Bab 2
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang dapat membawa virus Dengue
nyamuk genus Aedes. Nyamuk Aedes Aegypti saat ini masih menjadi vector atau
pembawa penyakit demam berdarah yang utama. Selain dengue, Aedes Aegypti
juga merupakan pembawa virus demam kuning ( yellow fever ) dan chikungunya.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Dipetera
Famili : Culicinae
Genus :Aedes
Spesies :Aedes aegypti
telur, jentik, pupa, dan nyamuk dewasa. Tahap tahap metamorphosis nyamuk
7
8
. a. Stadium Telur
Aedes aegypti betina mampu bertelur sebanyak 80-100 butir setiap kali
bertelur. Pada waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih, dan berubah
menjadi hitam dalam kisaran waktu 30 menit. Gambar 2.1 Telur Aedes aegypti
berbentuk lonjong, berukuran kecil dengan panjang sekitar 6,6 mm dan berat
0,0113 mg, mempunyai torpedo, dan ujung telurnya meruncing. Jika dilihat
b. Stadium Larva
Telur akan menetas menjadi larva, larva Aedes aegypti terdiri dari 4
stadium yaitu larva instar I, instar II, instar III dan instar IV. Larva akan menjadi
pupa dalam waktu sekitar 7-9 hari. Tubuh larva terdiri dari kepala, dada dan perut.
Terdapat beberapa bagian tubuh yang menjadi ciri khas dari larva Aedes aegypti,
salah satunya terdapat pada bagian perut larva, bagian perut larva tersusun atas 8
segmen. Pada segmen ke VIII dari perut larva, akan didapatkan adanya duri sisir,
duri sisir yang terdapat pada larva Aedes aegypti memiliki duri samping
Larva Aedes aegypti memiliki sifon, sifon terletak pada akhir segmen
perut. Sifon berfungsi sebagai alat pernafasan, sifon Aedes sp berbeda dengan
sifon Culex sp. Sifon pada Aedes sp memiliki ukuran yang lebih pendek jika
dibandingkan dengan sifon Culex sp. Selain itu, sifon pada Aedes sp hanya
memiliki sebuah siphon hair sementara Culex sp memiliki lebih dari satu siphon
hair. Masing- masing stadium larva juga miliki perbedaan dari ukuran tubuhnya.
Larva instar I akan memiliki panjang sekitar 1-2 mm. Larva instar II akan
memiliki panjang sekitar 2,5-3,9 mm sementara untuk larva instar III dan IV
tubuh larva pun akan berkembang seiring perkembagan larva tersebut. Bagian-
bagian tubuh larva pada instar III dan IV akan lebih terlihat jika dibandingkan
Larva Aedes aegypti dapat begerak-gerak lincah aktif serta sangat sensitif
terhadap rangsangan getar dan cahaya, saat terjadi rangsangan, larva akan segera
gerakan naik kepermukaan air dan turun kedasar wadah secara berulang. Larva
mengambil makanan di dasar wadah, oleh karena itu, Larva Aedes aegypti disebut
pemakan makanan di dasar (bottom feeder). Makanan larva berupa alga, protozoa,
bakteri, dan spora jamur. Pada saat larva mengambil oksigen ke udara, larva
menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah badan larva
berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air (Setyowati, 2013).
10
c. Pupa (kepompong)
sehingga tampak seperti tanda baca ‘’koma’’. Pada segmen ke-8 terdapat alat
dari udara maupun dari tumbuhan. Pada segmen perut ke-8 terdapat sepasang alat
pengayuh yang berguna untuk berenang, dan dua segmen terakhir melengkung ke
ventral yang terdiri dari brushes dan gills. Posisi pupa pada waktu istirahat sejajar
(lingkungan). Tahap pupa, lebih sering berada di permukaan air sebab mempunyai
alat apung di bagian toraks dan lebih tenang serta tidak makan (Susanna, 2011).
11
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki tubuh yang kecil terdiri dari 3
bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdoman). Nyamuk jantan
pada umumnya memiliki ukuran lebih kecil dibanding dengan nyamuk betina dan
dominan hitam kecoklatan dengan bercak putih di bagian badan dan kaki. Kedua
ciri ini dapat diamati doleh mata telanjang. Umur nyamuk jantan kurang lebih 1
minggu, dan umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Nyamuk Aedes
aegypti lebih suka hinggap di tempat yang gelap dan pakaian yang tergantung,
Pada saat hinggap, posisi abdomen dan kepala tidak dapat satu sumbu. dan biasa
menggigit/menghisap darah pada siang dan sore hari sebelum gelap. Nyamuk
Aedes aegypti lebih suka menggigit manusia dan hewan lain (anthropophilik) dan
memilki jarak terbang nyamuk (flight range) kurang lebih 100 meter (Putri, 2015).
12
stadium yaitu telur, larva, pupa, nyamuk dewasa. Nyamuk betina meletakkan
telurnya diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat
perindukannya. Stadium telur, larva dan pupa hidup di air. Pada umumnya, telur
akan menetas menjadi larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air.
Stadium larva biasanya berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur
bahwa rata-rata waktu yang diperlukan dalam stadium larva pada suhu 270C
adalah 6,4 hari dan pada suhu 23-260C adalah 7 hari. Stadium pupa yang
dewasa. Dalam suasana yang optimal perkembangan dari telur menjadi dewasa
Aedes aegypti menghisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan
pada siang hari yang dilakukan didalam rumah maupun di dalam rumah. Untuk
menjadi kenyang nyamuk betina akan menghinggap dan menghisap darah 2-3 kali
hingga kenyang, penghisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan
dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (jam 8.00-12.00) dan sebelum
sementara, yaitu istirahat pada saat nyamuk masih aktif mencari darah, selama
terdapat kondisi yang optimum untuk beristirahat, setelah itu akan bertelur dan
menghisap darah lagi. Tempat yang disenangi nyamuk untuk untuk hinggap
lembab, dan sedikit angin. Nyamuk Ades aegypti biasa hinggap beristirahat pada
baju-baju yang bergantungan atau benda- benda lain didalam rumah yang remang-
14
remang. Cahaya merupakan factor utama yang rendah dan kelembapan yang
tinggi merupakan kondisi yang baik bagi tempat peristirahatan nyamuk. Aedes
aegypti suka beristirahat pada tempat yang lembab, gelap, dan bersembunyi di
berikut:
1. Artifical (Buatan)
mandi, ember, dispenser, kulkas, ban bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastic,
dan lain-lain.
2. Natural (Alamiah)
yakni tanaman yang dapat menampung air, ketiak daun, tempurung kelapa,
phitotelmata.
dengan perilaku tiap jenisnya. Adaptasi yang berbeda dari tiap jenis berpengaruh
Penularan Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh virus dengue (DEN), yang
termasuk genus flavivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong ss
Dengan ditularkan melalui gigitan kepada manusia, terutama oleh nyamuk Aedes
aegypti dan nyamuk Aedes albopictus, dan juga kadang-kadang ditularkan oleh
Aedes polynesiensis dan beberapa spesies nyamuk lainnya yang aktif menghisap
darah manusia pada waktu siang hari. Sesudah darah yang infektif terhisap oleh
nyamuk, virus memasuki kelenjar liur nyamuk (salivary glands) lalu berkembang
biak infektif dalam waktu 8-10 hari yang disebut masa inkubasi ekstrinsik
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Di dalam tubuh manusia virus dengue akan
menimbulkan penyakit dangue. Penularan virus dengue terjadi melalui dua pola
epidemik terjadi jika virus dengue memasuki suatu daerah terisolasi, meskipun
hanya melibatkan satu serotipe virus dengue jika jumlah hospes yang peka (anak-
anak maupun orang dewasa) mencukupi jumlahnya, dan jika vektor besar
16
hiperendemik memiliki ciri khas berupa sirkulasi beberapa serotipe virus dengue
di suatu daerah dimana sejumlah besar hospes yang peka dan vektor penularnya
terus menerus dijumpai di daerah tersebut dan tidak dipengaruhi oleh musim. Pola
penularan ini merupakan pola utama dalam penyebaran global infeksi dengue. Di
bertambahnya umur, dan sebagian orang dewasa telah imun terhadap virus ini.
darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia), yaitu 2 hari
sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-
sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya. Setelah melewati masa
inkubasi ekstrinsik tersebut kelenjar ludah nyamuk akan terinfeksi dan virusnya
ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di
tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal
penyakit. Gejala awal yang timbul yaitu demam tinggi mendadak berlangsung
sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata dan nyeri
punggung.
17
Gejala awal yang timbul pada tahap awal ini sangar biasa sehingga sulit
untuk terdeteksi sebagai gejala DBD dikarenakan gejala awal yang muncul
hampir menyerupai gejala penyakit akut lainnya. Tanda khas DBD biasanya
muncul ketika memasuki fase yang parah, yaitu ketika adanya pendarahan di
berbagai organ tubuh Bentuk pendarahan yang sering muncul adalah pendarahan
pada kulit yang diperiksa dengan uji bending (rumple leed), pada kasus yang lebih
berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga
kematia. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
Pada tahap awal infeksi, tubuh akan mencoba melawan virus tersebut
dengan menetralisasi virus, Ruam yang muncul merupakan bentuk dari netralisasi,
jika tubuh tidak mampu untuk menetralisasi virus maka virus tersebut mulai
pendarahan. Jika kondisi ini semakin parah maka akan mengakibatkan kebocoran
plasma darah. Plasma-plasma ini akan memasuki rongga perut dan paru-paru,
keadaan ini bias fatal akibatnya. Inilah yang disebut sebagai DBD, jika tidak
ditangani dengan benar maka dapat menjadi sindrom syok dengue (DSS) (Depkes
RI, 2015).
2.1.9 Diagnosis
gelisah
c. Diagnosis Serologis Ada beberapa jenis uji serologi yang dipakai untuk
kenaikan titer antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut
DBD derajat III/IV dan sebagian besar derajat II, didapatkan efusi pleura,
hal. 10-19).
2.1.10 Pengobatan
1. Penanganan Simtomatis
fase demam pasien dianjurkan untuk : tirah baring, selama masih demam,
diperlukan, diberikan cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu,
hari.
2. Pengobatan Suportif
saat suhu turun bisa saja merupakan tanda penyembuhan, namun semua
hari, setelah suhu turun. Karena pada kasus DBD bisa jadi hal ini
Saat ini, tidak tersedia vaksin untuk demam berdarah. Karena itu,
yang menjadi vektor penular virus dengue merupakan cara untuk mencegah
nyamuk ( PNS ) dengan cara 3M plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air
minum dll.
dibersihkan.
dengan bahan lain, seperti dicampur dengan minyak sebagai pelarut, air
penggunaan pada ruang tertutup. Insektisida sebagai racun kontak, kontak antara
sebagai racun perut berarti insektisida harus masuk melalui mulut, serangga yang
penumpukan asetilkolin, Gejala yang timbul adalah sakit kepala hingga kejang-
senyawa karbamat yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf dan diduga kuat
karena tidak terabsorpsi dengan baik oleh kulit. Walaupun demikian, insektisida
ini dapat menimbulkan alergi pada orang yang peka. Penelitian Picciotto pada
dengan autisme. Terakhir DEET, yang digunakan sebagai insektisida oles, DEET
disarankan tidak digunakan pada pemakaian berulang setelah delapan jam. DEET
23
Racun insektisida dari berbagai zat aktif tersebut tidak hanya dirasakan
oleh serangga sasaran, tetapi bisa berakibat terhadap hewan peliharaan maupun
manusia. Pada manusia, yang paling rentan terhadap racun insektisida adalah
terhirup, terkena kulit atau mata. Produk insektisida yang beredar di pasaran
antara lain bakar, aerosol, oles, mat, dan cair elektrik (Kusumastuti, 2014).
pertanian tapi juga menimbulan dampak negatif terhadap lingkungan dan juga
kesehatan manusia
1. Pencemaran udara
tersuspensi kedalam udara dan akan dibawa oleh angin ke seleruh penjuru
sehingga terjadi kontaminan yang bahaya terhadap lingkungan. Hal inilah yang
persisten, bahwa sifat pencemarannya akan berlangsung dalam jangka waktu lama
3. Terhadap hewan
tertinggal pada tanaman yang disemprotkan dengan pestisida, hewan yang berada
disekitar tanaman itu akan berinteraksi dengan tanaman tersebut dari dekat
dari keracunan .
4. Terhadap manusia
pestisida juga dapat melalui bahan makanan dan air yang telah tercemar oleh
pestisida, atau juga bias terjadi kontak langsung dengan kulit sehingga
bersifat resisten, tingkat kerusakan yang disebabkan oleh organoklorin lebih tinggi
jika dibandingkan dengan senyawa lainnya, karna senyawa ini tidak mudah terurai
menjadikan salah satu alternatif program pengendalian vektor DBD yang sudah
2.3.1 Definisi
Daun kenikir berasal daerah tropis dari Amerika Latin, Amerika Tengah,
tetapi tumbuh liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat serta di
Indonesia dan negara- negara Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia, daun kenikir
biasanya ditanam disekitar rumah sebagai tanaman hias. Daun kenikir yang masih
Masyarakat Jawa sudah biasa menggunakan sayuran ini sebagai salah satu
pelengkap pecel. Kenikir juga disebut sebagai Ulam Raja yang artinya sayuran
raja yang dipakai di bahasa Melayu dan randa midang (Jawa Barat) ( Sahid, 2016
).
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Arsterales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
26
cuaca panas dan dapat tumbuh di tempat yang terkena sinar matahari langsung
dengan tanah pasir, berbatu, berlempung, dan liat berpasir dengan kelembapan
tunggang dan berwarna putih serta memiliki batang yang kokoh, kuat, tegak,
bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan, bersegi empat dengan alur
menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang 15-25 cm, berwarna hijau. Bunga
terdiri dari 8 daun mahkota, panjang ±1 cm, merah, benang sari bentuk tabung
kepala sari coklat kehitaman, putik berambut, hijau kekuningan, merah. Buahnya
keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda berwarna hijau setelah tua
berwarna coklat. Biji keras, kecil, bentuk jarum, panjang ±1 cm, berwarna hitam.
Tinggi tanaman ini mencapai 75-100 cm dan berbau khas (Sarmoko, dkk, 2010).
Indonesia dan dimanfaatkan untuk sayur atau bahan lalapan. Semua bagian
kenikir digunakan untuk beberapa tujuan seperti bahan tambahan pangan, obat,
dan parfum. Daun Kenikir juga digunakan sebagai obat dari beberapa penyakit
darahnya. Daun Kenikir juga dipercaya dapat mencegah atau mengobati penyakit
oksidan berbahaya yang dapat merusak sel tubuh dan juga dapat menghambat
1. Flavonoid
jenis senyawa kandungan dan aktifitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu
kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah.
glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang
syaraf serta kerusakan pada sistem pernapasan mengakibatkan larva tidak bias
2. Saponin
sedangkan sapogenim terdiri dari dua golongan yaitu saponin stereoid dan
apabila direaksikan dengan air kemudian dikocok akan menghasilkan buih yang
dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter,
memiliki rasa pahit yang dapat menurunkan nafsu makan larva, kemudian larva
menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah dan bersifat racun bagi
hewan berdarah dingin. Saponin bersifat keras dan racun biasa disebut sebagai
3. Polifenol
Senyawa fenol adalah substansi yang memiliki cincin benzene dengan satu
Lipoprotein), sejumlah besar fenol baik yang memiliki berat molekul rendah
melawan oksidasi lipid. Selain itu senyawa fenol juga mempunyai sifat
faktor seperti ikatan gugus hidroksil pada cinicin aromatik, posisi ikatan, posisi
sehingga terbentuknya radikal fenoksil yang relatif stabil. Ada hubungan antara
antioksidan.
4. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan minyak terbang, minyak eteris (essential oil
atau volatil) atau minyak yang mudah menguap. Minyak atsiri dapat dihasilkan
dari berbagai bagian tanaman, seperti, bunga, akar, ranting, batang, daun, atau
buah dan merupakan campuran senyawa volatil yang dapat diperoleh dengan
destilasi, sekunder yang dihasilkan oleh tanaman tingkat tinggi serta mempunyai
peranan penting bagi tanaman itu sendiri. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai
kosmetik, obat-obatan, makanan, dan aroma terapi yang membuat nyamuk tidak
digunakan oleh masyarakat sejak lama untuk berbagai tujuan pengobatan seperti
obat lemah lambung, kanker, gondongan, cuci darah, dan lain sebagainya. Daun
dan bunga daun kenikir mengandung berbagai macam zat kimia antara lain :
30
Flavonoid, saponin, polifenol, minyak atsiri. Senyawa tersebut sebagai zat aktif
2.6 Hipotesis