Laporan Praktikum Kultur Jaringan Pengen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN
“PENGENALAN LABORATORIUM, ALAT, DAN BAHAN
KULTUR JARINGAN”
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kultur Jaringan

Disusun Oleh:
Nama : Reza Maulana Muhammad
NIM : 4442160006
Kelas : VI B
Kelompok : 4 (Empat)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Metode kultur
jaringan merupakan prosedur laboratorium aseptis yang membutuhkan fasilitas yang unik
dan keahlian khusus. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar metode kultur
jaringan dapat dilaksanakan,diantaranya adalah 1. Laboratorium Kultur Jaringan
Tumbuhan 2. Alat dan bahan yang dperlukan dalam metode kultur jaringan tumbuhan 3.
Metode Sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah
dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di Laboratorium dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat
menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di Laboratorium secara tepat
dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan terhadap
alat-alat di laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan,
menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat, dan menyimpan
alat. Seluruh kegiatan kultur jaringan harus dilakukan secara aseptik. Artinya, seluruh
bahan dan alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. Termasuk ruangan
laboratoriumnya dan pekerja yang melakukan. Sterilisasi ruangan biasanya dilakukan
dengan menyalakan lampu UV selama beberapa menit dan menyemprotkan alkohol 70%.
Sementara itu alat dan bahan yang digunakan disterilkan dengan memanaskan dalam
autoclave atau direndam larutan sodium hipoklorit (kloroks). Bagi para pekerja, sebelum
melakukan aktivitas di dalam laboratorium seluruh permukaan tubuhnya disemprot
dengan alkohol 70%.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum Pengenalan laboratorium, alat, dan bahan kultur jaringan adalah
untuk mengetahui laboratorium, alat, dan bahan kultur jaringan.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

1
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu panci, kompor,
autoclave listrik, autoclave kompor, pinset, scalpel, gunting, plastic wrap, aluminium foil,
botol kultur, gelas beaker, erlenmeyer, gelas ukur, glass jam, tibs, mikropipet, indicator
pH, mikrofilter, suntikan, cawan petri, LAF, hot plate dan magnetic stirrer, lemari
pendingin, neraca analitik dan pembakar Bunsen. Adapun bahan yang digunakan adalah
alcohol 76%, alcohol 92%, NaOH, spirtus, media MS, agar, media stok, media instan,
vitamin, Fe, ZPT, hormon, hara makro, dan hara mikro.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Kultur jaringan menurut Gunawan (1992), adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
Manfaat kita melakukan pengenalan alat adalah untuk memperlancar proses
berjalannya percobaan atau penelitian. Dalam pengenalan alat kita akan mengetahui
fungsi masing-masing alat dan penggunaan alat-alat di dalam laboratorium tersebut.
Menurut Sutrisno (2006) pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita
melakukan percobaan atau penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui
fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan
alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan atau penelitian yang dilakukan dan
dengan kita mengetahui akan fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan
dapat memperlancar jalannya suatu percobaan atau penelitian.
Alat dan bahan di dalam laboratorium kultur jaringan memerlukan perlakuan khusus
yaitu cara membawa, penyimpanan dan penggunaannya demi terjaganya keselamatan
kerja, tidak timbulnya penyakit dan berjalan lancarnya kegiatan di dalam laboratoium
kultur jaringan. Menurut Yusnita (2003) alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
di laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-
masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan
bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya
kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan
di laboratorium secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti membawa alat sesuai
petunjuk penggunaan, menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga
kebersihan alat dan menyimpan alat.
Ruang persiapan merupakan ruangan yang mempunyai 3 fungsi dasar yaitu untuk
membersihkan alat-alat (alat-alat gelas seperti petri, botol, dll), persiapan dan sterilisasi
media, dan penyimpanan alat-alat gelas. Sesuai dengan literatur Halman (2005),
Melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang
diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan
dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yait ruang yang
memiliki persiapan yang di dalamnya terdapat neraca analitik, lemari pendingin (cooler),

2
hotplate, autoclave, pH meter, alat-alat gelas standar (gelas ukur, pipet volume,
erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas dan wadah kultur dari botol selai),
alat untuk mencuci (washtafle), lemari untuk alat dan bahan kimia, shaker, dan kereta
dorong, ruang subkultur atau penanaman yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dan
lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, ruang kultur yang dilengkapi dengan rak
kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk
mengontrol temperatur, dan thermometer.
Ruang penanaman merupakan ruang di mana pekerjaan aseptik dilakukan. Dalam
ruangan ini dilakukan kegiatan isolasi tanaman, sterilisasi dan penanaman eksplan dalam
media. Ruangan ini sedapat mungkin bebas dari debu dan hewan kecil, serta terpisah dan
tersekat dengan ruangan lain. Penggunaan AC sangat dianjurkan dalam ruangan ini, ruang
penanaman juga merupakan ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan subkultur
(penjarangan) pada kondisi steril yang di dalamnya terdapat lemari kaca atau kabinet
yang disebut Laminar Airflow (LAF). Laminar Airflow ini digunakan untuk pemotongan
eksplan, melakukan penanaman dan subkultur. Jika tidak ada LAF yang memadai, tahap
isolasi (pemotongan eksplan) dapat dilakukan di antara kertas saring steril.
Ruang inkubasi merupakan ruang yang paling besar dibanding dengan ruangan yang
lain. Ruangan ini harus dijaga kebersihannya dan sedapat mungkin dihindari terlalu
banyak keluar masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. Ruangan ini berisi rak-
rak kultur yang berfungsi untuk menampung botol-botol kultur yang berisi tanaman. Rak
ini juga dilengkapi dengan lampu-lampu sebagai sumber cahaya bagi tanaman kultur.
Selain rak kultur, ruang kultur juga harus dilengkapi dengan AC, pengukur suhu dan
kelembapan, serta timer yang digunakan untuk menghidup-kan dan mematikan lampu
secara otomatis. Cahaya yang digunakan sebagai penerangan, sebaiknya cahaya putih
yang dihasilkan dari lampu flourescent. Intensitas cahaya yang baik dari lampu
flourescent adalah antara 100 – 400 ftc (1000 – 4000 lux).Intensitas cahaya dapat diatur
dengan menempatkan jumlah lampu dengan kekuatan tertentu.
Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain nutrient yang dalam
jumlah sedikit (1 mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah pola
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan ada beberapa golongan
zat pengatur tumbuh, diantaranya adalah Sitokinin, sitokinin adalah turunan dari adenine.
Golongan ini penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Manfaat dari
hormon sitokinin ini diantaranya adalah; untuk mempercepat pertumbuhan tunas,
mempercepat penambahan jumlah daun, memperbanyak anakan, dan menghambat
penuaan organ tanaman. Jenis-jenis sitokinin antara lain; BAP (6 benzyl amino purine),
kinetin, 2iP (6-∂-∂ dimethiyl allylaminopurine), TDZ (thidiazuron), dan Zeatin. Hormon
yang sering dipakai adalah BAP dan kinetin. Hormon ini sangat stabil, dapat dipakai
secara tunggal atau bersamaan sesuai dengan jenis tanaman yang akan dikultur. 2iP, TDZ
dan zeatin, bersifat labil dan tidak tahan terhadap suhu tinggi. Pemakaiannya dengan
meng-gunakan filter yang dicampurkan pada media yang sudah di autoklaf di dalam
laminar. TDZ sering juga dipakai untuk jenis-jenis tanaman yang sukar tumbuh tunas,
seperti anthurium jenmanii dan aglaonema. Kemudian ada Auksin, auksin secara luas
digunakan dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan akar, kalus, suspensi sel
dan organ. Berikut jenis-jenis auksin yang sering dipakai dalam kultur jaringan, antara
lain; IBA (indole butyric acid), NAA (naphtaleine acetic acid), 2,4-D (2,4
dichlorophenoxy acetic acid), dan IAA (indole acetic acid). IBA sering dipakai untuk

3
pengakaran tanaman karena sifatnya yang stabil dan tidak mudah rusak oleh suhu tinggi.
IAA bersifat photooksidasi, mudah terurai oleh cahaya dan tidak tahan oleh suhu tinggi.
2,4-D dapat digunakan untuk pembentukan kalus tanaman, tetapi apabila dipakai secara
terus menerus dapat menyebabkan mutase.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Pengenalan alat berfungsi untuk memudahkan dalam penggunaan alat di dalam
laboratorium kultur jaringan dan untuk mempermudah proses percobaan di laboratorium
kultur jaringan. Pembagian ruangan laboratorium terdapat 3 ruangan yaitu ruang
persiapan, ruang inokulasi, dan ruang inkubasi, Alat dan bahan di dalam laboratorium
kultur jaringan memerlukan perlakuan khusus seperti cara membawa, pengoperasian dan
penyimpanan agar tidak terjadi kecelakaan kerja, timbulnya penyakit dan lancarnya
kegiatan kultur jaringan.

4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebaiknya berhati-hati dalam menggunakan
alat dan usahakan dalam kondisi steril.

4
DAFTAR PUSTAKA

Halman. 2005. Manfaat Teknik Kultur Jaringan pada Tanaman. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.

Subiani, L. 2011. Pengaruh Pemberian 2, 4-D dan BAP terhadap pembentukan Planlet
Krisan secara In-Vitro. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sutrisno. 2006. Peran Bioteknologi dalam Perkembangan Pertanian di Inonesia. Balai


Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian. Bogor.

Yulita. 2012. Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian.


Universitas Hasanuddin. Makassar.

6
LAMPIRAN

7
8

Anda mungkin juga menyukai