Makalah Kelompok 3 Pajak Bea Materai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Hukum Pajak Bea Materai

Untuk Melengkapi Nilai-nilai Mata Kuliah Hukum Pajak

Disusun Oleh:

Achmad Farabi (2003101010385)


Rizky Ananda (2003101010292)
Syaira Qorina (2003101010129)
Muhammad Fitra (2003101010427)
Muhammad Sulthan Daffa (2003101010355)
Raswandi (2003101010447)
Muhammad Dhia Ulhaq (2003101010422)
Win Temas Mico (2103101010044)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM BANDA ACEH

2022

1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Pajak,
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan
yang penuh dengan cahaya yaitu Agama Islam.
Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai
manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan
bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat
menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih,
rasa hormat dan penghargaan setinggi – tingginya kepada bapak Dedy Yuliansyah, S.H.,
M.H.
Hanya untaian do’a yang dapat kami panjatkan semoga amal baiknya di terima
oleh Allah SWT. Dan menjadi amal saleh yang senantiasa mengalir keharibaan penguasa
alam semesta.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami,
sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini mamapu memberi manfaat serta
menunjang ilmu pengetahuan bagi penullis khususnya dan bagi para generasi yang akan
datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 5
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................... 6
A. Pengertian Hukum Pajak Bea Materai Menurut Undang - Undang ...................... 6
B. Sumber - sumber Hukum Pajak Bea Materai ........................................................ 6
C. Subjek dan Objek Pajak Bea Materai .................................................................... 7
D. Tarif dan Penerapannya ....................................................................................... 13
BAB III ........................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 15
B. SARAN................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia negara kita yang merupakan salah satu negara hukum yang senantiasa
mengunakan hukum sebagai landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegara.
Landasan hukum utama di indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Hukum di indonesia sudah sangat kuat dan jelas. Namun dalam pelaksanaan
penegakannya terdapat berbagai permasalahan yang terjadi. Walaupun hukumnya sendiri
sudah sangat kuat namun, para penegaknya sering membuat kesalahan fatal dalam
pengambilang keputusan.

Dalam rangka pembangunan nasional, peran serta segenap


masyarakat perlu ditingkatkan dalam menghimpun dana pembiayaan yang sumbernya
sebagian besar dari sektor perpajakan,maka salah satu cara mewujudkannya adalah
dengan memenuhi kewajiban pembayaran Bea Materai atas dokumen-dokumen tertentu
yang digunakan.

Kehadiran materai di setiap dokumen tertentu selalu kita lihat


dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga penggunaan materai yang paling dirasakan
kehadirannya adalah penggunaan materai yang dilakukan oleh masyarakat dalam setiap
transaksi yang dilakukan melalui pembuatan surat perjanjian/kontrak. Untuk memperoleh
kepastian hukum suatu surat perjanjian, harus dilakukan menurut ketentuan atau norma-
norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga akibat hukum dari surat
perjanjian yang dibuat menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada perjanjian tersebut.

Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yangberisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,keadaan, atau kenyataan
bagi seseorang dan atau pihak yang berkepentingan)yang menurut Undang-Undang Bea
Materai (UU No 13 Tahun 1985 tentangBea Materai), menjadi obyek Bea Materai. Atas
setiap dokumen yangmenjadi objek Bea Materai harus sudah dibubuhi benda meterai

4
ataupelunasan Bea Materai dengan menggunakan cara lain sebelum dokumen itu
digunakan.Benda Meterai yang dimaksud diatas adalah Meterai tempel dan kertas
Meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu
tanda tangan sebagaimana

Lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau
cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.Apa
sumber hukum pajak Bea Materai? Apa saja subjek dan objek nya? Dan bagaimana tarif
dan penerapan nya. Untuk lebih lanjutnya kita akan membahas hal tersebut dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Bea Materai ?

2. Sumber Hukum Bea Materai?

3. Apa saja subjek dan objek Pajak Bea Materai?

4. Bagaimana tarif dan penerapan nya?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Bea Materai.

2. Untuk mengetahui apa saja sumber hukum Bea Materai.

3. Untuk mengetahui subjek dan objek Bea Materai

4. Untuk mengetahui berapa tarif dan bagaimana penerapan Bea Materai.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Pajak Bea Materai Menurut Undang - Undang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020, Materai atau Bea
Materai merupakan sebuah pajak yang dikenakan pada sebuah dokumen yang
digunakan untuk bukti atau keterangan. Baik itu dokumen fisik maupun dokumen
elektronik.

Bea materai digunakan untuk memaksimalkan pendapatan negara, yang


nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan. Selain itu, bea materai
juga diberlakukan untuk memberikan kepastian hukum yang adil.

B. Sumber - sumber Hukum Pajak Bea Materai


I. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2020
Undang-undang (UU) No. 10 Tahun 2020 Tentang Bea Materai
10.000,- diundangkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat sebagai
perwujudan pelaksanaan kewajiban kewarganegaraan secara berkeadilan
dan untuk mengoptimalkan penerimaan negara, perlu upaya penghimpunan
dana pembiayaan yang memadai dan mandiri untuk melaksanakan
pembagunan nasional, yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat Indonesia bedasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

II. PP No. 24 tahun 2000


Peraturan ini sebelumnya merupakan Peraturan Pemerintah No. 7
tahun 1995 yaitu peraturan untuk mengatur pelaksanaan Bea Materai yang
pada akhirnya dirubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2000
yang berisikan tentang perubahan tarif Bea Materai dan Besarnya batas
Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Materai.

6
III. KMK RI Nomor 133b/KMK.04/2000
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonseia Nomor
133b/KMK.04/2000 tertanggal 28 April 2000 tentang pelunasan Bea
Materai dengan menggunakan cara lain. Diantaranya yaitu pada pasal 1
berisikan tentang pelunasan Bea Materai dengan cara lain yaitu dengan
membubuhkan tanda Bea Materai Lunas dengan menggunakan mesin teraan
materai, teknologi percetakan, sistem komputerisasi, dan alat lain dengan
teknologi tertentu. Pada pasal 2 pelunasan Bea Materai harus mendapatkan
izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil percetakan tanda Bea
Materai Lunas harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak .

IV. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2014


Peraturan Mentri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2014 tentang bentuk,
Ukuran, Warna Benda Materai. Pada peraturan ini dijelaskan secara
mendetail berapa ukuran dimensi materai, cetakan dasar, cetakan utama,
gambar serta penggunaan teks yang ada pada materai, berat dan jenis kertas
hingga penentuan warna pada materai.

V. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2014


Peraturan Mentri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2014 tentang tata cara
pemateraian kemudian. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal 25 April
2014, dengan berlakunya peraturan ini otomatis PMK Nomor
476/KMK.03/2002 tentang pelunasan Bea Materai dengan cara pematraian
kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi.

C. Subjek dan Objek Pajak Bea Materai


I. Subjek pajak bea materai
Pengertian subjek pajak secara umum adalah pihak baik orang pribadi
atau badan hukum yang memenuhi syarat subjek berdasarkan

7
Undangundang perpajakan untuk dapat dikenakan pajak. Menurut
Soemitro, untuk pajak tidak langsung seperti Bea Meterai, syarat yang harus
dipenuhi cukup dengan berada di wilayah Indonesia sehingga seorang turis
asing yang berada di Indonesia (meskipun sehari saja) sudah tergolong
subjek Bea Meterai. Subjek bea Meterai baru menjadi Wajib Bea Meterai
apabila memenuhi syarat objek yaitu menerima atau mendapat manfaat dari
dokumen yang dikenakan Bea Meterai sebagaimana disebutkan dalam
UUBM 1985.

Subjek Bea Meterai yang disebutkan dalam UUBM 1985 sebagai berikut:
1. Pemegang dokumen Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 2 ayat (1)
huruf a yang menjelaskan bahwa pihak–pihak yang memegang surat
perjanjian atau surat-surat lainnya tersebut, dibebani kewajiban untuk
membayar Bea Meterai atas surat perjanjian atau surat-surat lainnya
tersebut, dibebani kewajiban untuk membayar Bea Meterai atas surat
perjanjian atau surat–surat yang dipegangnya.
2. Pihak yang mendapat manfaat Sesuai dengan Pasal 6 yang telah
menentukan bahwa Bea Meterai terhutang oleh pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang
bersangkutan menentukan lain.
3. Penerima dokumen Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 6, maka
dalam hal dokumen dibuat sepihak, misalnya kuitansi, Bea Meterai
terhutang oleh penerima kuitansi. Dalam hal dokumen dibuat oleh 2
(dua) pihak atau lebih, misalnya surat perjanjian dibawah tangan, maka
masing-masing pihak terhutang Bea Meterai atas dokumen yang
diterimanya. Jika surat perjanjian dibuat dengan Akta Notaris, maka
Bea Meterai yang terhutang baik atas asli sahih yang disimpan oleh
Notaris maupun salinannya yang diperuntukkan oleh pihak – pihak
yang mendapat manfaat dari dokumen tersebut yang dalam contoh ini
adalah pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

8
4. Ditentukan lain Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 6, maka jika
pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain, maka Bea
Meterai terhutang oleh pihak atau pihak-pihak yang ditentukan dalam
dokumen tersebut (Heru Supriyanto, 2010: 196).

II. Objek Bea Materai


Dokumen yang dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang berbentuk :
1. surat perjanjian dan surat-surat lainnya (surat kuasa, surat hibah, dan
surat pernyataan) yang dibuat untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
2. akta-akta notaris termasuk salinannya;
3. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
termasuk rangkap-rangkapnya;
4. surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp.250.000,- (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) :
a. yang menyebutkan penerimaan uang; yang menyatakan
pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank;
b. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;
c. yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;
d. lebih dari Rp. 250.000 sampai dengan Rp. 1.000.000, maka
dikenakan Bea Materai dengan tarif Rp. 3.000
e. lebih dari Rp. 1.000.000, maka dikenakan Bea Materai dengan tarif
Rp. 6.000
5. surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep, yang harga
nominalnya lebih dari Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
a. lebih dari Rp. 250.000 sampai dengan Rp. 1.000.000, maka
dikenakan Bea Materai dengan tarif Rp. 3.000
b. lebih dari Rp. 1.000.000, maka dikenakan Bea Materai dengan tarif
Rp. 6.000

9
c. Jika harga nominal dinyatakan dalam mata uang asing, maka harga
nominal harus dikalikan dengan Kurs Menteri Keuangan.
6. dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan, yaitu:
a. Surat-surat biasa dan surat kerumah-tanggaan;
b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan bea meterai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh
orang lain, selain dari maksud semula
c. Jika dokumen awalnya tidak terutang Bea Materai, namun
kemudian dokumen tersebut digunakan untuk alat pembuktian di
pengadilan, maka dokumen tersebut harus dilakukan pemeteraian
kemudian.

III. Bukan Objek Bea Meterai


Sebagai Bendahara, dokumen yang tidak mengenakan bea meterai adalah:
1. dokumen berupa :
a. surat penyimpanan barang;
b. konosemen;
c. surat angkutan penumpang dan barang;
d. keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen
sebagaimana dimaksud dalam angka a, angka b, dan angka c;
e. bukti untuk pengiriman dan penerimaan
f. barang;
g. surat pengiriman barang untuk dijual atas
h. tanggungan pengirim;
i. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat
sebagaimana dimaksud dalam angka a sampai huruf f.
2. segala bentuk ijazah;

10
3. tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja serta surat-
surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu;
4. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah
Daerah, dan bank;
5. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang
dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah
dan bank
6. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
7. dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan
kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang
bergerak di bidang tersebut;
8. surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian;
9. tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.

IV. Pihak yang terutang bea materai


Bea materai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang
mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan
menentukan lain.

V. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Materai Tempel


a. Pemegang dokumen membawa dokumen ke Kantor Pos terdekat
b. Pemegang dokumen melunasi Bea Materai yang terutang atas dokumen
yang dimateraikan kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002.
c. Pemegang dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi
dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang
tidak atau kurang dilunasi dengan menggunaan SSP kode MAP 0174.

11
d. Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP dicap telah
dimateraikan kemudian sesuai UU NO. 13 Tahun 1985 Jo
476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama
dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.

VI. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Surat Setoran Pajak


a. Membuat daftar dokumen yang akan dimateraikan kemudian
b. Membayar Bea Materai terutang berdasarkan Pasal 4 SKMK No.
476/KMK.03/2002
c. Pemegang dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dilunasi
dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang
tidak atau kurang dilunasi dengan menggunakan SSP terpisah dengan
SSP yan digunakan untuk memateraikan kemudian.
VII. Cara Pengisian SSP sbb :
a. SSP yang digunakan untuk melunasi pemateraian kemudian diisi
dengan Kode Jenis Pajak (MAP) 0171
b. SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi diisi dengan
Kode Jenis Pajak (MAP) 0174
c. Daftar Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP yang
digunakan untuk membayar pemateraian kemudian dicap TELAH
DIMATERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UU NO. 13 Tahun 1985 Jo
476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama
dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.

Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya peanggaran yang mengakibatkan Bea Materai
yang harus dilunasi kurang bayar.

− Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Materai tidak atau
kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda administratif 200 % dari
Bea Materai yang tidak atau kurang dibayar.

12
− Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus
melunasi Bea Materai terutang berikut dendanya dengan cara
pemateraian kemudian.

D. Tarif dan Penerapannya


Tarif dan penerapan Bea Meterai terdapat dalam UU No. 10 Tahun 2020,
pasal 5 “Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai
dengan tarif tetap sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)”.
Pasal 6 “(1) Besarnya batas nilai nominal Dokumen yang dikenai Bea
Meterai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (21 huruf g dapat diturunkan
atau dinaikkan sesuai dengan kondisi perekonomian nasional dan tingkat
pendapatan masyarakat. (2) Besarnya tarif Bea Meterai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan kondisi
perekonomian nasional dan tingkat pendapatan masyarakat. (3) Dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat dikenai Bea Meterai dengan tarif
tetap yang berbeda dalam rangka melaksanakan program pemerintah dan
mendukung pelaksanaan kebijakan moneter dan/atau sektor keuangan”.

Kemudian dalam Pasal 7 Bea Meterai tidak dikenakan atas Dokumen yang
berupa:
a. Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:
1. surat penyimpanan barang;
2. konosemen;
3. surat angkutan penumpang dan barang;
4. bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
5. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; dan
6. surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana
dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5;
b. segala bentuk ljazah;

13
c. tanda terima pembayaran gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran dimaksud;
d. tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan ;

14
BAB III
A. KESIMPULAN
Fungsi bea meterai dalam sebuah surat perjanjian adalah sebagai pajak atas
dokumen secara pasti telah ditegaskan dalam UUBM 1985. Artinya dengan tidak adanya
dokumen dalam hal ini surat perjanjian maka tidak perlu ada Bea meterai. Objek dari
meterai adalah dokumen dan bukan perbuatan hukumnya. Surat perjanjian sebelumnya
tidak menggunakan Bea Meterai berakibat pada surat perjanjian tersebut dianggap tidak
bermeterai dan sesuai dengan ketentuan UUBM 1985 wajib pajak diberi kesempatan
untuk melakukan permeteraian kemudian. Pengaruh yang diberikan jika surat perjanjian
tidak bermeterai yaitu tidak dapat dilayani oleh pejabat-pejabat umum dalam lalu lintas
hukum karena dianggap tidak memenuhi prosedur hukum sebagaimana tersurat dalam
UUBM 1985.

Sah tidaknya suatu surat perjanjian tidak ditentukan oleh ada tidaknya meterai
namun oleh Pasal 1320 KUH Perdata. Artinya meterai bukanlah patokan yang
menentukan keabsahan sebuah surat perjanjian. Jika isi perjanjiannya terlarang atau tidak
benar, maka walaupun menggunakan ribuan meterai sama sekali tidak mempunyai
kekuatan yuridis.

B. SARAN
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan
dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Maka, penggunaan bea
materai harus digunakan dengan sebaik baiknya, dan sebagai warga Negara yang baik
kita harus mengerti tentang Bea Materai, serta dapat menggunakannya sesuai aturan yang
berlaku agar tidak terkena sanksi nantinya.

15
DAFTAR PUSTAKA
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hlm 49.

Eugenia Liliawati Muljono, Tanya-Jawab BEA METERAI, Jakarta, Harvarindo, 1999,


hlm, 31.

Pamungkas, A. A. (2017). Tinjauan Yuridis Fungsi Bea Materai Dalam Memberikan


Kepastian Hukum Terhadap Surat Perjanjian. Jurnal Repertorium, 4(2).

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 Tentang BEA


METERAI, BAB II Objek, Tarif, Dan Saat Terutang Bea Meterai, Bagian
Kedua Tarif Bea Meterai, Pasal 5 sampai Pasal 7.

Handayani, O. Diktat Hukum Pajak, Objek Bea Materai.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Perbendaharaan, Kantor


Wilayah DJPB Provinsi Lampung, Kantor Pelayan Perbendaharaaan Negara
Metro, Informasi dan Publikasi, Bea Materai.

16

Anda mungkin juga menyukai