Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Disusun oleh:
Siti Hasanatul Magfiroh (17304241015)
Desy Putri Sari (17304241018)
Latifah Uhti Fillah (17304244020)
Kelompok 10, Pendidikan Biologi A 2017
B. TUJUAN
1. Mengetahui peralatan dan bahan, serta pembagian ruang di dalam
laboratorium kultur jaringan tumbuhan.
2. Mengetahui cara sterilisasi alat dan bahan untuk kultur jaringan tumbuhan.
3. Mengetahui cara pembuatan medium kultur jaringan tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara
kerja serta fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan
dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat,
praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).
Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan
peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas
kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur
jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.)Ruang persiapan yang di
dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven,
pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala,
batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple),
lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta
dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting,
mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan
kecil. 3.) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent,
timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop
binokuler, dan shaker (Barahima, 2011). Alat-alat gelas juga memiliki kegunaan dan
fungsi masing-masing yang berguna untuk memudahkan praktikan dalam
melaksanakan praktikum (Subroto, 2000).
Sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan memeriksa alat-alat
yang akan digunakan. Untuk alat-alat gelas dalam penggunaannya memerlukan
ketelitian dan kehati-hatian, misalnya praktikan memeriksa alat tersebut apa ada yang
cacat atau rusak. Untuk memindahkan zat-zat kimia yang berwujud cair kita sering
menghadapi suatu kesulitan yang mungkin disebabkan oleh tekanan biasa yang
mempengaruhi dalam menentukan volume cairan itu dengan tepat. Maka dari itu
dapat digunakan pipet dan buret yang gunanya untuk memindahkan volume cairan
(Arifin, 1996).
Dalam pengukuran harus diperhatikan dua hal yaitu kesalahan pengkuran
dengan alat ukur terutama jenis ukur, misalnya mengukur massa zat dalam satuan
gram sedangkan timbangan analitis sampai miligram. Jika sejumlah zat ditimbang
dengan kedua timbangan maka didalam jumlah angka yang berbeda. Jumlah digit dari
pengukuran yang menyangkut masalah kecermatan dan ketelitian (Syukri, 1994).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf
(Suryowinoto, 1991).
Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure
murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media
tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi
tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai
dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Sebelum membuat media, perlu dilakukan pembuatan larutan stok. Larutan
stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan-bahan kimia
khususnya yang membutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang
karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam lemari pendingin agar
tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba
penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab
larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan
stok yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani,
2002).
Untuk membuat media dengan zat seperti yang telah ditentukan, diperlukan
penimbanga dan penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan pengukuran dapat
menyebabkan terjadinya proses yang tidak dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu
keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau diperbaharui, dengan
mengganti zat-zat tertentu, atau menambahakan zat lain. Untuk melakukan perubahan
ini diperlukan acuan atau pengalaman (Rahardja, 1988).
Menurut Paramartha (2012), beberapa penelitian menyebutkan bahwa
kombinasi penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin
mempengaruhi pertumbuhan eksplan. Jika rasio sitokinin dan auksin relatif seimbang
maka eksplan akan membentuk massa sel yang bersifat meristematik dan terus
melakukan pertumbuhan. Hormon adalah bahan organik yang disintesa pada jaringan
tanaman. Hormon diperlukan dalam konsentrasi rendah untuk mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak molekul sintetis organik yang telah
dikenal memiliki aktivitas serupa hormon. Senyawa sintetis dan hormon yang secara
alami ada, dikenal dengan sebutan zat pengatur tumbuh (Heddy, 1991). Faktor
penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH dari
sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi sel, juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam penyusun media,
pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam lain, dan efisiensi
pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar
antara 5.5-5.8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
Air kelapa sebagai cadangan makanan yang mengandung vitamin dan zat
tumbuh, sehingga dapat menstimulir perkecambahan. Air kelapa mengandung zat atau
bahan seperti; vitamin, asam amino, asam nukleat fosfor, dan zat tumbuh auksin dan
asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulir dalam proliferasi jaringan,
memperlancar metabolisme dan respirasi. Oleh karena itu air kelapa mempunyai
kemampuan besar untuk mendorong pembelahan sel dan proses deferensiasi.
Konsentrasi optimum air kelapa yang diberikan 15% (Tulecke et al, 1960).
Staden dan Drews (1974), melaporkan bahwa dalam air kelapa mengandung
zeatin yang diketahui termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai
kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu
dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan
sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama
auksin (Hess, 1975).
BAB III
METODE
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum pengenalan laboratorium, sterilisasi, dan pembuatan media
dilaksanakan di Laboratotium Kultur Jaringan, Gedung Laboratorium Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Universitas Negeri
Yogyakarta. Praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan dilaksanakan pada
hari Rabu, 29 Februari 2019, sterilisasi alat dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Februari
2019, dan pembuatan media dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Februari 2019.
C. CARA KERJA
1. Pengenalan Laboratorium
Pengenalan laboratorium dilakukan melalui observasi langsung.
2. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan terhadap beberapa alat dan bahan yang akan digunakan
dalam pembuatan media yaitu petridish, botol jam, dan aquadest melalui proses
autoclave. Sterilisasi petridish dilakukan dengan cara, petridish yang bersih dibungkus
menggunakan kertas payung dan diikat dengan karet gelang. Setiap ikatan petridish
berisi 5 petridish. Setelah semua petridish dibungkus dengan kertas payung dan diikat
dengan karet gelang, petridish dimasukkan pada keranjang autoclave kemudian
dimasukkan dalam autoclave. Autoclave dilakukan dengan suhu 121oC dengan
tekanan 1 atm selama 30 menit.
Sebelum botol jam disterilisasi dengan autoclave, botol jam dibersihkan dahulu
dari kotoran seperti media kultur yang sudah tidak terpakai. Botol jam yang sudah
tidak terpakai diletakkan di dalam panci dan ditambahkan air serta sabun pencuci
piring kemudian direbus hingga mendidih. Setelah mendidih, media yang ada di
dalam botol jam dikeluarkan dan botol jam dicuci dengan sabun pencuci piring dan
air mengalir. Setelah itu botol jam dimasukkan dalam keranjang autoclave dan
diautoclave dengan suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 30 menit.
Sterilisasi aquadest dilakukan dengan cara aquadest dimasukkan ke dalam botol
saos sekitar 3/4 volume botol saos yang telah bersih. Kemudian botol ditutup dengan
aluminium foil, lalu plastik bening, dan diikat dengan karet gelang. Setelah itu
aquadest disterilisasi dalam autoclave dengan suhu 121 oC, tekanan 1 atm selama 30
menit.
3. Pembuatan Media
Media yang dibuat ialah media MS + 2 ppm BAP yang diwadahkan pada
petridish, NP+AK yang diwadahkan pada botol jam dan petridish. Media MS + 2 ppm
BAP dibuat sebanyak 400 mL dan diwadahkan pada petridish. Erlenmeyer 500 mL
diisi dengan aquadest 250 mL. Kemudian 40 mL larutan stok makronutrient MS
ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic stirer. Setelah
homogen, 2 mL iron ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunaka magnetic
stirer. Setelah homogen, 1 mL larutan stok mikronutrient MS ditambahakan dan
diaduk kembali hingga merata menggunakan magnetic stirer. Setelah homogen, 8 mL
vitamin ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic stirer.
Setelah homogen, 40 mgram myo-inositol ditambahkan dan diaduk hingga merata
menggunakan magnetic stirer. Setelah myo-inositol larut dan homogen, 8 gram
sukrosa ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic stirer.
Setelah sukrosa larut dan homogen, 2 ppm (0,8 mL) BAP ditambahkan dan diaduk
hingga merata menggunakan magnetic stirer. Setelah semua bahan larut dan
homogen, pH larutan dicek menggunakan pH-stick. Apabila pH awal larutan terlalu
basa (lebih dari 5,7 - 5,8), pH diturunkan dengan penambahan HCL. Demikian juga
jika pH awal larutan terlalu asam (kurang dari 5,7 - 5,8), pH dinaikkan dengan
penambahan NaOH. Akan tetapi, pada larutan media MS tidak diperlukan
penambahan HCL maupun NaOH karena pH larutannya sudah sesuai. Kemudian
volume larutan diatur hingga mencapai 400 mL dengan ditambahkannya aquades.
Untuk membuat media padat, 2,8 gram agar-agar ditambahakan lalu dilarutkan serta
dipanaskan menggunakan hot plate magnetic stirrer. Setelah media mendidih,
erlenmeyer yang berisi media ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet serta
diberi label. Kemudian media disterilisasi dalam autoclave dengan temperatur 121 oC
selama 15 menit. Media yang telah steril dituangkan pada petridish dimana penuangan
media dilakukan di dalam LAF. LAF disterilisasi terlebih dahulu dengan alkohol yang
disemprotkan pada LAF dan dilap hingga kering. Pinggiran petridish yang akan
dibuka dipanaskan dengan api bunsen, kemudian petridish dibuka sedikit, dan media
dituangkan di dekat api bunsen. Setelah itu petridish ditutup dan dipanaskan kembali
dengan api bunsen pada sisi pinggirnya lalu ditutup dengan plastic wrap. Setelah
semua petridish terisi dengan media, petridish dibungkus dengan plastik bening. Satu
palstik bening berisi 5 petridish. Kemudian media diberi label dan disimpan di ruang
kultur.
Media NP+AK dibuat sebanyak 400 mL lalu diwadahkan pada petridish dan
1000 mL lalu diwadahkan pada botol jam. Untuk pembuatan media NP+AK 400 mL,
Erlenmeyer 500 mL diisi dengan aquadest 200 mL. Kemudian 16 mL larutan stok
makronutrient NP ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic
stirer. Setelah homogen, 2 mL iron ditambahkan dan diaduk hingga merata
menggunakan magnetic stirer. Setelah homogen, 0,5 mL larutan stok mikronutrient
NP ditambahakan dan diaduk kembali hingga merata menggunakan magnetic stirer.
Setelah homogen, 8 mL vitamin ditambahkan dan diaduk hingga merata
menggunakan magnetic stirer. Setelah homogen, 40 mgram myo-inositol
ditambahkan dan diaduk hingga larut menggunakan magnetic stirer. Setelah myo-
inositol larut dan homogen, 8 gram sukrosa ditambahkan dan diaduk hingga larut
menggunakan magnetic stirer. Setelah sukrosa larut dan homogen, 60 mL air kelapa
ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic stirer. Setelah semua
bahan larut dan homogen, pH larutan dicek menggunakan pH-stick. Apabila pH awal
larutan terlalu basa (lebih dari 5,7 - 5,8), pH diturunkan dengan penambahan HCL.
Demikian juga jika pH awal larutan terlalu asam (kurang dari 5,7 - 5,8), pH dinaikkan
dengan penambahan NaOH. Pada pembuatan media NP untuk petridish, larutan media
NP diperlukan penambahan 3 tetes NaOH karena pH larutannya terlalu asam.
Kemudian volume larutan diatur hingga mencapai 400 mL dengan ditambahkannya
aquades. Untuk membuat media padat, 2,8 gram agar-agar ditambahakan lalu
dilarutkan serta dipanaskan menggunakan hot plate magnetic stirrer. Setelah media
mendidih, erlenmeyer yang berisi media ditutup dengan plastik dan diikat dengan
karet serta diberi label. Kemudian media disterilisasi dalam autoclave dengan
temperatur 121 oC selama 15 menit. Media yang telah steril dituangkan pada petridish
dimana penuangan media dilakukan di dalam LAF. LAF disterilisasi terlebih dahulu
dengan alkohol yang disemprotkan pada LAF dan dilap hingga kering. Pinggiran
petridish yang akan dibuka dipanaskan dengan api bunsen, kemudian petridish dibuka
sedikit, dan media dituangkan di dekat api bunsen. Setelah itu petridish ditutup dan
dipanaskan kembali dengan api bunsen pada sisi pinggirnya lalu ditutup dengan
plastic wrap. Setelah semua petridish terisi dengan media, petridish dibungkus dengan
plastik bening. Satu palstik bening berisi 5 petridish. Kemudian media diberi label dan
disimpan di ruang kultur.
Sedangkan untuk pembuatan media NP+AK 1000 mL, Erlenmeyer 1000 mL
diisi dengan aquadest 500 mL. Kemudian 60 mL larutan stok makronutrient NP
ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic stirer. Setelah
homogen, 5 mL iron ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic
stirer. Setelah homogen, 1,25 mL larutan stok mikronutrient NP ditambahakan dan
diaduk kembali hingga merata menggunakan magnetic stirer. Setelah homogen, 20
mL vitamin ditambahkan dan diaduk hingga merata menggunakan magnetic stirer.
Setelah homogen, 100 mgram myo-inositol ditambahkan dan diaduk hingga larut
menggunakan magnetic stirer. Setelah myo-inositol larut dan homogen, 20 gram
sukrosa ditambahkan dan diaduk hingga larut menggunakan magnetic stirer. Setelah
sukrosa larut dan homogen, 150 mL air kelapa ditambahkan dan diaduk hingga
merata menggunakan magnetic stirer. Setelah semua bahan larut dan homogen, pH
larutan dicek menggunakan pH-stick. Apabila pH awal larutan terlalu basa (lebih dari
5,7 - 5,8), pH diturunkan dengan penambahan HCL. Demikian juga jika pH awal
larutan terlalu asam (kurang dari 5,7 - 5,8), pH dinaikkan dengan penambahan NaOH.
kan tetapi, pada larutan media NP untuk botol jam tidak diperlukan penambahan HCL
maupun NaOH karena pH larutannya sudah sesuai. Kemudian volume larutan diatur
hingga mencapai 1000 mL dengan ditambahkannya aquades. Untuk membuat media
padat, 7 gram agar-agar ditambahakan lalu dilarutkan serta dipanaskan menggunakan
hot plate magnetic stirrer. Setelah media mendidih, media dituangkan pada botol jam
kurang lebih 1/4 volume botol jam. Botol jam yang telah berisi media disterilisasi
kembali dalam autoclave dengan temperatur 121 oC selama 15 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kultur jaringan yang bertujuan untuk mengetahui peralatan dan
bahan, serta pembagian ruang di dalam laboratorium kultur jaringan tumbuhan,
mengetahui cara sterilisasi alat dan bahan untuk kultur jaringan tumbuhan, dan
mengetahui cara pembuatan medium kultur jaringan tumbuhan dilaksanakan pada
tanggal 29 Januari 2020, 5 Februari 2020, dan 12 Februari 2020 di laboratorium
kultur jaringan FMIPA UNY. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ruangan
laboratorium kultur jaringan FMIPA UNY berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3
bagian yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang penanaman (transfer area),
ruang pertumbuhan (growing area). Skema ruangan di laboratorium FMIPA UNY
adalah sebagai berikut:
B. Saran
1. Sebaiknya pH diukur menggunakan pH meter agar hasilnya lebih akurat.
2. Sebaiknya botol jam yang sudah disterilisasi dilakukan dibuka tepat pada saat
akan menuangkan media agar terhindar dari kontaminasi.
3. Sebaiknya ruang persiapan menjadi satu ruang, tidak dicampur dengan ruang
kultur karena untuk menghindari ketidakstabilan pengkondisian lingkungan
yang telah dikondisikan di ruang kultur sekaligus mempermudah dalam
menyiapkan peralatan, bahan, maupun media kultur.
Daftar Pustaka
Barahima Abbas. 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Bandung: Alfabeta.
Gamborg, O.L. dan Shyluk, J.P. 1981. Nutrition, Media and Charakteristic of Plant
Tissue Culture Method and Aplication In Agriculture. Academic Press.
Hess, D.1975. Plant Phisiology. Springer International. Student Edition. New York:
90-93.
Pierik, R.L.M. 1976. Anthurium andreanum planlets produced from callus tissues
cultivated in vitro. Plant Physiol. 37:80-82.
Rahardja, PE. 1988. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rindang Dwiyani.2015. Kultur Jaringan Tanaman. Bali: Pelawa Sari.
Tulecke, W., L.H. Weinstein, A. Rutner, and H.J. Laurencot. 1961. The Biochemical
Composition of Coconut water (Coconut Milk) as Related to its Use in Plant
Tissue Culture. New York: Plant Research Inc.