberikan.

26
2) Observasi TTV, dan VT setiap 2-4 jam (kecuali nadi, His dan DJA tiap 30 menit)
Rasional : observasi TTV dan VT untuk memantau keadaan ibu dan kemajuan persalinan,
serta mempermudah dalam melakukan tindakan.
3) Ajarkan ibu teknik relaksasi dan distraksi, ibu dapat mengikuti
Rasional : memberi rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri dan memberikan suplay oksigen
yang cukup ke janin
4) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama persalinan
Rasional : kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi, mencegah
penekanan pada vena cavarior oleh uterus yang membesar, dan menghalangi penurunan
kepala serta memberikan perasaan yang tidak nyaman pada ibu.
5) Siapkan partus set dan obat, telah tersedia dalam keadaan baik dan sesuai standar.
Rasional : Agar penolong lebih muda dalam mengambil dan menggunakan alat saat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk menolong persalinan
6) Lakukan observasi sesuai partograf, tanda bahaya dan kemajuan persalinan, hasil terlampir.
Rasional : Merupakan standarisasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dan memudahkan
pengambilan keputusan
7) Observasi tanda dan gejala kala II
Rasional : untuk mengetahui kapan ibu memasuki tahap kala II persalinan

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
2. Mengobservasi TTV, dan VT setiap 2-4 jam (kecuali nadi, His dan DJA tiap 30
menit)
3. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan distraksi, ibu dapat mengikuti
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama
persalinan
5. Menyiapkan partus set dan obat, telah tersedia dalam keadaan baik dan sesuai standar.
6. Melakukan observasi sesuai partograf, tanda bahaya dan kemajuan persalinan,.
7. Mengobservasi tanda dan gejala kala II

LANGKAH VII. EVALUASI


1. Ibu mengerti bahwa keadaannya dan janinnya saat ini dalam keadaan baik sehingga
ibu merasa tenang dan kecemasan ibu berkurang.
2. TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 x/menit
S : 36,5oC S : 20 x/menit
DJA: 140x/menit - His : frekuensi 4kali dalam 10 menit,durasi 40-45 detik
3. Ibu mengerti dan sudah mampu melakukuan teknik relaksasi
4. Kandung kemih ibu kosong

27
5. Peralatan bahan – bahan, obat – obatn sudah disiapkan dan tempat serta penerangan
untuk bayi telah siap.
6. partograf telah diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan. Hasil terlampir
7. Adanya teknus, dorran, perjol,vulka

28
KALA I
Tanggal 06/03/2021 Jam: 06.15 WITA

S : Ibu datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri perut tembus kebelakang disertai
pengeluaran lendir dan darah.pengeluaran lendir dan darah pada pukul 00.00 Wita.ibu
mengatakan ingin BAB.
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 x/menit
S : 36.5oC P : 20x/i
Leopold I : TFU 35 cm/ LP: 101cm, pada bagian fundus teraba bulat,lunak dan tidak
melenting.
Lepold II : Pada sebelah kanan perut ibu teraba bagian datar, keras, memanjang.
Sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras dan melenting tidak dapat
digoyangkan.bagian terendah janin adalah kepala.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (Divergen).
HIS : Adekuat, frekuensi 4x dalam 10 menit, durasi 40-45 detik.
DJJ : (+) 140 x/mnt
Perineum menonjol (+), vulva membuka (+), anus membuka (+)
VT : v/v bloodslym+ketuban jernih, Ø 8 cm, ketuban (₊), presentasi kepala,
denominator UUK kanan depan, penurunan Hodge III.
A : GIII PIIA0 UK 40 minggu 3 hari A/T/H inpartu Kala I fase aktif.
P :
Tanggal/ Penatalaksanaan
jam
06/03/21
06.15 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan, ibu memahami.
WITA 2. Mengecek kembali kelengkapan alat partus dan obat, sudah disediakan
sesuai prosedur
3. Memantau DJJ di sela – sela kontraksi, DJJ : 140 x/mnt
4. Mengobservasi tanda penurunan kepala janin, vulva membuka,
perineum menonjol, diameter kepala 7-8 cm di vulva,
5. Memantau kebutuhan nutrisi ibu (makanan dan minuman): ibu belum
makan sejak pagi, ibu minum teh manis pada pukul 07.00 WITA
6. Mengajarkan ibu teknik relaksasi, ibu bersedia melakukan.

29
KALA II
Tanggal 06/03/2021 Jam: 08.00 WITA

S : Ibu mengatakan nyeri perut tembus belakang, adanya dorongan kuat untuk ingin
meneran.
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/menit
HIS : adekuat, frekuensi 4-5 kali dalam 10 menit, durasi 40-45 detik
DJJ : (+), 140 x/mnt.
Perineum menonjol (+), vulva membuka (+), anus membuka (+)
VT : v/v bloodslym+ketuban jernih, Ø 10 cm, ketuban (₊), presentasi kepala,
denominator UUK kanan depan, penurunan Hodge IV.
A : GIII PII A0 UK 40 minggu 3 hari, inpartu Kala II
P :
Tanggal/ Penatalaksanaan
jam
06/03/21
08.00 1. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
3. Memakai alat perlindungan diri seperti memakai celemek
plastik, topi, masker, kacamata, sepatu tertutup.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.handuk satu kali pakai/pribadi
yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (dengan
menggunakan sarung tangan DTT atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah DTT atau atau steril
tanpa mengontaminasi tabung suntik.
7. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi oleh air DTT

30
d) Jika mulut vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya
dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang.
e) Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi
dalam wadah yang benar-benar
f) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutandekontaminasi.
8. Dengan menggunakan tekhnik aseptik, melakukan
08.10 pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap. (Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan
amniotomi).ketuban pecah sendiri.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-160
kali/menit).
c) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal.b.
d) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semuahasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
patograf.
11. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan keadaan
janin baik.Membawa ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran :
e) Bimbing, dukung dan beri semangat

31
f) Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
g) Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
h) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
Rujuk jika belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran pada primigravida dan 60 menit
(1 jam) pada multigravida.
14.  Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.
15. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat sepertiga bagian di
bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set, perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
08.25 19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernafas cepat saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali
pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus

32
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Letakkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus
dapat berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit IM (Intra Muskular) dipaha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulah dari klem ke
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama(ke arah ibu).
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, yaitu: a.
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
di antara 2 klem tersebut. Lakukan pemotongan tali pusat
dalam waktu 2 menit, karena pada waktu itu masih ada
proses auto tranfusi. b. Mengikat tali pusat dengan klem

33
plastik/benang DTT. c. Melepaskan klem dan masukkan
dalam wadah yang disediakan
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika
ibu menghendakinya.
33. Penatalaksanaan aktif kala III
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu di tepi
atas simfisis untuk mendeteksi perlekatan plasenta pada
dinding uterus, sementara tangan yang lain menegangkan
tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya, kemudian ulangi
prosedur diatas. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik;
minta ibu , suami, atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang atas (dorso kranial) secara hati-hati. Melakukan
penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas
mengikuti poros jalan lahir (sambil tetap melakukan tekanan
dorso kranial).
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika terdapat
selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput, kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
38. Segera setelah plasenta dan selaput kertuban lahir, lakukan

34
masase uterus. Meletakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang
diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
tindakan masase.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta, baik bagian ibu maupun
bayi, pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta kedalam tempat khusus.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
persarahan aktif.
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan per vaginam
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%. Membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan kandung
kemih kosong.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik
(40- 60 x/menit).
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (selama 10 menit). Cuci
dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkan

35
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar, rendam dalam klorin 0,5%
selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi.
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep mata/tetes mata profilaksis
infeksi, vitamin K 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi, nadi dan
temperatur.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikaan suntikan
imunisasi hepatitis B dipaha kanan bawah lateral.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan handuk.
60. Dokumentasi (Lengkapi partograf)

36
KALA III
Tanggal 06/03/2021 Jam: 08.26 WITA

S : Ibu merasa lelah,ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah.


O : Keadaan umum: baik, kesadaran : Composmentis, Tinggi fundus uteri : setinggi pusat,
kontraksi uterus ibu baik, teraba bulat dan keras, pengeluaran darah, tali pusat
memanjang, kandung kemih kosong.
A : PIII, Kala III
P :
Tanggal/ Penatalaksanaan
jam
06/03/21
08.26 1. Meraba abdomen untuk memastikan tidak adanya janin kedua.
2. Menyuntikkan oksitosin di 1/3 anterolateral pada paha secara IM
dengan dosis 10 IU.
08.27 3. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat, tali pusat terpotong
dan terikat
08.28 4. Melakukan PTT, plasenta lahir spontan pada pukul 08.35 WITA
5. Melakukan masase fundus uteri sekaligus melakukan pengecekan
perdarahan, kontraksi uterus baik. perdarahan aktif dari luka perineum
6. Mengajarkan ibu cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
ibu memahami.
7. Memerikssa vagina dan perineum untuk memastikan adanya
laserasi.tidak ada laserasi pada vagina dan perineum.
8. Memeriksa kembali uterus dan memastikan uterus berkontraksi dengan
baik.
9. Pastikan bayi menyusu dengan baik.

37
KALA IV
Tanggal 06/03/2021 Jam: 08.50 WITA

S : Ibu merasa lelah dan bahagia


O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 120/90mmHg
Nadi : 88x/menit
S : 36,50C
P : 20x/menit
Kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri setinggi pusat, kandung kemih kosong.
Genitalia : perdarahan ± 150cc.
A : PIII kala IV
P :
Tanggal/ Penatalaksanaan
jam
06/03/21 1. Melakukan masase uterus agar berkontraksi dengan baik.
08.40 2. Memfasilitasi personal higieni ibu, ibu merasa nyaman
3. Dekontaminasi semua alat dalam larutan klorin 0,5%
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
5. Mengobservasi sampai 2 jam pp, hasil terlampir di partograf
6. Mencuci alat dan membuang sampah medis dan non medis, alat sudah
dicuci.

BAB IV
PEMBAHASAN

38
Berdasarkan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. “K” GIII PII A0 40 minggu 3
hari, inpartu kala I fase aktif, janin tunggal, hidup didapatkan beberapa data sebagai berikut :
Pengkajian data subyektif menunjukkan tanda – tanda persalinan yakni : rasa mulas
yang teratur, keluar lendir bercampur darah dan air ketuban yang merembes. Tanda subyektif
tersebut didukung dengan tanda obyektif pembukaan serviks.Tanda – tanda persalinan tersebut
sesuai dengan yang paparkan oleh Syarifudin (2009) yakni adanya kontraksi uterus dan
keluarnya lendir bercampur darah, dan terjadi pembukaan serta penipisan serviks.Tanda
subyektif tersebut didukung dengan tanda obyektif pembukaan serviks.
Usia kehamilan Ny. “K” adalah usia kehamilan aterm dan hal ini sesuai dengan
beberapa teori yang mengemukan etiologi persalinan yakni : penurunan oksitosin yang terjadi
pada akhir kehamilan, teori semakin tuanya plasenta menicu kontraksi rahim, pembesaran uterus
yang maksimal memicu kontraksi rahim dan teori iritasi mekanin yang disebabkan semakin
turunnya kepala janin pada usia kehamilan tua (Prawirohardjo, 2010).
Hasil pemeriksaan diperoleh data obyektif : TFU 35/101 cm, letak kepala, punggung
kanan, kepala, kontraksi uterus selama 10 menit , frekuensi 4x, durasi 40-45 detik, dan hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 8 cm, konsistensi lunak, ketuban positif, dan penurunan kepala
Hodge III. berdasarkan tahapan persalinan yang dipaparkan Syarifudin (2009), Ny. “K” dalam
tahapan Kala I dan fase aktif.Kala I persalinan merupakan waktu pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap.Dikatakan peningkatan pembukaan serviks adalah fisiologis,
apabila tidak melalui garis waspada.Pada saat kala I persalinan, ibu diperbolehkan memilih
posisi yang dirasa ibu paling nyaman, dan ibu memilih miring ke kiri.
Posisi berjalan dan berdiri tegak (upright position) selama kala I persalinan dapat
mengurasi durasi persalinan, menurunkan resiko persalinan secara secio sesaria, kebutuhan akan
anastesi epidural, dan tidak memiliki hubungan dengan peningkatan intervensi atau efek negatif
pada kesehatan ibu dan bayi (Lawrence et al.dalam Iravani, 2015).
Tetapi Souza et al.dalam Iravani (2015) menyatakan bahwa adopsi posisi tegak atau
ambulasi selama kala I persalinan mungkin aman, tetapi mengingat evidance base dan
konsistensi, posisi ini tidak selalu direkomendasikan sebagai intervensi yang efektif untuk
mengurangi durasi kala I persalinan.
Pemilihan posisi ibu dapat berubah selama persalinan.Banyak ibu yang memilih posisi
tegak atau ambulasi pada kala I persalinan dan memilih berbaring saat persalinan berlangsung.
Faktor psikologi terutama rasa nyaman ibu sangat diperlukan selama asuhan persalinan.Dalam
artikelnya, Iravani (2015) menyatakan bahwa ibu hamil dianjurkan memilih posisi ternyaman
selama kala satu persalinan dan menghindari posisi terlentang yang terlalu lama.

39
Sedangkan Kala II persalinan atau disebut juga kala pengeluaran terjadi selama kurang
lebih 60 menit pada multigravida dan 2 jam pada primigravida. Dimulainya Kala II persalinan
yakni ditandai dengan adanya keinginan ibu untuk meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan tekanan pada rectum dan vagina, sedangkan pemeriksa dapat melihat
penonjolan perineum, membukanya sfingter ani, pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat
bagian kepala bayi di introitus vagina (APN;2010). Berdasarkan sejak dimulainya pimpinan
persalinan hingga bayi lahir, lama Kala II persalinan Ny. “K” adalah selama 25 menit.
Dikarenakan menunggu penurunan kepala (descent) / Asinklitismus posterior pada bagian
simfisis ibu. (Litzman, kemudian dilanjutkan dengan Asinklitismus Anterior pada bagian
promontorium (Neagele) sehingga terjadinya Fleksi maksila atau disebut Sinklitismus.
Dukungan psikologis secara terus menerus memiliki manfaat yang bermakna secara klinis
bagi ibu maupun bayi.Semua ibu bersalin sebaiknya mendapatkan dukungan psikologis selama
persalinan dan kelahiran (Hodnett et al.dalam Iravani, 2015).
Hasil studi dari Zhang et al. menyatakan dukungan persalinan yang diberikan oleh
pendamping persalinan pada ibu muda, berpenghasilan rendah, primipara ternyata dapat
memperbaiki efek disfungsional aktivitas uterus atau memperbaiki kontraksi.Pada ibu dengan
dukungan persalinan yang baik merdampak bukan hanya memperpendek waktu persalinan,
tetapi penggunaan oksitosin, kebutuhan analgesik dan tingkat persalinan sesar berkurang secara
signifikan.Disamping itu ibu juga merasa tidak terlalu lelah selama dan setelah persalinan serta
merasa lebih puas.
Pimpinan persalinan dilakukan dengan mengajarkan ibu teknik meneran yang benar,
menganjurkan meneran saat ada dorongan alamiah selama kotraksi, pemenuhan posisi ibu yang
nyaman saat bersalin juga membantu ibu mengurangi rasa sakit yang dirasakan.Pada saat
dipimpin mengejan, ibu tampak lemas karena ibu hanya minum susu sebagai sumber
nutrisi.Untuk memperbaiki kondisi ibu dan menambah tenaga ibu untuk mengejan maka
ditambahkan nutrisi intravena.
Setelah bayi lahir kemudian dilakukan penilaian BBL secara cepat yang terdiri dari :
warna kulit, gerak dan tangis bayi. Segera setelah bayi lahir dilakukan manajemen aktif kala III
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya HPP karena plasenta yang tertinggal atau tidak segera
lahir. Jumlah perdarahan, konsistensi uterus, kekuatan kontraksi, serta kondisi ibu diobservasi
selama 2 jam setelah persalinan berlangsung, yang disebut dengan Kala IV persalinan.
Berdasarkan asuhan yang telah diberikan pada Ny. “K”, langkah – langkah pertolongan
persalinan telah sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal dan telah diberikan secara
evidance-based.

BAB V
PENUTUP

40
5.1 Kesimpulan
1. Persalinan merupakan proses dimulai dari pembukaan dan penipisan serviks disusul
dengan kelahiran bayi dan plasenta.
2. Asuhan persalinan yang dilakukan sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal.
3. Asuhan yang diberikan didokumentasikan dengan 7 Langkah Vaney dan SOAP

5.2 Saran
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan dapat
menambah kajian baru serta dapat dijadikan rujukan untuk penyusunan laporan yang
akan datang
2. Bagi tempat praktik
Dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan dan selalu berperan aktif terhadap proses penelitian dan pendidikan.
3. Bagi mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk
menyusun laporan yang akan datang.

5.3. Lampiran : Partograf

41
42
43
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2007. National Collaborating Centre for Women's and Children's Health (UK).
Intrapartum Care: Care of healthy women and their babies during childbirth. NICE
Clinical Guidelines, No. 55. London : RCOG Press [PubMed]

Fitriahadi & Utami. (2019). Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri Persalinan.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Freedman L, Graham WJ, Brazier E, Smith JM, Ensor T, Fauveau V. 2007. Practical lessons
from global global safe motherhood initiatives. Lancet 370 : 1381 – 1391 [Pubmed]

Hodnett ED, Gates S, Hofmeyr GJ, Sakala C. 2013. Continous support for women during
childbirth. Cochrane Database Syst Rev [Pubmed] diakses pada 2 November 2018

Iravani M, Mohsen J, Masoud B. 2017. An overview of systematic reviews of normal labor and
delivery management. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research [Pubmed]
diakses pada 2 November 2018

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Info DATIN : Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta :Kemenkes RI.

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. (ed). 2008. Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. (ed). 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Cetakan I. Jakarta : EGC.

Pengurus Pusat IBI. (2016). Modul Midwifery Update.Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakart : PT. Bina Pustaka

Sakala C, Corry MP. 2008. Evidance-based maternity care : what it is and what it can achieve.
New York : Milbank Memorial Fund. http://www.childbirthconnection.org

Sandall J, Soltani H, Gates S, Shennan A, Devane D. Midwife-led versus other models of care
for childbearing women. Cochrane Database Syst Rev 2013 (12). [Pubmed]

Sulfianti, dkk. (2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan Cetakan I, Yayasan Kita Menulis,
ISBN : 978-623-6761-67-0
WHO, 2017. Oldest People in Report. www.who.int,
Yulizawati, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan, Edisi Pertama.
Sidoarjo, Indomedia Pustaka

Zhang J, Bernasko JW, Leybovich E, Fahs M, Hatch MC. 1996. Continous labor support from
labor attendant for primiparous women : A meta-analysis. Obstet Gynecol [Pubmed]
diakses pada 2 November 2018

44

Anda mungkin juga menyukai