LP BBL SC

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR SECTIO CAESAREA (BBL SC)

DI SUSUN OLEH:
HAKIM WAHYU NUGRAHA/ P20091/ P20B

PRODI D3 KEPERWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2022/2023
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi berupa maturasi,
adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine)
dan tolerasi BBL untuk dapat hidup dengan baik. (Herman, 2020)

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. (Herman, 2020)

Neonatus disebut juga dengan Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Hari pertama kelahiran sangat
penting, banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari
kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. (Wardani, 2018)

Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean


section adalah salah satu tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui
sayatan pada abdomen/ laparotomi dan uterus/ histerotomi. Meskipun memiliki
risiko komplikasi, terkadang SC merupakan cara terbaik untuk menjaga
keselamatan ibu dan melahirkan janin dengan selamat. Tindakan SC dapat
dilakukan secara gawat darurat (cito) ataupun elektif. Namun, tindakan ini harus
dilakukan hanya bila terdapat indikasi medis. Indikasi dilakukannya SC dapat
berupa indikasi fetal, maternal, ataupun keduanya, yang umumnya mencakup
masalah pada his (power), jalan lahir (passage), dan fetus (passenger).
(Darmawan, 2021)

2. Tanda dan Gejala


Menurut (Septyaningrum, 2021) Manifestasi klinis yang muncul sehingga
memungkinkan untuk dilakukan tindakan sectio caesarea adalah :

1) Fetal distres 7) Disproporsi cevalo-pelvik


2) His lemah / melemah (ketidakseimbangan antar
3) Janin dalam posisi sungsang ukuran kepala dan panggul)
atau melintang 8) Rupture uteri mengancam
4) Bayi besar ( BBL ≥ 4,2 kg ) 9) Hydrocephalus
5) Plasenta previa 10) Primi muda atau tua
6) Kelainan letak 11) Partus dengan komplikasi
12) Panggul sempit
13) Problema plasenta
3. Patofisiologi dan Pathway

Patofisiologis
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkanbayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, Cephalopelvik Disproportion,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya
dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Efek
anestesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
(Asniyanti, 2020)

Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf -saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. Setelah kelahiran bayi prolaktin dan
oksitosin meningkat menyebabkan efeksi ASI, efeksi ASI yang tidak adekuat
menimbulkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi. (Asniyanti,
2020)
Pathway (Fajriah, 2020)
4. Penatalaksanaan
Menurut (Prawirohardjo, 2018) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir, adalah:
a) Secara non farmakologi
1) Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan segera
setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
 Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
 Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
2) Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau
sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan
mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5
cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon
iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari
dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali pusat, pastikan
bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum
mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari
luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat.
4) Identifikasi Bayi
 Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
 Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
 Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. d. Di
setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
5) Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah
untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2
jam pertama sesudah lahir meliputi :
 Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
 Bayi tampak aktif atau lunglai.
 Bayi kemerahan atau biru

b) Secara farmakologi
1) Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi
baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1
mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 1 mg I.M.
2) Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara perawatan mata
bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya
oplitalmic neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi,
setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).

5. Komplikasi
Menurut (Pane, 2021) Berikut ini adalah beberapa risiko dari melahirkan secara
caesar:
1) Gangguan pernapasan. Bayi yang lahir dengan operasi caesar lebih mungkin
mengalami gangguan pernapasan. Biasanya komplikasi ini terjadi jika bayi
dilahirkan sebelum berusia 39 minggu, ketika paru-parunya belum
berkembang dengan sempurna. Jika tidak disertai gangguan lain, Bumil tidak
perlu khawatir, karena kondisi biasanya akan membaik dengan sendirinya.
2) Kulit tergores. Ketika operasi caesar, kulit bayi mungkin saja tergores secara
tidak sengaja. Namun, biasanya goresan ini ringan dan bisa sembuh tanpa
meninggalkan bekas. Melahirkan secara caesar maupun normal sama-sama
memiliki manfaat dan risiko. Pada beberapa kondisi, seperti janin kembar,
kepala janin yang terlalu besar, posisi janin tidak normal, tali pusar yang
melilit janin, plasenta yang letaknya menutupi jalan lahir, dan ibu hamil
dengan kondisi kesehatan tertentu, pilihan melahirkan secara caesar mungkin
lebih aman.
3) Daya tahan tubuh lemah Selain itu, operasi caesar juga diketahui dapat
memengaruhi daya tahan tubuh bayi yang baru lahir. Hal ini dapat terjadi
karena bayi yang lahir dengan operasi caesar tidak terpapar flora normal atau
bakteri baik yang terdapat pada jalan lahir atau vagina ibunya. Namun, hal
tersebut dapat diatasi dengan pemberian nutrisi melalui ASI. ASI mengandung
nutrisi lengkap, seperti protein, lemak, vitamin, mineral, hingga sinbiotik yang
merupakan kombinasi prebiotik dan probiotik.
6. Konsep Bayi Lahir Sectio Caesaria
Bayi lahir dengan metode persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Aini, 2020)

Di negara berkembang, Sectio Caesaria merupakan pilihan terakhir untuk


menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan atau persalinan kritis. Baik
persalinan Sectio Caesaria maupun persalinan normal mempunyai potensi untuk
terjadinya fatal distress pada bayi / gangguan pernafasan saat bayi lahir.
Ada kalanya Transient Tachipneau Of The New Born/ TTNB terjadi tanpa
didahului gejala dan tanda gawat janin, umumnya hal ini disebabkan oleh bayi
prematur, persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vacum, ekstraksi forcep), kelainan bawaan, dan juga air ketuban
bercampur mecaneum. (Aini, 2020)

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat mulai menerima dan mengidentifikasi
masalah atau kebutuhan yang ada. Kebutuhan yang ada sering menjadi prioritas
diatas kebutuhan potensial yang sering ditulis sebagai risiko. Pengkajian
merupakan tahap awal proses keperawatan dengan mengumpulkan data
klien melalui observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian yaitu
mengumpulkan data, analisa data untuk mencapai kesimpulan. (Wiratama, 2019)
(Listiyanawati, 2022)
2. Diagnosa Keperawatan
Bedasarkan (SDKI, 2018) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
neonatus sectio caesarea sebagai berikut:
1) Risiko infeksi (D.0142)
2) Risiko hipotermia (D.0140)
3) Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001)

3. Intervensi
Bedasarkan (SIKI, 2018) dan (SLKI, 2018) Intervensi dan kriteria hasil nya
adalah:

4. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Implementasi adalah pengolahan dari perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. (Helga, 2020)

5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan
lainnya. (Surbakti, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Aini, I. (2020). PERBEDAAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA DENGAN
PERSALINAN NORMAL TERHADAP KEJADIAN TRANSIENT TACHIPNEAU
OF THE NEWBORN / TTNB. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu, 195-196.

Asniyanti, M. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN NYERI AKUT DI RUANG DELIMA RSUD CIAMIS. Subang:
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA.

Darmawan, J. (2021, Mei 14). SECTIO CAESAREA. Retrieved from alomedika.com:


https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-ginekologi/sectio-caesarea

Fajriah. (2020). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI. Banyumas: CV. Pena
Persada.

Helga, P. D. (2020). PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI


DALAM PROSES KEPERAWATAN. OSF, 66.

Herman. (2020). THE RELATIONSHIP OF FAMILY ROLES AND ATTITUDES IN


CHILD CARE WITH. JURNAL INOVASI PENELITIAN, 49-50.

Listiyanawati, M. D. (2022). RENCANA PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN


MATERNITAS. In T. K. Maternitas, RENCANA PEMBELAJARAN KLINIK
KEPERAWATAN MATERNITAS (pp. 42-45). Surakarta: Tim Keperawatan
Maternitas.

Pane, d. M. (2021, Desember 16). Risiko Yang Bisa Terjadi Jika Melahirkan Secara Caesar.
Retrieved from alodokter: https://www.alodokter.com/risiko-yang-bisa-terjadi-jika-
melahirkan-secara-caesar

Prawirohardjo. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Bina Pustaka.

SDKI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Septyaningrum, I. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH NYERI


AKUT PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA. STIKES BINA SEHAT PPNI,
9-10.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Surbakti, M. B. (2020). PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN BAGI


PERAWAT DIRUMAH SAKIT. OSF, 53.
Wardani, Z. (2018). Perbedaan Status Pemberian ASI Ekslusif terhadap Perubahan Panjang
Badan Bayi Neonatus. Jurnal MKMI, 44-45.

Wiratama, P. (2019). LANGKAH AWAL PENGKAJIAN DALAM


PROSESKEPERAWATAN. OSF, 70.

Anda mungkin juga menyukai