Alda Dwiyanti - 022000002 - Laporan Praktikum Adpr Geiger Muller
Alda Dwiyanti - 022000002 - Laporan Praktikum Adpr Geiger Muller
Alda Dwiyanti - 022000002 - Laporan Praktikum Adpr Geiger Muller
A. Tujuan
Pada praktikum ini para peserta diharapkan dapat mengetahui karakteristik pencacah.
Geiger-Muller serta dapat melakukan pencacahan radiasi menggunakan sistem pencacah
dengan detektor Geiger-Muller. Adapun tujuan operasionalnya adalah sebagai berikut :
1. Menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja detektor.
2. Menguji kestabilan sistem pencacah yang digunakan.
3. Menentukan waktu mati detektor.
4. Menentukan efisiensi detektor.
5. Menentukan aktivitas suatu sumber radiasi.
B. Dasar Teori
Detektor merupakan bagian yang sangat penting dari suatu pencacah radiasi karena
alat tersebut berfungsi sebagai penangkap radiasi dan mengubahnya dalam bentuk sinyal
atau pulsa listrik. Salah satu jenis detektor yang banyak digunakan sampai saat ini yaitu
detektor isian gas. Detektor jenis ini memanfaatkan hasil interaksi antara radiasi pengion
dan gas yang dipakai sebagai detektor.
Detektor isian gas terdiri atas dua elektroda yaitu kutub positif dan kutub negatif
serta berisi gas diantara kedua elektrodanya tersebut. Biasanya detektor jenis ini berbentuk
seperti silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding silindernya yang
berfungsi sebagai katoda. Anoda diberi tegangan +V (positif) terhadap dinding tabung
(katoda). Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu
detektor kamar ionisasi yang bekerja pada daerah ionisasi, detektor proporsional yang
bekerja didaerah proporsional serta detektor Geiger Muller yang bekerja didaerah Geiger
Muller.
a. Detektor Geiger Muller
Detektor Geiger Muller merupakan jenis detektor yang banyak digunakan baik
sebagai system pencacahan maupun dalam kerja lapangan (surveymeter). Detektor jenis
ini termasuk dalam klasifikasi detektor isian gas yang mempunyai prinsip kerja akan
beroperasi berdasarkan ionisasi gas. Detektor Geiger Muller beroperasi pada tegangan
diatas detektor proporsional dengan mempertinggi tegangan akan mengakibatkan proses
ionisasi yang terjadi dalam detektor menjadi jenuh. Pulsa yang dihasilkan tidak lagi
bergantung pada ionisasi mula-mula maupun jenis radiasi sehingga radiasi jenis apapun
akan menghasilkan keluaran yang sama.
Keterangan
Slope : Kemiringan Plato (Persen/Volt atau Persen/100 volt)
N1 : Laju Cacah pada Awal Daerah Plato, V1 (cpm/cps)
N2 : Laju Cacah pada Akhir Daerah Plato, V2 (cpm/cps)
Kestabilan suatu alat ukur radiasi (AUR) dapat ditentukan menggunakan prinsip Chi
Square Test. Nilai Chi Square Test dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑛
1
X 2 = ∑(𝑅𝑖 − 𝑅̅ )2 (2)
̅
R
1
Keterangan :
D. Langkah kerja
a. Menentukan Daerah Plato
Langkah pertama yaitu hubungkan detektor Geiger Muller, counter dan PC seperti Gambar
4.1. Kemudian nyalakan PC dan Counter. Catat informasi radioaktif yang digunakan meliputi jenis
sumber, aktivitas, waktu paruh dan tanggal pembuatan. Letakkan sumber (Cs-137) pada posisi
yang telah disediakan, yaitu sejajar dengan detektor Geiger Muller. Atur jarak antara detektor
Geiger Muller tersebut dengan sumber, sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Jalankan program
STX pada PC. Pada program tersebut carilah menu Experiment kemudain klik Plateau. Tetapkan
rentang tegangan dari 700V-1200V dengan step voltage 50V dan time/step 60 detik. Klik show
graph untuk menampilkan grafik pencacahan secara langsung, kemudian klik RUN. Catat hasil
pencacahan pada lembar data yang telah disediakan kemudian buatlah grafik cacahan untuk
menentukan tegangan kerja detector Geiger Muller tersebut. (tegangan kerja didapatkan dari ½
sampai 1/3 lebar plato)
Gambar 4.1 Skema Percobaan
1. 750 5889
2. 800 6784
3. 850 7447
4. 900 7393
5. 950 8186
6. 1000 8672
7. 1050 9028
8. 1100 11207
9. 1150 24682
• Sumber radiasi yang digunakan adalah : Sr-90
Jangkauan minimal: daerah dapat kita lihat yang paling stabil yaitu di daerah 900 V
• Tegangan Kerja
𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜
= jangkauan min daerah plato + 2
150
= 900 v + 2
= 975 V
Sehingga kita telah berhasil menentukan tegangan kerja detektor GM di daerah
975 V.
• Kemiringan plato
(N2 − N1 )
Slope = × 100%
(V2 − V1 )N1
(150,47 − 123.22)
Slope = × 100%
(1050 − 950)123.22
Slope = 0.221155%
2. Pengujian kestabilan sistem pencacah
Sumber radiasi: Sr-90
HV (tegangan kerja): 975 V
No Count (cps)
1. 7708/60= 128,47
2. 7856/60=130,93
3. 7732/60=128,87
4. 7783/60= 129,72
5. 8087/60=134,783
𝑅̅ 652.75
= 130,55
5
Oleh karena itu kita akan menghitung kestabilamn sistem pencacah ini dengan
rumus berikut ini :
𝑛
1
X = ∑(𝑅𝑖 − 𝑅̅ )2
2
̅
R
1
5
2
1
X = ∑(128,47 − 130,55)2 + (130,93 − 130,55)2 + (128,87 − 130,55)2
130,55
1
25,900389
X2 = = 0,1983944
130,55
Nah saat dibandingkan dengan tabel chiz square untuk derajat kebenarannya 0.95
dan nilai n nya adalah 5-1= 4 maka itu bernilai, 0.7107 hingga 9.4877, sehingga nilai
yang didapatkan dianggap stabil karna masih berada di range nilai tabel chiz square.
3. Penentuan waktu mati detektor
Waktu cacah : 5 menit = 300 s
Sumber Radiasi 1 : Sr-90
Sumber radiasi 2: Co- 60
26,0712
τ= = 0,004335525 𝑠
5898,075
4. Penentuan Efisiensi Detektor
Waktu cacah : 5 menit = 300 s
Sumber Radiasi : Sr-90
P=100%
R0= 129,47 Cps
129,47
Reff = ⌈1−129,47𝑥 0.004335525⌉= 295,13569cps
• Menghitung efisiensi
𝑅𝑒𝑓𝑓
η= 𝑥 100 %
A. p
295,13569
η= 𝑥100%
3300,14 .1
η = 0,0894312 𝑥100%
η = 8,94312 %
5. Penentuan aktivitas sumber radiasi sebenarnya
Sumber radiasi:Sr-90
Waktu cacah:60 detik
1 7762 129,37
2 7772 129,53
3 7837 130,617
4 7640 127,33
5 7766 129,43
6 7877 131,283
7 7666 127,76
8 7642 127,36
9 7586 126,433
10 7901 131,683
𝑅̅ 1290,796/10= 129,0786
𝑅̅ = 129,0796 𝑐𝑝𝑠
p =100%
𝑅̅ 129,0796
Raktivitas= ⌈1−𝑅̅𝜏⌉= = ⌈1−129,0796 𝑥 0,004335525⌉
293,1148
aktivitas SR sebenarnya =0.0894312 x 1 = 3277,5452
sehingga kita bisa bandingkan nilai aktivitas yang kita dapatkan dalam perhitungan diatas tadi
yang menggunakan rumus :
𝑡
1𝑇1/2
A= A0.2 = 3300,14 Bq
3277,5452−3300,14
Error (%)=⌊ ⌋ x 100%
3277,5452
22.5948
Error (%)=⌊3277,5452 ⌋ x 100%
Pada percobaan pertama yaitu penentuan daerah plato, ini dilakukan dengan
menggunakan sumber radiasi Sr-90 yang diletakan sejauh 1 cm dari mulut detektor,
kemduain klik experiment, pilih plato dan set satartnnya daroi tegangan 700V hingga end
1150 V, dan pilih step voltage (kenaikan tegangan) 50 V kemudian lakukan pencacahan
selama 60 s, dan untuk melihat hasil dari tegangan kerja detektor maka centang show
graph result. Sehingga kita dapatkan bentuk grafik tegangan kerja detektor seperti gambar
diatas. Daerah kerja detektor GM merupakan daerah dimana ionisasi sudah tidak lagi
bergantung pada jenis dan besarnya energi radiasi, dimana dapat kita ketahui bahwa
detektor ini beroperasi pada tegangan diatas detektor proporsional dengan mempertinggi
tegangan melampauai daerah proporsional maka akan mengakibatkan proses pengionan
dalam detektor semakin luas memanjang keseluruhan anoda, jika ini terjadi maka
berakhirlah daerah detektor proporsional dan memasuki daerah operasi Geiger Muller.
Untuk dapat mengetahui tegangan kerja detektor, perlu diketahui terlebih dahulu grafik
platonya. Plato dapat diketahui dari hasil cacah menggunakan detektor dalam waktu
tertentu dengan tegangan HV yang diatur secara acak. Pencacahan dilakukan berulang
sampai 9 kali. Pada tegangan awal saat pencacahan, diperoleh nilai cacah yang rendah
kemudian ketika tegangan dinaikkan menyebabkan nilai cacah yang kian meningkat.
Pada proses ini saat kutub positif dan kutub negatif diberikan beda potensial tegangan,
maka akan timbul medan listrik diantara kedua elektrode tersebut, ion positif akan
bergerak kearah kutub negatif relatif lebih lambat daripada pergerakan ion negatif ke
kutub positif. Peristiwa ini akan berkaitan dengan besarnya tegangan yang dinaikkan,
dimana kecepatan gerak ion-ion tersebut akan bergantung pada tegangan HV. Ketika
tegangan yang diberikan semakin besar maka akan mengakibatkan anoda terselubungi
oleh muatan negatif (elektron), sehingga peristiwa ionisasi akan terhenti. Akibat hal ini
maka pulsa pencacahan akan melandai dan jika diberi tegangan lagi maka cacahan tidak
landai dan akan semakin tinggi, Pada suatu tegangan tertentu, peristiwa pelepasan
elektron tidak akan bergantung pada jenis radiasi atau energi radiasi yang datang,
sehingga akan dihasilkan pulsa dengan tinggi yang sama. Saat keadaan ini, detektor dapat
dikatakan tidak peka lagi terhadap datangnya radiasi sehingga detektor GM tidak lagi bisa
digunakan untuk menghitung energi dari radiasi yang datang. Dari percobaan yang
dilakukan maka kita dapatkan daerah platonya yaitu kenaikan jumlah cacah berbentuk
linier di tegangan 150 V, dan untuk tegangan kerja detektor GM kita menggunakan
jangkauan min daerah platonya dan ditambah dengan ½ dari daerah palto sehingga kita
dapatkan tegangan kerja detektor GM ini sebesar 975 V.