LP Dan Askep Stase KMB Purandi Nakalelu
LP Dan Askep Stase KMB Purandi Nakalelu
LP Dan Askep Stase KMB Purandi Nakalelu
OLEH :
Purnadi Nakalelu
2022-04-14901-055
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang
akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari
bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Takesi Arisandy, Ners.,M.Kep Selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Ocvilien Chornelyn, S.Kep.Ners Selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Isna Wiranti, S.Kep.,Ners selaku koordinator praktik program studi
profesi ners.
6. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan LaporanAsuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu..
Palangka Raya 5 November 2022
Mahasiswa
Purnadi Nakalelu
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA4
1.1 Konsep Pneumonia4
1.1.1 Definisi Pneumonia4
1.1.2 Anatomi fisiolog....................................................................................5
1.1.3 Etiologi6
1.1.4 Klasifikasi7
1.1.5 Patofisiologi8
1.1.6 Manfestasi klinis10
1.1.7 Pemeriksaan penunjang12
1.1.8 Komplikasi12
1.1.9 Penatalaksanaan14
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan18
1.2.1 Pengkajian18
1.2.2 Diagnosa Keperawatan22
1.2.3 Intervensi Keperawatan23
1.2.4 Implementasi Keperawatan28
1.2.5 Evaluasi Keperawatan28
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN30
2.1 Analisis Data30
2.2 Prioritas Masalah43
2.3 Rencana Keperawatan46
2.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan48
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................59
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru-paru adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
3
Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang
disebut mediastinum (Evelyn, 2009)
Menurut (Juarfianti, Engka, J. N., & Supit, S. 2015) sistem pernafasan
manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan bagian atas dan pernafasan
bagian bawah.
1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat
epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan
mengandung sel basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan
inferior. Lamina propria pada mukosa hidung umumnya mengandung
banyak pleksus pembuluh darah.
2. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan
lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel
penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.
3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang
tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus:
maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.
4. Faring Lanjutan
posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat
bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring,
dan laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi,
sedangkan orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa
faring tidak memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal,
mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan
ikat interstisiel. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng,
mengandung kelenjar mukosa murni.
4
5. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak
antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan
krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus
intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan
fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki
epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk
suara, dan menutup trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan
mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara).
Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat
mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot
suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior.
Inervasi: N Laringealis superior
6. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh
jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa,
epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.
7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki
primer bercabang menjadi bronki lobar bronki segmental bronki
subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin
berupa lempeng tulang rawan tidak teratur. Makin ke distal makin
berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama sekali. Otot polos
tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang.
Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast,
eosinofil.
8. Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan,
tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan
jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia
(sel Clara). Lamina propria tidak mengandung sel goblet.
5
9. Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan :
epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis
(alveoli).
10. Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli
bermuara.
11. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara
yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa
antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri
sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe
II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 %
alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 %
alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya
lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin,
memilki badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan
pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada
akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial.
Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa
tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar
disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan
besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.
12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat
elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral,
yang melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas
mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n.
frenikus dan n. interkostal.
6
Menurut Alsagaff (2015) sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses,
yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam
paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan daridalam paru ke atmosfer. Agar
proses ventil asi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot
pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.
1.1.3 Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism gram
positif : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza,
Klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. (Padila, 2013)
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus. (Padila, 2013)
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan
pada kotoran burung, tanah serta kompos. (Padila, 2013)
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)
1.1.4 Klasifikasi
Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan
epidemilogi serta letak anatomi.
a. Klasifikasi
pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
7
1.1.5 Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber
patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang
dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan
invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam,
lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan
imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen
akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.Proses infeksi
8
dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat
melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia,
dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler
(leukosit,
Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur, protozoa, atau riketsia,
pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia
terjadi akibat aspirasi. Pada klien yang diintubasi, kolonisasi trakhea dan terjadi
mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan atas yang terinfeksi. Tidak semua
kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia. Mikroorganisme dapat mencapai paru
melalui beberapa jalur :
a. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
b. Mikroorganisme dapat juga terinpirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
c. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
d. Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi
Pengertian: pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasannya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan 9
disertai dengan sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti jamur, virus dan bakteri.
Manifestasi klinis :
i. Efusi pleura
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya, diagnosis dari pneumonia aspirasi bersifat klinis. Namun
beberapa pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk membedakan kasus
pneumonia akibat infeksi dengan pneumonitis noninfeksi. Pemeriksaan radiologis
juga diperlukan dalam mendiagnosis pneumonia aspirasi, namun tidak
ditemukannya gambaran abnormal tidak serta merta menyingkirkan kemungkinan
diagnosis.
1) Rontgen Toraks
Rontgen toraks pada pneumonia aspirasi dapat menunjukkan adanya
infiltrat, konsolidasi, kavitas, efusi pleura, atau gambaran lain yang
berprogesi lebih lambat. Lokasi tersering adalah lobus sebelah kanan.
Gambaran rontgen toraks yang normal ditemukan pada 28% pasien
dengan pneumonia aspirasi.
Jika ditemukan kavitas, perlu dicurigai adanya infeksi bakteri anaerobik.
Adanya lusensi di dalam infiltrat menunjukkan pneumonia
necrotizing. Air fluid level juga bisa ditemukan apabila terjadi komplikasi
berupa abses paru.
2) Laboratorium Darah
Pada pemeriksaan darah lengkap dapat ditemukan leukositosis. Anemia
dan trombositosis dapat ditemukan pada infeksi bakteri anaerob.
3) Pada analisis gas darah dapat dievaluasi pH darah dan status oksigenasi.
Status oksigenasi ini dapat menjadi dasar untuk terapi suplementasi
oksigen.
4) Kultur Sputum dan Pewarnaan Gram
Kultur sputum pada umumnya menunjukkan adanya bakteri multipel.
Sampel kultur diambil sebelum pemberian antibiotik dan tidak menjadi
dasar untuk menunda terapi
5) Kultur Darah
Kultur darah dapat berguna sebagai skrining adanya bakteremia, tetapi
tidak menjadi dasar untuk menunda terapi. Sampel sebaiknya diambil
sebelum pemberian antibiotik.
12
6) Bronkoskopi
Bronkoskopi hanya diindikasikan bila diduga ada benda asing atau
partikel makanan yang teraspirasi. Adanya neoplasma yang
menyebabkan obstruksi juga dapat diidentifikasi melalui bronkoskopi.
Bronkoskopi juga dapat digunakan untuk pengambilan sampel
kultur. Bronchoalveolar lavage yang didapatkan melalui bronkoskopi
selain dapat menentukan pemberian antibiotik definitif, dapat juga
menjadi sarana untuk menghentikan pemberian antibiotik bila tidak
didapatkan pertumbuhan mikroba yang signifikan.
7) CT Scan Toraks
Pemeriksaan CT scan toraks bukan pemeriksaan yang rutin dilakukan
untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi. CT scan mungkin berguna bila
dikerjakan pada pasien dengan komplikasi efusi pleura atau empyema.
2. Non Farmakologi
Aromaterapi merupakan tindakan terapautik dengan menggunakan
minyak esensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan
psikologi sehingga menjadi lebih baik. Ketika esensial dihirup, maka
molekul akan masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik
adalah daerah yang mempengaruhi emosi dan memori serta secara
langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-
bagian tubuh yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress
memori, keseimbangan hormon, dan pernafasan. Pesan yang diantar ke
seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan
substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, tenang atau
terangsang.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn
evaluasi pada pasien setelah dilakukan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. T
Umur : 33 Tahun
Agama : Kaharingan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status :-
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Suku bangsa : Dayak
Alamat : Jangkang
Tanggal Masuk : 12 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 01 November 2022
No. Register : 29.27.43
Diagnose medis : pneumonia Thorax
23
24
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya
dengan rumah sakit dan menjalani terapi untuk pengobatan TB paru
tetapi klien putus minum obat pada November 2021 hanya diminum
1 bulan saja.
3) Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum ber alcohol
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien, serta tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi dll.
d. Diagnose medis dan therapy
Di diagnose Medis : Pneumonia thorax dengan terapi infus Nacl 15 tpm, inj
kalnex 500 mg , inj ranitidin 50 mg, inj vanco 3x1 gr, inj hydrocortisone 3x1g.
26
3. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien BAB lancer, tidak ada
kendala tidak ada diare.
Saat sakit :
Klien mengatakan BAB, bahkan hanya 2 kali dalam sehari bahkan
tidak ada BAB, konsistensi lembek
2) BAK
Sebelum sakit:
Klien mengatakan BAK sebelum sakit lancer tidak ada kendala
Saat sakit:
Klien mengatakan kesulitan untuk pergi kekamar kecil jika ingin
BAK jadi harus dibantu saat ingin BAK kekamar kecil oleh
keluarga klien
4. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Penilaian:
0 1 2 3 0: Mandiri
Perawatan diri
Makan dan minum 1: Kergantungan minimal
2: Keteragntungan parsial
Mandi 3: Ketergantungan total
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Klien mengatakan badan terasa lemas, klien tampak lemah, aktivitas
dibantu oleh keluarga.
28
2) Latihan
Sebelum sakit
klien mengatakan sebelum sakit klien bisa melakukannya secara
mandiri
Saat sakit
Setelah sakit klien hanya ketergantungkan dengan kedua orang
tuannya
5. Pola kognitif dan perseptual sensori
Kognitif
Sebelum sakit:
Klien mengatakan mengetahui bahwa dirinya sedang dirawat
dirumah sakit
Saat sakit:
Klien mengatakan masih tetap bisa berbahasa jelas, mengingat
sesuatu dan berpikir.
Persepsi
Sebelum sakit:
Klien mengatakan selalu berpikir yang baik baik saja
Saat sakit:
Klien mengatakan selalu berpikir ingin cepat sembuh dan klien
menyerahkan perawatannya kepada perawat di ruangan.
6. Pola persepsi diri dan Konsep diri
Persepsi diri:
Sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu bisa beraktivitas setiap
hari
Saat sakit:
Klien mengatakan menerima kenyataan dengan keadaannya saat ini
29
Konsep diri
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien merasa yakin terhadap kemampuannya sendiri
dalam melakukan apapun
Saat sakit:
Setelah sakit klien memahami diri dengan kondisinya sekarang yang
membutuhkan perawatan dari tim medis
7. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien tidur malam 9 jam, tidur siang 1-2 jam
Saat sakit:
Saat sakit klien sulit tidur tidur malam hanya 4 jam dan sering
terbangun, tidak tidur siang pada siang hari menit
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien selalu bersikap baik dengan anggota keluarga dan
orang lain
Saat sakit:
Setelah sakit klien masih tetap bersikap baik dengan keluarga, orang
sekitar, dan dengan tim medis
9. Pola seksual-reproduksi:
Sebelum sakit :
Pada saat sehat klien mengatakan alat vitalnya normal tidak ada gatal
ataupun jamuran
Saat sakit :
Pada saat sakit pun klien mengatakan alat vitalnya normal tidak ada
gatal dan jamuran
30
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher: (kepala,rambut,hidung,telinga,mata,mulut dan
leher)
Inspeksi : kepala simetris, tidak ada benjolan, lesi atapun luka,
rambut bersih, hidung simetris tidak terdapat luka, telinga simetris
tidak ada sumbatan, mata simetris tidak ada kelainan pupil mengecil
ketika terkena cahaya, seklera berwarna putih, konjungtiva normal,
mulut bersih,gigi lengkap, lidah lembab, membrane mukosa lembab,
tidak ada luka ataupun radang, leher normal tidak ada hambatan
gerak dan tidak ada pembengkakan pada area leher, tidak ada
distensi vena jugularis.
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau nyeri ketika di palpasi di
sekitar area kepala, hidung, telinga, mata dan leher.
2) Dada:
1. Paru:
Klien mengtakan merasa sedikit sesak napas
Inspeksi : Napas pendek, pernapasan cuping hidung,
pernafasan dada, sesak nafas, irama nafas tidak
teratur, dada tampak simetris
Palpasi : tidak ditemukan ada benjolan, simetris
Perkusi : suara hipersonor dengan nada rendah pada paru
sebelah kanan
Auskultasi : terdapat suara napas tambahan wheezing +
2. Jantung:
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada benjolan atau luka di
area jantung pergerakan dada teratur, tidak sianosis
Palpasi : tidak ada nyeri dada, akral teraba hangat
Perkusi : tidak ada nyeri dada
Auskultasi: suara jantung normal Lup dup (S1 S2 tunggal)
32
5) Terapi farmakologi:
Obat Dosis Indikasi
Infus Ringer 500ml Digunakan untuk mempertahankan hidrasi
Lactate + drip pasien rawat inap yang tidak dapat
KCL 25 ml (4 x menahan cairan,atau mengembalikan
pemberian) cairan tubuh, Kalium klorida atau
potassium chloride (KCl) merupakan
mineral penting yang membantu ginjal,
jantung, dan saraf bekerja dengan baik.
Kalium klorida berperan dalam menjaga
isotonisitas cairan intraseluler dan
ekstraseluler, keseimbangan cairan, dan
keseimbangan pH.
Inj Lansoprazole 2x1 mg obat untuk mengatasi kondisi yang
berkaitan dengan peningkatan asam
lambung.
Injeksi fartison 100mg memiliki kandungan hydrocortisone.
2x1 ng Fungsi Fartison antara lain sebagai terapi
pengobatan endokrin, rematik, gangguan
kulit, alergi, gangguan hematologi,
penyakit terkait sistem pernapasan, edema,
dan TB meningitis.
Injeksi phenytoin 2 ml untuk mengendalikan kejang pada
Sodium 1x1 penderita epilepsi. Obat ini juga digunakan
untuk mengatasi trigeminal neuralgia,
serta mencegah dan menangani kejang
yang terjadi selama atau setelah prosedur
bedah saraf
Mahasiswa
Purnadi Nakalelu
37
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
S : klien mengatakan sesak Infeksi/Pneumonia Pola nafas tidak
nafas
efektif
DO : Kerja sel gobet meningkat
Klien tampak lemas
Suara nafas klien PO2 menurun
wheezing+
Irama nafas tidak teratur
klien tampak sesak Pertukaran O2 terganggu
Klien terpasang oksigen
nasal 3 L/menit
Nafas pendek Sesak
Tipe pernafasan dada
Pernafasan cuping hidung
Pemeriksaan sputum
+BTA, Gram Jamur Pola nafas tidak efektif
WBC 17,51+
Posisi klien semi fowler
TTV:
TD :83/64 mmHg
S :36,6 ˚C
N : 108 x/menit
RR : 27 x/menit
38
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
S : “klien mengatakan Batuk Defisit Nutrisi
klien makan hanya 2
sendok saja”
Kelelahan
DO :
Klien tampak pucat
Nafsu makan menurun
Klien tampak kurus
Tubuh klien tremor
BB 35 kg Defisit Nutrisi
IMT 13,89 dibawah
normal
Porsi makan tidak
dihabiskan
ANALISIS DATA
39
PRIORITAS MASALAH
No Rencana Perawatan
Hari/ tgl Diagno Ttd
sa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Selasa Dx 1 SLKI (L.01004 Hal. Pemantauan Respirasi (SIKI 1. Mengetahui tanda tanda
1 95) I.01014 Hal.247) vital klien
November Setelah di lakukan 1. Monitor tanda tanda vital 2. Mengetahui kemampuan
2022 perawatan selama 1x7 2. Monitor pola napas frekuensi, bernapas klien
jam diharapkan jalan kedalaman, usaha napas 3. Mengetahui apakah ada
nafas membaik dengan 3. Monitor bunyi napas tambahan suara napas tambahan
kriteria: wheezing, ronchi pada klien
1. Produksi sputum 4. Posisikan klien semi fowler 4. Membantu meringkan
cukup menurun atau fowler sesak napas klien dan
dengan nilai 4 5. Atur interval waktu sesuai upaya napas
2. Wheezing cukup kondisi klien 5. Mengumpulkan dan Purnadi
menurun dengan 6. Jelaskan tujuan dan prosedur menganalisa pernapasan Nakalelu
nilai 4 pemantauan klien
3. Frekuensi napas 6. Memberikan informasi
membaik dengan terkait prosedur
nilai 5 pemantauan
4. Pola napas
membaik dengan
nilai 5
5. Ronkhi menurun
dengan nilai 5
42
No
Rencana Perawatan
Hari/ tgl Diagn Ttd
o Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Selasa Dx 3 SLKI (L.05047 Hal. 149) Terapi Aktivitas (SIKI. I05186. 1. Mengetahui tingkat
1 Setelah di lakukan Hal.415) aktivitas apasaja yang
Novemb perawatan selama 1 x 7 1. Identifikasi defisit tingkat tidak mampu dilakukan
er 2022 jam diharapkan teratasi, aktivitas oleh klien
dengan kriteria: 2. Identifikasi kemampuan 2. Mengetahui aktivitas
1. Frekuensi nadi sedang berpartisipasi dalam aktivitas yang seperti apa yang
dengan nilai 3 tertentu mampu dilakukan oleh
2. Saturasi oksigen 3. Libatkan keluarga dalam klien
membaik dengan nilai 5 aktivitas 3. Membantu klien dalam Purnadi
3. Keluhan lelah cukup 4. Jadwalkan aktivitas dalam melakukan aktivitas Nakalelu
menurun dengan nilai 4 rutinitas sehari-hari sehari-sehari
4. Perasaan lemah sedang 5. Jelaskan metode aktivitas fisik 4. Meningkatkan
dengan nilai 3 sehari-hari kemampuan klien dalam
5. Frekuensi nafas 6. Ajarkan cara melakukan melakukan aktivitas rutin
membaik dengan nilai 5 aktifitas yang dipilih seperti setiap hari
ROM 5. Supaya klien mengetahui
manfaat dan tujuan dari
pemberian aktivitas
ringan selama sakit
6. Membantu pergerakan
klien agar massa otot
tidak mengecil dan
pergerakan tidak kaku.
44
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N Hari/tgl/ No Evaluasi Proses.
Tindakan Keperawatan Ttd
o Jam Dx Pukul 22:40 WIB
1 Selasa DX 1. Memonitor tanda tanda vital S : Klien mengatakan masih sesak
1 2. Memonitor pola napas frekuensi, kedalaman, nafas
1
november usaha napas O:
2022 Klien tampak lemas
3. Memonitor bunyi napas tambahan wheezing,
Suara nafas klien wheezing+
ronchi
Irama nafas tidak teratur
4. Memposisikan klien semi fowler atau fowler
klien tampak sesak
Pukul 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Klien terpasang oksigen nasal 3
21:32 6. Berkolaborasi pemberian injeksi obat IV L/menit
fartison 100 mg 2x1, Phenytoin sodium 2 ml Nafas pendek
WIB 1x1, Omeprazole sodium 40 mg 2x1 , Purnadi
Tipe pernafasan dada
mecobalamin 500 mg 2x1 Nakalelu
Peranfasan cuping hidung
Pemeriksaan sputum +BTA,
Gram Jamur
WBC 17,51+
Posisi klien semi fowler
TTV:
TD :101/74 mmHg
S :37 ˚C
N : 57 x/menit
RR : 26 x/menit
A : Pola napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 4 dan 5
45
46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
No Evaluasi Proses
No tgl/ Tindakan Keperawatan Ttd
Dx Pukul 22:40 WIB
Jam
2 Selasa Dx 2 1. Menciptakan lingkungan yang optimal S: Klien mengatakan hanya
1 pada saat mengonsumsi makanan seperti menghabiskan 2 sendok makan saja
Nove lingkungan bersih, dan bebas dari bau O:
mber yang menyengat. Klien tampak pucat
2022 2. Memberikan edukasi untuk keluarga untuk Klien tampak kurus
melakukan oral hygiene pada pasien
Tubuh klien tremor
terkait dengan perawatan mulut sebelum
makan BB 35 kg
Pukul 3. Menganjurkan keluarga untuk membawa IMT 13,89 dibawah normal Purnadi
21:32 makanan favorit Porsi makan tidak dihabiskan
4. Berkolaborasi pemberian inj. OMZ 2x1 Nakalelu
A: Defisit nutrisi
WIB
P: Lanjutkan intervensi, 1,2, dan 3.
47
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ No Evaluasi Proses
No Tindakan Keperawatan Ttd
Jam Dx Pukul 05:30
3 Selasa Dx 3 Tindakan diberikan jam 21:32 WIB S: klien mengatakan susah untuk
1 1. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas melakukan aktifitas seperti biasa
Novemb 2. Mengidentifikasi kemampuan berpartisipasi
er 2022 O:
dalam aktivitas tertentu
3. Melibatkan keluarga dalam aktivitas Aktifitas klien dibantu
4. Menjadwalkan aktivitas dalam rutinitas Kemampuan perawatan diri
Pukul sehari-hari klien untuk mandi
05:30 5. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari ketergantungan parsial nilai 2
Kemampuan perawatan diri
WIB
klien untuk toileting minimal
nilai 2 Purnadi
Kemampuan perawatan diri Nakalelu
klien untuk berpakaian minimal
nilai 1
Kemampuan perawatan diri
klien untuk berpindah 1
A: Intoleransi aktivitas
P: Lanjutkan intervensi, 1,2,3,dan 4
EVALUASI KEPERAWATAN
48
Hari/tgl/ No
No Evaluasi Ttd
Jam Dx
1 Selasa Dx 1 S : Klien mengatakan masih merasa sesak sedikit
2 November
O:
2022
Posisi klien semi fowler
Terapi oksigen klien nasal kanul 4 L/
Suara nafas wheezing +
Pukul 05:30 Suara nafas Ronkhi +
WIB Klien masih tampak lemas Purnadi
Klien tampak lemah Nakalelu
Klien tampak pucat
SPO2 klien 100%
TTV
TD: 140/78mmhg
N: 78x/menit
S: 36, 2°C
RR: 22x/menit
A : Pola Napas Tidak Efektif
P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitor tanda tanda vital
2. Memonitor pola napas frekuensi, kedalaman, usaha napas
3. Memonitor bunyi napas tambahan wheezing, ronchi
Jam Dx
3 Selasa Dx 2 S : Klien mengatakan nafsu makan masih tidak ada karena sering
2 November batuk
2022 O:
Klien tidak menghabiskan makanannya
Klien tampak memahapi pentingnya asupan gizi dengan makan
Pukul 05:35 makanan seperti sayur, buah, daging, dan telur
Purnadi
WIB Berat badan klien tidak ada penambahan Nakalelu
IMT klien masih 13,89
Keluarga klien disarankan untuk membawa makanan kesuakaan
klien
A: Defisit Nutrisi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengonsumsi
makanan (misalnya, lingkungan bersih, berventilasi, santai,
dan bebas dari bau yang menyengat).
2. Melakukan oral hygiene pada pasien terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
3. Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit
50
DAFTAR PUSTAKA