Makalah Teori Humanistik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang Maha
Esa yang sempurna dibandingkan dengan mahkluk yang lainnya. Manusia
dapat dikatakan sempurna karena manusia dilengkapi dengan akal pikiran dan
disempurnakan dengan bentuk tubuh serta hawa nafsu. Di samping itu
manusia memiliki naluri dan fitrah, sehingga manusia itu memiliki beberapa
kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
Berbicara mengenai potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
manusia tentu yang menjadi sorotan utama adalah pendidikan. Pendidikan
merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena dari proses
pendidikan ini semua aspek kehidupan manusia dapat terarah dengan baik
dan sesuai dengan tujuan hidupnya masing-masing. Pendidikan tidak hanya
berhenti pada satu tujuan semata seperti halnya transfer of knowledge
melainkan yang terpenting adalah transfer of value. Dalam realita sosial
praktik pendidikan tidak seperti yang kita pikirkan. Pendidikan di dalam
praktiknya banyak mengalami kendala dan permasalahan yang amat komplek
dan tidak mudah untuk dicari jalan keluarnya.
Berangkat dari fenomena tersebut memberikan suatu pemahaman bagi
kita bahwa manusia pada dasarnya sangat membutuhkan pendidikan yang
sebenar-benarnya pendidikan, karena pendidikan pada zaman sekarang tentu
sangatlah berbeda dengan pendidikan pada zaman dahulu. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pola pikir manusia semakin lama
semakin berkembang, hal ini menuntut pendidikan agar mampu menjadi filter
dalam mengatasi tantangan ini.
Perkembangan iptek ini tidak hanya berdampak pada positifnya saja
melainkan pada sisi negatifnya juga, yakni merosotnya moral bangsa yang
ditunjukkan oleh banyak terjadinya tindak asusila yang dominan dilakukan
oleh anak muda. Hal ini tentu membuat para guru resah akan permasalahan
ini, salah satu upaya untuk mengentaskan hal ini adalah dengan meningkatkan

1
kualitas pendidikan terutama pada pembelajaran Agama Islam yang memang
pada dasarnya mata pelajaran yang mengusung nilai-nilai agamis yang tinggi.
Oleh sebab itu, dalam pembahasan kali ini pemakalah akan
memaparkan secara ringkas hasil penelitian tentang salah satu pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan humanistik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
masalah: Bagaimana implementasi teori humanistik dalam pembelajaran
Akidah Akhlak di MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitiam
Dapat mengetahui implementasi teori humanistik dalam pembelajaran
Akidah Akhlak di MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya akan menghasilkan 2 manfaat baik
secara teoritik maupun praktis:
1. Manfaat Teoritik
Sebagai bahan dan pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis
mengenai teori humanistik ini, terutama pada MTs Andalusia
Banjarnegara.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, bahwa teori humanistik ini dapat diajikan sebagai
referensi dan acuan dalam setiap pembelajaran agar semakin
bermakna sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
sekolah.
b. Bagi para guru, bahwa teori humanistik ini dapat memberikan
pengalaman dan wawasan dalam mengelola proses belajar
mengajarnya.
c. Bagi siswa, bahwa teori humanistik ini dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga prestasinya semakin meningkat
terutama pada mata pelajaran Akidah Akhlak.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

3
A. Pengertian Teori Humanistik
Secara garis besar teori humanistik ini adalah sebuah teori belajar yang
mengutamakan pada proses belajar bukan pada hasil belajar. Teori ini
mengemban konsep untuk memanusiakan manusia sehingga manusia (siswa)
mampu memahami dan mengenali diri dan lingkungannya. Teori ini memiliki
beberapa tokoh-tokoh yang menganutnya, antara lain: Kolb, Honey dan
Mumford, Hubermas, Bloom dan Krathwohl, Carl Rogers, Arthur Combs,
serta Abraham Maslow.
Menurut DR. C Asri Budiningsih dalam bukunya yang berjudul
“Belajar dan Pembelajaran” mengatakan bahwa proses belajar harus dimulai
dan ditujukan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Maka dari itu teori ini
lebih bersifat abstrak dan lebih mendekati bidang filsafat, teori kepribadian
dan psikoterapi dari pada bidang psikologi belajar. 1 Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta
didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara
eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan
konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini
dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental,
sebagai berikut:2
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks
orang lain.

1
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rikena Cipta, 2012), hlm.
68.
2
http://id.wikipedia, ensiklopedia bebas.org/wiki/Humanistik. Diakses pada tanggal 2
Desember 2020 pukul 15.30.

4
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai dan memiliki
kreativitas.
Pendekatan pengajaran humanistik didasarkan pada premis bahwa siswa
telah memiliki kebutuhan untuk menjadi orang dewasa yang mampu
mengaktualisasi diri, sebuah istilah yang digunakan oleh Maslow.
Humanisme sebagaimana halnya rekonstruksionisme yang menurut
skema George R. Knight merupkan perkembangan dari progesivisme. Fokus
perhatian dari humanisme ini adalah manusia (human). Menurut pandangan
Dewey humanisme merupakan refleksi timbal balik antara kepentingan
individu dengan masyarakat, oleh karena itu pendidikan harus
diselenggarakan oleh keduanya.3
Dalam pelaksanaannya teori ini tampak juga dalam pendekatan belajar
yang dikemukakan oleh Ausubel, yakni pandangan tentang belajar bermakna
atau “Meaningful Learning” yang juga termasuk aliran kognitif mengatakan
bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Teori humanistik berasumsi
bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, pemahaman
diri, serta relisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Teori humanistik ini bermula pada ilmu psikologi yang amat mirip
dengan teori kepribadian. Sehingga dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi maka teori ini diterapkan dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pendekatan pembelajaran formal maupun non-formal dan
cenderung mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam dunia pendidikan.
Teori ini memberikan suatu pencerahan khususnya dalam bidang pendidikan
bahwa setiap pendidikan haruslah berparadigma humanistik, yakni praktik
pendidikan yang memandang manusia sebagai satu kesatuan yang
integralistik dan harus ditegakkan. Pandangan dasar demikian diharapkan

3
Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integratif-Interkonektif ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 211-212.

5
dapat mewarnai segenap komponen sistematik kependidikan di manapun
serta apapun jenisnya.
Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu untuk dikembangkan secara
optimal. Selain itu pendidikan islam (humanistik) adalah pendidikan yang
mampu memperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia sebagai
makhluk Allah yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya
yang hakiki dan tentu juga sebagai khalifatullah di muka bumi ini.4
Tujuan dasar pendidikan humanistik adalah mendorong siswa menjadi
mandiri dan independen, mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran
mereka, menjadi kreatif dan tertarik dengan seni, dan menjadi ingin tahu
tentang dunia di sekitar mereka. Sejalan dengan itu, prinsip-prinsip
pendidikan humanistik disajikan sebagai berikut:
1. Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru
humanistik percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji
materi bahan ajar jika terkait dengan kebutuhan dan keinginannya.
2. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan
mengajar mereka tentang cara belajar. Siswa harus memotivasi dan
merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri.
3. Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relavan dan hanya
evaluasi diri (selfevaluation) yang bermakna. Pemeringkatan mendorong
siswa belajar untuk mencapai tingkat tertentu, bukan untuk kepuasan
pribadi. Selain itu, pendidik humanistik menentang tes objektif, karena
mereka menguji kemampuan siswa untuk menghafal dan tidak
memberikan umpan balik pendidikan yang cukup kepada guru dan siswa.
4. Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan,
sangat penting dalam proses belajar dan tidak memisahkan domain
kognitif dan afektif.

4
Baharuddin dan Moh Makin, Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, dan Aplikasi
Praktis dalam Dunia Pendidikan (Yogyakarta: AR-Ruzzmedia, 2009), hlm. 22-23.

6
5. Pendidik humanistik menekankan perlunya siswa terhindar dari tekanan
lingkunngan, sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. Setelah
siswa merasa aman, belajar mereka menjadi lebih mudah dan lebih
bermakna.5
Dalam Islam sendiri pemikiran tentang pendidikan humanistik
bersumber dari tugas Nabi Muhammad SAW yang diutus Allah SWT untuk
memberikan rahmat dan kebaikan pada seluruh umat manusia.
Sebagaimana Firman-Nya dalam Surah Al-Anbiya’ Ayat 107 dan Surah
Saba’ Ayat 28:

ِ ِ
َ‫اك ِإ اَّل َر مْح َ ةً ل ْل َع الَ م ني‬
َ َ‫َو َم ا َْأر َس ْل ن‬
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.6

‫ون‬
َ ‫َّاس اَل َي ْع لَ ُم‬ ْ َّ‫َّاس بَ ِش ًري ا َو نَ ِذ ًير ا َو ٰلَ ِك ن‬
ِ ‫َأك َث َر الن‬ ِ ‫اك ِإ اَّل َك افَّةً لِ لن‬
َ َ‫َو َم ا َْأر َس ْل ن‬
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.7

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Teori Humanistik


Menurut Carl Roger berikut merupakn 6 dari prinsip-prinsip itu yakni:
1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin
tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru.
2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan
dengan kebutuhan peserta didik.
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar.
4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif

5
http://rizkyfazliana.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html.
Diakses pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 15.49.
6
Al-Qur’an Mushhaf Firdausi, Terjemahan Kemenag RI (Nurul Hidayat, Bandung:
2010) hlm. 322.
7
Ibid, hlm. 582.

7
dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri.
5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran
maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama.

C. Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Teori Humanistik


Langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan
Prasetyo Irawan, dapat digunakan sebagai acuan dalam penerapan teori ini,
yaitu:
1. Menentukan tujuan pembelajaran secara jelas dan ke mana arah nantinya.
2. Mengidentifikasi kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap siswa.
3. Mengidentifikasi topik-topik mata pelajaran.
4. Merancang dan menyediakan media dan fasilitas pembelajaran.
5. Membimbing para siswa agar mereka belajar secara aktif.
6. Membimbing siswa agar memahami makna dari pengalaman belajarnya.
7. Membimbing siswa agar membuat konseptualisasi dari hasil pengalam
belajarnya.
8. Membimbing siswa agar menerapkan konsepnya tadi pada dunia nyata.
9. Membimbing sisiwa agar mengevaluasi proses dan hasil belajarnya
sendiri.8

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

8
http://abiavisha.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-humanistik-dan.html. Diakses
pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 07.27.

8
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis kualitatif. Menurut
Kirk dan Miller, sebagaimana yang dikutip oleh Moleong bahwa “penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kemasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
perhatiannya”.9 Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang
tidak menghasilkan angka-angka, tetapi menghasilkan data-data deskriptif
yang berupa ucapan dan prilaku dari subjek yang diteliti. Untuk itu
pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif.

B. Lokasi Penelitian
Sebagaimana yang telah tertera pada judul di atas bahwasannya lokasi
yang peneliti tentukan bertempat di MTs Andalusia Banjarnegara. Alasan
peneliti menentukan sekolah ini sebagai tempat penelitian salah satunya
karena dalam sekolah ini terdapat unsur dan nilai-nilai budaya agamis yang
sangat kental, sehingga poros pendidikan yang diterapkan akan lebih mudah
tercapai apabila diterapkan dengan teori humanistik.

C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah setiap kata-
kata yang bersumber dari wawancara guru, siswa dan tindakan atau proses
belajar mengajar. Sedangkan data kedua bisa dilihat dari dokumen, RPP dan
penerapannya dalam pembelajaran Akidah Akhlak dan sumber lainnya yang
berkaitan dengan MTs Andalusia Banjarnegara.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang dapat peneliti lakukan dalam penelitian kualitatif adalah
pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Metode Observasi, metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan


pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap kenyataan-kenyataan
yang akan diselidiki. Metode observasi sering diartikan sebagai
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 3.

9
pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indera (penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan peraba).
2. Metode Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.
3. Metode Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan
sebagainya yang berkaitan dengan akhlak dan nilai-nilai kehidupan.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS

10
A. Gambaran Umum MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara
MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara pertama kali dirintis tahun
2013 oleh Bapak Soenaryo M.Pd. Niat awal beliau dan istri adalah setelah pensiun
ingin hidup bersama dengan anak yatim. Beliau memulai dengan membeli tanah
seluas 4000 m2 dan mendirikan MTs beserta pesantren. Saat itu belum menjadi
Madrasah dan pondok tahfidz seperti sekarang, melainkan hanya asrama dengan
bimbingan membaca Al-Qur’an oleh beliau dan istri. Dan jumlah santrinya pun
masih sedikit dan terbatas khusus untuk anak-anak yatim dan dhuafa. Namun karena
terbatasnya peserta didik dari kalangan anak yatim dan dhuafa, maka diperluas lagi
menjadi segala kalangan tingkat ekonomi.
MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara merupakan Madrasah di
bawah naungan YPI (Yayasan Pendidikan Islam) Andalusia yang berlokasi di
Jl. Lapangan Krida Remaja Sokanandi Kabupaten Banj arnegara Provinsi
Jawa Tengah. YPI Andalusia memiliki empat divisi, yaitu divisi pondok
pesantren, divisi pendidikan formal, divisi lembaga dakwah, dan divisi
lembaga keuangan. Madrasah ini merupakan lembaga pendidikan yang
menanamkan nilai-nilai akhlak dan nilai religius yang didukung dengan
program menghafal Al-Qur’an di pesantren, dimana dalam pelaksanaan
pembelajaran antara Pondok Pesantren dan Madrasah akan selalu
berhubungan erat dikarenakan masih dalam satu lingkungan.

B. Implementasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di


MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara

1. Pendekatan Teori Humanistik dalam Pembelajaran Akidah Akhlak


Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit
selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang
diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi
peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Peserta didik
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses

11
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai
fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan
belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta
didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi
dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik
untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas,
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai,
baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
angsur dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang
tuberpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang
lain.
h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga

12
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik.
i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.10
Berikut ciri-ciri guru yang bersifat fasilitator antara lain:
1. Merespon perasaan peserta didik.
2. Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi
yang sudah dirancang.
3. Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik.
4. Menghargai peserta didik.
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk
mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik)
7. Tersenyum pada peserta didik.

2. Implementasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran Akidah


Akhlak di MTs Andalusia Banjarnegara
Pada hakikatnya tidak ada seorang murid yang bodoh hanya saja
siswa itu masih belum paham akan pelajarannya. Seorang guru sudah
sewajarnya untuk tidak mengatakan “kamu bodoh”, “kamu goblok” ,
selain itu guru tidaklah zaman lagi memukul bahkan menganiaya
muridnya dengan alasan si murid tidak mematuhi aturan sekolah atau
nasehat gurunya. Hal ini hanya permasalahan pada pendekatan guru itu
pada siswanya. Seperti halnya bapak Ansori dalam wawancaranya:

“Berdasarkan apa yang telah guru saya (Bapak Khoiri, guru


Bapak Ansori ketika menjadi santri) amalkan ketika menghadapi
siswa yang memiliki tingkat prestasi dan motivasi yang rendah
pada pelajaran PAI yakni:

10
Dakir, Dasar-dasar Psikologi, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993), hlm. 65.

13
a. Pendekatan Tawassul
Saya mengajak para siswa untuk kirim Al-fatihah
pada Rasulullah SAW dengan membayangkan wajah orang tua
masing-masing
b. Setiap malam saya mendo’akan anak-anak (para siswa) dan
sebelum itu saya meminta foto mereka, “aku gak iso ngajar
nek gorong dungakno anak ini”
c. Fastabikhul Khairat
Mengajak anak-anak untuk berlomba-lomba dalam kebaikan,
misalnya berlomba untuk mendapat nilai yang baik, berlomba
untuk berpendapat ketika pembelajaran”.

“Dan satu lagi yang harus benar-benar dicamkan oleh semua


guru,yakni tidak boleh seorang guru membedakan pemikiran
murid-murid kita baik yang bodoh maupun pinter.”11

Sedangkan narasumber lainnya yakni Ibu Ismiati mengatakan:

“Ketika mereka mengalami masalah baik masalah belajar


maupun masalah pribadinya, biasanya saya mendekati mereka
pada waktu diluar jam pelajaran, misalnya waktu istirahat.
Mereka saya beri motivasi, semangat, dan saya selalu
memperhatkan mereka di luar jam pelajaran.”12
Berdasarakan wawancara di atas mengenai pendekatan yang
digunakan pada pembelajaran Akidah Akhlak adalah pendekatan
emosional pada setiap siswa tanpa pilih kasih. Artinya setiap siswa pasti
memiliki daya serap yang berbeda dan tingkat kecerdasan yang berbeda
pula. Dalam hal ini seorang guru Akidah Akhlak di MTs Andalusia

11
Hasil wawancara dengan Bapak Ansori Guru Mapel Akidah Akhlak kelas IX MTs
Andalusia Banjarnegara (3 Desember 2020)
12
Hasil wawancara dengan Ibu Ismiati Guru Mapel Akidah Akhlak kelas VIII MTs
Andalusia Banjarnegara (3 Desember 2020)

14
Banjarnegara tidak semena-mena membedakan mana siswa yang
memiliki prestasi rendah dan mana siswa yang prestasinya unggul.
Selain itu guru Akidah Akhlak di MTs Andalusia Banjarnegara
juga menggunakan pendekatan perorangan (individual siswa), pendektan
persuasive (ajakan/rayuan), dan pendekatan spiritual. Artinya siswa
diajak untuk tawassul pada Rasulullah SAW dengan membayangkan
wajah orang tuanya. Tujuan dari metode seperti ini adalah untuk
membuka hati dan pikiran mereka para siswa agar mudah menerima
pelajaran terutama mata pelajaran Akidah Akhlak.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, dapat diambil
kesimpulan bahwa implementasi teori humanistik dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak di MTs Boarding School Andalusia Banjarnegara berjalan
dengan efektif dan selaras dengan nilai-nilai budaya agamis di tempat
tersebut, khususnya dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Yang mana
pembelajaran tersebut langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekolah maupun pesantren.

B. Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa apa yang ada dalam makalah ini masih
sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami berharap kepada para
pembaca dan penyimak makalah ini untuk bersedia memberikan kritik
ataupun saran yang sifatnya konstruktif untuk kemudian bisa lebih
memperbaiki lagi dalam penyusunan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Mushhaf Firdausi. 2010. Terjemahan Kemenag RI. Nurul Hidayat,


Bandung.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thoumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, Muzayyin. 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Assegaf, Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Baharuddin dan Moh Makin. 2009. Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, dan
Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzzmedia.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rikena Cipta.
Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi, (Jakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Nasution, S. 1991. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya bakti.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Nata, Abuddin. 2012. Sejarah Pendidikan islam: Pada periode Klasik dan
Pertengahan. Jakarta: Rajawali Pers.
Nizar,  Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis,
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Syarif, Hamid. 1996. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu.
Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.

17
Hasil wawancara dengan Bapak Ansori Guru Mapel Akidah Akhlak kelas IX MTs
Andalusia Banjarnegara (3 Desember 2020).
Hasil wawancara dengan Ibu Ismiati Guru Mapel Akidah Akhlak kelas VIII MTs
Andalusia Banjarnegara (3 Desember 2020).
http://abiavisha.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-humanistik-dan.html. Diakses
pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 07.27.
http://id.wikipedia, ensiklopedia bebas.org/wiki/Humanistik. Diakses pada tanggal
2 Desember 2020 pukul 15.30.
http://rizkyfazliana.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-behavioristik-
kognitif.html. Diakses pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 15.49.
https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/kurikulum-pendidikan-islam.html
(diakses pada tanggal 11 Oktober 2020).

18

Anda mungkin juga menyukai