Makalah Kelompok 3 Pajak Bea Materai
Makalah Kelompok 3 Pajak Bea Materai
Makalah Kelompok 3 Pajak Bea Materai
Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
2022
1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Pajak,
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan
yang penuh dengan cahaya yaitu Agama Islam.
Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai
manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan
bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat
menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih,
rasa hormat dan penghargaan setinggi – tingginya kepada bapak Dedy Yuliansyah, S.H.,
M.H.
Hanya untaian do’a yang dapat kami panjatkan semoga amal baiknya di terima
oleh Allah SWT. Dan menjadi amal saleh yang senantiasa mengalir keharibaan penguasa
alam semesta.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami,
sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini mamapu memberi manfaat serta
menunjang ilmu pengetahuan bagi penullis khususnya dan bagi para generasi yang akan
datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia negara kita yang merupakan salah satu negara hukum yang senantiasa
mengunakan hukum sebagai landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegara.
Landasan hukum utama di indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Hukum di indonesia sudah sangat kuat dan jelas. Namun dalam pelaksanaan
penegakannya terdapat berbagai permasalahan yang terjadi. Walaupun hukumnya sendiri
sudah sangat kuat namun, para penegaknya sering membuat kesalahan fatal dalam
pengambilang keputusan.
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yangberisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,keadaan, atau kenyataan
bagi seseorang dan atau pihak yang berkepentingan)yang menurut Undang-Undang Bea
Materai (UU No 13 Tahun 1985 tentangBea Materai), menjadi obyek Bea Materai. Atas
setiap dokumen yangmenjadi objek Bea Materai harus sudah dibubuhi benda meterai
4
ataupelunasan Bea Materai dengan menggunakan cara lain sebelum dokumen itu
digunakan.Benda Meterai yang dimaksud diatas adalah Meterai tempel dan kertas
Meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu
tanda tangan sebagaimana
Lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau
cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.Apa
sumber hukum pajak Bea Materai? Apa saja subjek dan objek nya? Dan bagaimana tarif
dan penerapan nya. Untuk lebih lanjutnya kita akan membahas hal tersebut dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Bea Materai ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Bea Materai.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Pajak Bea Materai Menurut Undang - Undang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020, Materai atau Bea
Materai merupakan sebuah pajak yang dikenakan pada sebuah dokumen yang
digunakan untuk bukti atau keterangan. Baik itu dokumen fisik maupun dokumen
elektronik.
6
III. KMK RI Nomor 133b/KMK.04/2000
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonseia Nomor
133b/KMK.04/2000 tertanggal 28 April 2000 tentang pelunasan Bea
Materai dengan menggunakan cara lain. Diantaranya yaitu pada pasal 1
berisikan tentang pelunasan Bea Materai dengan cara lain yaitu dengan
membubuhkan tanda Bea Materai Lunas dengan menggunakan mesin teraan
materai, teknologi percetakan, sistem komputerisasi, dan alat lain dengan
teknologi tertentu. Pada pasal 2 pelunasan Bea Materai harus mendapatkan
izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil percetakan tanda Bea
Materai Lunas harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak .
7
Undangundang perpajakan untuk dapat dikenakan pajak. Menurut
Soemitro, untuk pajak tidak langsung seperti Bea Meterai, syarat yang harus
dipenuhi cukup dengan berada di wilayah Indonesia sehingga seorang turis
asing yang berada di Indonesia (meskipun sehari saja) sudah tergolong
subjek Bea Meterai. Subjek bea Meterai baru menjadi Wajib Bea Meterai
apabila memenuhi syarat objek yaitu menerima atau mendapat manfaat dari
dokumen yang dikenakan Bea Meterai sebagaimana disebutkan dalam
UUBM 1985.
Subjek Bea Meterai yang disebutkan dalam UUBM 1985 sebagai berikut:
1. Pemegang dokumen Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 2 ayat (1)
huruf a yang menjelaskan bahwa pihak–pihak yang memegang surat
perjanjian atau surat-surat lainnya tersebut, dibebani kewajiban untuk
membayar Bea Meterai atas surat perjanjian atau surat-surat lainnya
tersebut, dibebani kewajiban untuk membayar Bea Meterai atas surat
perjanjian atau surat–surat yang dipegangnya.
2. Pihak yang mendapat manfaat Sesuai dengan Pasal 6 yang telah
menentukan bahwa Bea Meterai terhutang oleh pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang
bersangkutan menentukan lain.
3. Penerima dokumen Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 6, maka
dalam hal dokumen dibuat sepihak, misalnya kuitansi, Bea Meterai
terhutang oleh penerima kuitansi. Dalam hal dokumen dibuat oleh 2
(dua) pihak atau lebih, misalnya surat perjanjian dibawah tangan, maka
masing-masing pihak terhutang Bea Meterai atas dokumen yang
diterimanya. Jika surat perjanjian dibuat dengan Akta Notaris, maka
Bea Meterai yang terhutang baik atas asli sahih yang disimpan oleh
Notaris maupun salinannya yang diperuntukkan oleh pihak – pihak
yang mendapat manfaat dari dokumen tersebut yang dalam contoh ini
adalah pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
8
4. Ditentukan lain Sesuai dengan memori penjelasan Pasal 6, maka jika
pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain, maka Bea
Meterai terhutang oleh pihak atau pihak-pihak yang ditentukan dalam
dokumen tersebut (Heru Supriyanto, 2010: 196).
9
c. Jika harga nominal dinyatakan dalam mata uang asing, maka harga
nominal harus dikalikan dengan Kurs Menteri Keuangan.
6. dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan, yaitu:
a. Surat-surat biasa dan surat kerumah-tanggaan;
b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan bea meterai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh
orang lain, selain dari maksud semula
c. Jika dokumen awalnya tidak terutang Bea Materai, namun
kemudian dokumen tersebut digunakan untuk alat pembuktian di
pengadilan, maka dokumen tersebut harus dilakukan pemeteraian
kemudian.
10
3. tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja serta surat-
surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu;
4. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah
Daerah, dan bank;
5. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang
dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah
dan bank
6. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
7. dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan
kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang
bergerak di bidang tersebut;
8. surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian;
9. tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
11
d. Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP dicap telah
dimateraikan kemudian sesuai UU NO. 13 Tahun 1985 Jo
476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama
dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.
Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya peanggaran yang mengakibatkan Bea Materai
yang harus dilunasi kurang bayar.
− Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Materai tidak atau
kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda administratif 200 % dari
Bea Materai yang tidak atau kurang dibayar.
12
− Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus
melunasi Bea Materai terutang berikut dendanya dengan cara
pemateraian kemudian.
Kemudian dalam Pasal 7 Bea Meterai tidak dikenakan atas Dokumen yang
berupa:
a. Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:
1. surat penyimpanan barang;
2. konosemen;
3. surat angkutan penumpang dan barang;
4. bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
5. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; dan
6. surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana
dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5;
b. segala bentuk ljazah;
13
c. tanda terima pembayaran gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran dimaksud;
d. tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan ;
14
BAB III
A. KESIMPULAN
Fungsi bea meterai dalam sebuah surat perjanjian adalah sebagai pajak atas
dokumen secara pasti telah ditegaskan dalam UUBM 1985. Artinya dengan tidak adanya
dokumen dalam hal ini surat perjanjian maka tidak perlu ada Bea meterai. Objek dari
meterai adalah dokumen dan bukan perbuatan hukumnya. Surat perjanjian sebelumnya
tidak menggunakan Bea Meterai berakibat pada surat perjanjian tersebut dianggap tidak
bermeterai dan sesuai dengan ketentuan UUBM 1985 wajib pajak diberi kesempatan
untuk melakukan permeteraian kemudian. Pengaruh yang diberikan jika surat perjanjian
tidak bermeterai yaitu tidak dapat dilayani oleh pejabat-pejabat umum dalam lalu lintas
hukum karena dianggap tidak memenuhi prosedur hukum sebagaimana tersurat dalam
UUBM 1985.
Sah tidaknya suatu surat perjanjian tidak ditentukan oleh ada tidaknya meterai
namun oleh Pasal 1320 KUH Perdata. Artinya meterai bukanlah patokan yang
menentukan keabsahan sebuah surat perjanjian. Jika isi perjanjiannya terlarang atau tidak
benar, maka walaupun menggunakan ribuan meterai sama sekali tidak mempunyai
kekuatan yuridis.
B. SARAN
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan
dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Maka, penggunaan bea
materai harus digunakan dengan sebaik baiknya, dan sebagai warga Negara yang baik
kita harus mengerti tentang Bea Materai, serta dapat menggunakannya sesuai aturan yang
berlaku agar tidak terkena sanksi nantinya.
15
DAFTAR PUSTAKA
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hlm 49.
16