9, Mildha Afiyah Salsabila (B3) )
9, Mildha Afiyah Salsabila (B3) )
9, Mildha Afiyah Salsabila (B3) )
MIKOLOGI (JAMUR)
DI SUSUN OLEH :
14120210053
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 3
A. Jamur.................................................................................................. 4
B. Pertumbuhan Funggi........................................................................... 16
C. Penyakit yang Disebabkan Jamur...................................................... 21
D. Fisio Logi Jamur.................................................................................... 25
E. Perkembangbiakan Jamur ................................................................. 30
F. Klasifikasi Jamur............................................................................... 38
G. Candida albicans................................................................................ 41
H. Pakaian Bekas ................................................................................... 53
I. Struktur Sel.......................................................................................... 59
J. Jenis Reproduksi.................................................................................. 60
K. Patogenitas Jamur............................................................................... 69
L. Jenis-Jenis Pemeriksaan..................................................................... 70
A. Kesimpulan ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme di udara dapat berasal dari orang yang terinfeksi,
pemanasan, ventilasi dan sistem pendingin udara atau yang dikenal juga
dengan Heat Ventilation Air Conditioner (HVAC). Bakteri, jamur, dan
alergen dapat dengan mudah masuk ke dalam ruangan melalui asupan udara
HVAC dan menyebar melalui sistem regulasi udara.Sejumlah studi
membuktikan bahwa tingkat kontaminan dalam udara di ruangan dapat
beberapa kali lipat dibandingkan kontaminan di udara luar ruangan.
Kenyataan ini ditambah dengan adanya fakta bahwa kebanyakan orang
menghabiskan 90% waktunya dalam ruangan yang mengakibatkan
peluang terkontaminasi oleh polutan dalam ruangan sangat dominan. .
Secara umum manusia berinteraksi dengan lingkungan yang penuh
mikroorganisme, parasit, dan virus. Terdapat tiga jalan bagaimana bakteri
maupun virus memasuki tubuh manusia yaitu melalui sistem
pernapasan, pencernaan, dan kontak kulit (Achmadi, 2013). Jika ada 1
orang yang masuk ke suatu ruangan maka jumlah kuman di udara akan
meningkat sebanyak 37 juta kuman/ jam.
Miko lo gi merupakan telaan mengenai prot ista
eukar iot ik nonfotosintetik yang disebut fungi. Fungi atau jamur
adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan
hewan yang kompleks, menguraikan nya menjadi zat-zat kimia yang
lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanh dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat
menguntungkan bagi manusia.
Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka
membusukkan kayu, tekstil, makanan, dan bahan- bahan lain. Pada
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memahami dan
menjelaskan konsep Mikologi (Jamur)
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu memahami konsep mikologi (jamur).
b. Penulis mampu menjelaskan konsep mikologi (jamur).
c. Penulis mampu memahami dan menjelaskan gambaran umum
mikologi (jamur).
d. Penulis mampu menjelaskan dan memahami kelompok jamur.
e. Penulis mampu menjelaskan dan memahami jenis penyakit yang
disebabkan oleh jamur.
f. Penulis mampu menjelaskan dan memahami Pencegahan penyakit
yang di sebabkan oleh jamur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur
1. Definisi Jamur
Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes=jamur dan
logos=ilmu. Menurut Alexopoulos et al. (1996) dalam Gandjar (2006),
sebenarnya istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat adalah
mycetology, karena mykes berdasarkan tatabahasa Yunani adalah
myceto. Fungi dalam bahasa Latin juga berarti jamur. Jamur
merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat biologisnya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya terutama di
alam seperti air dan tanah sebagai jamur saprofit. Kehidupan jamur
memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan yang tinggi.
Meskipun demikian jamur dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, sehingga jamur dapat hidup di gurun pasir yang kering dan
panas (1).
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan
eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel
atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian
besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa
atau ketosan. Gambaran tersebut yang membedakan jamur dengan
sel hewan dan sel tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding sel,
sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur
mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak
mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara aseksual, seksual atau
keduanya (1).
Pertumbuhan Jamur Dalam mikrobiologi definisi pertumbuhan
adalah pertambahan volume sel, karena adanya pertambahan
5
a. Hifa
7
4. Dinding Hifa
Dinding Hifa atau dinding sel umumnya terdiri dari selulose
(suatu karbohidrat yang berantai panjang), zat serupa lignin dan
beberapa zat organik lainnya.
12
yang lain dan pada sel yang bersifat parasit untuk memecahkan
dinding sel inang.
Nukleus / Inti jamur mempunyai inti yang lengkap yang kita
sebut eukarion, yaitu inti yang berdinding, mempunyai nucleolus dan
bahan inti (kromatin) yang membentuk kromosom. Pada jamur yang
tumbuhnya terdiri dari hifa yang tidak bersekat (nonseptate), inti
tersebar dimana-mana, hifa tersebut dinamakan senosit (ceonocyt).
Sedang pada hifa yang bersekat (septate hypha), pada setiap sel terdapat
satu, dua atau lebih inti.
7. Haustoria
Haustoria yaitu hifa bercabang atau gelembung bertangkai
yang terdapat pada jamur parasit yang dapat menembus dinding sel
inang berfungsi untuk absorpsi makanandari sel inang.
8. Plectenchym
Plectenchym yaitu jaringan tenun dari miselium, terdapat dua
bentuk yaitu jaringan longgar disebut prosenchyma dan jaringan padat
disebut pseudopharenchyma.
9. Stroma
Stroma yaitu suatu anyaman / jalinan hifa yang cukup
padat, fungsinya sebagai bantalan untuk tumbuh bagian-bagian lain.
10. Sklerotium
Sklerotium yaitu anyaman padat serupa rizopor, berfungsi untuk
melekat.
11. Spora
B. Pertumbuhan Fungi
1. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-
nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-
enzim ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa
kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong,
atau kentang, maka fungi tersebut harus mampu mengekskresikan
enzim α-amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa. Senyawa
glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi. Apabila substratnya
17
miselium berupa satu sek multi inti yang bersambung, tubular (seperti
pipa), bercabang atau tidak bercabang atau miselium tersebut dibagi
oleh dinding melintang (septa), setiap sigmen menjadi hifa multi inti.
Pertumbuhan miselium terjadi pada ujung hifa (Agrios, 1996). Sebagian
besar jamur berkembang baik dengan spora. Spora mungkin di bentuk
secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel
yang terspesialisasi, spora, tahap melibatkan kariogami dan miosis)
atau sebagai hasil proses seksual. Reproduksi seksual terjadi pada
sebagian besar jamur. Beberapa diantaranya, dua sel (gamet) yang sama
ukuran dan bentuknya bersatu dan menghasilkan zigot, yang disebut
zigospora. Pada sekelompok besar jamur tidak diketahui reproduksi
secara seksual, baik karena jamur tersebut tidak mempunyai reproduksi
secara seksual atau karena belum ditemukan. Nampaknya jenis jamur
tersebut hanya berkembang biak secara aseksual
6. Teori Simpul
Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit menular,
pada hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul. Simpul 1
yaitu sumber penyakit. Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan
dan/atau menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau
mengemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah komponen
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
media perantara (yang juga komponen lingkungan) (6).
Dalam hal ini, simpul 1 berupa jamur yang terdapat pada pakaian
bekas, diantaranya jamur Candida albicans dan Aspergillus spp.
Simpul 2 yaitu mediatransmisi penyakit. Media transmisi penyakit
yaitu komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit.
Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di
dalamnya tidak mengandung agen penyakit (6). Dalam hal ini,
simpul 2 berupa udara dan pakaian yang mengandung bakteri yang
berasal manusia. Simpul 3 yaitu perilaku pemajanan. Hubungan
interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut
21
D. Fisiologi Jamur
a. Nutrisi Jamur
Jamur adalah suatu organisme heterotrop artinya untuk
hidupnya memerlukan zat-zat organik dari organisme lain. Dari cara
hidupnya jamur dibagi dalam 4 golongan yaitu: parasit, saprofit,
komensal dan simbion. Sebagai parasit jamur memer- lukan zat hidup
yang diperoleh dari makhluk lain yaitu manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Sebagai saproba atau saprofit jamur memerlukan zat
organik mati untuk hidupnya terutama pada tumbuh-tumbuhan.
Sebagai komemsal atau simbion jamur memerlukan organisme lain
untuk menumpang atau bersimbiosis misalnya mikoriza dan lichen.
Senyawa-senyawa nutrisi yang diperlukan untuk kehidupan
jamur antara lain :
1) Senyawa organik, sumber karbon diperoleh dari glukosa,
sukrosa, maltose, tepung dan selulosa.
2) Sumber nitrogen diperoleh dari pepton, asam amino,
protein,nitrat, garam ammonium dan urea
3) Ion-ion anorganik esensial yaitu Na, P, Mg, S.
4) Ion-ion anorganik sebagai trace element: Fe, Zn, Cu, Mn,Mo
dan Galium.
5) Faktor tumbuh: Zat perangsang tumbuh, vitamin danhormon.
26
b. Metabolisme
Metabolisme adalah proses kimiawi dalam sel hidup yang
menghasilkan dan menggunakan energi untuk hidup sel. Oleh
karena itu dibutuhkan nutrisi yang mungkin berbeda untuk setiap
jenis. Nutrisi tersebut dirubah menjadi materi sel, energi dan produk
buangan.
Metabolisme dibagi dua yaitu katabolisme dan anabolisme.
Katabolisme merupakan penguraian ataudesimilasi senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang disertai dengan
pembebasan energi. Energi tersebut disimpan dalam bentuk Adenosin
trifosfat (ATP) hasil sintesis dari ADP dan fosfat atau melalui reduksi
a) Suhu minimum : 2 – 5 0C
b) Suhu optimum : 22 – 27 0C
Jamur yang berinti dua (atau banyak) yang tidak sama dan
dapat mengadakan perkawinan sendiri disebut homotalik subur. Jika
suatu jamur secara morfologik jelas menghasilkan jenis kelamin
jantan (anteridium) yang menghasilkan sel kelamin jantan dan alat
kelamin betina (oogonium) yang mengandung sel telur, maka jamur
itu disebut hermafrodit. Biasanya jamur hermafrodit
dapatmengadakan perkawinan sendiri, keadaan ini kita sebut berumah
satu (monoecius).
Bila ada jamur yang hanya menghasilkan alat kelamin jantan
saja, atau hanya alat kelamin betina saja, maka keadaan itu kita sebut
berumah dua (dioecius).
Alat kelamin pada umumnya kita sebut gametangium, sedang
sel kelamin disebut gamet. Gametangium yang menghasilkan sel
kelamin jantan dinamakan anteridium, sedang gametangium yang
menghasilkan sel kelamin betina kita namakan oogonium. Sering
kali gamet jantan dan gamet betina secara morfologis tidak dapat
dibedakan yang satu dari yang lain; dalam hal demikian gamet-gamet
itu disebutisogamete. Jika gamet-ganet tersebut jelas berbeda,maka
disebut mereka anisogamet, jika berbeda besar dan kecilnya, atau
heterogamet apabila berbeda jenis kelaminnya. Pada jamur rendah
terdapat gamet-gamet yang bergerak, untuk itu dinamakan
planogamet, sedang yang tidak bergerak disebut aplanogamet. Sel
telur adalah suatu aplanogamet, sedang anterozoida adalah
planogamet. Berbagai bentuk gamet. semuanya adalah planogamet,
kecuali sel telur yang menetap dalam oogonium
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat kita
klasifikasikan sebagai berikut:
2. Persatuan planogamet
Ini terjadi antara dua gamet yang dapat bergerak; untuk ini
dapat diciptakan istilah planogametogami. Kalau persatuan itu terjadi
antara dua planogamet yang berbeda ukuran atau planogamet yang
36
satu dapat bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan itu
disebut anisogametomi. Contohnya pada Allomyces dan
Monoblephari.
3. Kontak antara Gametangium
Pada banyak species jamur yang tidak menghasilkan sel
kelamin, plasmogami dapat terjadi langsung antara dua gametangium
yang kompatibel, sedang masing-masing gametangium selama
plasmogami tidak mengalami peru- bahan. Melalui suatu lubang atau
saluran kecil yang terjadi antara kedua gametangium yang
mengadakan kontak, mengalirlah inti atau inti-inti dari anteridium
ke oogonium. Setelah ini berakhir, maka oogonium
dapatberkembang, sedangkan anteredium mungkin mengalami
desintegrasi.
4. Persatuan Gametangium atau Gametangiogami
Pada Gametangiogami ini terjadi perpindahan seluruh isi
anteredium keogonium. Dalam hal ini ada dua cara. Pertama ialah,
antara anteridium dan oogonium terbentuk lubang atau saluran,
sehingga seluruh protoplast dari anteridium pindah ke oogonium
lewat lubang atau saluran tersebut.Kedua,
5. Spermatisasi
Beberapa jamur tinggi menghasilkan semacam konidia kecil
berinti satu yang kita sebut spermatia. Spermatia dapat terbawa angin,
air, serangga atau lainnya untuk membuahi gametangium betina.
Antara spermatania dan gametangium terdapat lubang tempat
mengalir protoplast dari spermatatia ke gametangium (oogonium).
6. Somatogami
Pada Jamur-jamur tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin,
maupun sel kelamin, dan persatuan protoplast antara dua jenis
yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap sel tubuh (hifa) dari
jenis yang satu dengan sel tubuh (hifa) dari jenis yang lain.
F. Klasifikasi Jamur
Penamaan jamur mengikuti permufakatan internasional. Tiap jamur
diberi dwinama yang menyebutkan genus dan speciesnya (binomial).
Klasifikasi dan penamaan jamur masih jauh dari sempurna. Masih banyak
hal-hal yang memerlukan penelitian lebih luas dan mendalam sebelum kita
dapat menetapkan suatu taksonomi yang agak stabil.
Karena filogeni (asal-usul) masing-masing species yangdi golongkan
sebagaijamur itu belum seluruhnya jelas, maka penelitian lebih lanjut
memungkinkan terjadinya perubahan dalam klasifikasi. Dalam
penggolongan jamur lendir dan jamur tingkat rendah Dwidjoseputro (1979)
memperhatikan pendapat Wolf, Webster, dan Von Ark, sehingga
mengusulkan adanya Pseudomycomycetes untuk menampung ordo
Acrasiales dan ordo Labyrynthulales, sedang klas Plasmodiophora,
Myxoromycetes dianggap lebih sesuai kalau dimasukkan dalam subdivisi
Myxomycotina. Sulit bahkan mustahil untuk mengelompokkan misalnya
jamur lendir dengan jamur-jamur yang lain menjadi suatu kesatuan yang
wajar; yang dimasukkan dalam suatu wadah sangatlah heterogen. Tak
mengherankan kalau ada sarjana-sarjana yang menciptakan suatu Kerajaan
(Regnum) baru untuk merangkum makhluk-makhluk yang tidak diketahui
apakah itu tumbuhan atau hewan. Mereka mengusulkan adanya kerajaan
Protista, dan jamur lendir tercakup di dalamnya dengan nama Mycetozoa.
Yang di usulkan oleh sarjana-sarjana lain menarik juga, namun kurang
langsung berhubungan dengan taksonomi.
Dwidjoseputro dalam bukunya (9) memasukkan semua jamur dalam
kerajaan Tumbuhan (Ragnum Plantae). Kerajaan ini di bagi atas divisi-
divisi, dan jamur masuk dalam Mycota/Mycophyta. Selanjutnya divisi
Mycota di bagi menjadi dua dua subdivisi yaitu subdivis Myxomycotina/
Mycomycophyta dan subdivisi Eumycotina/ Eumyxomy-cophyyta. Subdivisi
dibagi atas klas, nama klas berakhiran– mycetes. Klas dibagi atas subklas,
39
nama subklas berakhiran – mycetidae. Subklas di bagi atas ordo, dan nama
ordo berakhiran – ales. Ordo di bagi atas famili, dan nama famili
berakhiran – aceae.
Kingdom : Plantae
Ordo : ales
Famili : aceae
Superkingdom :Eukaryo
Divisi 1 : Gymnomycota
Subdivisi I : Acrasiogymnomycotin
Kelas I : Acrasiomycetes
Subdivisi 2 : Plasmodiogymnomycotina
Kelas 1 : Protosteliomycetes
2 : Myxomycetes
2 : Myxogastromycetidae
40
3 : Stemonitomycetida
Divisi II : Mastigomycota
Kelas 1 : Chytridiomycetes
2 :
3 :Hyphochytridiomycetes
4 Subdivisi
Plasmodiophoromycetes
2 : Diplomastigomycotina
Kelas 1 : Oomycetes
Subdivisi 1 : Zygomycotina
Kelas 1 : Zygomycetes
2 : Trichomycete
Subdivisi 2 : Ascomycotina
Kelas 1 : Ascomycetes
Subkelas 1 : Hemiascomycetidae
2 : Plectomycetidae
3 : Hymenoascomycetidae
4 : Laboulbeniomycetidae
5 : Loculoascomycetidae
Subdivisi 3 : Basidiomycotina
Kelas 1 : Basidiomycetes
Subkelas 1 : Holobasidiomycetidae
2 :
Phragmobasidiomycetidae
41
G. Candida albicans
1. Taksonomi
Menurut Lodder (1970) dalam Siregar (2004), taksonomi Candida
albicans adalah :
Kelas : Deutromycota
Famili : Cryptococcaccae
Subfamili : Candidoidea
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
2. Ciri-Ciri
Sel-sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, atau
bulat lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ.
Berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang
tumbuh dari tunas, disebut blastospora. Candida albicans dapat
mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan membentuk
koloni ragi dengan sifat-sifat yang khas, yakni: menonjol dari
permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih
kekuningkuningan, dan berbau ragi (9).
3. Epidemiologi
Candida albicans hidup sebagai saprofit, merupakan flora
normal pada mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, vagina, lipatan
kulit dan di alam ditemukan pada tanah, air, serangga dan tumbuh-
tumbuhan (KSDMI, 2001). Candida albicans mudah tumbuh pada suhu
200C-370C, tahan terhadap suhu dingin, tetapi sensitif terhadap suhu
panas 500C-600C (Firda, 2008). Diperkirakan sekitar 25%-50%
individu sehat mengandung jamur kandida di dalam mulut sebagai
flora normal. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah
menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut
kandidiasis atau kandidosis (9).
4. Penyakit yang Ditimbulkan
Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Candida albicans yaitu
kandidiasis. Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau
jaringan yang lebih dalam lagi (Entjang, 2003). Candida albicans dapat
menyebabkan kandidiasis mukosa superfisial dan kandidiasis kulit
yang menyebar secara hematogen ke berbagai organ seperti hepar,
43
5. Aspergillus spp.
a. Taksonomi
Kingdom : Myceteae
Divisio : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus niger
b. Ciri-Ciri
Jamur Aspergillus rata-rata membutuhkan suhu yang hangat
(40-430C), kelembapan tinggi (80-850C) dan material organik
untuk tumbuh dan berkembangbiak. Pertumbuhan jamur tersebut
akan terganggu pada suhu 4,50C dan bisa dimusnahkan pada suhu
71-1000C (Info Medion Online, 2015). Aspergillus spp. yang tumbuh
46
c. Epidemiologi
48
Gambar 11. Foto thorax aspergillosis paru invasif (Sumber: Putrimaura, 2014)
6. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-
masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Skiner (1938) dalam (10) perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Sedangkan
perilaku kesehatan adalah tindakan/aktivitas/kegiatan baik yang
diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap
stimulus/rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan
a. Pengetahuan
50
kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang
berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut
zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora
mengalamai dormansi (istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu
zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan
betina hanya istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi
isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.
b. Divisi Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat
menghasilkan spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi
seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa.
Kotak spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus,
untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan
yang teliti.
c. Reproduksi secara sesksual
Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas
sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang
berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya
menjadi lebh besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari
ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi jantan yang disebut
anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh
saluran yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum.
Saluran itu disebut trikogin.Melalui saluran trikogin inilah inti sel
dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium.
Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasanga.
Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh
beberapa hifa.
Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang
berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah
secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah memasuki
inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang,
58
sel hifa bersepta ada yang berinti satu (uni nukleat), berinti dua (binukleat
atau dikariotik), atau berinti banyak atau senositik (coenocytic).Struktur
tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo
Sacharomyces cerevisae, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur
kayu. Pertumbuhan terjadi dari ujung apikal, vesikula apical mengandung
bahan dan enzim untuk pembentukan dinding hyphal baru. Hifa tua
berkurang aktivitas biokoimianya dan banyak mengandung vakuola.
J. Sistem Reproduksi
Reproduksi jamur dapat terjadi secara vegetatif (aseksual) maupun
generatif (seksual). Pada umumnya, reproduksi secara generatif
merupakan reproduksi darurat yang hanya terjadi bila terjadi perubahan
kondisi lingkungan. Reproduksi secara generatif dapat menghasilkan
keturunan dengan variasi genetik yang lebih tinggi dibanding dengan
reproduksi secara vegetatif. Adanya variasi genetik ini memungkinkan
dihasilkannya keturunan yang lebih adaptif bila terjadi perubahan
kondisi lingkungan.
1. Reproduksi Secara Vegetatif
Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan
dengan cara pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru.
Sementara reproduksi secara vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan
tumbuh menjadi jamur baru.
2. Pembentukan spora aseksual. Spora aseksual dapat berupa
sporangiospora atau konidiospora. Jamur jenis tertentu
yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor(tangkai
kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium
(kotak spora). Di dalam kotak spora terjadi pembelahan sel secara
mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom
yang haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah
dewasa dapat menghasilkan konidiofor(tangkai konidium).
Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak
konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara
mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora dengan
62
K. Patogenitas Jamur
1. Sekilas mengenai infeksi jamur
Infeksi jamur ditandai dengan adanya invasi ke jaringan oleh
jamur. Infeksi jamur dibagi menjadi infeksi jamur superfisial, kondisi
luka terlokalisasi pada kulit hingga ke jaringan yang lebih dalam ke
paru-paru, darah ataupun infeksi sistemik lainnya.
Infeksi jamur dapat dikategorikan berdasarkan bagian tubuh
yang terinfeksi, seberapa dalam mereka menembus tubuh, jamur
penyebab infeksi, dan bentuk jamur.
Umumnya, saat spora jamur terhisap, sistem imun dalam
tubuh akan mengenalinya sebagai benda asing dan menghancurkannya
sehingga tidak terjadi infeksi jamur.
Beberapa jamur bersifat oportunistik yang dapat menyebabkan
penyakit pada saat sistem kekebalan tubuh terganggu sementara yang
70
lain bersifat patogen, yang dapat menyebabkan penyakit baik pada saat
sistem kekebalan tubuh normal maupun tidak.
2. Penyebab dan Gejala
Candidiasis, aspergillosis dan kriptokokosis adalah beberapa
dari infeksi jamur yang umum yang disebabkan oleh Candida albicans,
Aspergillus dan Cryptococcus. Jika salah satu jamur ini masuk ke dalam
aliran darah, mereka dapat menyerang organ internal, sehingga
menyebabkan gejala. Candida adalah jamur yang hidup dalam tubuh
manusia, tetapi dalam keadaan tertentu, dapat berkembang biak dan
mulai mempengaruhi organ. Penggunaan jangka panjang antibiotik
dan kadar gula darah tinggi dapat merupakan satu peningkatan risiko
infeksi ini. Infeksi dapat mempengaruhi organ-organ vital seperti
jantung, ginjal dan paru-paru. Infeksi jamur usus dapat menyebabkan
kembung, gangguan pencernaan, diare dan ketidaknyamanan perut.
Jika jamur sampai ke otak, kita bahkan bisa menderita kejang.
Kriptokokosis merupakan infeksi jamur serius yang disebabkan oleh
menghirup jamuryang disebut Cryptococcus. Jamur ini terutama
ditemukan di tanah dengan kotoran burung. Jamur ini dapat
menyebabkan peradangan selaput otak. Dalam keadaan seperti itu,
penderita mengalami gejala seperti kebingungan, mual muntah, kejang,
penglihatan kabur, sakit kepala atau mengantuk. Jika paru-paru
terkena, penderita mungkin mengalami gejala seperti letih lesu, batuk
kering, demam dan nyeri dada.
Jamur lain yang disebut Aspergillus dapat mempengaruhi sinus
atau paru-paru. Aspergilosis invasif terjadi ketika jamur ini
menyerang paru-paru dan menyebar ke organ lain melalui darah.Jamur
ini dapat mempengaruhi orang-orang yang kekebalan tubuhnya
terganggu. Mereka yang didiagnosis dengan kanker atau HIV
rentan terinfeksi jamur ini. Dalam kasus yang parah, otak atau tulang
juga mungkin akan terpengaruh. Jamur ini dapat dihirup melalui tanah
atau debu rumah. Jika paru-paru atau sinus yang terkena, salah satu
71
Prinsip Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku
dan rambut sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan
terlihat hypa dan atau spora. Pemeriksaan KOH (kalium
hidroksida) merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk
menegakkan diagnosis pada setiap kasus kelainan kulit pada infeksi
jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengerokkan
kulit pada bagian kulit yang mengalami infeksi jamur. Hasil yang
diterapkan pada pemeriksaan ini ditemukannya elemen jamur beruoa
hifa panjang dan artrospora (hifa bercabang) yang berarti bahwa
penyebab kelainan kulit pada pasien disebabkan oleh jamur nakal
(dermatofita) .
Tujuan Menemukan adanya hypa dan atau spora pada kulit, kuku
dan rambut. Alat dan Bahan
Alat :
a. Mikroskop
b. Kapas
c. Pipet Tetes
d. Scapel
e. Petridish
f. Obyek Glass
g. Cover Glass
Bahan :
a. KOH 10 %
b. KOH 10 %
c. Alkohol
Langkah Kerja :
a. Kulit
73
d. M e t o d e h e i n r i c l i s
Dengan memakai object glass, tisuue b
a s a h y a n g d i masukan dalam cawan dan di sterilkan. 7alu
meneteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada media
co/er glass yang tidak di beri lilin. Inkubasi pada suhu kamar
selama 3x24 jam.
3. Metode slide culture (microculture).
Teknik ini bertujuan untuk mengamati sel kapang dengan
menumbuhkan spora pada object glass yang di tetesi media dengan
preparat ulas seperti yang telah diuraikan di depan. Namun sering kali
misselium auat susunan spora menjadi pecah atau terputus sebagian
penampakan di mikroskop dapat membingungkan. dengan teknik ini,
spora dan m i s e l l i u m t u m b u h l a n g s u n g p a d a s l i d e s
e h i n g g a d a p a t m e n g a t a s i m a s a l a h tersebut.
4. Metode riddle
Setelah penyeterilan saboruad dextrose agar steril di potong
bentuk kubus dan diletakan di objek glass dan diinkubasi selama
3x24 jam taruh di preparat dan di amati. Macam- macam metode
perhitungan koloni adalah
a. Metode langsung = Metode dimana massa agar di tentukan setelah
sel-selnya diendapkan dengan sentifuge.
75
c. Prosedur Kerja
Di ambil cawan petri yang berisi jamur dalam PDA dari
dalam incase. Kemudian di panaskan jarum loop di atas bunsen
untuk pengkondisian asept is lalu di dinginkan dengan
76
d. Antibiotika
Antibiotika adalah suatu golongan zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme atau bahan hayati yang kerjanya antagonis
terhadap mikroorganisme lain (Waksman, 1994) pada konsentrasi
100 um/ml atau kurang (Deacon, 1984). Antibiotika banyak di
hasilkan oleh species fungus biasa, tetapi kebanyakan di peroleh
dari macam-macam bakteri mirip fungus yaitu golongan
Actinomycetes dan sedikit sekali yang Dihasilkan Antibiotika sukar
dideteksi di lingkungan alamiah karena antibiotik dapat langsung ia
bsorpsi ke dalam material lingkungan misalnya tanah, di samping
itu organisme harus dalam keadaan tumbuh sebelum ia
memproduksi antibiotika. Jika tidak antibiotik akan sulit untuk
di lihat keberhasilannya. Produksi antibiotika adalah bentuk
antagonis yang berperan secara langsung, meliputi parasit dan
predasi, serta konpetisi yang berpengaruh secara langsung dalam
memperoleh kebutuhan hidup.
78
f. Rajin gunting kuku tangan dan kaki. Mengapa? Jika ada bagian
tubuh yang terinfeksi jamur dan tidak sengaja menggaruknya,
jamur akan menempel di bawah kuku, dan mulai menginfeksi
jaringan di bawah kuku. Bahkan bisa jua kita secara tidak sadar
memindahkan jamur tersebut ke daerah lainnya.
g. Usahakan setiap hari mengganti pakaian, gantilah dengan baju
yang bersih, bukan dengan baju yang sudah dipakai berhari-hari.
h. Jika sudah terinfeksi ada baiknya langsung diobati agar tidak
menyebar ke daerah yang lain.
i. Cucilah tangan dan mandi dengan air bersih
BAB III
KESEIMPULAN
bervariasi akan dialami tergantung pada bagian tubuh yang dipengaruhi oleh
infeksi jamur.
Daftar Pustaka
5. Di, K., Meutia, G., & Langsa, K. (2021). Hubungan Personal Hygiene Dan
Sanitasi Lingkungan Dengan Keluhan Penyakit Relationship of Personal
Hygiene and Environmental Sanitation with Complaints of Skin Diseases In
Gampong Meutia , Kecamatan Langsa Kota Pendahuluan. 4(1), 31–40.
6. Dlova NC, Mosam A, Chateau A. Eumycetoma . Clinical Infectious Disease
(Second Edition).2018. 180-183 p
7. Kartini. (2020). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. J Pembang Wil Kota.
8. Khayati L, H. W. Keanekaragaman Jamur Makro di Arboretum Inamberi. J
Mikol Indones.2018;2(1):30-38
9. L, T. (2019). Classification of fungi Morphology of fungi.
10. Nurlina, M. (2011). Mikologi dalam Kesehatan.
11. RM., D. (2021). Perkembangan dan Jenis Jamur. PT. Nasya Expanding
Management.
12. Webster, J. (2017). Introduction to fungi.
13. Wijayanti, T. S. (2020). Penerapan Metode SQ3R dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 4(4), 224–230.
https://doi.org/10.36312/jisip.v4i4.1492