Bab 2 Survailens

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PENYAKIT TB PARU :

PENYEBAB,PROMOSI DAN PENANGGULANGANNYA

A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENEMUAN SUSPEK TB PARU


1. Kurangnya pengetahuan mengenai gejala dan penyebab TB paru
Factor pengetahuan merupakan salah satu factor determinan yang mempunyai
pengaruh pada hamper semua aspek kehidupan. Salah satu contoh kasus seperti
pengetahuan tentang batuk,demam dan hilangnya nafsu makan tidaklah begitu mudah
di kenal masyarakat sebagai gejala TB paru sampai ditemukan gejala yang serius
seperti batuk sampai mengeluarkan darah dan menurunnya berat badan
(Loonort,2004).

Ada dua gejala utama untuk mengenali penyakit TB paru di India yaitu berupa
kuman dan kesusahan. Kesusahan dipercaya sebagai penyebab penyakit TB
paru,penderita tidak melakukan penyembuhan,tetapi mencari asal permulaan
kesusahan mereka. Kesusahan yang dipercaya dalam menimbulkan penyakit speperti
masalah keuangan,atas kecurigaan antar suami-istri tentang kesetiaan mereka
(Lonnort,2004).
2. Sosial Ekonomi
Factor social ekonomi merupakan factor determinan yang mempunyai pengaruh
pada hampir semua aspek kehidupan. Penemuan tingkat kesejahteraan masyarakat
seringkali menggunakan keadaan social ekonomi sebagai indicator utama.
Berdasarkan beberapa indicator,maka masyarakat dapat di golongkan menjadi
bebrapa kategori seperti miskin-tidak miskin,prasejahtera-sejahtera
(Aditama,2005;Yuswianto,2006).

Hubungan antara sosioekonomi dengan kejadian TB paru masih dipengaruhi oleh


factor lainnya. Factor yang berperan dalam sosioekonomi untuk meningkatkan risiko
timbulnya penyakit TB paru, yaitu kepadatan jumlah orang dalam rumah,kualitas
perumahan yang meliputi ventilasi rumah,jenis dinding,jenis lantai,dan luas kamar.
Sosioekonomi seseorang juga mempengaruhi kemampuannya untuk penyediaan
pangan (Rasyid,2009).
3. Stigma tentang TB paru
Stigma memiliki kontribusi dalam mempengaruhi alasan mengapa presentase
penemuan dan penyembuhan mengenai TB paru belum maksimal. Stigma social TB
paru juga memainkan peran yang cukup besar dalam hal tersebut.

Stigma ini disebabkan sepenuhnya oleh penyakit tidak menular,yang membawa


isolasi social dalam jumlah besar. Pasien TB paru dianggap ostracized oleh teman-
temannya begitu juga dengan keluarganya,misalkan makan secara terpisah dan
memakai alat makan yang berbeda. Ethopia infeksi TB paru dapat mengakibatkan
perceraian, 29% perceraian yang terjadi di Ethopia dikarenakan mereka menderita
TB paru, wanita dikembalikan ke keluarganya hingga mereka sembuh kembali atau
menikah lagi bagi sang suami (Lonnort,2004).
Perkumpulan orang pengidap penyakit TB paru yang hidup di bawah garis
kemiskinan mempertegas stigma akan penyakit ini. Pengidap TB paru dipandang
sebagai orang yang kotor atau jorok yang disebabkan oleh kesehatannya semakin
memburuk (Lonnort,2004).
4. Perilaku mencari pengobatan pasien TB paru
Dalam melakukan tindakan untuk memperoleh kesembuhan, seseorang
mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda dalam
hal ini dokter pribadi (dokter swasta dan dukun). Karakteristik predisposisi adalah
setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan yang berbeda
seperti halnya dokter praktek dan dukun.

Penelitian di india mendapatkan 70-80% penderita TB paru memilih pelayanan


swasta sebagai pilihan pertama dan di Malaysia mendaptkan bahwa 48-82% penderita
TB paru memilih pelayanan swasta sebagai pilihan pertama. Secara rinci
menggambarkan perilaku pencarian pengobatan TB paru di india,yaitu sebanyak 18%
penderita TB paru berobat ke dokter praktek swasta, 30% penderita berobat ke
farmasi swasta,8% berobat kerumah sakit swasta,12% berobat ke puskesmas ,15%
berobat ke rumah sakit pemerintah dan 17% berobat ke lain-lain.
5. Pemberdayaan masyarakat dalam penemuan suspek TB paru
Pemberdayaan masyarakat secara penuh memiliki kontribusi dalam
mempengaruhi alasan mengapa presentasi penemuan dan penyembuhan mengenai TB
paru belum maksimal. Pemberdayaan masyarakat juga memainkan peran yang cukup
besar dalam penemuan suspek TB paru.

Pemberdayaan kelompok masyarakat seperti yang dilakukan dokter praktek


swasta sukses dalam meningkatkan penemuan suspek sekaligus CDR,yaitu Myanmar
(CDR=99%),China (CDR=80%) pada tahun 2005 .

B. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TB PARU


Program penanggulangan TB paru , bila CDR=70%, dengan Cure Rate=85% dan
didukung oleh langkah kesalahan laboratorium <5% maka dalam waktu 5 tahun
jumlah penderita berkurang sampai 50%.
Indicator Nasional yang dipakai untuk memantau pencapaian target
program ,yaitu:
1. Indikator Nasional TB Paru
2. Cara Menghitung dan Menganilisis Indikator TB Paru
a) Proporsi suspek TB paru yang akan diperiksa dahaknya
b) Proporsi penderita BTA Positif di antara suspek TB paru
c) Angka Kesembuhan (Cure Rate)
d) Case Notification Rate (CNR)
e) Case Detection Rate (CDR)
f) Insidensi = (Case Notification Rate / Case Detection Rate)

C. PROMOSI KESEHATAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU


Bahwa promosi kesehatan adalah tindakan yang tidak terlepas dari berbagai factor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan antara lain:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Perilaku positif seorang untuk melindungi diri untuk tidak tertular TB paru yang
dapat berupa :
a) Memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas dan berobat bila menderita TB paru
b) Memetuhi cara berobat berupa makan obat secara teratur sampai waktu
pengobatan selesai dan dinyatakan sembuh oleh dokter
c) Berusaha untuk melindungi keluarganya untuk tidak tertular penyakit yang sama
dengan memanfaaatkan enabling factors/ factor pemungkin
d) Berusaha mengatasi factor penghambat dengan berbagai cara yang positif
2. Factor Pemungkin (Enabling Factors) atau nama lainnya factor pendukung perilaku
Khusus untuk penyakit TB paru factor pendukungnya:
a) Fasilitas pelayanan kesehatan TB paru
b) Fasilitas diagnosis yang cukup dan berkualitas
c) Jarak tempu kefasilitas kesehatan yang tidak jauh/dekat sehingga mengurangi
biaya transportasi
d) Bantuan pembelian obat bagi masyarakat yang mampu kepada penderita TB paru
yang kurang mampu berupa amal sodaqoh.
3. Factor Penguat (Reinforcing Factors)
a) Pengaruh tokoh masyarakat sebagai panutan yang menganjurkan berobat
b) Setiap dokter yang menemukan kasus TB paru BTA (+) harus menganjurkan
keluarga yang kontak untuk memeriksakan diri ke dokter atau ke UPK P2TB
setempat

1. Teori Lawrence Green


1) Faktor Perilaku (behavior causes)
2) Faktor non perilaku (non behavior causes)
Factor perilaku ditentukan atau di bentuk oleh 3 faktor, yaitu:
1) Factor kecenderungan (predisposing factors)
2) Factor Pendukung (enabling factors)
3) Factor Penguat (Reinforcing factors)
2. Teori Lalonde dan Blum
4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat,yaitu:
1) Perilaku
2) Lingkungan
3) Biologi / Genetik
4) Pelayanan medic

Blum mengatakan bahwa ada 3 area wilayah perilaku yaitu:

1) Kognitif / Cipta (Cognitive)


2) Afektif/Rasa (Affective)
3) Psikomotor/Karsa (Psychomotor)

Anda mungkin juga menyukai