Skripsi Pendapatan Daearh Kab. Bone

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 233

INOVASI PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH


DI KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Untuk mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Ilmu Pemerintahan

OLEH:

DEWI PUSPITA SARI


E12113010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis

panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala, dzat yang Maha Agung,

Maha Pengasih dan Bijaksana atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengn judul “Inovasi

Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Bone” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas

Hasanuddin.

Salam dan shalawat tidak lupa penulis kirimkan kepada junjungan

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang mana segala

tindakannya menjadi tauladan untuk kita semua. Manusia pilihan terbaik

dalam peradaban zaman dikarenakan perjuangan beliau membawa panji

risalah suci Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman yang bertaburkan

aroma bunga firdaus. Semoga suri tauladan beliau senantiasa mewarnai

dan menafasi segala derap langkah dan aktivitas kita.

Skripsi ini berisi hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

inovasi Pemerintah Daerah dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Bone beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan,

iv
sekiranya ada masukan dan kritikan dari pembaca yang bersifat

membangun, maka penulis akan menerimanya dengan senang hati.

Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini banyak pihak yang

telah membantu dan memberi dukungan serta motivasi. Oleh karena itu

melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya terkhusus kepada kedua orang tua, Ibu Rahmatia, dan Ayah

Musliyadi yang senantiasa memberi semangat dan dukungannya dalam

kelancaran studi penulis. Berkat kekuatan doa luar biasa yang setiap saat

beliau haturkan kepada penulis agar selalu mencapai kemudahan

disegala urusan, diberi kesehatan dan perlindungan oleh Allah SWT. Tak

lupa didikan dan perjuangannya dalam membesarkan penulis, semoga

Allah SWT memberikan kebahagiaan yang tiada tara di dunia maupun di

akhirat kelak.

Selain itu, ucapan terima kasih dengan penuh rasa tulus dan

hormat penulis haturkan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh pendidikan Strata Satu (S1) di Universitas

Hasanuddin

2. Bapak Prof. Dr. A. Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh

staf.

v
3. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku Ketua Departemen

Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIP Unhas beserta seluruh staf.

4. Ibu Dr. Hj. Nurlinah, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan FISIP Unhas sekaligus sebagai Pembimbing II

penulis dalam penyusunan Skripsi ini yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Juanda Nawawi, M.Si selaku Pembimbing I penulis

yang telah rela mengorbankan waktunya untuk membimbing

penulis, memberi arahan, saran, dan kritikan terhadap penyusunan

skripsi ini serta sebagai Penasehat Akademik (PA) penulis selama

menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

6. Kepada para penguji penulis mulai dari Ujian Proposal hingga Ujian

Skripsi, terima kasih atas masukan dan arahannya.

7. Segenap dosen pengajar Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP

Unhas, terima kasih atas didikan dan ilmu yang diberikan selama

perkuliahan.

8. Seluruh staf tata usaha pada lingkup Departemen Ilmu Politik dan

Pemerintahan beserta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Unversitas Hasanuddin.

9. Pemerintah Kab. Bone, Bupati, Kantor Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu, Kantor Dinas Pendapatan Daerah, Kantor Dinas

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan seluruh informan yang

telah membantu penulis dalam proses penelitian untuk

vi
mendapatkan informasi dan data – data terkait, penulis ucapkan

banyak terima kasih.

10. Adik tersayang, Nur Hikmah yang telah menjadi teman curhat dalam

segala hal, yang sangat kucintai dan kusayangi, yang selalu

memberi semangat, dukungan serta senantiasa mengalungkan doa

dari dulu hingga saat ini yang tiada hentinya, selalu memberikan

keceriaan dalam kondisi dan keadaan apapun.

11. Kepada sahabat-sahabatku Sunarti yang kerap di sapa Diana dan

Rostina yang kerap di sapa Bonjenk yang telah sabar menemani

dan bersama-sama melakukan penelitian, senantiasa berbagi cerita

serta selalu memberikan bantuan, dukungan dan semangat agar

penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan tepat waktu.

12. Kepada sahabat-sahabat penulis yaitu Wulan, Maryam, Febi, Amel,

dan Ike yang selalu ada setiap penulis butuhkan, setia mendengar

keluh kesah, kisah sedih, dan bahagia yang penulis alami dan tidak

tanggung-tanggung untuk menegur penulis jika salah. Panggilan

untuk sahabat-sahabat ini adalah Ber-Enang.

13. Untuk saudara-saudaraku, Lebensraum 2013, yaitu Alif, Anti, Azura,

Dirga, Jusna, Dewi, Suna, Ulfi, Uceng, Karina, Immang, Hanif, Dias,

Zul, Yun, Febi, Irez, Yeyen, Erik, Ekki, Lala, Icha, Arya, Ayyun, Afni,

Oskar, Kaswandi, Fahril, Ekka, Yani, Fitri, Syarif, Babba, Juwita,

Dede, Aqil, Dana, Ade, Adit, Dika, Rian, Uma, Sube, Ugi, Hendra,

Fitra, Angga, Mia, Haeril, Edwin, Wulan, Hasyim, Hillary, Mustika,

vii
Ike, Ina, Irma, Jay, Maryam, Herul, Aksan, Najib, Reza, Rosandi,

Rum, Sani, Uli, Wahid, Wahyu, Wiwi, Wiwin, Yusra, Amel dan Almh.

Iis yang telah menemani selama kurang lebih 3 tahun di kampus

tercinta Universitas Hasanuddin. Semoga semangat merdeka

militan tetap kita jaga. Kenangan bersama kalian mulai dari “zaman

botak lugu”, “zaman gondrong” sampai rapi dan cantik seperti

sekarang karena telah menjadi mahasiswa tingkat akhir akan tetap

diingatan. Terima kasih atas segala cerita, tangis, canda dan tawa

yang telah kalian berikan. Kenangan bersama kalian akan

membekas sedalam-dalamnya dan tidak akan penulis lupakan.

Terima Kasih untuk persaudaraan catatan sejarah hidup yang telah

kalian berikan. Penulis sangat beruntung telah dipertemukan

dengan kalian. Otonomi 2013, Jiwa Merdeka Militan Dalam

Solidaritas Generasi Orange !!!

14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

(HIMAPEM) FISIP Unhas. Konstitusi ’03, Kybernologi ’04,

Revolusioner ’05, Rez-Publica ’06, Renaissance ’07, Glasnost ’08,

Aufklarung ’09, Volksgeist ’10, Enlightment ’11, Fraternity ’12,

Lebensraum ’13, Fidelitas ’14, Federasi ’15, Verenigent ’16. Terima

kasih atas segala ilmu, pengalaman, kesempatan berkarya,

kebersamaan dan kekeluargaan yang telah diberikan, semoga

menjadi sejarah yang takkan pernah lekang dan pudar oleh waktu.

Jayalah Himapemku, Jayalah Himapem kita.

viii
15. KKN Reguler Unhas Gel.93 Kecamatan Rumbia Kab. Jeneponto,

Maryam, Jusna, Imran, Cibal, Irfan, Ikbal, Widya, Ana, Andir, Fariq,

Adnan, Melisa, Muin, Adam, Ekio, Emil, Ilham, Ina, Ippang, Asrul,

Muliawan, Vali, Fadli, Sakinah, Fitri, Ca’di, Riki, Risna, Dami,

Wahyu, Uni, Rosma, Azri, Risman, Azhari, Inov, Renata, Aden, Uci,

Ricky, Jannah, Nugraha, Arnal, Asrul, Joko, Hadi, Dedi. Terkhusus

buat teman-teman posko Desa Rumbia Isma, Ika, Nisa, Dewo, Amir,

Nur dan mas Druzen. Terima kasih banyak sudah menjadi saudara

baru saya selama menjalani KKN kurang lebih 2 bulan, masa-masa

bersama kalian sungguh sangat menyenangkan dan sangat

berkesan yang tak pernah terlupakan dalam hidup penulis. Tak lupa

pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Caya, Alm.

Pak Sita, dan Kak Didit selaku ibu, bapak, dan kakak kami selama di

posko KKN serta Pak Desa Suprianto yang telah memberikan

banyak bantuan dan dukungan, Pak Sadapotto dan Pak Faizal

sebagai Supervisor kami.

16. Teman-teman SMA Negeri 4 Watampone GalaXIIma A.Fira, A.Irfan,

Arif, Asdar, Asni, Ayu Andira, Ayu Masyita, Bella, Ina, Kamsina,

Basywar, Imut, Icul, Riki, Ririn, Riska, Rian, Syamsul, Wenni, Ikbal.

Terima kasih atas doa kalian dan semangat yang selalu diberikan

kepada penulis. Terima kasih atas waktu yang sering kalian berikan

untuk bernostalgia berbagi kisah kalian.

ix
17. Untuk sepupu tersayang Reka Ananda Oktaviani dan Trisna Aninda

Oktaviana. Terima kasih untuk perhatian yang selalu diberikan

kepada penulis dengan penuh kasih saying sebagai keluarga.

18. Terkhusus kepada kakanda Gusti Zulkarnain yang dengan

kesetiaan, segala bantuan dan pengorbanan yang begitu besar dan

tulus diberikan kepada penulis. Terima kasih telah bersedia menjadi

kakak yang selalu mendengar, teman yang paling setia, sahabat

terbaik, sekaligus kekasih yang paling penyayang yang selalu

berbagi kisah kasih dan cerita, canda dan tawa, serta tangis dan

duka.

19. Ucapan terima kasih sekaligus permohonan maaf atas segala

keterbatasan dan kekurangan penulis. Semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah terlibat dan ikut

membantu memberikan dukungan dan bantuandalam proses

pembuatan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan permohonan maaf atas segala

kekurangan dan kekhilafan. Terima Kasih, Wassalamu Alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 5 Mei 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. ii

HALAMAN PENERIMAAN ……………………………………….. iii

KATA PENGANTAR ………………………………………... iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………….. xiv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………….. xvii

INTISARI ……………………………………………………….. xviii

ABSTRACT ……………………………………………………….. xix

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ……………………….. 1


1.2. Rumusan Masalah Penelitian ……………..……... 9
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………. 10
1.4. Manfaat Penelitian …………………………………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………. 12

2.1. Landasan Teori ……..……………………….. 12

2.1.1. Inovasi ………………………………. 12


2.1.2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah …… 25
2.1.3. Tugas Pokok Pemerintah Daerah …….. 28
2.1.4. Pendapatan Asli Daerah ………………... 31
2.1.5. Sumber-Sumber PAD …………………… 33
2.1.6. Intensifikasi dan Ekstensifikasi ………… 39

2.2. Kerangka Pikir Penelitian ………………………… 41

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………. 43

3.1. Lokasi Peneltian …………………………………… 43

3.2. Tipe Penelitian ……………………………………… 43

xi
3.3. Teknik Pengumpulan Data ……………………….... 44

3.4. Informan Penelitian …………………………………. 45

3.5. Sumber Data Penelitian ……………………….…... 46

3.6. Definisi Konsep ……………………………………... 46

3.7. Analisis Data …………………………...………….. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... 49

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bone ……………… 49

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Bone …......... 49

4.1.2. Kondisi Geografis Wilayah ……………….. 54

4.1.3. Penduduk …………………………………… 62

4.1.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat …………. 64

4.1.5. Indeks Pembangunan Manusia …………. 65

4.1.6. Adat dan Budaya ………………………….. 67

4.1.7. Potensi Pengembangan Wilayah ……….. 69

4.1.8. Visi dan Misi Kabupaten Bone …………… 72

4.2. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah ..… 75

4.2.1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan Dinas


Pendapatan Daerah Kabupaten Bone ….. 76

4.2.2. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten


Bone ………………………………………… 77

4.2.3. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Dinas


Pendapatan Daerah Kabupaten Bone …… 85

4.2.4. Sumber Daya Manusia Dinas Pendapatan Daerah


Kabupaten Bone ……………………………. 99

xii
4.2.5. Sarana dan Prasarana Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Bone ……………………………… 105

4.3. Inovasi Pemerintah Daerah dalam Peningktan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone …….. 107

4.3.1. Inovasi Intensifikasi dalam Rangka

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten


Bone ……………………………………………. 114
4.3.2. Inovasi Ekstensifikasi dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Bone ……………………………………………. 139

4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inovasi Peningaktan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone ……… 150

4.4.1. Faktor Pendukung Inovasi Intensifikasi dan

Ekstensifikasi dalam Rangka Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone 151

4.4.2. Faktor Penghambat Inovasi Intensifikasi dan

Ekstensifikasi dalam Rangka Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone 159

BAB V PENUTUP ………………………………………………... 167

5.1. Kesimpulan ………………………………………... 167

5.2. Saran ……………………………………………….. 170

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 172

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………. 176

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone 2015 58

Tabel 2. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014 tahun 2015 61

Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km²

Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone 2015 63

Tabel 4. Data Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone 2016 100

Tabel 5. Daftar Inventaris Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone 2016 105

Tabel 6. Perbandingan Realisasi PAD Tahun 2014-2015 109

Tabel 7. Realisasi Penerimaan PAD Khusus yang Dikelola Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone Tahun 2015 113

Tabel 8. Rincian Target dan Realisasi PAD Kabupaten Bone

Tahun 2015 118

Tabel 9. Rincian Target dan Realisasi PAD Kabupaten Bone

Tahun 2015 119

Tabel 10. Rincian Target dan Realisasi PAD Kabupaten Bone

Tahun 2015 120

Tabel 11. Realisasi Penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Bone tahun

2014-2016 124

Tabel 12. Daftar Pokok Ketetapan Penerimaan PBB-P2 per

Kecamatan di Kabupaten Bone Tahun 2014 124

xiv
Tabel 13. Formulir Pelayanan PBB-P2 yang Akan Digunakan

Dalam Pelayanan Pengelolaan PBB-P2 126

Tabel 14. Sumbangan Partisipasi Pihak Ketiga 143

Tabel 15. Program Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri 145

Tabel 16. Daftar Pemeliharaan Pasar Tahun 2016 146

Tabel 17. Bagian Keenam Retribusi Pelayanan Pasar Pasal 28 148

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Peneltitian 42

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Bone Tahun 2016 56

Gambar 3. IPM Kabupaten Bone/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

2010-2014 66

Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone 98

Gambar 5. Mekanisme Pembayaran PBB-P2 127

Gambar 6. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Dinas Pendapatan

Daerah Untuk Pengelolaan PBB-P2 126

Gambar 7. Leaflet Mengenai PBB-P2 dan Pajak Hotel yang

Disosialisasikan Ke Kelurahan, Kecamatan dan Desa 134

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Peraturan Daerah

Lampiran 3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Lampiran 4. Program Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Lampiran 5. Dokumentasi

xvii
INTISARI

Dewi Puspita Sari, Nomor Induk Mahasiswa E12113010,


Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin menyusun skripsi dengan judul
Inovasi Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Bone, dibawah bimbingan Bapak Prof. Dr.
Juanda Nawawi, M.Si. sebagai Pembimbing I dan Ibu Dr. Hj. Nurlinah,
M.Si sebagai Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Inovasi Pemerintah


Daerah dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone
dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi, ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif,
teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, serta
dokumen dan arsip dengan menggunakan teknik analisis data dengan
teknik kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan: Pertama, Inovasi Intensifikasi meliputi


penguatan sistem pungutan melalui perbaikan sistem pelayanan dan
proses pemungutan pajak dan retribusi daerah, kebijakan pemerintah
pusat terkait pengalihan pengelolaan PBB-P2 ke pemerintah daerah,
program sosialisasi melalui media cetak seperti Koran, membuat leaflet
atau brosur yang dilakukan secara door to door. Inovasi Ekstensifikasi
meliputi penetapan Perda tentang Partisipasi Pihak Ketiga, rehabilitasi
pasar. Kedua, faktor yang mempengaruhi Inovasi intensifikasi dan
Ekstensifikasi meliputi faktor penghambat dan pendukung. Faktor
penghambat yakni kualitas SDM yang kurang, kurangnya pemahaman
tentang subjek pajak dan subjek retribusi, kurangnya petugas penagih
(kolektor) pemungutan pajak dan retribusi daerah. Adapun faktor yang
menjadi pendukung yakni dukungan berupa kebijakan dari pemerintah,
adanya kerjasama dengan pihak lain terkait peningkatan PAD, adanya
koordinasi.

Kata Kunci: Inovasi, Dinas Pendapatan Daerah, Pendapatan Asli Daerah.

xviii
ABSTRACT

Dewi Puspita Sari, Student’s Id Number E12113010,


Government Science Study Program, Faculty of Social and Political
Science, Hasanuddin University, on thesis entitled Innovation in the
Local Government in Improving Local Revenue in Bone regency,
under supervision of Prof. Dr. Juanda Nawawi, M.Si. as the first
supervisor and Dr. Hj. Nurlinah, M.Si as the second supervisor.
This research aims to determine the Local Government Innovation
in improving the regional revenue in Bone regency by intensification and
extensification, there are factors that influence it. The method used is a
qualitative technique of data collection is done through observation,
interviews, and document and records using data analysis techniques with
qualitative techniques.
The results showed: First, Intensification innovation include
strengthening the fee system through improved service system and the
process of collection of taxes and levies, the central government policy
regarding the transfer of management of PBB-P2 to the local government,
outreach programs through print media such as newspapers, made a
leaflet or brochure conducted by door to door service. Extensification
innovations include the establishment regulation on Third Party’s
Participation, rehabilitation market. Second, the factors affecting the
intensification and extensification Innovations include inhibiting factor and
supporters. Factors inhibiting less the quality of human resources, lack of
understanding of the subject and the subject of the tax levy, the lack of
collection officer (collector) taxation and levies. The supporting factors are
in the form of government policy, their cooperation with other parties
related to the increase in revenue, lack of coordination.

Keywords: Inovation, Income Office Region, Locally Generated Revenue

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

keberhasilan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan

pembangunan secara efektif dan efisien akan mewujudkan tercapainya

kemandirian daerah diarahkan juga untuk pelaksanaan otonomi daerah

yang nyata dan bertanggung jawab. Dalam rangka pengembangan

sistem otonomi daerah telah muncul undang –undang yaitu Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan

Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Tuntutan pembangunan yang semakin meningkat dari tahun ke

tahun memerlukan pembiayaan yang semakin besar pula. Hal ini berarti

bahwa usaha pencarian dan penggalian sumber-sumber dana harus

digiatkan dan lebih ditingkatkan lagi, khususnya dana yang bersumber

dari dalam negeri, dimana dalam usaha tersebut memerlukan dukungan

dari setiap daerah yang ada (Yani 2002:46). Peningkatan aktivitas

pembangunan nasional dan daerah tidak terlepas dari usaha-usaha untuk

mendorong peningkatan penerimaan daerah melalui sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi Pendapatan Pajak Daerah,

1
Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Bagian Laba BUMD dan

Investasi Lainnya, serta pendapatan lainnya yang sah.

Dalam rangka perwujudan pemerintahan yang baik, pelaksanaan

otonomi daerah seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 akan terus dimantapkan guna menjamin terselenggaranya

pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan ekonomi daerah diarahkan untuk membuka peluang

dan kesempatan kerja baru guna menunjang pendapatan masyarakat

dan pada gilirannya akan mendorong peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat di daerah (Ardiana, 2003) .

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi Pemerintah

Kabupaten merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini

bagi pemerintah daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang

memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi

pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang

memadai justru merupakan tantangan.

Saat ini pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Dalam kedua peraturan ini terdapat satu

persamaan dalam hal anggaran, yaitu setiap daerah harus bertanggung

jawab terhadap pendapatan dan pengeluaran daerahnya. Hal ini sesuai

2
dengan pasal 155 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan "penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan

atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah .

Disisi lain, saat ini kemampuan keuangan daerah dari beberapa

pemerintah daerah masih sangat tergantung pada penerimaan yang

berasal dari pemerintah pusat. Oleh karena itu bersamaan dengan

semakin sulitnya keuangan Negara dan pelaksanaan otonomi daerah

itu sendiri, maka kepada setiap daerah dituntut harus dapat

membiayai diri sendiri melalui sumber-sumber keuangan yang

dikuasainya. Inovasi pemerintah daerah dalam menggali dan

mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber

penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan

pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

masyarakat di daerah.

Peraturan lain yang ikut mempengaruhi aspek keuangan daerah

adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan revisi

dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 merupakan peraturan

perundangan-undangan tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Kedua

sumber dana ini merupakan komponen utama dari pendapatan asli

daerah. Wewenang untuk mengurus anggaran telah didapatkan melalui

desentralisasi fiskal dimana dalam desentralisasi fiskal, daerah juga

3
memiliki kewenangan untuk menentukan pajak daerah dan retribusi

daerah sendiri.

Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin,

sehingga PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang

didukung kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai

prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara. Kondisi ini

memudahkan bagi daerah meningkatkan pendapatan asli daerahnya

(PAD). Pemerintah daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menyusun peraturan daerah tentang pajak daerah atau tentang

retribusi daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Isyarat bahwa PAD harus menjadi bagian sumber keuangan

terbesar bagi pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa PAD

merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam

menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Di samping itu,

PAD juga mencerminkan kemandirian suatu daerah. Adapun PAD

merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan

modal utama bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat

membiayai total pengeluaran daerah, namun proporsi PAD terhadap total

penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian

keuangan suatu pemerintah daerah.

Kunci kemandirian daerah adalah pengelolaan PAD. Sumber-

sumber PAD diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi

4
daerah itu sendiri sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan

pemerintahan dan pembagunan daerah. Dalam konteks daerah, pajak dan

retribusi daerah yang dipunggut oleh pemerintah daerah (misal : propinsi,

kabupaten, kotamadya) yang diatur berdasarkan peraturan daerah dan

hasil punggutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga

daerahnya.

Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolak

ukur yang riil terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh

masyarakat di daerah. Salah satu tolak ukur finansial yang dapat

digunakan untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi

adalah dengan mengukur seberapa jauh kemampuan keuangan suatu

daerah. Sedangkan kemampuan keuangan daerah ini biasanya diukur

dari besarnya proporsi/konstribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap anggaran pendapatan daerah, maka pihak Pemerintah Daerah

Kabupaten Bone dengan jalan menggali sumber-sumber pendapatan

daerah yang dimiliki.

Idealnya semua pengeluaran pemerintah daerah, terutama

pengeluaran rutin dapat dicukupi atau setara dengan jumlah pendapatan

melalui PAD. Rendahnya kontribusi PAD terhadap pengeluaran dalam

APBD, mengindikasikan bahwa ketergantungan pemerintah daerah

terhadap pengeluaran rutin dan pembangunan dari transfer pemerintah

pusat melalui dana perimbangan. Dengan demikian, juga dapat

mengindikasikan bahwa derajat otonomi daerah sangat rendah.

5
Salah satu upaya pemerintah daerah di Kabupaten Bone dalam

rangka meningkatkan hasil PAD di daerah adalah pembentukan suatu

organisasi perangkat daerah yang memiliki fungsi pada pendapatan

daerah tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008,

tentang Pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Bone.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone memiliki tugas pokok, fungsi

dan kewenangan melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam

bidang pendapatan daerah dan memiliki fungsi yaitu: a.menyiapkan bahan

pembinaan berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh

Bupati, b.menyiapkan bahan penyusunan program dan petunjuk teknis

pengelolaan pendapatan daerah, c.menyiapkan bahan perumusan

peraturan perundang-undangan mengenai pendapatan daerah,

d.menyiapkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan anggaran

e.melakukan pendaftaran dan pendataan obyek dan subyek pendapatan

asli daerah, f.menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan,

g.memelihara dan malaksanakan pembukuan dan pelaporan,

h.melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati

Inovasi selalu memiliki makna kebaruan (novelty). Sifat kebaruan

ini mengandung dua aspek yaitu terciptanya nilai (value) yang baru dan

kedua terdapat pengetahuan (knowledge) yang baru. Suatu produk,

proses, atau metode organisasi dikatakan inovatif bila menimbulkan nilai

yang baru. Kehadiran produk, proses atau metode tersebut memunculkan

sesuatu yang lebih berharga, atau lebih valuable bagi pihak-pihak lain.

6
Sering kali nilai itu adalah bersifat ekonomik, seperti dalam kasus inovasi

di organisasi bisnis. Tetapi dalam kasus inovasi pemerintahan daerah,

menurut Orange, et al., (2007) nilai sosial menjadi pusat perhatian.

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di

Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibu kota Watampone dengan luas

wilayah keseluruhan mencapai 4.558 km2. Kabupaten Bone memiliki

banyak potensi sumber daya alam yang dikelola oleh Pemerintah Daerah

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Bone yang

sesuai dengan visi-misi Pemerintah Daerah Kabupaten Bone yaitu

mensejahterakan masyarakat.

Pemungutan pajak dan retribusi daerah memiliki andil yang cukup

besar sebagai pilar yang menopang PAD daerah kabupaten bone.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan didukung oleh berbagai

informasi realisasi Pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Bone yang di himpun oleh Dinas Pendapatan Daerah tahun 2015

mencapai Rp.1,870 triliun lebih atau 98,52 persen dari target yang

ditetapkan sebesar Rp. 1,898 triliun lebih. Dibandingkan dengan realisasi

pendapatan daerah tahun 2014 sebelumnya yakni Rp.1,534 triliun dan

pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar Rp.335 miliar lebih atau

21,86 persen.

Dalam peningkatan PAD di Kabupaten Bone tentu tidak terlepas

dari berbagai permasalahan dan tantangan yang di hadapi oleh

pemerintah daerah. Beberapa permasalahan yang terjadi di Kabupaten

7
Bone yaitu: 1. Sistem pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah

kurang intensif dilakukan oleh pemerintah daerah, 2. Terbatasnya

kemampuan teknis / kualitas sumber daya pengelola pendapatan daerah,

3. Kepatuhan dan partisipasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

membayar pajak. 4. Kurangnya pemahaman masyarakat sebagai subjek

pajak / subjek retribusi tentang Perda tentang pajak dan retribusi daerah.

5. Kondisi fasilitas pelayanan yang belum memadai.

Sebagai daerah yang memiliki potensi untuk meningkatakan taraf

hidup masyarakatnya melalui peningkatan perekonomian daerah,

berdasarkan data yang diperoleh dari Dispenda tahun 2015 mengalami

peningkatan dalam bidang pendapatan daerah. Hal ini merupakan satu

tantangan bagi pemerintah Kabupaten Bone untuk lebih memberikan

kontribusi pendapatan daerah yang lebih besar lagi untuk daerah guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dengan

perencanaan pengintensifan sumber-sumber PAD yang telah ada yaitu

pajak dan retribusi daerah.

Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah telah dilakukan sesuai dengan peraturan daerah yang sudah ada

berupa pajak dan retribusi daerah. Anggaran perang semakin besar pada

saat dibutuhkannya anggaran kesejahteraan yang lebih banyak.

Tantangan demikian tidak dapat diselesaikan jika hanya menggunakan

cara-cara lama. Kelangsungan tatanan pemerintahan dapat terancam jika

tidak ada solusi kreatif. Inovasi dibutuhkan dalam kondisi ini untuk

8
menjaga keberlanjutan pemerintahan sekaligus memecahkan the

unsolved problems dengan cara baru (Khairul Muluk:2008)

Jika pihak Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap

potensi yang dimiliki maka peluang untuk kemajuan daerah tersebut akan

lebih besar dengan memberikan terobosan baru dalam mengelola potensi

daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian,

melihat dari uraian tersebut dan melihat fenomena yang ada sekarang

peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana Inovasi Pemerintah

Daerah dan sejauh mana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone.

Oleh karena itu penulis mengambil judul “Inovasi Pemerintah

Daerah dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Bone”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat

dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana Inovasi Intensifikasi Pemerintah Daerah dalam rangka

meningkatkan PAD di Kabupaten Bone?

2. Bagaimana Inovasi Ekstensifikasi Pemerintah Daerah dalam

rangka meningkatkan PAD di Kabupaten Bone?

9
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk:

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan Inovasi Intensifikasi

Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan PAD di Kabupaten

Bone.

2. Untuk mengetahui dan menggambarkan Inovasi Ekstensifikasi

Pemerintah Daeah dalam rangka meningkatkan PAD di Kabupaten

Bone.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat akademik, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

dalam pengembangan ilmu pemerintahan khususnya yang

berfokus pada kajian inovasi Pemerintah Daerah dalam

peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

2. Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi

seluruh stakeholders dalam peningkatan pendapatan asli daerah

dengan memberikan inovasi dan menjadi sumbangsi peneliti

terhadap proses pemerintahan dalam pembangunan sektor

ekonomi.

10
3. Manfaat metodologis, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna

untuk menambah wawasan dan menjadi referensi bagi mahasiswa

yang akan melakukan kajian terhadap penelitian selanjutnya yang

relevan.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep

yang dipergunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah

penelitian lebih dalam, sehingga mengarah pada kedalaman pengkajian

penelitian. Hal ini juga sekaligus sebagai pendukung dalam rangka

menjelaskan atau memahami makna dibalik realitas yang ada.

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Inovasi

Istilah inovasi memang selalu diartikan secara berbeda-beda oleh

beberapa ahli. Menurut Suryani (2008:304), Inovasi dalam konsep yang

luas sebenarnya tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi dapat berupa

ide, cara-cara ataupun obyek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai

sesuatu yang baru. Inovasi juga sering dugunakan untuk merujuk pada

perubahan yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh masyarakat yang

mengalami. Namun demikian, dalam konteks pemasaran dan konteks

perilaku konsumen inovasi dikaitkan dengan produk atau jasa yang

sifatnya baru. Baru untuk merujuk pada produk yang memang benar-

benar belum pernah ada sebelumnya di pasar dan baru dalam arti ada hal

yang berbeda yang merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari

produk sebelumnya yang pernah ditemui konsumen di pasar.

12
Kata inovasi dapat diartikan sebagai “proses” atau “hasil”

pengembangan dan atau pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan,

keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk

menciptakan atau memperbaiki produk, proses yang dapat memberikan

nilai yang lebih berarti. Menurut Rosenfeld dalam

Sutarno (2012:132), inovasi adalah transformasi pengetahuan

kepada produk, proses dan jasa baru, tindakan menggunakan sesuatu

yang baru. Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada

halaman yang sama, bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil

dari suatu gagasan baru atau dengan kata lain merupakan mobilisasi

pengetahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk

menciptakan produk, proses dan jasa baru. Namun menurut Vontana

(2009:20), inovasi adalah kesuksesan ekonomi dan sosial berkat

diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama

dalam mentransformasi input menjadi output yang menciptakan

perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga yang

ditawarkan kepada konsumen dan/atau pengguna, komunitas, sosietas

dan lingkungan.

Hampir sama dengan inovasi organisasi menurut Sutarno

(2012:134-135) yang didefinisikan sebagai cara-cara baru dalam

pengaturan kerja, dan dilakukan dalam sebuah organisasi untuk

mendorong dan mempromosikan keunggulan kompetitif. Inti dari inovasi

organisasi adalah kebutuhan untuk memperbaiki atau mengubah suatu

13
produk, proses atau jasa. Inovasi organisasi mendorong individu untuk

berpikir secara mandiri dan kreatif dalam menerapkan pengetahuan

pribadi untuk tantangan organisasi. Semua organisasi bisa berinovasi

termasuk untuk organisasi perusahaan, rumah sakit, universitas, dan

organisasi pemerintahan. Pentingnya nilai, pengetahuan dan

pembelajaran dalam inovasi organisasi sangat penting.

Menurut Yogi dalam LAN (2007:115), inovasi biasanya erat

kaitannya dengan lingkungan yang berkarakteristik dinamis dan

berkembang. Pengertian inovasi sendiri sangat beragam, dan dari banyak

perspektif. Menurut Rogers dalam LAN (2007:115) menjelaskan bahwa

inovasi adalah sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh

individu satu unit adopsi lainnya. Sedangkan menurut Damanpour bahwa

sebuah inovasi dapat berupa produk atau jasa yang baru, tekonologi

proses produk yang baru, sistem struktur dan administrasi baru atau

rencana baru bagi anggota organisasi.

Menurut Rogers dalam LAN (2007:116) mengatakan bahwa inovasi

mempunyai atribut sebagai berikut:

1. Keuntungan Relatif

Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih

dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai

kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang

membedakannya dengan yang lain.

2. Kesesuaian

14
Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain

dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang

lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor

biaya yang sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari

proses transisi ke inovasi terbaru. Selain itu juga dapat memudahkan

proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara

lebih cepat.

3. Kerumitan

Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat

kerumitan yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi

sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara

yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada umumnya

tidak menjadi masalah penting.

4. Kemungkinan Dicoba

Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti

mempunyai keuntungan atau nilai dibandingkan dengan inovasi yang

lama. Sehingga sebuah produk inovasi harus melewati fase “uji publik”,

dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji

kualitas dari sebuah inovasi.

5. Kemudahan diamati

Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi bagaimana

sebuah inovasi bekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

15
Inovasi juga erat kaitannya teknologi dan informasi, khususnya

internet, memiliki peranan penting dalam meningkatkan transparansi.

Richard Heeks dalam LAN (2007:98) mengelompokkan manfaat

tekonologi informasi dan komunikasi dalam dua kelompok, yaitu:

1. Manfaat pada Tingkat Proses

a. Menghemat biaya: mengurangi biaya transaksi bagi

masyarakat untuk akses ke informasi pemerintah dan

mengirim informasi ke pemerintah, mengurangi biaya bagi

pemerintah untuk menyediakan inoformasi.

b. Menghemat waktu: mempercepat proses internal dan proses

pertukaran data dengan instansi lain.

c. Mengurangi keterbatasan: dimanapun, kapanpun informasi

dan layanan pemerintah dapat diakses oleh masyarakat.

d. Keputusan yang lebih baik: pimpinan dapat mengontrol

kinerja stafnya, mengontrol kegiatan, ataupun mengontrol

kebutuhan.

2. Manfaat pada Tingkat Pengelolaan

a. Merubah perilaku aparatur: mengurangi interes pribadi dan

meningkatkan interes rasional atau nasional. Misalnya dalam

mengurangi tindakan korupsi, mengurangi pemalsuan, kerja

lebih efektif dan efisien dan perlakuan terhadap masyarakat

yang lebih setara dalam pelayanan publik.

16
b. Merubah perilaku masyarakat: partisipasi yang lebih besar

terhadap proses pemerintahan dan memperluas

kesempatan pemasok untuk ambil bagian dalam pelayanan

pengadaan barang atau jasa.

c. Pemberdayaan: meningkatkan keseimbangan kekuatan

antar kelompok, melalui kemudahan, akses ke informasi

kepemerintahan. Pemberdayaan aparatur lebih meningkat

melalui akses ke informasi yang dibutuhkan mereka dalam

menjalankan tugas dan fungsinya, pemberdayaan pemasok

melalui akses ke informasi tentang pengadaan barang dan

jasa dan pemberdayaan manajer melalui akses ke informasi

mengenai stafnya dan sumberdaya lainnya.

Inovasi mempunyai arti lebih luas daripada penemuan-penemuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 2010, menjelaskan

pengertian inovasi sebagai berikut :

a. Inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru,

pembaruan.

b. Inovasi adalah proses kreatif dalam melakukan penemuan

baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah

dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat).

Dari sudut pandang lain Inovasi merupakan suatu proses atau hasil

kreativitas pembaruan atau perbaikan yang membawa atau memberikan

kegunaan atau kemanfaatan nyata (komersial/bisnis, ekonomi, social, dan

17
budaya). Meskipun inovasi telah menjadi kosakata organisasi public,

khususnya di pemerintah daerah di Indonesia, namun prestasi ini belum

menunjukkan hasil yang diinginkan. Ada tiga factor krusial di dalam

mengembangkan inovasi di pemerintah daerah, yaitu kepemimpinan, iklim

organisasi dan lingkungan politik (Irwan Noor,2013).

Dari sudut pandang lain menurut para ahli mengemukakan definisi

inovasi sebagai berikut :

a. Everest M. Rogers (1983), mendefenisikan bahwa inovasi

adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang

disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh

seseorang atau kelompok untuk diadopsi.

b. Stephen Robbins (1994), mendefenisikan bahwa inovasi

sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk

memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses

dan jasa.

c. Van de Ven, Andrew H., mendefenisikan bahwa inovasi adalah

pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh

orang dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan

berbagai aktivitas transaksi di dalam tatanan organisasi

tertentu.

Menurut UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta mengemukakan

pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan

ataupun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan

18
pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan

yang baru, ataupun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.

2.1.1.1. Perspektif Empirik Inovasi

Memahami inovasi dapat ditelusuri dan dipahami melalui kajian

literature dan hasil penelitian tentang inovasi di lembaga pemerintahan

yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu di berbagai pemerintah

daerah. Irwan N. et.al (2012), mengemukakan bahwa inovasi dipandang

sebagai model dalam keberhasilan pemerintah daerah. Ada tiga faktor

yang mempengaruhi pemerintah daerah dapat berinovasi yaitu para

pemimpin pemerintah daerah, lingkungan organisasi, dan politik.

Berdasarkan temuan di atas terdapat tiga komponen yang berpengaruh

kuat dalam meningkatkan kinerja pemerintah daerah yaitu (1)

kesejahteraan social, (2) pelayanan public, (3) kompetisi lokal.

Doloreux D. (2004), dalam hasil penelitiannya menyajikan tiga

tujuan yang ingin dicapai terkait sistem inovasi pemerintah daerah yaitu:

(a) menjelaskan bahwa aktivitas inovasi sangat berhubungan dengan

strategi kompetensi, proses inovasi, pemamfaatan sumber informasi, (b)

menjelaskan bahwa proses inovasi berhubungan peningkatan kinerja unit

kerja, (c) menjelaskan perbedaan unit kerja yang inovatif.

Thomas, Hutauruk (2010) mengemukakan inovasi sangat

ditentukan oleh kapasitas pemerintah daerah. Inovasi yang telah

19
dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu inovasi institusi, inovasi proses,

dan inovasi konsep yang berfokus pada pusat pelayanan public.

Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Balitbng Provinsi Jawa

Tengah (2007) bahwa bentuk-bentuk inovasi dalam pemerintahan daerah

sesuai dengan pembatasan program inovasi yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah. Program inovasi yang paling banyak dikreasi dan

dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan kota terkait dengan aplikasi

teknologi informasi seperti: E-government, website, LAN. Adapun srategi

yang dapat dilaksanakan untuk pengembangan program inovasi meliputi

pengembangan komitmen elit (political will) lalu diikuti dengan berbagai

kebijakan dan alokasi anggaran serta mengoptimalkan pelaksanaan

sosialisasi program inovasi.

2.1.1.2. Ciri – Ciri Inovasi

Sebuah ide, gagasan, atau pun teori hanya bisa digolongkan ke dalam

sebuah inovasi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Khas, ciri utama dari sebuah inovasi adalah khas. Inovasi harus

memiliki ciri khas sendiri yang tidak dimiliki ataupun ada pad aide

atau pun gagasan yang sudah ada sebelumnya. Tanpa ciri khas

yang spesifik, sebuah idea atau pun gagasan tidak dapat

digolongkan menjadi sebuah inovasi baru.

20
b. Baru, ciri kedua dari sebuah inovasi adalah baru. Setiap inovasi

haruslah merupakan ide ataupun gagasan baru yang memang

belum pernah diungkapkan ataupun dipublikasikan sebelumnya.

c. Terencana, ciri ketiga sebuah inovasi adalah terencana. Sebuah

inovasi biasanya sengaja dibuat dan direncanakan untuk

mengembangkan objek-objek tertentu. Dengan kata lain, setiap

inovasi yang ditemukan pada dasarnya merupakan kegiatan yang

sudah direncanakan sejak awal.

d. Memiliki Tujuan, ciri terakhir yang harus ada pada inovasi adalah

memiliki tujuan. Seperti yang telah dijelaskan di poin sebelumnya,

inovasi merupakan aktivitas terencana untuk mengembangkan

objek-objek tertentu (tujuannya adalah mengembangkan objek-

objek tertentu).

2.1.1.3. Prinsip – Prinsip Inovasi

Pelaksanaan inovasi yang baik dan terarah adalah inovasi yang

dihasilkan dari sesuatu yang kecil dan terfokus (Drucker 1985). Drucker

(1985:134-139) membahas prinsip-prinsip inovasi meliputi petunjuk apa

yang harus dilakukan, hal-hal yang harus dilakukan dan tiga persyaratan

dalam melakukan inovasi sebagai berikut :

a) Hal-hal yang harus dilakukan dalam berinovasi adalah:

21
1) Inovasi yang terarah dan sistematis. Inovasi yang terarah

mempertimbangkan area yang berbeda, sumber-sumber

yang berbeda, kepentingan yang berbeda dan waktu yang

berbeda. Inovasi yang sistematis diawali dengan analisis

peluang dan langkah-langkah dari sederhana ke kompleks.

2) Inovasi meliputi hal yang konseptual maupun perceptual.

Konseptual meliputi konsep perubahan terbaik bagi

organisasi, perceptual meliputi hasil evaluasi perusahaan,

analisis sumber daya internal, pelanggan dan pengguna,

agar pelaku inovasi dapat mengetahui kepuasan, peluang,

harapan, nilai dan kebutuhan.

3) Inovasi harus efektif, sederhana dan terfokus.

4) Inovasi yang efektif dimulai dari hal yang kecil.

5) Memerlukan komitmen dari pimpinan.

b) Adapun hal-hal yang harus dihindari dari praktek inovasi menurut

Peter Druker (136-138):

1) Jangan melakukan banyak hal pada waktu yang bersamaan.

2) Jangan berinovasi untuk masa depan.

3) Berinovasilah untuk masa sekarang.

c) Persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan inovasi:

1) Inovasi adalah kerja, maka hal ini membutuhkan

pengetahuan dan keahlian yang tinggi.

22
2) Inovator harus membangun inovasi berdasarkan kekuatan

sendiri.

3) Inovasi adalah dampak dari perubahan ekonomi dan

kemasyarakatan.

Prinsip inovasi yang dikemukakan Druker ini menekankan bahwa

inovasi dilakukan mulai dari sesuatu yang sederhana, kecil, terfokus,

memenuhi kebutuhan sekarang yang dijalankan dengan didasari

pengetahuan, mempertimbangkan berbagai aspek dan perlu komitment.

2.1.1.4. Dimensi Inovasi di Sektor Publik

Sedangkan dimensi inovasi yang dikembangkan dalam sektor

publik (Halvorsen : 2005) adalah terdiri dari :

a. Inovasi Konseptual : Dalam pengertian memperkenalkan misi baru,

pandangan, tujuan, strategi dan rationale baru.

b. Inovasi Delivery : Termasuk cara-cara baru atau cara yang diubah

dalam menyelesaikan masalah, memberikan layanan atau

berinteraksi dengan klien untuk tujuan pemberian layanan khusus.

c. Inovasi Interaksi Sistem : Cara-cara baru atau yang diubah dalam

berinteraksi dengan organisasi lain.

2.1.1.5. Sumber Inovasi

Menurut Harvard Bussiness Essentials (2003:29-37) terdapat enam

sumber ide inovasi yaitu:

23
a. Pengetahuan baru (New knowledge) misalnya perkembangan sains

dan teknologi.

b. Saran dan ide konsumen (tapping the ideas of costumer).

c. Pengguna utama (lead user) yaitu perusahaan dan individu,

konsumen dan non-konsumen pengguna utama yang memiliki

kebutuhan unik sesuai dengan bidangnya.

d. Desain yang memahami konsumen (emphatic design) ide inovasi

diperoleh melalui pengamatan terhadap penggunaan barang dan

mengidentifikasi kebutuhan yang belum ditemukan pengguna.

e. Penemuan (invention vactories), ide inovasi diperoleh dengan

melakukan penelitian formal dan pengembangan.

f. Skunkworks, ide inovasi diperoleh dengan mempekerjakan orang

berbakat yang memiliki perbedaan pandangan dengan organisasi

dalam pemecahan masalah.

Adanya inovasi diharapkan dapat menanggapi kompleksitas

lingkungan dan dinamisasi perubahan lingkungan terutama dalam

persaingan yang ketat dan menciptakan sumber-sumber bagi keunggulan

bersaing daerah dan mampu memberikan kontribusi besar dalam

peningkatan ekonomi daerah. Hal tersebut dapat dicapai melalui

pengenalan teknologi baru, aplikasi baru dalam produk pelayanan.

Menurut pendapat ini inovasi diperoleh dari pengetahuan baru baik

interaksi dengan masyarakat, investor, skunkwork, maupun hasil

penelitian secara formal.

24
2.1.2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Bersamaan dengan munculnya negara sebagai organisasi terbesar

yang relatif awet dan kokoh dalam kehidupan bermasyarakat, maka

pemerintahan mutlak harus ada untuk membarenginya. Yaitu munculnya

keberadaan dua kelompok orang yang memerintah di satu pihak yang

diperintah di lain pihak.

Keberadaan Pemerintah di semua negara tidak terlepas dari tujuan

pembentukannya. Menurut Ryaas Rasyid, secara umum ada 2 tujuan

pembentukan pemerintah suatu negara, yaitu :

1) Menegakkan keteraturan. Pemerintah dibentuk agar tercipta rasa


aman di kalangan masyarakat suatu negara. Sebelum negara
terbentuk, keadaan masyarakat sungguh kacau atau tidak teratur.
Masing-masing membuat aturannya sendiri-sendiri sehingga timbul
ketidak-amanan, misalnya perampokan dan pemerkosaan. Agar
aman maka perlu ada pihak yang mengatur, dan yang mengaturnya
itu adalah pemerintah.
2) Menciptakan suasana yang adil. Pemerintah dibentuk dengan
harapan bahwa anggota masyarakatnya dapat difasilitasi untuk
memperoleh peluang yang sama (adil) dalam berbagai segi
kehidupan, misalnya dalam bidang politik, hukum dan ekonomi.
Secara etimologi, pemerintahan dan pemerintah dapat diartikan

sebagai berikut :

1. “Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh. Yang berarti di


dalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki
wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan
keharusan.
2. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah. Yang berarti
badan yang melakukan kekuasaan memerintah.
3. Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan. Berarti
perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah
tersebut.”

25
Untuk definisi pemerintah, W.S. Sayre mengatakan bahwa :

“Pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai organisasi


dari negara yang memperlihatkan dan yang menjalankan
kekuasaannya.”
Selanjutnya menurut Samuel Edward Finer, hal yang harus dilakukan

oleh pemerintah yaitu :

“Pemerintah harus mempunyai kegiatan terus menerus (process),


negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang
memerintah (the duty) dan cara, metode serta sistem (manner,
method and system) dari pemerintah terhadap masyarakat.”

Pemerintahan di Indonesia diselenggarakan berdasarkan tingkatan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi,

kabupaten/kota) dan desa berdasarkan keberadaan desentralisasi yang

berlaku pada masing-masing negara dan pemerintahan. Seperti di negara

kesatuan lainnya, daerah di Indonesia tidak bersifat negara, karena itu di

daerah tidak memiliki kekuasaan negara dan atribut kenegaraan lainnya

seperti ditingkat pusat/nasional. yang dimilikinya adalah wewenang

sebagai turunan dari kekuasaan negara untuk mengurus urusan

pemerintahan ‘tertentu’ menurut asas-asas penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa :

1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

26
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah otonom.

Dalam melakukan otonomi daerah perlu asas yang harus

dijalankan sebagai berikut.

1) “Desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan dari


pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan
mengatur daerahnya sendiri.
2) Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari aparat
pemerintah pusat atau pejabat di atasnya (misalnya, wilayah
provinsi).
3) Tugas pembantuan. Dalam hal ini pemerintah daerah ikut serta
mengurus sesuatu urusan tetapi kemudian urusan itu harus
dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat.”

Berdasarkan hasil amandemen pasal 18 Undang-Undang Dasar

1945 dikemukakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Secara formal, otonomi daerah diartikan sebagai hak wewenang

dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku. Berdasarkan

literatur otonomi dapat dibedakan menjadi otonomi materiil, formil, riil.

27
Sebagai realisasi asas desentralisasi kepada Daerah, diserahkan

berbagai kewenangan pemerintahan yang wajib dilaksanakan sekitar 11

bidang pemerintahan.

Berdasarkan konsep pemerintah yang dikemukakan beberapa ahli

di atas bahwa pemerintah merupakan unsur negara yang hubungannya

tidak terlepas dengan pihak yang diperintah. Kedua unsur ini harus

memiliki sinergitas yang baik dalam membangun negara. Namun, dalam

hubungannya diperlukan aturan yang mengikat agar tidak terjadi

penyelahgunaan kekuasaan. Lebih luas dari pada itu, pemerintah

mempunyai tingkatan yang disebut pemerintah pusat dan daerah. Kedua

lembaga pemerintahan ini bekerjasama dalam menjalankan sistem

pemerintahan Indonesia yang berlandaskan atas asas desentralisasi,

dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2.1.3. Tugas Pokok Pemerintah

Pembagian urusan pemerintahan di Indonesia, pada hakikatnya

dibagi ke dalam tiga kategori, yakni urusan pemerintahan yang dikelola

oleh pemerintah pusat; urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah provinsi; urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintah kabupaten/kota. Terkait dengan tugas pokok pemerintah maka

ada tugas yang dapat diserahkan atau dilimpahkan pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah, namun adapula beberapa tugas pemerintah

28
yang tidak dapat dikerjakan oleh pemerintah pusat maupun daerah

kabupaten/kota.

Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, yustisi, fiskal nasional atau moneter dan urusan

agama. Selebihnya merupakan tugas pemerintah yang dapat diserahkan

wewenangnya kepada pemerintah daerah provinsi maupun

kabupaten/kota yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

daerahnya.

Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid dalam bukunya

menjelaskan tugas Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan

sebagai berikut:

“Tugas Eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah to


execute atau melaksanakan apa yang sudah disepakati atau
diputuskan oleh pihak legislative dan yudikatif. Bisa juga dikatakan
sebagai mengimplementasikan semua kebijaksanaan yang sudah
diputuskan oleh pihak legislative dan yudikatif. Namun karena
pembuatan kebijaksanaan pemerintahan atau kebijaksanaan
publik bukan semata-mata domain atau kewenangan legislative,
maka dalam sebuah pemerintahan yang modern tidak jarang
mengambil inisiatif sendiri dalam mengagendakan dan
merumuskan kebijakan.”

Dalam pengambilan kebijakan dan keputusan di daerah, arah

tindakan aktif dan positif pemerintah daerah haruslah berlandaskan pada

penyelenggaraan kepentingan umum. Sudah menjadi tugas

penyelenggaraan pemerintah daerah untuk menjaga kepentingan umum

29
tersebut guna mencapai harapan daerah dalam rangka memperkuat

kesatuan bangsa.

Penjelasan mengenai tugas-tugas pokok pemerintah kemudian

dijelaskan oleh Ryaas Rasyid sebagai berikut :

“Pertama, menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan


serangan dari luar dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan
dari dalam yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah
melalui cara-cara kekerasan.
Kedua, memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya
gontok-gontokan diantara warga masyarakat, menjamin agar
perubahan apapun yang terjadi di dalam masyarakat dapat
berlangsung secara damai.
Ketiga, menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap
warga masyarakat tanpa membedakan status apapun yang
melatarbelakangi keberadaan mereka.
Keempat, melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan
dalam bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga
non pemerintahan atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh
pemerintah.
Kelima, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial: membantu orang miskin dan memelihara
orang cacat, jompo dan anak terlantar: menampung serta
menyalurkan para gelandangan ke sektor kegiatan yang produktif
dan semacamnya.
Keenam, menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan
masyarakat luas, seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong
penciptaan lapangan kerja baru, memajukan perdagangan
domestic dan antar bangsa, serta kebijakan lain yang secara
langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara dan
masyarakat.
Ketujuh, menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya
alam dan lingkungan hidup, seperti air, tanah dan hutan.

Selanjutnya, Ryaas Rasyid menjelaskan bahwa dalam

pemerintahan modern fungsi pemerintahan dapat dibagi menjadi empat

bagian yakni sebagai berikut:

30
“Dalam pemerintahan modern dewasa ini Rasyid membagi fungsi
pemerintahan menjadi empat bagian, yaitu pelayanan (public
service), pembangunan (development), pemberdayaan
(empowering), dan pengaturan (regulation). Dengan mengutip
Franklin D. Rosevelt, Rasyid mengemukakan bahwa untuk
mengetahui suatu masyarakat lihatlah pemerintahannya.”

Fungsi-fungsi pemerintahan yang dijalankan akan menunjukan

gambaran kualitas pemerintahan itu sendiri. Apabila pemerintah dapat

menjalankan fungsinya dengan baik maka secara otomatis akan

berpengaruh pada tugas-tugas pokok pemerintah yang dijalankannya. Hal

ini juga akan berdampak pada terciptanya keteraturan hidup dalam

negara. Berdasarkan beberapa fungsi dan tugas pokok pemerintah yang

dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemerintah merupakan unsur yang penting dalam memajukan negara

dengan fungsinya sebagai pembangun, pemberdaya dan pelayan bagi

unsur-unsur lain negara yang ada di bawahnya.

2.1.4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Mardiasmo (2002:132) “Pendapatan asli daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil

perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah.

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan

bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli

Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak.

31
Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah

yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Lukman H, dalam

“Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah” kelompok pendapatan asli

daerah dipisahkan menjadi 4 yaitu:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Bagian Laba Usaha Daerah

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambahan nilai kekayaan yang bersih dalam suatu periode anggaran

tertentu, pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana

perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu

pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah

sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,

transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan

penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,

kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah).

32
Pengeritan pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No.

28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah

daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan

suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-

potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi

daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh

peraturan daerah.

2.1.5. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :

a. Pajak Daerah merupakan bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang terbesar, dikutip dalam buku “Ekonomi Publik” karangan M.

Suparmoko (2001;56) yaitu:

“Merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi


atau badan kepala pemerintah (Daerah) tanpa balas jasa
langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Sedangkan menurut Rochmat Soemitro dan Lukman H (2006)

dalam “Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah” pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah

mengatakan bahwa pajak adalah:

33
“Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undanga yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.”
Pada umumnya pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

1. Sebagai sumber pendapatan dari pemerintah daerah

(Budgetary)

2. Sebagai alat pengatur (Regulatory)

Dalam hal-hal tertentu suatu jenis pajak dapat lebih bersifat

sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi dapat pula sebagai

suatu jenis pajak tertentu lebih merupakan alat untuk mengatur

alokasi dan retribusi suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah

atau wilayah tertentu.

b. Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang

cukup besar peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya

pendapatan asli daerah. Seperti dikutip dalam buku “Ekonomi

Publik” karangan M. Suparmoko (2001;85) bahwa yang dimaksud

Retribusi Daerah adalah:

“Pungutan daerah sebagai bayaran atas jasa atau


pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.”

Mohammad Zain (2003;13) dalam buku yang berjudul “Manajemen

Perpajakan” mendefinisikan retribusi daerah sebagai berikut:

“Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah


pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau

34
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.”

Retribusi daerah pada uraian diatas intinya merupakan

pungutan daerah atas pembayaran jasa atau pemberian izin yang

diberikan untuk pemerintah daerah kepada setiap orang atau

badan yang mempunyai kepentingan, dan balas jasa dari adanya

retribusi daerah tersebut langsung dapat dirasakan oleh mereka

yang membayar retribusi tersebut.

Jenis retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga macam

sesuai dengan objeknya. Objek retribusi adalah berbagai jenis

pelayanan atau jasa tertentu yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah. Jasa pelayanan yang dapat dipungut retribusinya hanyalah

jenis-jenis jasa pelayanan yang menurut pertimbangan social

ekonomi layak untuk dijadikan objek retribusi. Jasa-jasa pelayanan

tersebut diantaranya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Retribusi yang dikenakan jasa umum

2. Retribusi yang dikenakan pada jasa usaha

3. Retribusi yang dikenakan pada perizinan tertentu

c. Bagian Laba Usaha Daerah menurut Abdul Halim (2001;65) dalam

bukunya “Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah”

menyatakan bahwa:

“Bagian laba usaha daerah merupakan penerimaan daerah


yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan
ini antara lain berasal dari BPD, Perusahaan Daerah dan
penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga.”

35
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah ialah pendapatan-

pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah,

retribusli daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah

yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah

untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi

dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan,

atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.

Menurut Abdul Halim (2001;65) dalam bukunya “Akuntansi

Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah” menyatakan bahwa:

“Lain-lain pendapatan asli daerah merupakan penerimaan


daerah yang diperoleh pemerintah daerah dari barang atau
jasa yang dimiliki pemerintah.”

Penerimaan ini berasal dari:

a. Hasil penjualan barang milik daerah

b. Penerimaan Jasa Giro

c. Pendapatan bunga,

d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,

e. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain

sebagai akibat dari penjualan dan/ atau pengadaan

barang dan/ atau jasa oleh daerah,

f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing,

g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan

pekerjaan,

36
h. Pendapatan denda pajak,

i. Pendapatan denda retribusi,

j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,

k. Pendapatan dari pengembalian,

l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum,

m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan,

n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan

Dana Perimbangan :

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 104 Tahun 2000 tentang “Dana Perimbangan” yang dikutip

dari buku yang berjudul “Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Otonomi Daerah” Dana Perimbangan yaitu:

“Dana yang bersumber dari penerimaan anggaran


pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
kepada pemerintah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.”

Sedangkan menurut Dedi Supriadi Bratakusuma dan Dadang

Solihin (2001;174) dalam buku yang berjudul “Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah” menjelaskan bahwa dana perimbangan yaitu:

“Merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari


anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) untuk
mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah
dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah yaitu
terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin membaik.”

Dana Perimbangan terdiri dari:

37
1. Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan

bangunan, Bea perolehan Hak atas tanah dan

bangunan, penerimaan dari sumber daya alam.

2. Dana Alokasi Umum

3. Dana Alokasi Khusus

Dalam penerimaan sumber keuangan, selain daerah diberi sumber-

sumber keuangan dari pusat, daerah juga diberi kewenangan untuk

menggali potensi daerahnya dengan sumber keuangan dan

memanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

daerahnya, artinya daerah diwajibkan untuk menggali sumber keuangan

sendiri berdasarkan peraturan yang berlaku. Kemampuan daerah untuk

membiayai urusan rumah tangganya dengan menggunakan keuangannya

sendiri, menunjukan sampai seberapa jauh daerah mampu menggali

sumber-sumber keuangan sendiri tanpa tergantung dari bantuan

pemerintah pusat dalam membiayai kepentingan rutin, oleh karena itu

daereah harus berusaha semaksimal mungkin menggali sumber-sumber

pembiayaan dari pendapatan asli daerahnya sendiri.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan

dalam arti sempit, karena dari semua sumber-sumber pendapatan hanya

sebagian saja yang merupakan pendapatan asli daerah. Contohnya

adalah penerimaan dari pungutan pajak, retribusi daerah, hasil

perusahaan daerah, dan lainnya yang merupakan sumber pendapatan asli

daerah (PAD) yang digali atau dihasilkan oleh daerah yang bersangkutan

38
yang merupakan pendapatan daerah yang sah, dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa pendapatan asli daerah salah satu kriteria

dalam menentukan kemampuan daerah untuk mengurus rumah

tangganya sendiri. Mampu dalam arti sempit adalah sejauh mana daerah

dapat menggali sumber keuangannya sendiri tanpa tergantung dari

pemerintah pusat.

2.1.6. Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Secara umum konsep peningkatan pajak dan retribusi daerah

dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu upaya ekstensifikasi dan

intensifikasi.

2.1.6.1. Intensifikasi

Intensifikasi memiliki makna penekanan dalam

pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang

ada. Adapun langkah-langkah intensifikasi, berdasarkan Sari

Kajian Fiskal dan Moneter (1996:39) “dimaksudkan untuk

mengefektifkan pemungutan pajak dan retribusi terhadap subjek

dan objek pajak dan retribusi yang sudah dikenakan sebelumnya

dengan memberikan kegiatan penerangan, penyuluhan dan

sosialisasi pajak dan retribusi lainnya”.

Selanjutnya menurut Soemitro (1988:77): Sistem

intensifikasi pajak dan retribusi maksudnya untuk meningkatkan

pajak dan retribusi dengan mengintesifkan segi-segi:

39
1. Intensifikasi perundang-undangannya

2. Meningkatkan kepastian hukum

3. Mengintensifkan peraturan pelaksanaan

4. Meningkatkan mutu aparatur perpajakkan

5. Meningkatkan fungsi dan menyesuaikan organ/struktur

perpajakan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan teknologi

6. Memberantas pemalsuan pajak

7. Meningkatkan pengawasan terhdap pelaksanaan dan

pematuhan peraturan perpajakan dan meningkatkan

pengawasan melekat.

2.1.6.2. Ekstensifikasi

Ekstesifikasi berdasarkan Sari Kajian Fiskal dan Moneter

(1996:39) merupakan suatu kondisi yang menekankan pada upaya

penjangkauan sesuatu secara lebih luas daripada yang telah ada.

Ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah menurut Soemitro

(1988:384) adalah Perluasan pemungutan pajak dan retribusi

daerah dalam arti:

1. Penambahan pajak dan retribusi baru dengan menemukan

wajib objek pajak dan retribusi baru

2. Menciptakan pajak-pajak dan retribusi baru, atau

memperluas ruang lingkup pajak dan retribusi yang ada.

40
2.2. Kerangka Pikir

Inovasi pemerintah daerah berperan penting dalam peningkatan

Pendapatan Asli Daerah melalui proses pendapatan keuangan daerah

yang di pengaruhi oleh beberapa faktor-faktor pendukung maupun faktor-

faktor penghambat. Berhasilnya pemerintah daerah dalam meningkatkan

pendapatan asli daerahnya, merupakan suatu tanda pemerintah daerah

dapat melaksanakan roda pemerintahannya dengan baik.

PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-

sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Selanjutnya sumber-sumber PAD terdiri dari beberapa unsur yaitu; pajak

daerah, retribusi daerah, perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan

yang sah.

41
Untuk lebih jelasnya, penulis menggambarkan secara singkat melalui

bagan berikut ini:

Gambar 1.
Skema Kerangka Pikir

DISPENDA

INOVASI PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH

Faktor-faktor yang
mempengaruhi : EKSTENSIFIKASI
INTENSIFIKASI
SUMBER PAD
SUMBER PAD a. Faktor pendukung
- Kebijakan Pemerintah
- Kerjasama
- Koordinasi
b. Faktor penghambat
- Kualitas SDM yang
kurang
- Pemahaman
masyarakat yang
kurang
- Kualitas Petugas
Penagih

PENINGKATAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH

42
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone dimana titik

pengambilan data penelitian tentang Inovasi peningkatan pendapatan asli

daerah pada: (1).Kantor Bupati Bone, (2).Kantor Dinas Pendapatan

Daerah, (3).Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

3.2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan yakni deskriptif kualitatif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran untuk memahami

dan menjelaskan inovasi Pemerintah Daerah dalam peningkatan

pendapatan asli daerah (PAD) DI Kabupaten Bone. Menurut Bogdan dan

Taylor dalam Lexy J (1996), metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dimana

data yang terkumpul merupakan hasil dari lapangan yang diperoleh

melalui pengumpulan data primer seperti observasi, wawancara, studi

pustaka, dan pengumpulan data sekunder seperi data pendukung yang

diperoleh dari arsip/dokumen yang sudah ada atau literatur tulisan yang

sangat berkaitan dengan judul penelitian.

43
3.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang dilakukan secara

sistematis dan sengaja.

b. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui interview

secara langsung dengan informan. Teknik ini menggunakan pedoman

wawancara agar wawancara yang dilakukan tetap berada pada fokus

penelitian, meskipun ada beberapa pertanyaan-pertanyaan berlanjut yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

c. Dokumen dan Arsip

Pada teknik ini dilakukan telaah pustaka, dimana peneliti

mengumpulkan data dari penelitian sebelumnya berupa buku, skripsi dan

tesis. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang

berasal dari sumber non-manusia. Dokumen dan arsip yang berkaitan

dengan fokus penelitian merupakan salah satu sumber data yang paling

penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen

tertulis, gambar/foto, data statistik, laporan penelitian sebelumnya maupun

tulisan - tulisan ilmiah.

44
3.4. Informan Penelitian

Informan merupakan salah satu anggota kelompok partisipan yang

berperan sebagai pengarah dan penerjemah muatan-muatan budaya atau

pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan

dalam penelitian ini dipilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat

langsung.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive

sampling. Yaitu, teknik penarikan sample secara subjektif dengan maksud

atau tujuan tertentu, yang mana menganggap bahwa informan yang

diambil tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang

dilakukan.

Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah :

1) Bupati Bone

2) Kepala Dinas Pendapatan Daerah

3) Sekertaris Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

4) Sekertaris Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

5) Kasubid Pembukuan Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah

dan Pendapatan Daerah Lainnya Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone

6) Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

7) Kasubid Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

45
3.5. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

asalnya atau di lapangan yang merupakan data empirik. Data empirik

yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan beberapa pihak atau

informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data

dan informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan kebutuhan penelitian.

Salah satunya kepala bagian atau instansi yang terkait dalam penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil telaah

bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literature yang terkait

dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen atau arsip,

dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait yang relevan dengan

kebutuhan data dalam penelitian.

3.6. Definisi Konsep

Defenisi konsep bertujuan untuk mengarahkan peneliti dalam

melakukan penelitian. Maka dari itu disusun definisi konsep yang dapat

dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini yakni :

46
1. Inovasi intensifikasi adalah memiliki makna penekanan dalam

pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang

ada. Inovasi intensifikasi dimaksudkan untuk mengefektifkan

pemungutan pajak terhadap subjek dan objek pajak dan retribusi

yang sudah dikenakan sebelumnya dengan memberikan kegiatan

penerangan, penyuluhan dan sosialisasi pemungutan pajak dan

retribusi lainnya.

2. Inovasi ekstesifikasi merupakan suatu kondisi yang menekankan

pada upaya penjangkauan sesuatu secara lebih luas daripada

yang telah ada. Inovasi ekstensifikasi dimaksudkan untuk

perluasan pemungutan subjek, objek pajak dan retribusi.

Penambahan pajak dan retribusi baru dengan menemukan wajib

objek pajak dan retribusi baru, menciptakan pajak dan retribusi

baru, atau memperluas ruang lingkup pajak dan retribusi yang

ada.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses inovasi

intensifikasi dan inovasi ekstensifikasi pemerintah daerah dalam

peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten bone yaitu

terdiri dari :

 Faktor pendukung yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kebijakan pemerintah melalui peraturan daerah,

kerjasama yang dilakukan dengan pihak terkait

peningkatan pendapatan asli daerah, dan adanya

47
koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu

perencanaan dalam rangka peningkatan pendapatan asli

daerah.

 Faktor penghambat yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kualitas sumber daya manusia yang kurang dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya mengelola pendapatan

asli daerah, pemahaman masyarakat sebagai subjek pajak

dan subjek retribusi yang kurang serta terhadap peraturan-

peraturan daerah yang mengatur tentang pajak daerah dan

retribusi daerah, dan petugas penagih yang kurang

(kolektor) sebagai petugas penagih menyebabkan

terhambatnya peningkatan pendapatan asli daerah.

3.7. Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan

menguraikan dan menjelaskan melalui kata dan kalimat hasil penelitian

yang diperoleh dalam bentuk data kuantitatif maupun kualitatif. Proses

analisis data dilakukan melalui tahapan identifikasi menurut kelompok

tujuan penelitian, mengelola dan menginterpretasikan data, kemudian

dilakukan abstraksi, reduksi dan memeriksa keabsahan data. Data

yang disajikan berbentuk tabel, skema, maupun dalam bentuk narasi.

48
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, diuraikan gambaran tentang lokasi penelitian

beserta hasil penelitian yang ditemukan dilapangan. Hasil penelitian

menggambarkan secara umum Kabupaten Bone yang meliputi sejarah,

kondisi geografis, aspek-aspek pendukung seperti potensi sumber daya

alam dan hayati, aspek sosial dan budaya serta Dinas Pendapatan

Daerah, yang merupakan perangkat daerah yang membidangi

pendapatan daerah. Selain itu, bab ini menguraikan inovasi pemerintah

daerah dalam peningkatan pendapatan asli daerah dan faktor-faktor yang

berpengaruh baik itu sifatnya menghambat maupun mendukung

peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bone.

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bone

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Bone

Mitos (cerita rakyat) tentang “peristiwa” yang mengandung nilai-nilai

sejarah di masa lalu, memang sulit untuk dapat dibuktikan secara logika,

tetapi justru karena seiring dengan perjalanan sejarah dari masa ke masa,

maka lebih sulit lagi untuk ditolak atau ditiadakan keberadaannya, sebab

itulah akar dari pada sejarah itu sendiri. (Sumber: Situs Resmi Kabupaten

Bone, Bone.go.id).

49
Kedatangan Manurunge Ri Matajang sekitar tahun 1326

merupakan cikal bakal terbentuknya pemerintahan Kerajaan Bone dan

Baginda itulah sebagai Raja Bone yang pertama. Manurunge Ri Matajang

kawin dengan Manurunge Ri Toro, dan keturunan beliaulah yang

menggantikan kedudukan baginda secara hierarki turun temurun sampai

tahun 1951 (Raja Bone Terakhir) ± 631 tahun lamanya. Menurut cerita

rakyat bahwa sebelum kedatangan Manurunge Ri Matajang di negeri ini

sudah ada 7 (tujuh) Wanua (negeri kecil) yang dipimpin oleh orang yang

dituakan di masing-masing negeri, mengatur kehidupannya sendiri-sendiri.

Masa itu disebut masa kegelapan (sianre Bale Tauwe) artinya siapa yang

kuat, maka dialah yang berhak bertahan untuk hidup dan berkuasa. Asal

mula terbentuknya pemerintahan Kerajaan Bone di bawah dinasti

Manurunge Ri Matajang membawa cakrawala kehidupan masyarakat

yang baru di 7 (tujuh) negeri, yaitu membebaskan rakyat dari masa

kegelapan, menuju pembentukan suatu tatanan kehidupan masyarakat

yang beradab. Baginda dinobatkan sebagai Raja Bone pertama tidak

dengan paksaan, tetapi masyarakat itu sendiri sepakat datang

berbondong-bondong memohon kesediaan beliau menjadi raja dan

panutan mereka. Menurut beberapa catatan peristiwa bersejarah tentang

Kerajaan Bone, selama ± 631 tahun ada 33 (tiga puluh tiga) generasi yang

mengendalikan pemerintahan dibawah “Dinasti Manurunge Ri Matajang”

dengan sistim Monarki konstitusi. (Sumber: Situs Resmi Kabupaten Bone,

Bone.go.id).

50
Sebagai konsekuensi Proklamasi 17 Agustus 1945, sistim

pemerintahan monarki konstitusi dihapuskan menuju tatanan kehidupan

berbangsa dan bernegara dengan sistem demokrasi berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 yang berakar dari nilai-nilai luhur kepribadian

bangsa Indonesia itu sendiri, seperti yang terdapat dalam pembukaan

UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah, di masa pemerintahan “Soekarno”

Presiden RI yang pertama kita telah mencoba sistem pemerintahan

Demokrasi Parlementer. Namun karena dianggap tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia, maka dimasa pemerintahan Suharto

Presiden RI yang kedua, dicoba lagi dengan Demokrasi Pancasila dan

UUD 1945, inipun ternyata belum sesuai. Kemudian di Era Reformasi, uji

coba perubahan tentang mekanisme Demokrasi Pancasila dan UUD 1945

kita lakukan untuk mencari bagaimana bentuk dan wujud Demokrasi

Pancasila yang murni seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945

itu, yang berakar dari kebudayaan serta nilai-nilai tradisional bangsa

Indonesia ini sendiri. (Sumber: Situs Resmi Kabupaten Bone, Bone.go.id).

Kalau kita selalu melihat contoh demokrasi barat atau negara-

negara lain bisa saja kita kembali mengalami masa kegelapan yang

modern dan lebih canggih dari pada masa kegelapan yang dialami 7

(tujuh) wanua sebelum kedatangan Manurunge Rimatajang ataukah masa

kegelapan seperti yang dialami putra mahkota pewaris Kerajaan Bone,

Latenri Tatta Toa Patunru Arung Palakka pada waktu baginda masih

berusia 12 tahun. (Sumber: Situs Resmi Kabupaten Bone, Bone.go.id).

51
Pada tahun 1905 Kerajaan Bone jatuh ke tangan penjajah dan

terbentuk pemerintahan sendiri (Zelf Bestur) dibawah pengawasan

Belanda, berhubung karena sejak tertangkapnya Raja Bone La Pawawoi

Karaeng Sigeri, tahta Kerajaan Bone tidak terisi maka atas usaha Belanda

pada tahun 1931 diangkat La Tenri Sukki (Andi Mappanyukki) putra dari

La Makkulawu Karaeng Lembampareng Sombaya ri Gowa menjadi Raja

Bone ke-32 (1931-1946). Oleh karena itu Raja Bone ke-32 tidak menerima

keberadaan NICA maka pada awal tahun 1946, menarik diri dari tahta

kerajaan dan digantikan oleh Raja Bone ke-33 La Pabbenteng Petta

MatinroE ri Matuju yang bertahta (1946-1951). (Sumber: Situs Resmi

Kabupaten Bone, Bone.go.id).

Selanjutnya sistem kerajaan berubah dan mengikuti sistem

Pemerintahan Republik Indonesia dan adapun nama-nama Pimpinan

Daerah yang memerintah Daerah Bone secara berurutan sebagai berikut:

1. Abdul Rachman Daeng Mangung (Kepala Afdeling) pada

tahun 1951

2. Andi Pangerang Daeng Rani (Kepala Afdeling/Kepala

Daerah) pada tahun 1951-1955

3. Ma’mun Daeng Mattiro (Kepala Daerah) pada tahun 1955-

1957

4. H.A.Mappanyukki Sultan Ibrahim MatinroE ri Gowa (Kepala

Daerah/Raja Bone) pada tahun 1957-1960

5. Andi Suradi (Bupati Kepala Daerah) pada tahun 1960-1966

52
6. Andi Djamuddin (Pejabat Bupati Kepala Daerah) pada tahun

1966-1966

7. Andi Tjatjo (yang menjalankan tugas Bupati Kepala Daerah)

pada tahun 1966-1967

8. Andi Baso Amir (Bupati Kepala Daerah) pada tahun 1967-

1969

9. Suaib (Bupati Kepala Daerah) pada tahun 1969-1976

10. H.P.B. Harahap (Bupati Kepala Daerah) pada tahun 1976-

1982

11. H. Andi Madeali (Pejabat Bupati Kepala Daerah) pada tahun

1982-1983

12. Andi Syamsu Alam (Bupati Kepala Daerah) pada tahun

1983-1988

13. Andi Sjamsoel Alam (Bupati Kepala Daerah) pada tahun

1988-1993

14. Andi Muhammad Amir (Bupati Kepala Daerah) pada tahun

1993-1998

15. Andi Muhammad Amir (Bupati Kepala Daerah) pada tahun

1998-2003

16. H. Andi Muh. Idris Galigo (Bupati Bone) pada tahun 2003-

2008

17. H. Andi Muh. Idris Galigo (Bupati Bone) pada tahun 2008-

2013

53
18. H. Andi Fahsar Mahdin Padjalangi (Bupati Bone) pada tahun

2013 s.d. sekarang.

Berdasarkan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Bone Nomor 1

Tahun 1990 tanggal 15 Februari 1990 ditetapkan Hari Jadi Bone pada

tanggal 6 April 1330. Dengan demikian Hari Ulang Tahun Bone ditetapkan

pada tanggal 6 April. (Sumber: Situs Resmi Kabupaten Bone, Bone.go.id).

Dari masa pemerintahan Bupati pertama sampai pada saat ini

tercatat dalam sejarah kabupaten bone pendapatan asli daerah meningkat

dan mencapai target realisasi hanya 2 kali yaitu pada tahun 1989 di

bawah kepemimpinan Bupati ke 12 Andi Syamsu Alam dan di bawah

kepemimpinan Bupati ke 18 sekarang ini H. Andi Fahsar Mahdin

Padjalangi. (Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone 2016).

4.1.2. Kondisi Geografis Wilayah

a. Letak Geografis

Kabupaten Bone Merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di

Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota Watampone dengan luas

wilayah keseluruhan mencapai 4.558 km². Kaabupaten Bone secara

administratif terbagi kedalam 27 Kecamatan, 328 Desa dan 44 Kelurahan.

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Bonto Cani yaitu seluas 463.35

km², sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah

Kecamatan Tanete Riattang yaitu seluas 0.52 km². Kabupaten Bone

54
terletak pada posisi 4º13’-5º6’ LS dan antara 119º42’-120º40’BT dengan

garis pantai sepanjang 138 km yang membentang dari Selatan ke Utara.

Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan beberapa

Kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:

 Sebelah Utara : Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng

 Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai Dan Kabupaten Gowa

 Sebelah Timur : Teluk Bone

 Sebelah Barat : Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, dan

Kabupaten Barru.

55
Gambar 2. Peta wilayah Kabupaten Bone
(Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone)

b. Iklim

Wilayah Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan: tipe hujan

Moonson dan tipe Hujan lokal. Tipe pertama hujan Moonson memiliki

curah hujan tertinggi saat bertiup angin moonson Asia yaitu bulan Januari

dan Februari. Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten Bone bagian Barat.

Tipe kedua jadi pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar

wilayah Kabupaten Bone.

56
Selain kedua wilayah tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu

Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti

wilayah Barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Jumlah curah

hujan bulanan di wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan

sebesar 201,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi di Bulan Juni yaitu 638

mm dengan banyaknya hari hujan sebanyak 23 hari.

Bagian timur Kabupaten Bone bertopografi pesisir menjadikan Bone

mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah Selatan ke Utara.

Bagian Barat dan Selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang

celah-celahnya terdapat aliran sungai. Pada tahun 2014, tercatat 194

sungai mengalir di Kabupaten Bone dan telah dimanfaatkan untuk

kegiatan pertanian.sungai yang terpanjang adalah sungai Walanae yang

berhulu di Kecamatan Bontocani, mengalir melalui Kabupaten Soppeng

hingga Danau Tempe di Kabupaten Wajo, kemudian mengalir lagi masuk

ke Bone hingga bermuara di Teluk Bone. Panjang sungai tersebut

mencapai 60 km khusus di wilayah Kabupaten Bone.

c. Ketinggian Tempat

Daerah Kabupaten Bone terletak pada ketinggian yang bervariasi

mulai dari 0 meter (tepi pantai) hingga lebih dari 1000 meter dari

permukaan laut. Ketinggian daerah digolongkan sebagai berikut:

- Ketinggian 0 -25 meter seluas 81. 925,2 Ha (17,97%)

- Ketinggian 25 -100 meter seluas 101.620 Ha (22,29%)

- Ketinggian 100-250 meter seluas 202.237,2 Ha (44,36%)

57
- Ketinggian 250-750 meter seluas 62.640,6 Ha (13,74%)

- Ketinggian 750 meter ke atas seluas 40.080 Ha (13,76%)

- Ketinggian 1000 meter ke atas seluas 6.900 Ha (1,52%)

Tabel 1.
Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone 2015

Ketinggian Wilayah
No Kecamatan
(meter dpal)
1. Bonto Cani 100  ˃ 1.000
2. Kahu 25  1.000
3. Kajuara 0  500
4. Salomekko 0  500
5. Tonra 0  500
6. Patimpeng 25  1.000
7. Libureng 100  1.000
8. Mare 0  1.000
9. Sibulue 0  500
10. Cina 0  500
11. Barebbo 0  500
12. Ponre 25  1.000
13. Lappariaja 25  1.000
14. Lamuru 25  1.000
15. Tellu Limpoe 100  ˃ 1.000
16. Bengo 25  1.000
17. Ulaweng 100  500
18. Palakka 25  500
19. Awangpone 0  500
20. Tellu Siattinge 0  500
21. Amali 25  500
22. Ajangale 0  100
23. Dua Boccoe 0  500
24. Cenrana 0  100
25. Tanete Riattang Barat 0  100
26. Tanete Riattang 0  100
27. Tanete Riattang Timur 0  25
Sumber: Bappeda Kabupaten Bone 2015

58
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketinggian wilayah

kecamatan di kabupaten bone yang berada di tepi pantai 0 meter yaitu

kecamatan Tanete Riattang Timur dan yang berada lebih dari 1000 meter

dari permukaan laut yaitu kecamatan Bontocani dan Tellu Limpoe.

d. Kemiringan Lereng

Keadaan permukaan lahan bervariasi, mulai dari landai,

bergelombang hingga curam. Daerah landai dijumpai sepanjang pantai

dan bagian utara, sementara di bagian Barat dan Selatan umumnya

bergelombang hingga curam dengan rincian sebagai berikut:

- Kemiringan lereng 0-2% (datar) : 164.602 Ha (36,1%)

- Kemiringan lereng 0-15% (landai dan sedikit bergelombang)

: 91.519 Ha (20,07%)

- Kemiringan lereng 15-40% (bergelombang) : 12.399 Ha

(24,65%)

- Kemiringan lereng >40% (curam) : 12.399 Ha (24,65%)

e. Tanah dan Jenis Tanah

Kedalaman efektif tanah terbagi atas empat kelas, yaitu :

- 0-30 cm seluas 120.505 Ha (26,44%)

- 30-60 cm seluas 120.830 Ha (26,50%)

- 60-90 cm seluas 30.825 Ha (6,76%)

- >90 cm seluas 183.740 Ha (40,30%)

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Bone terdiri dari tanah Aluvial

Gleyhumus, Litosol, Regosol, Mediteran, dan Renzina. Jenis tanah

59
didominasi oleh tanah mediteran seluas 67,6% dari total wilayah

kemudian Renzina 9,59%, dan Litosol 9%. Penyebaran jenis tanahnya

yaitu sepanjang Pantai Timur Teluk Bone ditemukan tanah Aluvial

f. Hidrologi

Wilayah Kabupaten Bone terdapat juga pegunungan dan perbukitan

yang dari celah-celahnya terdapat aliran sungai. Di sekitanya terdapat

lembah yang cukup dalam. Namun pada musim kemarau sebagian

mengalami kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar.

Kabupaten Bone memiliki 19 sungai besar yang dikelola oleh

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum. Sejumlah sungai

tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat sebagai

sumber pengairan untuk pertanian maupun sebagai sarana

pengembangan perikanan air tawar. Beberapa nama sungai yang dikelola

oleh PU antara lain: 1) Sungai Cenrana, 2) Sungai Walannae, 3) Sungai

Palakka, 4) Sungai Pattiro, 5) Sungai Jaling, 6) Sungai Unyi, 7) Sungai

Maradda, 8) Sungai Lerang, 9) Sungai Pallengoreng, 10) Sungai Bengo,

11) Sungai Malinrung, 12) Sungai Dekko, 13) Sungai Melle, 14) Sungai

Seko Balle, 15) Sungai Coppo Bulu, 16) Sungai Tanette Buang, 17)

Sungai Mico, 18) Sungai Paccing, dan 19) Sungai Corowali.

Selain digunakan sebagai sarana pendukung perikanan dan

pertanian, beberapa sungai di Kabupaten Bone juga akan digunakan

sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air, yaitu melalui PLTA dan

PLTMH. Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

60
(PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air akan dilakukan di: 1) PLTA di

sekitar DAS Walane dengan kapasitas 10.000 (sepuluh ribu) mega watt

hour, 2) PLTMH 1 Cenrana di sekitar Sungai Cenrana dengan kapasitas

120 kilowatt hour, 3) PLTMH 2 Ponre di sekitar Sungai Ponre dengan

kapasitas 120 kilowatt hour, 4) PLTMH 3 Salomekko di sekitar Sungai

Salomekko dengan kapasitas 120 kilowatt hour.

Tabel 2.
Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2015

Bulan Kelembapan Suhu Curah Hari Hujan


Udara (%) Udara (c) Hujan (mm) (hari)
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari 84 25,9 208 19
Februari 83 27,1 187 9
Maret 81 26,2 148 10
April 82 26,2 158 15
Mei 86 25,1 594 22
Juni 86 25 638 23
Juli 85 24,6 200 17
Agustus 84 24,5 194 13
September 80 24,4 0 0
Oktober 77 26,4 1 1
November 77 27,6 33 5
Desember 79 27,4 54 8
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Bone 2015)

Dapat dilihat pada tabel diatas kondisi curah hujan pada bulan Juni

tahun 2015 meningkat mencapai 638 % dan menurun pada bulan

September hingga 0 % . Kondisi curah hujan yang kurang baik akan

mempengaruhi kondisi pendapatan asli daerah kabupaten bone yang

sebagian besar potensi pendapatan bersumber dari kelautan.

61
4.1.3. Penduduk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah

penduduk Kabupaten Bone Tahun 2014 adalah 738.515 jiwa, terdiri atas

352.081 laki-laki dan 386.434 perempuan. Dengan luas wilayah

Kabupaten Bone sekitar 4.559 km2 persegi, rata-rata kepadatan

penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa per km². Kabupaten Bone

tergolong kabupaten yang besar dan luas di Sulawesi Selatan. Rata-rata

jumlah penduduk pek km² adalah 162 jiwa. Terkait dengan perannya

sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan fasilitas publik lain, maka

mayoritas penduduk tinggal terpusat di ibukota kabupaten. Kepadatan

penduduknya mencapai 1.111,78 jiwa per km².

Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar, seringkali

dianggap sebagai pemicu masalah-masalah kependudukan seperti

kemiskinan dan pengangguran. Namun, dalam tinjauan demografi,

penting untuk melihat struktur umum penduduk. Penduduk usia produktif

yang besar dan berkualitas dapat berperan positif dalam pembangunan

ekonomi.

Kabupaten Bone didominasi oleh penduduk muda dan usia

pruduktif. Penduduk usia produktif memiliki jumlah terbesar yaitu 64,50

persen dari keseluruhan populasi dengan rasio ketergantungan sebesar

55,03 persen. Artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif

menanggung sebanyak 55 hingga 56 penduduk yang belum produktif

tidak produktif lagi.

62
Tabel 3.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km² Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bone Tahun 2015

Kepadatan
Kode Kecamatan Penduduk
Penduduk
(1) (2) (3) (4)
010 Bontocani 15.614 33,70
020 Kahu 38.370 202,48
030 Kajuara 35.905 289,25
040 Salomekko 15.374 181,06
050 Tonra 13.413 66,96
060 Patimpeng 16.315 125,05
070 Libureng 29.693 86,25
080 Mare 26.270 99,70
090 Sibulue 33.761 216,69
100 Cina 26.159 177,35
110 Barebbo 27.238 238,51
120 Ponre 13.678 46,68
130 Lappariaja 23.642 171,32
140 Lamuru 24.780 119,13
141 Tellulimpoe 14.003 171,32
150 Bengo 25.415 154,97
160 Ulaweng 24.664 152,56
170 Palakka 152.56 194,95
180 Awangpone 29.155 263,37
190 Tellusiattinge 39.986 251,01
200 Amali 20.679 173,58
210 Ajangale 27.373 196,93
220 Dua Boccoe 30.134 207,96
230 Cenrana 23.929 166,64
710 Tanete Riattang Barat 46.988 875,34
720 Tanete Riattang 51.118 2148,72
730 Tanete Riattang Timur 42.377 866,96
Kabupaten Bone 738.515 161,99
Sumber : BPS (Statistik Daerah Kabupaten Bone 2015)

Hal lain yang menarik diamati pada piramida penduduk adalah

adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan

penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih kecil dari kelompok

63
penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Kondisi tersebut

mengindikasikan terjadinya penurunan tingkat kelahiran penduduk pada

beberapa tahun ini. Indikasi turunnya tingkat kelahiran, terkait dengan

peningkatan penggunaan alat kontrasepsi. Jumlah akseptor KB aktif di

Kabupaten Bone tahun 2015 tercatat 87.220 orang meningkat dari tahun

2013. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntikan

(33,40 persen), pil (28,76 persen), dan implant (25,61 persen).

4.1.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan motor utama

pembangunan bangsa. Pembentukan sumber daya manusia yang

berkualitas sangat dipengaruhi oleh proses pendidikan dan pengajaran.

Dengan demikian, kualitas serta jangkauan pendidikan dan pengajaran

harus senantiasa diupayakan dan ditingkatkan. Salah satu tolak ukur

pembangunan dibidang pendidikan dari sisi supply keberadaan sarana

dan prasarana pendidikan.

Tahun 2014 jumlah sekolah yang terbesar diseluruh wilayah

Kabupaten Bone yaitu:

765 = Sekolah Dasar (SD) sederajat,

210 = Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederjat,

99 = Sekolah Menegah Atas (SMA) sederajat.

64
Setiap kecamatan telah memiliki sekolah dengan berbagai jenjang

tercatat hanya memiliki satu SMK tanpa adanya SMA dan Madrasah

Alyah. Guru merupakan ujung tombak proses pendidikan dan pengajaran.

Keseimbangan jumlah guru dan murid sangat penting dalam menjamin

keefektifan penyampaian dan penerimaan bahan ajar. Pada jenjang

pendidikan SMP, rasio guru terhadap murid terlihat paling banyak, yaitu

11,63. Angka ini mengandung makna secara rata-rata satu orang guru

mengajar sekitar 11 hingga 12 murid. Rasio guru terhadap murid terbesar

adalah pada jenjang SD yaitu 13,83. Namun demikian, rasio guru

terhadap murid masih ideal.

4.1.5. Indeks Pembangunan Manusia

Hakikat pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai

tujuan akhir pembangunan karena manusialah kekayaan bangsa

sesungguhnya. Keberhasilan pembangunan kualitas hidup manusia

secara umum terukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM

menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan

dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.

Secara keseluruhan, tingkat pencapaian IPM Kabupaten Bone

tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terus

terjadi seiring dengan peningkatan IPM Provinsi Sulawesi Selatan

meskipun keduanya meningkat relatif lambat. Tahun 2014, IPM

Kabupaten Bone mencapai angka 62,09 meningkat dari 61,40 di tahun

65
2013. Namun, angka tersebut masih berada di bawah IPM Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu 68,49.

Apabila ditinjau dari besaran IPM kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Selatan, peringkat IPM Kabupaten Bone tahun 2014 stagnan.

Kabupaten Bone menududki peringkat 23 dari 24 Kabupaten/Kota. IPM

tertinggi diraih oleh Kota Maakassar sebersar 79,35. Secara peringkatm

Kabupaten Bone masih tertinggal cukup jauh dari kabupaten lain, tetapi

peringkat IPM bukanlah penentu utama baik buruknya Kabupaten.

Gambar 3. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawei Selatan 2010-


2014

Pada tahun 2015, penghitungan IPM disempurnakan dengan

menggunakan metode baru sesuai standar internasional yang digunakan

66
oleh UNDP. Secara umum, terdapat 3 poin yang diperbaiki : (1)

penggantian indikator Angka Melek Huruf (AMH) dalam dimensi

pendidikan menjadi Harapan Lama Sekolah (HLS), (2) penggantian

indikator PDB per Kapita dalam dimensi standar hidup menjadi PNB per

kapita, (3) penggantian metode agregasi indeks dari rata-rata hitung

menjadi rata-rata ukur.

4.1.6. Adat dan Budaya

Masyarakat Kabupaten Bone sebagaimana masyarakat lainnya di

provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya merupakan pemeluk agama

Islam yang taat. Kehidupan mereka selalu diwarnai oleh keadaan yang

religius. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat ibadah dan

Pendidikan Agama Islam. Sekalipun demikian penduduk Kabupaten Bone

yang mayoritas pemeluk agama Islam, tetapi di Kota Watampone juga

terdapat gereja dan wihara dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa

untuk menunaikan ibadahnya.

Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan

keagamaan karena mereka saling hormat-menghormati dan menghargai

satu dengan lainnya. Di samping itu peran pemuka agama terutama para

alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan bahkan

alim/ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan

masyarakat.

Sedangkan mengenai pengembangan kebudayaan pemerintah

Kabupaten Bone telah berupaya untuk membina nilai-nilai budaya daerah

67
sebagai unsur budaya nasional dengan berdasarkan pada penerapan

nilai-nilai kepribadian bangsa.

Kabupaten Bone adalah salah satu wilayah yang memiliki

kekayaan budaya beraneka ragam. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah

Kabupaten Bone yang merupakan salah satu wilayah kerajaan besar di

nusantara yang tentunya meninggalkan banyak kebudayaan dan adat

istiadat yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga sekarang.

Keberadaan budaya-budaya lokal mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam melandasi pembangunan sebuah wilayah. Nilai-nilai

budaya lokal yang luhur tentunya akan memberikan sumbangsih yang

cukup baik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan

sehingga dampak-dampak negatif pembangunan dapat diminimalisir.

Seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi

oleh budaya yang ditinggalkan oleh Kerajaan Bone dan juga budaya

Islam, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Kabupaten Bone menganut

agama islam. Peninggalan budaya yang ada di Kabupaten Bone antara

lain berupa masjid kuno, makam para tokoh, dan bangunan-bangunan

istana.

Untuk menjaga kelestarian benda-benda yang menjadi cagar

budaya di Kabupaten Bone, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata secara rutin melakukan kegiatan perawatan terhadap situs-

situs peninggalan budaya tersebut.

68
Di samping tantangan akan kurangnya akses dan promosi

terhadap daya tarik wisata, besarnya potensi objek dan daya tarik wisata

akan menjadi peluang bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan

seni dan budaya di Kabupaten Bone, melalui dukungan kebijakan yang

member ruang terhadap pengembangan kepariwisataan.

4.1.7. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Bone dilaksanakan

dalam rangka peningkatan ekonomi. Berdasarkan Rencana Tata Ruang

dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Bone Tahun 2012–2032 kawasan yang

ditetapkan sebagai kawasan budidaya sebagai berikut.

a. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi di kabupaten Bone dibagi ke dalam

2 kategori yaitu hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas.

Hutan produksi tetap di Kabupaten Bone adalah seluas 16.309,73

hektar yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tonra,

sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah

Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian

wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan

Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian

wilayah Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan

Mare.

Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Bone adalah seluas

81.011 hektar dengan sebaran wilayah di Kecamatan Tonra,

69
sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan

Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian

wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan

Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah

Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani,

sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah

Kecamatan Tellusiattingnge, sebagian wilayah Kecamatan

Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dan sebagian

wilayah Kecamatan Barebbo.

b. Kawasan Pertanian

Kawasan pengembangan untuk pertanian di Kabupaten

Bone terbagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) Pertanian tanaman

pangan, 2) pertanian holtikultura, 3) perkebunan, dan 4)

peternakan. Jenis komoditi yang di kembangkan pada kawasan

perkebunan tanaman rakyat terdiri dari ; kopi, jambu mente, kemiri,

tebu, vanili, kelapa, kakao, lada, dan kelapa hibrida. Sedangkan

jenis komoditi yang di kembangkan pada kawasan perkebunan

tanaman khusus yaitu hanya tebu.

Kawasan pengembangan pertanian tanaman pangan di

Kabupaten Bone adalah seluas 119.216 (seratus sembilan belas

ribu dua ratus enam belas). Kawasan pertanian Holtikultura

tersebar di hampir seluruh kecamatan, demikian juga untuk

kawasan perkebunan. Adapun kawasan peruntukan peternakan

70
diperuntukan pengembangan ternak besar, ternak kecil dan ternak

unggas.

c. Kawasan Perikanan

Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Bone

dibagi kedalam 4 kategori utama, yaitu: 1) kawasan perikanan

tangkap, 2) kawasan perikanan budidaya, 3) kawasan pengolahan

ikan, dan 4) kawasan pelabuhan perikanan.

d. Kawasan Pertambangan

Kawasan pengembangan pertambangan di Kabupaten

Bone dibedakan kedalam 2 kategori penambangan, yaitu:

pertambangan mineral dan batubara tersebar di daerah

Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan

Salomekko, Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan

Bontocani dan sebagian wilayah Kajuara, Kecamatan Lappariaja,

sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah

Kecamatan Ponre, Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah

Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Palakka.

Pertambangan minyak dan gas tersebar dalam beberapa

blok, yaitu: Blok Bone, Blok Sengkang, dan Blok Kambuno

ditetapkan di wilayah perairan laut Kabupaten Bone yang meliputi

sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah

Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan tanete

Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagain

71
wilayah Kecamatan Sibulue, sebagain wilayah Kecamatan Mare,

sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagain wilayah Kecamatan

Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara dan sebagian

wilayah Kecamatan Dua Boccoe.

e. Kawasan Industri

Kawasan pengembangan industri di Kabupaten Bone

diklasifikasikan kedalam dua kategori industri, yaitu industri besar

dan industri rumah tangga. Kawasan industri besar saat ini tersebar

pada 3 perusahaan besar utama, yaitu: 1) Kawasan pabrik gula

Camming yang terletak di Kecamatan Libureng, 2) Kawasan pabrik

gula Arasoe ditetapkan di Kecamatan Cina, dan 3) Kawasan pabrik

pengolahan alkohol/spritus ditetapkan di Kecamatan Cina. Adapun

kawasan industri yang dikategorikan dalam industri rumah tangga

merupakan industri kerajinan dan industri pengolahan hasil-hasil

pertanian ditetapkan di sebagian wilayah kecamatan.

4.1.8. Visi dan Misi Kabupaten Bone

a. Visi Pemerintah Kabupaten Bone

Visi dalam RPJMD Kabupaten Bone diartikan sebagai kondisi yang

hendak diwujudkan pada akhir periode perencanaan. Rumusan visi ini

merupakan gambaran ideal yang sekaligus menunjukkan kesenjangan

antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal tersebut (gap expectation).

Rumusan visi ini diharapkan dapat menyatupadukan langkah seluruh

72
pemangku kepentingan Kabupaten Bone dalam berkontribusi kepada

pembangunan lima tahun kedepan.

Memperhatikan kondisi Kabupaten Bone saat ini, maka tantangan

yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan dengan memperhatikan

potensi dan faktor strategis yang dimiliki daerah ini serta isu-isu politik

pemerintahan saat ini yang turut mempengaruhi dinamika pembangunan

dan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bone untuk lebih mandiri dalam

mengelola potensi lokal daerah demi menunjang kesejahteraan

masyarakat melalui PAD, maka Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Bone

Periode 2013 – 2018 adalah : “Masyarakat bone yang sehat, cerdas, dan

sejahtera”

Dari Visi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Sehat : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan

memperluas aksesibilitas pelayanan kesehatan yang adil dan

berkualitas.

b) Cerdas : Terjadinya pemerataan pendidikan bagi laki-laki dan

perempuan, berkebutuhan khusus, difable dan marginal yang

berkualitas untuk mewujudkan kualitas manusia mandiri berbasis

nilai-nilai agama dan kearifan lokal.

c) Sejahtera : Masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup

berkelanjutan dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya,

lingkungan hidup, didukung infrastruktur dan tata kelola

pemerintahan yang baik.

73
b. Misi Pemerintah Kabupaten Bone

Misi dalam RPJMD Kabupaten Bone diartikan sebagai upaya umum

untuk mewujudkan visi. Setiap rumusan misi ini memiliki keterkaitan

fungsional dengan pokok visi tertentu yang didukung pencapaiannya.

Selain itu, rumusan misi juga berfungsi sebagai dasar dalam merumuskan

tujuan dan sasaran.

Dengan pemahaman tentang misi yang demikian dan berdasarkan

pokok-pokok visi yang tercakup dalam rumusan visi maka misi beserta

penjelasan misi RPJMD Kabupaten Bone 2013-2018 adalah sebagai

berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau,

adil, dan merata.

2) Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang

berkeadilan dan berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal untuk

mewujudkan manusia mandiri.

3) Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis

potensi lokal dan kelestarian lingkungan.

4) Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam kemajemukan

masyarakat.

5) Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas

KKN.

74
4.2. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan kepada daerah

kewenangan yang nyata, luas dan bertanggungjawab. Untuk itu maka

pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk merencanakan dan

melaksanakan urusan rumah tangganya sesuai dengan potensi dan

sumber daya yang ada. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

adalah salah satuan unit kerja yang merupakan perangkat dari

Pemerintah Daerah Kabupaten Bone yang menyelenggarakan dan

melaksanakan tugas-tugas di bidang Pendapatan Daerah di Kabupaten

Bone bedasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone merupakan unsur

pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten Bone yang mempunyai tugas

melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dalam pengelolaan

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone. Kewenangan yang diberikan

kepada daerah akan membawa konsekuensi terhadap kemampuan

daerah untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat akan pelayanan yang

lebih baik dan prima. Untuk itu daerah harus menyediakan sumber-

sumber pembiayaan yang memadai dan dituntut kreativitas dan inovasi

daerah serta kemampuan aparat daerah dalam upaya menggali potensi

daerah sehingga dapat meningkatkan penerimaan daerah.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Bone. Hal ini

75
merupakan penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan

Organisasi Perangkat Daerah.

4.2.1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Bone

Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone didasarkan pada Keputusan Bupati Bone Nomor 54

Tahun 2008. Sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Bupati Bone

Nomor 28 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Keputusan Bupati Bone

Nomor 54 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Kepala

Dinas, Sekertaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi

pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone adapun Tugas Pokok

tersebut adalah : “Melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam

bidang pendapatan daerah”

Adapun Fungsi Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai berikut :

1) Menyiapkan bahan pembinaan berdasarkan kebijaksanaan umum

yang ditetapkan oleh Bupati;

2) Menyiapkan bahan penyusunan program dan petunjuk teknis

pengelolaan Pendapatan Daerah;

3) Menyiapkan bahan perumusan Peraturan Perundang-Undangan

mengenai Pendapatan Daerah;

76
4) Menyiapkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan Anggaran;

5) Melakukan Pendaftaran dan Pendataan Obyek dan Subyek

Pendapatan Asli Daerah;

6) Menyiapakan bahan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan;

7) Memelihara dan melaksanakan Pembukuan dan Pelaporan; dan

8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati;

4.2.2. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

a. Visi

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Bone Tahun 2013-2018 Visi Kabupaten Bone adalah

mewujudkan “Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas, dan Sejahtera” Visi

ini dijabarkan dalam 6 (enam) Misi. Berkaitan dengan Misi tersebut, Dinas

pendapatan Daerah Kabupaten Bone akan menjalankan program dan

kegiatan sebagaimana Misi 6 (enam) yaitu mewujudkan budaya Politik

dan Hukum yang demokratis dan bebas KKN. Implikasi misi pada Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone adalah penerapan prinsip-prinsip

pemerintahan yang bersih, transparan, partisipatif dan akuntabel sebagai

upaya menciptakan tata pemerintahan yang baik.

Visi merupakan gambaran abstrak dan merupakan pandangan jauh

kedepan yang memuat tujuan atau cita cita yang di ingin di capai dimasa

yang akan datang. Dengan memperhitungkan potensi yang di miliki serta

kemungkinan akan terwujudnya tujuan yang dicita-citakan. Melalui Visi

Dinas Pendapatan Dearah Kabupaten Bone, di harapkan agar supaya

77
kepemerintahan di Kabupaten Bone menjadi lebih baik dan berdaya saing

melalui pengelolaan tata kepemerintahan yang baik dan benar sehingga

tujuan yang di harapkan dapat tercapai secara optimal dengan

mewujudkan Masyarakat Bone yang Sejahtera.

Sebagai upaya melaksanakan tugas pokok, fungsi dan

kewenangan Dinas Pendapatan Daerah menuju tercapainya Visi Daerah

Kabupaten Bone maka Dinas Pendapatan Daerah menetapkan Visi

sebagai berikut : “Terwujudnya instansi yang profesional dalam

pengelolaan pendapatan daerah yang optimal, efisien, efektif “

Secara fiosofis, Visi di atas mengandung makna bahwa Dinas

Pendaptan Daerah Kabupaten Bone dari aspek perencanaan yang

akuntabel dan komprehensif dalam mendukung pencapaian visi

mensejahterakan Kabupaten Bone sebagaimana tertuang dalam Rencana

Pembangunann Jangka Menengah Kabupaten BoneTahun 2013 – 2018.

Terkait dengan visi Dispenda diatas maka dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1) Instansi yang professional adalah instansi yang memiliki

kompetensi dalam pengelolaan keuangan daerah, kreatif dan

inovatif dalam pengembangan pendapatan daerah untuk

membangun Bone yang sejahtera.

2) Optimal yang artinya mengelola sumber-sumber pendapatan

daerah dengan memperkuat sumber-sumber yang telah ada dan

78
menggali, serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan

yang belum terolah dengan memanfaatkan potensi SDM yang ada.

3) Efisien adalah pengelolaan sumber-sumber pendapatan dengan

menggunakan sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan untuk

mendapat hasil yang optimal.

4) Efektif adalah pengelolaan sumber-sumber pendapatan pada

situasi dan kondisi waktu yang telah ditetapkan mampu meraih

hasil sesuai dengan target dan harapan pemerintah daerah.

b. Misi

Misi merupakan pernyataan tujuan dan sasaran serta apa yang

ingin dicapai oleh sebuah organisasi, demikian pula Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Bone telah menetapkan misi yang merupakan

penjabaran dari Visi yang telah di tetapkan Dimana didalamnya telah di

muat hal hal yang harus dilaksanakan demi untuk mewujudkan apa yang

telah di cita – citakan. Misi yang ditetapkan merupakan suatu hal yang

sangat penting demi untuk mengarahkan segala rencana kerja ataupun

kegiatan yang telah di rencanakan agar supaya dapat mencapai sasaran

yang telah ditetapkan dengan hasil yang optimal.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone telah menjabarkannya

kedalam misi yang akan di laksanakan yang memuat langkah, sasaran

serta tujuan yang ingin di capai. Adapun Misi Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone antara lain sebagai berikut :

79
1. Mengoptimalkan pengelolaan pendapatan daerah baik yang

dikelola langsung maupun tidak langsung.

2. Mengefisiensikan penggunaan sarana dan prasarana.

3. Meningkatkan tenaga teknis tenaga pengelola pendapatan

daerah, sebagai ujung tombak pengelolaan pemungutan

pendapatan daerah.

4. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap

pemungutan pendapatan daerah yang dapat

dipertanggungjawabkan.

5. Meningkatkan pemahaman, kepatuhan masyarakat dalam

pembayaran pajak dan retribusi daerah.

6. Mengoptimalkan penegakan hukum atas pelanggaran

ketentuan perpajakan.

Misi di atas merupakan sesuatu yang harus diemban atau

dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone sesuai

dengan Visi yang di tetapkan, agar tujuan organisasi dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

c. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Bone

Dalam rangka mencapai visi dan misi seperti yang dikemukakan

sebelumnya, maka harus dirumuskan kedalam bentuk yang lebih terarah

dan operasional berupa perumusan tujuan startegis organiser. Tujuan

80
merupakan hasil yang akan mencapai atau dihasilkan dalam jangka waktu

satu sampai lima tahun yang menggambarkan arah strategis organisasi

dan digunakan untuk meletakkan kerangka prioritas dengan memfokuskan

arah semua program dan aktivitas organisasi pada pencapaian misi.

Tujuan dan sasaran Dinas Pendapatan Daerah yang akan dicapai

dalam lima tahun mendatang dirumuskan berdasarkan visi dan misi Dinas

Pendapatan Daerah tahun 2013 - 2018. Untuk mendukung tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Bone maka

Dinas Pendapatan Daerah menetapkan tujuan sebagai berikut:

1) Tujuan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone adalah

sebagai berikut :

(1) Meningkatkan Pendapatan Daerah.

(2) Meningkatkan pelayanan pajak dan retribusi kepada

masyarakat.

(3) Mewujudkan SDM yang berkualitas, jujur dan bertanggung

jawab.

(4) Menurunkan kebocoran pendapatan daerah dan

meningkatkan pendapatan daerah.

(5) Menyadarkan wajib pajak untuk membayar pajak.

(6) Mewujudkan kepastian hukum terhadap pelanggaran pajak

dan retribusi Daerah.

81
2) Sasaran Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone adalah

sebagai berikut :

(1) Terpenuhinya pembelanjaan daerah sebagai wujud capaian

visi dan misi Bone.

(2) Tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan.

(3) Berfungsinya sistem dan prosedur pengelolaan pendapatan

daerah.

(4) Meningkatnya profesionalisme SDM dalam pengelolaan

pendapatan daerah.

(5) Meningkatnya capaian target kinerja pendapatan daerah.

(6) Jumlah kasus kebocoran pendapatan daerah.

(7) Jumlah pungutan yang dapat dipertanggungjawabkan

(8) Meningkatkan partisipasi wajib pajak dalam membayar

pajak.

(9) Menurunnya pelanggaran terhadap pajak, retribusi daerah.

(10)Meningkatnya capaian pendapatan dari pajak.

d. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone

Strategi keseluruhan cara atau langkah dengan perhitungan yang

pasti untuk mencapai tujuan atau mengatasi persoalan. Strategi

merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan dalam

kebijakan-kebijakan dan program-program. Melihat kondisi Dispenda

82
Kabupaten Bone saat ini terdapat peningkatan dari segi kualitas

penyelenggaraan dan kapasitas kelembagaan, namun juga masih

terdapat permasalahan pokok yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dari sekian banyak strategi yang ada dan

berdasarkan tujuan dari visi misi yang telah ditetapkan sebelumnya,

Dispenda Kabupaten Bone merumuskan:

1) Strategi

Strategi Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai berikut :

(1) Optimalisasi obyek pajak dan retribusi melalui

pendataan, penguatan kapasitas petugas,

penyempurnaan system pengutan, peningkatan

pengawasan, dan penegakan hukum.

(2) Menguatkan partisipasi masyarakat dalam pembayaran

pajak dan retribusi melalui KIE, penguatan kapasitas

petugas, penyebaran leftet, poster dll, menguatkan

kelembagaan dalam masyarakat, serta memberikan bukti

pembayaran tepat waktu dan jelas terbaca oleh objek

pajak.

(3) Meningkatkan kapasitas pengelola pendapatan daerah

sesuai ketentuan yang berlaku melalui pengembangan

kualitas aparat pemungut pajak, dan partisipasi objek

pajak.

83
(4) Meningkatkan kapasitas petugas melalui sekolah lanjut

yang relevan, bimbingan teknis, kursus-kursus dan

pelatihan yang relevan.

(5) Meningkatkan cakupan objek pajak melalui identifikasi

objek pajak, peningkatan kualitas pengelola dan target-

target yang terukur.

(6) Meminimalisir kebocoran melalui mekanisme

pengawasan yang efektif, penyusunan jurnal harian,

menambah tingkat kecepatan untuk penyerahan uang ke

kas daerah.

(7) Meningkatkan akuntabilitas pungutan yang yang dapat di

pertanggungjawabkan melalui penelaahankertas

berharga atau surat ketetapan pajak retribusi.

(8) Meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui

penyuluhan, sosialisasi, pemberian penghargaan kepada

wajib pajak potensial dan taat pajak dan pelayanan yang

cepat, tepat dan simple.

(9) Meningkatkan kualitas pengawasan melalui evaluasi

berkala, penegakan hukum, dan sidak.

2) Kebijakan

Kebijakan Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai berikut :

(1) Peningkatan coverage area objek pajak melalui

identifikasi objek pajak dan retribusi.

84
(2) Mengembangkan dan mengukur secara periodic Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM).

(3) Sistem dan prosedur pengelolaan pendapatan berjalan

normal.

(4) Menguatkan kapasitas SDM yang akan mendongkrak

meningkatnya pendapatan daerah.

(5) Menekan kebocoran sebagai langkah peningkatan

pendapatan.

(6) Mewujudkan kualitas pelayanan prima yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(7) Mewujudkan kepastian hukum bagi objek pajak sebagai

langkah untuk menurunkan pelanggaran terhadap pajak

dan retribusi.

4.2.3. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Dinas Pendapatan

Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun

2008 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis

Daerah Kabupaten Bone serta kedudukan Dispenda diatur dengan

Peraturan Bupati Bone Nomor 54 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala

Sub.Bagian dan Kepala Seksi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone.

85
a. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin Dinas dalam

melaksanakan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan umum Bupati

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas

Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:

a. Menyiapkan bahan pembinaan berdasarkan kebijaksanaan

umum yang ditetapkan oleh Bupati.

b. Menyiapkan bahan penyusunan program dan petunjuk

teknis pengelolaan pendapatan daerah.

c. Menyiapkan bahan perumusan peraturan perundang-

undangan mengenai pendapatan daerah.

d. Menyiapkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan

anggaran.

e. Melakukan pendaftaran dan pendataan objek dan subjek

Pendapatan Asli Daerah.

f. Menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

g. Memelihara dan melaksanakan pembukuan dan pelaporan.

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai

tugas memberikan pelayanan administrasi bagi seluruh satuan kerja di

lingkungan Dinas dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Dinas.

86
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris

Dinas mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan urusan tata usaha Dinas.

b. Melaksanakan urusan kepegawaian dan keuangan Dinas.

c. Melaksanakan urusan perlengkapan dan rumah tangga

Dinas.

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Sekretariat di lingkup Dinas Pendapatan Daerah terdiri atas Sub.

Bagian Umum dan Perencanaan, Sub. Bagian Perlengkapan dan

Keuangan serta Sub. Bagian Kepegawaian. Tugas dan fungsi bagian

Sekretariat meliputi segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas

kesekretariatan. Tugas dan fungsi yang dimaksud seperti merencanakan

operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas kesekretariatan.

Adapun tugas kepala sub-sub bagian sebagai berikut:

1) Tugas Kepala Sub Bagian Umum dan Perencanaan Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone mempunyai tugas:

Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan, rumah

tangga, pembayaran gaji pegawai dan perjalanan dinas,

pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan.

2) Tugas Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone mempunyai

tugas: Melaksanakan pengelolaan keuangan.

87
3) Tugas Kepala Sub Bagian Kepegawaian Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Bone mempunyai tugas: Melaksanakan

pengelolaan kepegawaian.

c. Bidang Pendaftaran dan Pendataan

Bidang Pendaftaran dan Pendataan dikepalai oleh Kepala Bidang

dan terdiri atas tiga Sub bidang yakni Seksi Pendaftaran, Seksi Pendataan

dan Penilaian dan Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. Adapun

tugas dan fungsi dari Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan adalah

sebagai berikut:

1) Tugas dan Fungsi Kepala Bidang

Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak Daerah

dan Wajib Retribusi Daerah serta pendataan objek dan subjek PBB yang

dilaksanakan oleh Dirjen Pajak.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Bidang

Pendaftaran dan Pendataan mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak dan Wajib Retribusi

Daerah melalui formulir pendaftaran serta menghimpun dan

mengelola data objek dan subjek pajak dan retribusi daerah

melelui formulir Surat Pemberitahuan (SPT) serta

pemeriksaan lokasi / lapangan atas tembusan surat dari

instansi lain.

88
b. Membuat daftar induk wajib pajak dan retribusi daerah yang

berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

c. Membantu melakukan penyampaian SPOP PBB yang

diterbitkan oleh Dirjen Pajak kepada waib pajak serta

menerima kembali isian SPOP tersebut dari wajib pajak.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

pimpinan.

2) Tugas Seksi Pendaftaran

a. Mendistribusikan dan menerima formulir pendaftaran yang telah

diisi oleh wajib pajak dan wajib retribusi daerah.

b. Membuat laporan tentang formulir pendaftaran wajib pajak dan

retribusi yang belum diterima kembali.

c. Mencatat nama dan alamat calon wajib pajak dan retribusi,

menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

3) Tugas Seksi Pendataan dan Penilaian

a. Menghimpun, mengelola dan mecatat data objek dan subjek

pajak dan retribusi daerah.

b. Melakukan pemeriksaan lapangan / lokasi dan melaporkan

hasil serta membuat daftar formulir SPT yang belum diterima.

4) Tugas Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data

a. Membuat dan memelihara daftar induk wajib pajak dan

retribusi daerah.

89
b. Memberikan kartu pengenal NPWPD, menyiapkan arsip

surat perpajakan dan retribusi daerah yang berkaitan

dengan pendaftaran dan pendataan.

c. Membantu melakukan penyampaian SPOP PBB yang

diterbitkan oleh Ditjen Pajak kepada wajib pajak.

c. Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Seperti halnya Bidang Pendaftran dan Pendataan, Bidang

Pembukuan dan Pelaporan juga dikepalai oleh Kepala Bidang dan terdiri

atas 3 Sub. Bidang yakni Seksi Pembukuan dan Penerimaan, Seksi

Pembukuan dan Persediaan Barang Berharga, Seksi Pelaporan. Sub-sub

bidang tersebut masing-masing mempunyai tugas yang saling bersinergi

dalam peningkatan pendapatan daerah di Kabupaten Bone.

1) Tugas dan Fungsi Kepala Bidang

Kepala Bidang Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas

melaksanakan pembukuan dan pelaporan mengenai realisasi penerimaan

dan tunggakan pajak dan retribusi daerah, PBB dan lain-lain Pendapatan

Daerah yang sah serta pengelolaan benda berharga.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Bidang

Pembukuan dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Melakukan pencatatan mengenai penetapan dan penerimaan

dari pemungutan / pembayaran pajak dan retribusi daerah ke

dalam kartu jeis pajak dan retribusi daerah, kartu wajib pajak

dan retribusi daerah serta ke dalam kartu pengawasan

90
pembayaran PBB (KP. PBB 4) dan Daftar Himpunan Pokok

Pembayaran (DHPP).

b. Melakukan pencatatan mengenai penerimaan dan

penunggakan benda berharga serta penerimaan uang dari

hasil pemungutan benda berharga ke dalam Kartu Persdiaan

Benda Berharga.

c. Menyiapkan laporan realisasi penerimaan dan penunggakan

pemungutan / pembayaran / penyetoran pajak dan retribusi

daerah, realisasi penerimaan pengeluaran dan sisa persediaan

benda berharga secara bulanan, triwulan dan tahunan serta

realisasi penerimaan tunggakan PBB.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

2) Tugas Seksi Pembukuan dan Penerimaan yakni menerima dan

mencatat semua SKP dan SKR, SPPT PBB serta surat-surat

ketetapan pajak lain yang telah dibayar lunas

3) Tugas Seksi Pembukuan dan Persediaan Barang Berharga yakni

menerima dan mencatat tanda terima benda berharga, bukti

penerimaan benda berharga, bukti pengeluaran/pengambilan

benda berharga, penerimaan uang hasil pemungutan dengan

benda berharga serta menghitung dan merinci sisa persediaan

benda berharga.

4) Tugas Seksi Pelaporan

91
a. Menyiapkan laporan periodik mengenai realisasi penerimaan

dan tunggakan pajak dan retribusi daerah dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah serta PBB.

b. Menyiapkan laporan berkala mengenai realisasi penerimaan

dan persediaan benda berharga.

e. Bidang Penetapan dan Penagihan

Bidang Penetapan dan Penagihan terdiri atas 3 Sub. Bidang yakni

Seksi Penerbitan Surat-surat Ketetapan, Seksi Keberatan dan Seksi

Penagihan. Sub bidang ini mempunyai tugas masing-masing yang terkait

dengan peningkatan pendapatan daerah. Bidang Penetapan dan

Penagihan dipimpin oleh kepala bidang yang mempunyai tugas

mengkoordinasi dan mengatur kegiatan di bidang penagihan dan

penetapan.

1) Tugas dan Fungsi Kepala Bidang

Kepala Bidang Penetapan dan Penagihan mempunyai tugas:

a. Melaksanakan perhitungan dan penetapan jumlah pajak dan

retribusi yang terhutang serta besarnya angsuran atas

permohonan wajib pajak dan retribusi daerah serta

menatausahakan jumlah ketetapan-ketetapan PBB yang

penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat

Peberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan

Pokok Pembayaran (DHPP) PBB.

92
b. Melaksanakan penagihan pajak dan retribusi daerah yang telah

mempunyai batas waktu jatuh tempo, melayani keberatan dan

permohonan banding, mengumpulkan dan mengelola data

serta sumber-sumber penrimaan daerah lainnya di luar pajak

dan retribusi daerah.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Bidang

Penetapan dan Penagihan mempunyai fungsi:

a. Melakukan penghitungan penetapan pajak dan retribusi

daerah.

b. Melakukan perhitungan jumlah angsuran pemungutan

pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak dan

retribusi daerah yang disetujui.

c. Menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat

perpajakan dan retribusi daerah yang berkaitan dengan

penetapan.

d. Membantu melakukan penerimaan SPPT beserta DHPP PBB

dan dokumentasi lain yang diterbitkan oleh dirjen pajak serta

mendistribusikan kepada wajib pajak dan unit lain yang terkait.

e. Melakukan kegiatan penagihan pajak dan retribusi daerah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Melakukan pelayanan keberatan dan permohonan banding

sesuai dengan batas kewenangannya.

93
g. Menghimpun data dan mengelola data sumber-sumber

penerimaan lain di luar pajak dan retribusi daerah.

h. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

2) Tugas Seksi Penerbitan Surat-surat Ketetapan yakni menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR),

Surat Perjanjian angsuran dan surat-surat Ketetapan Pajak serta

mendistribusikan dan menyimpan arsip SPPT PBB dan dokumen

PBB lain

3) Tugas Seksi Keberatan

a. Menerima dan melayani surat keberatan dan surat permohonan

banding atas materi penetapan pajak dan retribusi daerah,

menyiapkan keputusan.

b. Menerima atau menolak keberatan dan meneruskan

penyelesaian banding ke Majelis Pertimbangan Pajak.

4) Tugas Seksi Penagihan yakni menyiapkan dan mendistribusikan

surat menyurat dan dokumentasi yang berhubungan dengan

penagihan.

f. Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional

Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional dipimpin oleh

kepala bidang yang juga terdiri dari Sub bidang yakni Seksi Perencanaan

dan Pembinaan Teknis Pemungutan, dan Seksi Penggalian dan

Peningkatan. Tugas-tugas Bidang Perencanaan dan Pengendalian

94
operasional sangat penting dan inti dalam peningkatan pendapatan

daerah di Kabupaten Bone.

1) Tugas dan Fungsi Kepala Bidang

Kepala Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional

mempunyai tugas melaksanakan pengurusan rencana, pembinaan teknis

pemungutan, penentuan pengendalian dan peningkatan pendapatan

daerah.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Bidang

Perencanaan dan Pengendalian Operasional mempunyai fungsi:

a. Melakukan perencanaan pendapatan daerah yang bersumber

dari pajak dan retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

serta dari PBB, melakukan pembinaan teknis operasional,

bimbingan dan petunjuk kepada semua unit kerja daerah yang

melaksanakan pemungutan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya serta pemungutan PBB.

b. Melakukan kerja sama dengan perangkat daerah lain di

lingkungan pemerintahan daerah Kabupaten Bone.

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

2) Tugas Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknis Pemungutan

a. Menyusun rencana pendapatan daerah dan rencana

intensifikasi pemungutan pendapatan daerah.

b. Melakukan pembinaan pelaksanaan tata kerja dan hubungan

kerja

95
c. Pembinaan penggunaan sarana dan prasarana perpajakan

daerah serta pendapatan daerah lainnya

3) Tugas Seksi Penggalian dan Peningkatan

a. Mengumpulkan dan mengelola data semua sumber

pendapatan daerah.

b. Merumuskan naskah rancangan Peraturan Daerah dan

Keputusan Bupati tentang perpajakan dan retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya.

g. Bidang Pasar

Bidang Pasar dipimpin oleh kepala bidang yang juga terdiri dari Sub

bidang yakni Seksi Pengembangan Pasar, Seksi Pendapatan, dan Seksi

Sarana dan Prasarana. Tugas-tugas Bidang Pasar sangat menentukan

dalam peningkatan pendapatan daerah di Kabupaten Bone terkhusu di

bidang pasar.

1) Tugas dan Fungsi Kepala Bidang

Kepala Bidang Pasar mempunyai tugas melaksanakan

pengendalian, pengelolaan dan pengembangan saran dan prasarana

pasar.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala

Bidang Pasar mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan perencanaan dalam rangka pengembangan

pasar.

96
b. Melaksanakan pengendalian pengelolaan pemungutan

pendapatan asli daerah yang bersumber dari pasar.

c. Melaksanakan urusan perlengkapan sarana dan prasarana

pengembangan pasar.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

2) Seksi Pengembangan Pasar mempunyai tugas yakni

melaksanakan perencanaan pengembangan pasar.

3) Seksi Pendapatan mempunyai tugas yakni perencanaan dan

pencatatan serta pengendalian penerimaan pendapatan asli daerah

yang bersumber dari pasar.

4) Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas yakni menyiapkan

dan melengkapi sarana dan prasarana perlengkapan pasar.

97
Gambar 4.
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Bone

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN SEKRETARIAT


FUNGSIONAL

SUBAG SUBAG SUBAG


PROGRAM KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN,
DAN PERLENGKAPAN UMUM, DAN
PELAPORAN DIKLAT

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG


PENDAFTARAN PEMBUKUAN PENETAPAN DAN PERENCANAAN PASAR
DAN DAN PENAGIHAN DAN
PENDATAAN PELAPORAN PENGENDALIAN SEKSI
OPERASIONAL PENGEMBANGAN
PASAR
SEKSI SEKSI SEKSI PENETAPAN & SEKSI
PENDAFTARAN PEMBUKUAN PELAYANAN PERENCANAAN SEKSI
DAN ADMINISTRASI & PEMBINAAN PENDAPATAN
PENERIMAAN BPHTB & PBB-P2 TEKNISI
SEKSI PEMUNGUTAN
PENDATAAN
DAN PENILAIAN SEKSI SEKSI SEKSI
PEMBUKUAN & PENGAWASAN & SEKSI SARANA &
PERSEDIAAN PENYELESAIAN PENGGALIAN & PRASARANA
SEKSI BENDA SENGKETA PENINGKATAN
PENGOLAHAN BERHARGA PEMUNGUTAN
DATA DAN
INFORMASI SEKSI PENAGIHAN
SEKSI
PELAPORAN
& PENYULUHAN

UPTD

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016

98
4.2.4. Sumber Daya Manusia Dinas Pendapatan Daerah

Sumber Daya manusia sangat berperan penting dalam peningkatan

pendapatan asli daerah di Kabupaten Bone. Sumber daya manusia yang

memiliki integritas, berkompeten di bidangnya dan mampu memberikan

ide, gagasan, dan kreatifitas yang melahirkan inovasi baru untuk

meningkatakan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bone.

Kondisi Sumber Daya manusia pada Dispenda Kabupaten Bone

yang lebih lanjut dijabarkan berdasarkan Jumlah Pegawai, Kualifikasi

Pendidikan, Pangkat dan Golongan, Jumlah Pejabat Struktural dan

Fungsional sebagai berikut:

a. Jumlah Pegawai sebanyak 77 orang

b. Menurut Kualifikasi Pendidikan :

1) Pendidikan S2 sebanyak 2 orang

2) Pendidikan S1 sebanyak 42 orang

3) Pendidikan D3 sebanyak 2 orang

4) Pendidikan SLTA sebanyak 29 orang

5) Pendidikan SLTP sebanyak 3 orang

c. Menurut Pangkat dan Golongan :

1) Golongan IV sebanyak 6 orang

2) Golongan III sebanyak 42 orang

3) Golongan II sebanyak 28 orang

4) Golongan I sebanyak 1 orang

99
d. Jumlah Pejabat Struktural :

1) Eselon II sebanyak 1 orang

2) Eselon III sebanyak 6 orang

3) Eselon IV sebanyak 17 orang

4) Staf sebanyak 54 orang

e. Jumlah Pejabat Fungsional : Sebanyak 53 orang terdiri dari

fungsional umum. Keseluruhan sumber daya manusia ini

digunakan secara optimal, efektif dalam pencapaian target

kerja realisasi pendapatan asli daerah. Jumlah aparatur di

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone adalah 78 orang

yang terdiri dari 41 laki-laki dan 37 perempuan. Data aparatur

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.
Data Pegawai
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

NO. NAMA NIP JABATAN

1. A.Herman, SH, MH 196207241990031008 Kepala Dinas

2. Alimuddin M, S.Sos 196310141984101005 Sekretaris Dinas

Andi Nur Ani, SE 196502121991032014 Kabid


Perencanaan dan
3. Pengendalian
Operasional
4. Tifa Armanusa, SH 196505291992032008 Kabid Pembukuan
dan Pelaporan
5. Alim Fachry, S.Sos 196005171985031008 Kabid Pendaftaran
dan Pendataan
6. A.Pakharuddin, S.Sos 197009041991031004 Kabid Penetapan
dan Penagihan

100
7. H.Tahar 195802081980031006 Kasi Pendataan
dan Penilaian
8. Harifuddin, S.Sos 196305151984101018 Kasi Pendapatan

A.Rahmiati 196306221983022005 Kasubag


9. Keuangan dan
Perlengkapan
10. Supratman, S.Pd 197208171991031001 Kabid Pasar

11. Andi Nurlaela 195912231986112001 Kasubag Umum


dan Perencanaan
Sultan Adam 195804021979071001 Kasi
12. Pengembangan
Pasar
13. Abd.Rasyid, S.Sos 196012311989031103 Kasi Pengelolaan
Data dan Informasi
Syamsiar, S.Sos 196904121993032001 Kasi Penetapan
dan Pelayanan
Administrasi
14. BPHTB dan PBB-
P2
Hasnawati, S.Sos 196303181987012001 Kasi Pembukuan
15. dan Persediaan
Benda Berharga
16. Sitti Aisya, SE 197102121990032001 Kasubag
Kepegawaian
17. Ernawati, S.Sos 197007091990032004 Kasi Pembukuan
dan Penerimaan
18. Hamrib, SE 197005072005021005 Kasi Penagihan
dan Penyuluhan
Abdul Rahman, S.Sos 196801072006041005 Kasi Pengawasan
dan Penyelesaian
19. Sengketa
Pemungutan
20. Ridwan, SE 197707062005021002 Kasi Pelaporan

21. Muhsin, S.Sos 196811182006041010 Kasi Sarana dan


Prasarana
22. Andi Rahmawati, SE 197608012008012017 Kasi Peningkatan
dan Penggalian
23. Andi Yetty, SE 197709032009042002 Kasi Pendaftaran

24. Andi Hendra, SE 198101112009041001 Kasi Pengendalian


dan Peningkatan

101
25. Taufik.A 196106091990032004 Staf

26. Andi Syahruni, SE 197105042006042026 Staf

27. Darham, S.Sos 197005301990031002 Staf

28. Sarianti, S.Sos 197606112008012020 Staf

29. Andi Baso, S.Sos 196012311991111002 Staf

30. Andi Satriawan, SE 197111292005021002 Staf

31. Sumarni, S.Kom 198111202010012010 Staf

32. Mattalatta, S.Sos 196402141994031008 Staf

33. A.Bunga Wali, S.Sos 197205312007012014 Staf

34. Darmawati P, S.Sos 197011022007012019 Staf

35. A.Yuliana B, S.Sos 198207272007012007 Staf

36. Muh.Asdar, S.Sos 198601132005021003 Staf

37. A.Febrianti, SH 198502022011012008 Staf

38. Jamaluddin, S.Sos 196307211986091002 Staf

39. Nurhaedah, S.Sos 196706012007012022 Staf

40. A.Elly, S.Sos 197010102007012038 Staf

41. Hadriyati, S.Sos 197012152007012023 Staf

42. Sitti Fausiah M, S.Sos 196709292007012038 Staf

43. Nurnaningsih, SE 196807152007012037 Staf

44. Muh.Yunus, S.Sos 198409102011011006 Staf

45. Darlis, SE 196605262006041005 Staf

46. Arsyadi, S.Sos 196910242006041005 Staf

102
47. Yulianti, S.Sos 197602012007012017 Staf

48. Alwiah, S.Sos 198111212007012004 Staf

49. Jasman Saputra, S.Sos 198308042008011004 Staf

50. A.Muh.Fauzy, A.M 198408082010011038 Staf

51. Sesse 196412312007011143 Staf

52. Ahmad Harun 198111202006041012 Staf

53. Nurmawati 196112102007012018 Staf

54. Susi Satria 197611012007012018 Staf

55. Suriati 197912312007012017 Staf

56. Abdul Latif 196612312007011146 Staf

57. Supirman 197607032007011016 Staf

58. St.Faridah 198002042007012010 Staf

59. Rosnarianti 198002152007012018 Staf

60. Irawati Taiyeb 198002232007012010 Staf

61. Sugiati 198011172007012010 Staf

62. St.Nahriah Peleng 197504042007012021 Staf

63. Haris 197409232008011007 Staf

64. Jumartini 198012312008012017 Staf

65. Andi Sainal 198202182008011006 Staf

66. Yulianti 197710042009042002 Staf

67. Aryana 198109212009042004 Staf

68. Haedar Muhammad 196602132009041001 Staf

103
69. Andi Akkolo 197004102009041001 Staf

70. Andi Maidah 196901092009042001 Staf

71. Andi Taat Juliawan 198007042010011030 Staf

72. Andi Pangerang 198506242010011030 Staf

73. Suherman 198105252010011035 Staf

74. Andi Wahyuddin 198308102008011006 Staf

75. Asnani 198208232010012030 Staf

76. Supriadi 196804122007011066 Staf

77. Mursaling 196806082007011034 Staf

78. Ambo Rappe 197407052009041001 Staf

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah, 2016

Berdasarkan tabel diatas terdapat 78 jumlah pegawai beserta

jabatan di dinas pendapatan daerah kabupaten bone. Terdapat 54 staf

yang membantu meningkatkan pendapatan asli daerah dengan

kemampuan yang dimiliki masing-masing dan harus tetap diberdayakan

melalui pelatihan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia di dinas pendapatan daerah.

Upaya yang dilakukan dinas pendapatan daerah untuk

meningkatkan kualitas kinerja pegawai dan para staf di dinas pendapatan

daerah yaitu dengan melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan formal

bimbingan teknologi (Training of Trainer) yang bertujuan untuk

meningkatkan system pelayanan pemungutan pendapatan daerah yaitu

pajak dan retribusi daerah.

104
4.2.5. Sarana dan Prasarana Dinas Pendapatan Daerah

Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas

di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone Sebagai Berikut :

1. Bangunan Kantor

Bangunan gedung kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone adalah bangunan permanen yg berada di salah satu

gedung Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Bone yang

terdapat hanya satu lantai.

2. Kendaraan Dinas

 Kendaraan Dinas Roda 4 (empat) ada sebanyak 7 unit.

 Kendaraan Dinas roda 2 (dua) ada sebanyak 10 unit.

3. Alat Pendukung pekerjaan lainnya pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 5.
Daftar Inventaris Dispenda Kabupaten Bone

NO Nama Barang Jumlah Keterangan

1 Komputer PC 55 Unit

2 Laptop 8 Unit

3 NoteBook 8 Unit

4 Printer 22 Unit

5 Meja Biro 10 Unit

6 Meja Setengah Biro 14 Unit

105
7 Meja Kayu Biasa 30 Unit

8 Kursi Biro 10 Unit

9 Kursi Setengah Biro 14 Unit

10 Kursi Biru 50 Unit

11 Lemari 20 Unit

12 Televisi 3 Unit

13 AC 10 Unit

14 Meja Rapat 3 Unit

15 Speaker 1 Unit

16 Kulkas 1 Unit

17 Handycam 1 Unit

18 Mesin Ketik 2 Unit

19 Wireless 1 Unit

20 Monitor LCD 2 Unit

Sumber : Daftar Inventaris, Mesin dan Peralatan Dinas Pendapatan

Daerah, 2016

Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan sarana dan prasarana

yang ada di kantor dinas pendapatan daerah. Sarana dan prasarana juga

sangat menunjang kualitas kinerja pegawai pada dinas pendapatan

daerah misalnya computer yang dapat digunakan sebagai sarana

informasi dalam meninjau laporan realisasi pendapatan asli daerah,

sarana lain seperti kendaraan berpengaruh besar dalam peningkatan

pendapatan asli daerah sebagai sarana yang digunakan untuk melakukan

penagihan kepada wajib pajak dan wajib retribusi.

106
4.3. Inovasi Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten Bone

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, dijelaskan bahwa pendapatan daerah adalah hak pemerintah

daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam

periode tahun bersangkutan dan dijelaskan pula bahwa Pendapatan Asli

Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber dari

pendapatan daerah. Mardiasmo (2004:125) mengemukakan bahwa,

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak

daerah, retribusi daerah, hasil milik perusahaan daerah, hasil kekayaan

daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli

Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan suatu

kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai

kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari pendapatan

asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha

pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber

keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya.

Dinas pendapatan daerah kabupaten bone adalah merupakan

unsur pelaksana pemerintah daerah kabupaten bone yang diberikan

107
mandat untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam

pengelolaan pendapatan daerah kabupaten bone dan juga berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah yang sebelumnya dikelola oleh Pemerintah

Pusat telah dikelola oleh Pemerintah Daerah sejak tahun 2014 dalam hal

ini Dinas Pendapatan Daerah kabupaten bone.

Kewenangan yang diberikan kepada daerah akan membawa

konsekuensi terhadap kemampuan daerah untuk mengantisipasi tuntutan

masyarakat akan pelayanan yang lebih baik dan prima. Untuk itu daerah

harus menyediakan sumber-sumber pembiayaan yang memadai dan

dituntut inovasi dan kreatifitas daerah serta kemampuan aparat daerah

dalam upaya menggali potensi daerah sehingga dapat meningkatkan

penerimaan daerah.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone telah melakukan

upaya untuk meningkatakan pendapatan asli daerah yang dimana

sebelumnya PAD di kabupaten bone tidak pernah terealisasi sesuai

dengan apa yang telah ditargetkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini

Dinas Pendapatan Daerah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah

adalah dengan melakukan program–program peningkatan PAD dan

melakukan beberapa inovasi untuk pengembangan, peningkatan, dan

penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah. Hal tersebut senada

dengan pernyataan Bupati Kabupaten Bone bahwa:

“Sebelumnya PAD tidak pernah terealisasi seperti apa yang


dibicarakan. Pencapaian target PAD pada tahun 2013 hampir

108
tercapai dan pada tahun 2014 sudah 100 dan tahun 2015 sudah
lebih dari 100 pencapaiannya, pencapaian ini merupakan yang
pertama kalinya”. (Wawancara pada tanggal 7 Maret 2017).

Dari hasil wawancara diatas PAD meningkat pada tahun 2014 yang

mencapai target realisasi 100 persen dan pada tahun 2015 PAD juga

mengalami peningkatan yang melebihi dari target realisasi. Gambaran

secara rinci realisasi PAD Kabupaten Bone dibandingkan dengan

penerimaan tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.
Perbandingan Realisasi PAD Tahun 2014 – 2015

NO. URAIAN REALISASI PAD BERTAMBAH / %


BERKURANG
TAHUN 2014 (Rp) TAHUN 2015 (Rp)

1. Pajak Daerah 36.227.176.531,10 35.128.861.552,00 (1.148.314.969,10) (3,17)

2. Retribusi Daerah 15.378.571.068,00 15.221.326.386,00 (157.244.682,00) (1,02)

3. Hasil Pengelolaan
2.331.537.248,00 2.953.683.329,92 622.146.081,92 26,68
Kekayaan

4. Dipisahkan lain-
101.439.911.818,86 106.438.324.723,16 4.998.412.904,30 4,93
lain PAD yang sah

JUMLAH PAD 155.427.196.665,96 159.742.195.991,08 4.314.999.325,12 2,78

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Berdasarkan tabel 6. terlihat bahwa realisasi penerimaan PAD

pada tahun 2014 terealisasi Rp. 155.427.196.665,96 dan meningkat pada

tahun 2015 Rp. 159.742.195.991,08. Meningkatnya PAD tidak terlepas

dari program peningkatan yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah.

109
Program peningkatan PAD telah banyak dilakukan oleh

pemerintah daerah baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.

Melalui perbaikan sistem prosedur pemungutan untuk mengintensifkan

penerimaan maupun melalui kebijakan yang dapat mendukung

peningkatan PAD di kabupaten bone. Menurut hasil wawancara dengan

Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone bahwa:

“Inovasi yang dilakukan pemerintah daerah untuk membantu


peningkatan PAD dengan membuat suatu kebijakan melalui
Peraturan Daerah yaitu Perda No. 2 tahun 2014 tentang Partisipasi
Pihak Ketiga dalam Pembangunan Daerah, yang sifatnya tanpa
paksaan dan diharapkan mampu meningkatkan PAD” (Wawancara
pada tanggal 12 Januari 2017).

Berdasarkan hasil wawancara diatas inovasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD adalah dengan membuat

kebijakan Perda No 2 tahun 2014 tentang Partisipasi Pihak Ketiga dalam

Pembangunan Daerah Kabupaten Bone. Sejak diberlakukannya pada

tahun 2014 PAD di kabupaten bone mengalami peningkatan. Penjelasan

dalam bab IV tata cara pengelolaan, pasal 7 ayat 2 bahwa “Partisipasi

Pihak Ketiga berupa uang yang diterima SKPD disetor secara

keseluruhan disetor ke rekenig kas daerah dan menjadi pendapatan asli

daerah“.

Pihak ketiga yang dimaksudkan adalah perorang/badan untuk

terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan daerah sekaligus wujud

nyata kepedulian dan rasa tanggung jawab pihak ketiga terhadap

kesuksesan pembangunan daerah di Kabupaten Bone. Partisipasi pihak

110
ketiga dapat dilakukan dalam bentuk berupa uang, barang, jasa atau

kegiatan dan dapat berbantuk hibah, waqaf, sumbangan, donasi, dan

partisipasi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

Tidak hanya sumbangan, donasi dan lain sebagainya partisipasi

pihak ketiga yang dimaksudkan adalah investor swasta yang ada di

kabupaten bone yang memiliki izin usaha dan dikenakan pajak daerah.

Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan Kepala Dinas Pendapatan

Daerah bahwa:

“Sekarang ini sudah banyak investor yang masuk ke bone, seperti


banyaknya café, hotel, restoran, bahkan tempat karaoke yang
sangat menunjang peningkatan pendapatan asli daerah dan
dikategorikan sebagai pungutan pajak daerah”. (Wawancara pada
tanggal 12 Januari 2017)

Seperti hasil wawancara diatas mengatakan bahwa di kabupaten

bone telah banyak investor. Investor yang masuk ke daerah bone memiliki

berbagai macam investasi, seperti café, hotel, restoran, dan tempat

karoke yang menurut pernyataan hasil wawancara diatas sangat

menunjang peningkatan PAD.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pemerintah

daerah diberi kewenangan yang sifatnya dibatasi atau tidak boleh melebihi

apa yang diatur oleh undang-undang (closed-list) untuk memungut pajak

daerah dan retribusi daerah, disebut sistem tertutup. Di satu sisi banyak

daerah belum kreatif mengembangkan potensinya sehingga jenis

pungutan daerah baik pajak dan retribusi daerah yang memenuhi kriteria

masih relatif kecil dalam mengangkat PAD. Sedangkan di sisi lain banyak

111
daerah yang terlalu kreatif dalam mengembangkan pungutan daerah,

namun tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

sehingga diantaranya terpaksa dibatalkan oleh pemerintah. Hal tersebut

senada dengan pernyataan Sekretaris Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone bahwa:

“Pemerintah pusat sudah menggariskan jenis-jenis pajak dan


retribusi dan yang diperkenankan untuk dipungut. Sekarang kita
hanya bisa melakukan perbaikan sistem dan perluasan objek untuk
menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah. Objek-objek pajak
dan retribusi sudah jelas ada 11 jenis pajak dan ada 3 jenis
retribusi yang tidak boleh ditambah sebagaimana telah di tetapkan
dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi yang
diperkenankan”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas mengatakan bahwa

pemerintah pusat telah mengatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada bab III Pajak

bagian kesatu jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

Sarang Burung Walet, PBB-P2 dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan. Pada bab VI Retribusi bagian kesatu objek dan golongan

retribusi pada pasal 108 objek retribusi adalah: Jasa umum, jasa usaha

dan perizinan tertentu.

Pemerintah Kabupaten Bone dalam hal ini Dinas Pendapatan

Daerah tidak dapat melakukan banyak inovasi untuk meningkatkan PAD

melalui penambahan objek pajak maupun retribusi. Inovasi yang dilakukan

112
hanya lebih keperbaikan sistem pemungutan, perluasan objek pajak dan

retribusi. Inovasi kebijakan melalui Perda Partisipasi Pihak Ketiga di

harapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk peningkatan

pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan dan mengintensifkan

investor swasta untuk tetap rutin merealisasikan pajak daerah.

Dapat dilihat pada tabel dibawah ini Realisasi Penerimaan PAD

Khusus yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kab. Bone Tahun

2015 sebagai berikut:

Tabel 7.

Realisasi Penerimaan PAD Khusus yang dikelola Dinas


Pendapatan Daerah Kab. Bone Tahun 2015

NO. JENIS PAJAK dan RETRIBUSI TARGET REALISASI %

1. Pajak Hotel 203.940.000,00 211.009.384,00 103,47

2. Pajak Restoran 559.030.000,00 821.724.931,00 146,99

3. Pajak Hiburan 161.000.000,00 198.986.565,00 123,59

4. Pajak Reklame 366.300.000,00 416.930.950,00 113,82

5. Pajak Penerangan Jalan 13.445.082.837,00 13.908.688.799,00 107,40

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan 400.000.000,00 139.224.988,00 34,81

Batuan

7. Pajak Air Tanah 52.637.600,00 85.436.928,00 162,31

8. Pajak Sarang Burung Walet 10.000.000,00 10.160.000,00 101,60

9. PBB-P2 15.605.933.500,00 16.760.697.970,00 107,40

. Sektor Perdesaan 9.687.930.786,00 10.726.049.361,00 110,72

113
. Sektor Perkotaan 5.918.002.714,00 6.034.648.609,00 101,97

10. Bea Perolehan HATB 3.810.000.000,00 2.576.001.047,00 67,61

11. Retribusi Pasar 2.422.002.000,00 2.092.179.000,00 86,83

. Pasar Sentral Watampone 516.028.000,00 387.642.500,00 75,12

. Pasar Inpres dan Non Inpres 1.905.974.000,00 1.704.536.500,00 89,43

12. Ret. Pasar Grosir/Pertokoan 41.472.000,00 23.424.000,00 56,48

13. Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah 171.113.000,00 178.005.000,00 104,03

. Pemakaian Rumah Daerah 50.000.000,00 95.500.000,00 191,00

. Pemakaian BTC 121.113.000,00 82.505.000,00 68,12

14. Ret. Tempat Khusus Parkir 15.000.000,00 21.800.000,00 145,33

JUMLAH 37.263.510.937,00 37.444.269.562,00 100,49

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Berdasarkan tabel 7. Terdapat 14 jenis penerimaan yang di kelola

khusus oleh dinas pendapatan daerah. Target sebanyak Rp.

37.263.510.937,00 mampu direalisasikan sebanyak Rp.

37.444.269.562,00 dengan hasil persentasi 100,49 persen.

4.3.1. Inovasi Intensifikasi dalam Rangka Peningkatkan Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten Bone

Intensifikasi memiliki makna penekanan dalam pencapaian tujuan

dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Adapun langkah-

langkah intensifikasi, berdasarkan Sari Kajian Fiskal dan Moneter

(1996:39) “dimaksudkan untuk mengefektifkan pemungutan pajak

114
terhadap subjek dan objek pajak yang sudah dikenakan sebelumnya

dengan memberikan kegiatan penerangan, penyuluhan dan sosialisasi

pajak lainnya”. Inovasi yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu lebih focus kepada sistem

pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dengan peningkatan

pelayanan prima melalui perumusan perencanaan starategis.

a. Penguatan Sistem Pungutan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bone dalam hal ini Dinas

Pendapatan Daerah menyadari bahwa tuntutan masyarakat terhadap

mutu pelayanan umum dan peningkatan pembangunan dari waktu ke

waktu semakin meningkat. Sehubungan dengan tugas-tugas pemerintah

tersebut akan peranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

sangat menentukan, mengingat dana yang bersumber dari Pendapatan

Asli Daerah tersebut dalam jangka panjang diharapkan mampu

membiayai pelaksanaan tugas pelayanan umum dan pembangunan

Kabupaten Bone. Hal tersebut senada dengan pernyataan Kepala Dinas

Pendapatan Daerah bahwa:

“Inovasi intensifikasi yang dilakukan untuk meningkatkan


pendapatan asli daerah lebih ke proses pelayanannya dan
penguatan sistem pungutan sumber PAD. UU sekarang yang
mengatur pajak dan retribusi bersifat tertutup, apabila daerah
melanggar bisa terkena sanksi fiscal, jika terlalu banyak pungutan
investor juga akan ragu masuk ke suatu daerah. Sejauh ini kami
melakukan program intensifikasi PAD melalui monitoring
pemungutan, penagihan pajak dan retribusi, penyediaan karcis
sebagai media pungutan retribusi, dan melakukan penyuluhan,
sosialisasi dalam upaya meningkatkan kesadaran wajib pajak dan
wajib retribusi”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

115
Berdasarkan hasil wawancara diatas, daerah sangat sulit

menciptakan banyak inovasi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah,

karena telah diatur dalam Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah.

Jika daerah membuat pungutan baru bisa berdampak pada daerah karena

terlalu banyak pungutan akan membuat investor ragu masuk ke suatu

daerah dan menimbulkan beban ekonomi biaya tinggi, bisa menghambat

distribusi barang, mengakibatkan kenaikan harga barang yang berdampak

signifikan untuk masyarakat.

Menurut Kepala Dinas dari hasil wawancara di atas inovasi

intensifikasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas

Pendapatan Daerah dalam rangka meningkatkan PAD di Kabupaten Bone

yaitu berupa pengawasan/monitoring pemungutan, melakukan

optimalisasi penagihan pajak daerah dan retribusi daerah, melakukan

penyuluhan dan sosialisasi dalam upaya meningkatkan kesadaran wajib

pajak dan retribusi, sasarannya kepada masyarakat perdesaan yang

kurang paham tentang proses pemungutan hasil pajak dan retribusi, dan

juga kepada investor sebagai petugas pelaksana pemungutan.

Meningkatnya pendapatan asli daerah sejak tahun 2014 hingga

tahun 2016 di dukung oleh kegiatan dan program yang dilakukan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Bone untuk terus menggali sumber-sumber

potensi penerimaan yang berupa perluasan objek pungutan pajak dan

retribusi baru, serta kerjasama dengan LSM dan para kolektor. Telah

116
dijelaskan oleh Kasubid Pembukuan Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi

Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya bahwa:

“Dalam hal penggalian potensi sumber PAD kami melakukan


kerjasama dengan LSM, ketika ada potensi yang bisa digali LSM
melakukan konfirmasi lokasi dan kami langsung menuju ke tempat
untuk melihat apakah memenuhi syarat untuk dijadikan pungutan.
Untuk penagihan PBB-P2 dilakukan oleh petugas pemungutan
yaitu kolektor, namun kurangnya pendidikan kolektor juga dapat
menjadi penghambat dalam proses penagihan makanya kami
adakan sosialisasi kepada para kolektor pemungut PBB-P2
sebelum menjalankan tugasnya” (Wawancara pada tanggal 12
Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas upaya yang dilakukan Dinas

Pendapatan Daerah dalam hal ini intensifikasi dalam rangka peningkatan

pendapatan asli daerah dimulai dari bawah secara perlahan. Sistem baru

yang diterapkan untuk lebih membantu pemerintah dalam menemukan,

menggali potensi daerah yang bisa dijadikan pungutan salah satunya

dengan melibatkan LSM dan Kolektor di bawah pengawasan pemerintah

daerah. Banyaknya kolektor yang memiliki latar belakang pendidikan yang

rendah, sehingga pemerintah daerah melakukan sosialisasi untuk

meningkatkan kualitas kerja petugas pemungut pajak bumi dan bangunan

serta berkoordinasi dengan kepala desa atau camat.

Peningkatan PAD tidak lepas dari program peningkatan yang

dilakukan oleh pemerintah. Adapun realisasi penerimaan pendapatan

daerah kabupaten bone tahun 2015 sebesar Rp. 1.870.233.204.845,90

dari target Rp. 1.898.232.541.152,00 atau 98,52 persen dengan rincian

dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

117
1. Pendapatan Asli Daerah ditargetkan sebesar

Rp.156.421.992.399,00 dengan realisasi Rp.159.866.219.583,62

atau 102,20% yang rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.
Rincian Target dan Realisasi PAD Kab. Bone Tahun 2015

NO. URAIAN TARGET 2015 REALISASI 2015 %

1. Pajak Daerah 34.613.923.937,00 35.125.637.714,00 101,48

2. Retribusi Daerah 14.505.987.000,00 15.221.326.986,00 104,93


Hasil Pengelolaan
3. Kekayaan Daerah 2.936.469.000,00 2.953.683.329,92 100,59
yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang
4. 104.365.612.462,00 106.565.572.153,70 102,11
Sah

(Sumber: RENJA Dinas Pendapatan Daerah, 2017)

Berdasarkan tabel 8. diatas Pajak daerah terealisasi 101,48

persen, retribusi daerah terealisasi 104,93 persen, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan terealisasi 100,59 persen dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah terealisasi 102,11 persen dari target

yang ditetapkan.

2. Dana Perimbangan yang ditargetkan sebesar

Rp.1.260.075.685.600,00 terealisasi sebesar

Rp.1.242.614.366.711,00 atau 98,61% yang rinciannya dapat

dilihat pada tabel berikut:

118
Tabel 9.
Rincian Target dan Realisasi PAD Kab. Bone Tahun 2015

NO. URAIAN TARGET 2015 REALISASI 2015 %

1. Bagi Hasil Pajak/Bagi


Hasil Bukan Pajak
52.361.110.600,00 34.897.331.711,00 66,65
.Bagi Hasil Pajak 44.887.758.000,00 29.523.888.027,00 65,77

7.473.352.600,00 5.373.423.684,00 71,90


.Bagi Hasil Bukan

Pajak/SDA

2. Dana Alokasi Umum


977.807.065.000,00 977.807.065.986,00 100,00
(DAU)
Dana Alokasi Khusus
3. 229.907.510.000,00 229.909.990.000,00 100,00
(DAK)

(Sumber: RENJA Dinas Pendapatan Daerah, 2017)

Berdasarkan tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa bagi hasil pajak

dan bagi hasil bukan pajak tidak mencapai target realisasi persentasi

hanya 66,65% dari target Rp. 52.361.110.600,00. Sedangkan dana

alokasi umum, dana alokasi khusus mencapai target realisasi dengan

persentasi 100,00%

3. Lain-lain pendapatan yang sah ditargetkan sebesar

Rp.481.734.863.153,00 terealisasi sebesar Rp.467.752.618.551,28

atau 97,10%. Yang rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

119
Tabel 10.
Rincian Target dan Realisasi PAD Kab. Bone Tahun 2015

NO. URAIAN TARGET 2015 REALISASI 2015 %

Dana Bagi Hasil Pajak


1. dari Prop dan 67.138.405.753,00 53.871.562.151,28 80,24
Pemerintah lainnya
Dana Penyesuain dan
2. 388.189.433.000,00 385.474.033.000,00 99,30
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
3. dari Prop/Pemda 26.407.024.400,00 28.407.023.400,00 107,57
Lainnya

(Sumber: RENJA Dinas Pendapatan Daerah, 2017)

Berdasarkan tabel 10. diatas dapat dilihat bahwa hanya bantuan

keuangan dari propinsi/pemerintah daerah lainnya yang mencapai target

realisasi. Ditargetkan Rp. 26.407.024.400,00 dan terealisasi Rp.

28.407.023.400,00 atau 107,57%.

Pada gambaran penerimaan yang dirincikan melalui tabel-tabel

tersebut, maka terlihat bahwa realisasi penerimaan pendapatan daerah

kabupaten bone pada tahun 2015 secara keseluruhan mengalami

peningkatan namun peningkatannya belum menunjukkan angka-angka

yang berarti bila dibandingkan dengan tingkat kebutuhan pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di kabupaten bone

hingga saat ini. Maka dari itu peningkatan PAD dengan cara intensifikasi

120
pemungutan pajak dan retribusi terus dilakukan melalui kerjasama LSM

dan kolektor.

Penguatan sistem pungutan tidak terlepas kinerja sumber daya

manusia yang ada di dinas pendapatan daerah baik dari pengawasan dan

pelayanannya. Senada dengan pernyataan yang diberikan Kasubid

Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga bahwa:

“Sumber daya manusia yang ada di kantor ini ditekankan untuk


mengutamakan pelayanan dan pengawasan dalam mengelola
pendapatan asli daerah. Seringkali terjadi data objek pajak yang
tidak sesuai dengan data yang dihimpun di dinas pendapatan
daerah. Intensifikasi yang dilakukan adalah memberikan pelatihan
bimbingan teknis kepada sumber daya manusia yang ada di
dispenda ini”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan pernyataan Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan

Benda Berharga Dispenda bahwa kinerja dari sumber daya manusia juga

sangat berpengaruh dalam rangka peningkatan PAD, maka dari itu

ditekankan kepada seluruh aparat untuk ketat dalam melakukan

pengawasan pemutakhiran data objek pajak maupun subjek pajak.

Adapun pengawasan yang dilakukan oleh aparat dinas pendapatan

daerah adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian penghimpunan data

objek/subjek pajak sampai proses penagihan;

2. Melaksanakan penatausahaan restitusi, administrasi kelebihan

pembayaran pajak dalam bentuk uang tunai atau pemindahbukuan;

121
3. Melaksanakan penatausahaan administrasi konvensasi kelebihan

pembayaran PBB-P2;

4. Melaksanakan kegiatan penyuluhan terhadap Wajib Pajak;

5. Melaksanakan penerbitan surat teguran, surat tagihan dan surat

ketetapan pajak kurang bayar dan surat pelaksanaan penerbitan

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) dan proses

penegakan aturan perpajakan lainnya.

Selain pengawasan juga harus memberikan proses pelayanan

yang baik agar proses pemungutan yang dilakukan dapat maksimal dan

mampu meningkatkan PAD. Adapun pelayanan yang dimaksud sebagai

berikut:

1. Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam hal pengajuan

pendaftaran objek pajak, pembetulan SPPT, pembatalan SPPT,

keberatan, pengajuan pengurangan, restitusi, konvensasi dan

pengurangan denda;

2. Memberikan pelayanan konsultasi untuk membantu segala

permasalahan Wajib Pajak berkaitan dengan pemenuhan

kewajiban perpajakannya;

3. Meneliti kelengkapan berkas yang diajukan untuk Wajib Pajak;

merekam, mencetak bukti dokumen (tanda terima dokumen);

meneruskan berkas ke masing-masing seksi/ fungsi; menyerahkan

SPPT ke Wajib Pajak.

122
b. Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan

Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

(PBB-P2) menjadi pajak daerah pada tahun 2014 yang telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi serta Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak

Daerah. Pembentukan susunan Kolompok Kerja (Pokja) pada Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone diharapkan mampu meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan dengan

berupaya memaksimalkan peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia

(SDM) dan pelayanan terhadap masyarakat berdasarkan Peraturan Bupati

Bone Nomor 30 Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Seperti yang di jelaskan oleh Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan

Benda Berharga bahwa:

“Seiring dengan adanya kebijakan Pemerintah Pusat mengalihkan


Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) menjadi jenis Pajak Daerah pada tahun 2014 sangat
membantu dalam meningkatkan PAD di kabupaten bone dan
dengan melakukan program intensifikasi PBB-P2 baik dari

123
peraturan maupun sosialisasi”. (Wawancara pada tanggal 12
Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dijelaskan bahwa semenjak

dialihkannya PBB-P2 menjadi pajak daerah pada tahun 2014 ternyata

memberikan nilai tambah terhadap peningkatan PAD di kabupaten bone.

Tabel 11.
Realisasi Penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Bone Tahun 2014-
2016

2014 2015 2016


Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Rp.18,507,6 Rp.19,564,1 Rp.15,605,9 Rp.16,757,5 Rp.15,727,7 Rp.16,687,9
32,241.00 19,847.10 33,500.00 49,920.00 88,807.00 70,269.00

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone, diperoleh data untuk pokok ketetapan penerimaan PBB-

P2 pada tahun pertama pengelolan yaitu tahun 2014 per Kecamatan

adalah sebagai berikut :

Tabel 12.
Daftar Pokok Ketetapan Penerimaan PBB-P2 per Kecamatan di
Kabupaten Bone Tahun 2014

NO. Kecamatan Pokok Ketetapan


1. Mare Rp. 687.906.438,00
2. Barebbo Rp. 773.903.307,00
3. Ponre Rp. 263.027.840,00
4. Salomekko Rp. 232.073.926,00
5. Bontocani Rp. 223.021.899,00
6. Tanete Riattang Timur Rp. 1.2014.850.238,00
7. Ajangale Rp. 840.033.369,00
8. Tellu Siattinge Rp. 806.492.904,00
9. Bengo Rp. 643.624.519,00

124
10. Ulaweng Rp. 503.684.752,00
11. Tellu Limpoe Rp. 202.076.749,00
12. Kajuara Rp. 515.789.596,00
13. Tonra Rp. 359.571.127,00
14. Cina Rp. 628.035.882,00
15. Lappariaja Rp. 450.498.195,00
16. Libureng Rp. 527.970.373,00
17. Palakka Rp. 552.897.917,00
18. Lamuru Rp. 426.543.917,00
19. Amali Rp. 598.561.475,00
20. Awangpone Rp. 705.270.010,00
21. Kahu Rp. 1.122.233.825,00
22. Sibulue Rp. 1.005.924.559,00
23. Dua Boccoe Rp. 1.136.832.327,00
24. Pattimpeng Rp. 340.983.403,00
25. Tanete Riattang Rp. 2.111.689.495,00
26. Cenrana Rp. 746.879.472,00
27. Tanete Riattang Barat Rp. 2.888.850.444,00
Jumlah Rp. 20.499.255.540,00
(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Berdasarkan data pada tabel 11. yang diperoleh dari Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone di atas, total pokok ketetapan

penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Bone pada tahun 2014 adalah sebesar

Rp. 20.499.255.540,00. Berdasarkan angka pokok ketetapan tersebut

Pemerintah Daerah Kabupaten Bone menargetkan penerimaan PBB-P2

pada tahun 2014 sebesar Rp. 18.507.632.241,00. Target yang ditetapkan

dengan APBD tersebut tidak terlalu tinggi, hanya 90% dari angka pokok

ketetapan yang ditetapkan. Hal ini dilakukan mengingat tahun 2014

merupakan tahun pertama pengelolaan PBB-P2 oleh Pemerintah Daerah

dalam hal ini dinas pendapatan daerah yang memiliki tanggung jawab

sebagai pelaksana dan pengelola.

125
Untuk mendukung proses pelayanan dinas pendapatan daerah

menyediakan formulir pelayanan PBB-P2 yang akan digunakan

pengelolaan PBB-P2 dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13.
Formulir Pelayanan PBB-P2 yang Akan Digunakan dalam
Pelayanan Pengelolaan PBB-P2
NO. Nama Formulir Fungsi

Surat Pemberitahuan adalah surat yang digunakan untuk pemberitahuan


1.
Pajak besarnya PBB-P2 yang terhutang kepada WP

Surat Tanda Terima adalah surat bukti pembayaran PBB yang diterima
2.
Setoran (STTS) WP dari tempat pembayaran PBB-P2

Surat Pemberitahuan
adalah surat yang digunakan WP untuk
Objek Pajak (SPOP)
melaporkan data Objek Pajak maupun subjek
3. dan Lampiran Surat
PBB-P2 sesuai dengan ketentuan peraturan
Pemberitahuan Objek
perundang-undangan Pemerintah Daerah
Pajak (LSPOP)

barang yang dimaksudkan adalah kertas yang


Barang Cetakan
4. digunakan untuk mencetak tanda terima
Pendukung Lain
pelaporan, pembetulan, pengurangan

surat pengajuan keberatan, surat pengajuan


5. Surat-Surat Pelayanan keringanan, surat pengajuan pembatalan, surat
penerbitan SPPT
(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Pada tabel 12. dapat dilihat bahwa pemerintah daerah dalam hal ini

dinas pendapatan daerah membuat formulir pelayanan PBB-P2 untuk

mendukung proses pelayanan pengelolaan PBB-P2 dan untuk

memudahkan masyarakat dalam pengadministrasian wajib pajak.

126
Bukan hanya formulir masyarakat sebagai wajib pajak juga harus

mengetahui mekanisme pembayaran PBB-P2. Seperti alur pada gambar

berikut ini:

Gambar 5.
Mekanisme Pembayaran PBB-P2
(Sumber: Data Online pada tanggal 9 April 2017)

Data pada gambar 5. menggambarkan mekanisme pembayaran,

angsuran/penundaan pembayaran PBB-P2 berikut uraian singkat:

1.Tempat Pembayaran (TP) PBB P2, 2.Penunjukan TP off line, on line,

semi on line, elektronik dan tata caranya, 3.Tata cara pembayaran PBB

melalui fasilitas perbankan elektronik, 4.Penunjukan petugas pemungut

dan tata cara pemungutan PBB oleh petugas pemungut, 5.Prosedur

pelimpahan pembayaran oleh TP ke kasda, 6.Sanksi kepada TP yg

melanggar ketentuan, 7.Pengawasan terhadap TP, 8.Pelaporan

pembayaran, 9.Tata cara pemberian angsuran/ penundaan pembayaran.

Selain proses pelayanan, sumber daya manusia untuk

mengoptimalkan kinerja aparat dalam rangka peningkatan pendapatan

asli daerah melalui PBB-P2 dibutuhkan sarana dan prasarana yang

127
memadai. Diantaranya gedung khusus pengelolaan PBB-P2, juga harus

dilengkapi sarana dan prasarana. Pada gambar berikut merupakan sarana

yang ada di kantor pelayanan pengelolaan PBB-P2 sebagai berikut:

Gambar 6.
Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Dinas Pendapatan Daerah
Untuk Pengelolaan PBB-P2

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah,2016)

Terlihat pada gambar 6. perangkat keras pengelolaan PBB-P2

yang dimiliki Dispenda dan yang tidak termasuk dalam gambar adalah

ruangan, server 1 buah, personal computer 11 buah, printer 2 buah,

printer plotter 1 buah, high speed printer Printronix 2 buah dan network 1

buah.

Perbaikan sistem yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah

dianggap berhasil karena mendapatkan Sertifikat Manajemen Mutu sesuai

128
dengan persyaratan ISO 9001 – 2008 Tentang Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Tahun 2015, yang

menurut hasil survey pada tahun 2014 dinas pendapatan daerah mampu

mencapai target realisasi 21,86 % dan pada tahun 2015 terealisasi

sebesar 102,12 % dan sampai tahun 2016 masih tetap mencapai 100 %.

Senada dengan pernyataan Kasubid Penggalian dan Peningkatan

Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“Sertifikat manajemen mutu ini sebagai wujud dari kesuksesan


pelayanan pajak yang telah dilakukan terhitung sejak tahun 2014
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan sertifikat
manajemen mutu ini merupakan yang pertama di kabupaten bone
tingkat SKPD”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa raihan

prestasi kerja tahun 2014-2015 Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone berhasil memperoleh sertifikat ISO 900-2008 di Bidang Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

dan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah pertama di Kabupaten

Bone yang memperoleh Sertifikat Manajemen Mutu.

c. Sosialisasi

Pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah maupun Pajak Bumi

dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tentu memerlukan

sosialisasi agar semua pihak terkait dapat mengetahui hal tersebut.

Karena sosialisasi juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya

dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah. Dengan

129
memperhatikan hal tersebut, maka Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bone telah melakukan sosialisasi yang dimulai dari lingkungan internal

Pemerintah Daerah meliputi Lurah/Kepala Desa, Camat, Petugas

Pemungut (Kolektor) dan petugas lainnya, bank-bank penerima

pembayaran, serta instansi terkait seperti BPN.

Selain kepada pihak yang telah disebutkan pihak yang paling

penting untuk mengetahui hal tersebut adalah masyarakat sebagai Wajib

Pajak. Dipenda Kabupaten Bone telah melakukan sosialisasi kepada

masyarakat dengan berbagai cara diantaranya melalui media cetak seperi

surat kabar, memasang papan himbauan pembayaran pajak di tempat-

tempat umum, menyebarkan dan menempatkan leaflet/brosur mengenai

PBB di tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti kantor

kelurahan/desa, dan kantor kecamatan serta melakukan door to door ke

masyarakat untuk memberikan penjelasan langsung melalui petugas

pemungut (kolektor) yang telah ditunjuk oleh Bupati pada desa/kelurahan

masing-masing yang telah diatur dalam Peraturan Bupati Bone Nomor 30

Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Dengan adanya sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat akan

ikut berpartisipasi dalam mendukung suksesnya pengalihan pengelolaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) ini.

Dukungan masyarakat tentu merupakan hal yang sangat penting karena

masyarakatlah yang menjadi subjek atau Wajib Pajak dalam pemungutan

130
PBB-P2 ini dan dengan partisipasi masyarakat dapat meningkatkan PAD

di kabupaten bone.

Acuan pemerintah daerah untuk terus berinovasi memperbaiki

sistem pelayanan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah baik itu

pajak maupun retribusi daerah melalui sosialisasi telah dijelaskan oleh

Kasubid Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah Dinas

Pendapatan Daerah melalui wawancara yang mengatakan bahwa:

“ …cara menggali pendapatan daerah untuk meningkatkan


pendapatan asli daerah ada 2 cara, yaitu dengan cara intensifikasi
dan ekstensifikasi. Intensifikasi menurut pemahaman saya yaitu
bagaimana kita mengoptimalkan apa yang sudah ada melalui
monitoring, diadakan uji petik untuk mengetahui potensi pajak
maupun retribusi, dan melakukan sosialisasi terkait pajak dan
retribusi daerah, sedangkan ekstensifikasi seperti menaikkan tarif
atau merubah tarif pungutan”. (Wawancara pada tanggal 12
Januari 2017)

Penjelasan hasil wawancara diatas menunjukkan cara yang di

lakukan pemerintah daerah dalam hal ini dinas pendapatan daerah

menggali pendapatan daerah. Untuk meningkatkan pendapatan daerah

cara yang digunakan ada 2 yaitu 1). Intensifikasi yang dimaksud adalah

intensifikasi yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber-sumber

pendapatan yang sudah ada melalui monitoring / pengawasan, melalui uji

petik untuk mengetahui potensi sumber pendapatan, melakukan

sosialisasi sedangkan, 2). Ekstensifikasi yang dimaksud adalah cara yang

digunakan untuk meningkatkan tarif pendapatan dengan mengubah tarif

pendapatan misalnya retribusi parkir inovasi baru yang digunakan dengan

131
mengadakan karcis tempel dan tarif yang dikenakan juga bisa jadi

berbeda.

Langkah-langkah intensifikasi dimaksudkan untuk mengefektifkan

pemungutan pajak terhadap subjek dan objek pajak yang sudah

dikenakan sebelumnya dengan memberikan kegiatan penerangan,

penyuluhan dan sosialisasi pajak lainnya. Senada dengan pernyataan

Kasubid Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah Dinas

Pendapatan Daerah yang khusus membidangi penggalian potensi daerah

bahwa:

“…contoh intensifikasi pajak, maksudnya untuk meningkatkan pajak


daerah dengan mengintensifkan segi perundang-undangannya,
meningkatkan kapasitas hukumnya, mengintensifkan peraturan
pelaksanaanya, meningkatkan mutu aparatur, dan meningkatkan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan pematuhan peraturan
perpajakan dan meningkatkan pengawasan melekat“. (Wawancara
pada tanggal 12 Januari 2017)

Telah dilakukan inovasi intensifikasi dalam peningkatan

pendapatan daerah, bukan hanya dari segi aturan, namun dalam

peningkatan kualitas sumber daya manusia dinas pendapatan daerah

melalui sosialisasi, bimbingan teknologi yang sebelumnya daerah

kabupaten bone belum pernah lakukan.

Sosialisasi yang dilakukan dalam inovasi intensifikasi dalam

peningkatan pendapatan asli daerah adalah sosialisasi door to door yang

dilakukan aparat dinas pendapatan daerah yang rutin dilakukan dengan

membagikan leflet dan brosur serta memberikan pemahaman kepada

132
masyarakat yang kurang mengerti pajak dan retribusi dan cara

pemungutannya. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan

langsung dan membuat masyarakat menjadi nyaman mengunjungi kantor

dinas pendapatan daerah, sebagaimana yang diutarakan Kasubid

Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan

Daerah bahwa:

“…kami rutin melakukan sosialisasi melalui media cetak seperti


surat kabar, membuat leaflet/brosur, memasang papan himbauan
pajak di tempat-tempat umumuntuk mengingatkan masyarakat
membayar pajak dan retribusinya. Inovasi lain yang kami buat
adalah membuat pojok pajak di setiap kelurahan untuk
memudahkan pelayanan kepada masyarakat dan Alhamdulillah
mendapat respon baik dari masyarakat dengan menyertakan lurah
untuk berpartisipasi membantu pelaksanaannya”. (Wawancara
pada tanggal 12 Januari 2017)

Pelaksanaan sosialisasi, membuat brosur, leaflet dan pojok pajak

sangat membantu dalam peningkatan pendapatan asli daerah di

kabupaten bone. Dengan melihat sejak diterapkannya sistem seperti ini

pendapatan asli daerah menjadi terus meningkat melampaui target yang

tetapkan selama 3 tahun berturut-turut.

Sosialisasi leaflet atau brosur ini dibagikan ke tiap-tiap kecamatan

dan kelurahan yang dimana merupakan tempat pemungutan PBB-P2.

Adapun desain leaflet atau brosur yang dibagikan memuat tentang

penjelasan mengenai PBB-P2 dan pajak hotel yang menjadi sumber

pendapatan asli daerah yang sangat berpotensi dalam peningkatan

133
pendapatan asli daerah, dapat dilihat pada gambar di bawah ini leaflet

atau brosur yang dimaksud:

Gambar 7.

Leaflet Mengenai PBB-P2 yang di Sosialisasikan ke Kelurahan,


Kecamatan dan Desa

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebijakan pajak daerah

dan retribusi daerah, sosialisasi ini melalui media massa / media cetak.

Dalam rangka tata kelola administrasi pendapatan asli daerah

tahun 2016 telah di terapkan SIMPAD (Sistem Aplikasi Manajemen

Pendapatan Daerah) yang hanya bisa diakses oleh aparatur dinas

pendapatan daerah bersifat internal dan tertutup untuk umum, yang

bertujuan agar lebih memudahkan administrasi dalam pelaporan maupun

penerimaan realisasi pendapatan asli daerah. Senada dengan apa yang

134
disampaikan oleh Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga

Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“Ini juga merupakan suatu inovasi dalam peningkatan PAD menurut


saya karena peningkatan PAD juga ditentukan dari kualitas kinerja
aparat. Dispenda membuat SIMPAD untuk memudahkan system
administrasi aparat. Yang dapat mengakses SIMPAD hanya
internal dispenda saja tidak terbuka untuk umum. Dispenda juga
menyediakan untuk umum hanya untuk ketentuan informasi”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Seperti pernyataan Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan Benda

Berharga Dinas Pendapatan Daerah pada wawancara penelitian di atas

yang menyatakan dinas pendapatan daerah juga melakukan inovasi

dalam bidang teknologi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang

tujuan dan sasarannya untuk masyarakat. Senada dengan penjelasan

Kepala Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“Bukan hanya SIMPAD yang kami lakukan untuk menunjang sistem


keterbukaan informasi di dispenda, kami juga menyediakan system
keterbukaan informasi dinas pendapatan daerah untuk umum yaitu
berupa website yang dapat diakses www.bapendabone.com dan
juga aplikasi yang bisa di unduh di playstore yaitu Bapenda Bone..”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Penyediaan website untuk umum dari dinas pendapatan daerah

pada tahun 2016 ini dianggap sangat membantu dalam proses pencarian

informasi tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan lainnya.

Tidak terlepas dari mitra kerja dinas pendapatan daerah yaitu Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang punya peran penting dalam

peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten bone.

135
Peraturan Bupati Bone Nomor 89 tahun 2016 tentang kedudukan,

susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

keuangan dan asset daerah, memiliki peran serta dalam membantu

jalannya peningkatan pendapatan asli daerah yang bermitra dengan dinas

pendapatan daerah. Tugas DPKAD yaitu membantu bupati dalam

melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah di bidang

keuangan dan asset daerah yang menjadi kewenangan daerah. Senada

dengan apa yang disampaikan oleh Sekretaris DPKAD bahwa:

“Setiap SKPD saling bersinergi dalam mewujudkan tata kelola


pemerintahan yang baik, pola kemitraan yang dilakukan oleh
DPKAD dengan Dispenda selama berjalan baik dan membuahkan
hasil yang baik pula. Kalau di bone memang ada dinas koordinasi
pendapatan yang mencakup seluruh pendapatan daerah, mulai dari
PAD, bagi hasil, dana perimbangan termasuk lain-lain pendapatan
asli daerah”. (Wawancara pada tanggal 18 Januari)

Mengingat bahwa DPKAD, Dinas Pendapatan Daerah, dan

Bappeda merupakan satu kesatuan tim anggaran penyelenggaraan

pemerintah daerah yang terlibat dalam peningkatan pendapatan asli

daerah di masing – masing bidangnya. Koordinasi yang dilakukan sangat

baik seperti berikut lanjutan dari pernyataan Sekretaris DPKAD bahwa:

“…misalnya dalam peningkatan pendapatan asli daerah ada


terkendala di lapangan yang dihadapi dispenda, kita langsung
lakukan koordinasi apa masalahnya dan kita pecahkan bersama.
Contoh ada tagihan yang tidak bisa diselesaikan dispenda kita
ambil alih lalu di lakukan pendekatan kepada si wajib pajak dan
retribusi, dan itu berhasil. Kami juga membantu dalam melakukan
uji petik untuk mengukur potensi objek pajak lalu menetapkan tariff
pungutan jika perlu”. (Wawancara pada tanggal 18 Januari)

136
Pola kemitraan yang dilakukaan cukup membawa dampak

signifikan dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Pola kemitraan ini

juga tidak hanya sebatas pemecahan masalah saja. Dimana tiap awal

tahun selalu merumuskan program kegiatan terkait peningkatan

pendapatan asli daerah bersama bupati yang dikatakan sebagai rapat

koordinasi. Inovasi intensifikasi tidak ditangani oleh dispenda saja tetapi

juga DPKAD, meskipun tidak secara keseluruhan. Seperti yang dijelaskan

kembali oleh Sekretaris DPKAD yang pernyataannya sama dengan

informan penelitian lainnya, bahwa:

“Intensifikasi objeknya sudah jelas. Untuk melakukan inovasi perlu


dianalisis lagi permasalahan dalam peningkatan pendapatan asli
daerah, melihat pada tahun-tahun sebelumnya apa yang kurang.
Inovasi yang dilakukan ada beberapa terkait intensifikasi dan
ekstensifikasi. Intensifikasi yang dilakukan itu lebih banyak
sosialisasi, pengenalan dan pemberian pemahaman kita himbau
supaya si wajib pajak sadar untuk bayar pajak. Dilakukannya uji
petik, uji sample untuk menentukan target dan tariff baru”.
(Wawancara pada tanggal 18 Januari 2017)

Pada beberapa hasil wawancara di atas dipertegas lagi oleh Bupati

Kabupaten Bone bahwa:

“Pertama memang ada tim Intensifikasi dan ekstensifikasi


pendapatan asli daerah, dan pendapatan asli daerah itu ada
regulasinya tinggal perlu ada penekanan dan intensitas kebawah
untuk bisa dilakukan secara intensif dan secara berkesinambungan
untuk penagihan, dan Alhamdulillah itu bisa berjalan sehingga
pendapatan asli daerah kita ini bisa meningkat dari tahun ke tahun,
walaupun sekarang tidak bisa lagi besar karena semakin banyak
pelayanan gratis yang diberikan kepada masyarakat yang
menyerap banyak anggaran”. (Wawancara pada tanggal 7 Maret
2017)

137
Dari hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa peningkatan

pendapatan asli daerah dapat dilakukan melalui peningkatan penerimaan

pajak dan retribusi daerah dengan cara intensifikasi. Intensifikasi yaitu

dengan peningkatan pendapatan yang dilakukan dengan lebih

menekankan pada penerapan nilai atau prinsip – prinsip perpajakan yang

baik. Baik itu sumber pendapatan yang berupa pajak daerah, retribusi

daerah, badan usaha milik daerah dan usaha lain yang sah. Inovasi

intensifikasi sangat berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan

pendapatan asli daerah, memberikan daerah kekuatan untuk dapat

bersaing dengan terus melakukan inovasi intensifikasi.

Adapun inovasi intensifikasi yang telah dilakukan oleh pemerintah

daerah kabupaten bone dalam hal ini dinas pendapatan daerah yaitu

Intensifikasi peningkatan proses pelayanan pemungutan pajak dan

retribusi daerah yang diantaranya:

1. Penguatan sistem pungutan, meliputi perbaikan sistem pelayanan

dalam proses pungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Sistem

baru yang dilakukan yaitu sistem keterbukaan informasi kepada

masyarakat wajib pajak dengan menyediakan media yang dapat

diakses untuk kemudahan dalam proses pungutan dan sistem

aplikasi manajemen pendapatan daerah untuk meningkatkan

kualitas kerja aparat.

138
2. Kebijakan Pemerintah Pusat melalui Undang-Undang Nomor 28

tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terkait

Pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan (PBB-P2) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah

intensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah dalam hal ini

Dispenda meliputi prosedur pemungutan dan mekanisme

pembayaran yang jelas PBB-P2 yang berpotensi besar

meningkatkan PAD. Ditunjang dengan sarana dan prasarana yang

memadai untuk melakukan proses pemungutan.

3. Intensifikasi yang dilakukan adalah rutin melakukan sosialisasi.

Sosialisasi melalui media cetak seperti Koran, membuat dan

melakukan penyebaran leaflet/brosur mengenai PBB-P2 secara

langsung di tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti kantor

kelurahan, desa, dan kecamatan dengan menggunakan metode

door to door, memasang papan himbauan pembayaran pajak di

tempat-tempat umum, dan membuat pojok pajak di setiap

kelurahan yang mudah diakses masyarakat.

4.3.2. Inovasi Ekstensifikasi dalam Rangka Peningkatkan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone

Ekstensifikasi pendapatan asli daerah adalah usaha–usaha

menggali sumber–sumber pendapatan asli daerah yang baru, namun tidak

bertentangan dengan kebijakan pokok nasional, yaitu pungutan pajak dan

139
retribusi daerah yang yang dilaksanakan tidak semata–mata untuk

menggali pendapatan daerah berupa sumber penerimaan yang memadai,

tetapi juga melaksanakan fungsi fiskal lainnya agar tidak memberatkan

bagi masyarakat. Salah satunya melalui pengkajian jenis retribusi baru

yang tidak kontra produktif terhadap kinerja perekonomian daerah.

Beberapa inovasi ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah adalah

sebagai berikut:

a. Penetapan Peraturan Daerah Tentang Penerimaan Partisipasi

Pihak Ketiga

Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut

yang bertujuan untuk masyarakat, maka daerah harus mampu

menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan sesuai

dengan kemampuan daerahnya masing-masing. Oleh karena itu,

kemandirian daerah merupakan sesuatu yang perlu diupayakan secara

terus menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kemandirian adalah dengan meningkatkan pendapatan

daerah.

Peningkatan Pendapatan Daerah berkorelasi positif terhadap

keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah. Dalam rangka menggali,

mengembangkan dan meningkatkan pendapatan daerah, peran serta

masyarakat untuk ikut membiayai pelaksanaan kegiatan pembangunan

harus dapat ditingkatkan seoptimal mungkin. Peran serta/partisipasi

140
tersebut baik secara pribadi maupun badan yang dapat berupa

sumbangan uang atau yang dapat disamakan dengan uang, maupun

barang yang bergerak ataupun yang tidak bergerak ataupun dalam bentuk

program.

Menurut hasil wawancara dengan Bupati Kabupaten Bone

memiliki pernyataan sama dengan Kepala Dinas tadi bahwa:

“Inovasi yang dilakukan pemerintah daerah untuk membantu


peningkatan PAD pada tahun 2014, kami membuat suatu kebijakan
melalui Peraturan Daerah yaitu Perda No. 2 tahun 2014 tentang
Partisipasi Pihak Ketiga dalam Pembangunan Daerah”
(Wawancara pada tanggal 7 Maret 2017).

Berdasarkan hasil wawancara diatas inovasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD adalah dengan membuat

kebijakan Perda No 2 tahun 2014 tentang Partisipasi Pihak Ketiga dalam

Pembangunan Daerah Kabupaten Bone. Sejak diberlakukannya pada

tahun 2014 PAD di kabupaten bone mengalami peningkatan.

Lanjutan pernyataan Bupati Kabupaten Bone yang menyatakan:

“… Saya pikir ini persoalan kemampuan untuk bisa melakukan


ekstensifikasi keluar untuk menambah informasi dan melakukan
perbandingan. Semua yang terkait dalam pendapatan asli daerah
sudah jelas regulasinya, ini persoalan kemampuan kita bagaimana
regulasi ini diefektifkan penyelengaraannya sebaik mungkin.
Misalnya di targetkan 10 tidak akan mencapai 10 kalau tidak efektif
yang bertugas melakukan penagihan. Kemudian yang menjadi
kendala paling umum adalah kesadaran masyarakat kita untuk
melakukan retribusinya dan sebagainya”. (Wawancara pada
tanggal 7 Maret 2017)

141
Persoalan tertib administrasi penagihan pungutan pajak dan

retribusi ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

pendapatan asli daerah tidak mengalami peningkatan. Maka dari itu

pemerintah daerah pun demikian rutin melakukan sosialisasi dan

pelatihan untuk meningkatkan kemampuan aparat dalam melakukan

penagihan.

Inovasi ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah dalam hal

ini dinas pendapatan daerah adalah penetapan peraturan daerah tentang

penerimaan partisipasi pihak ketiga berupa Peraturan Daerah No. 2 tahun

2014. Partisipasi pihak ketiga ini mampu meningkatkan pendapatan asli

daerah sejak ditetapkannya. Pihak ketiga yang dimaksudkan adalah

perorang / badan untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan

daerah sekaligus wujud nyata kepedulian dan rasa tanggung jawab pihak

ketiga terhadap kesuksesan pembangunan daerah di Kabupaten Bone.

Partisipasi pihak ketiga dapat dilakukan dalam bentuk berupa uang,

barang, jasa atau kegiatan dan dapat berbantuk hibah, waqaf,

sumbangan, donasi, dan partisipasi lainnya sesuai peraturan perundang-

undangan. Pada Bab II Asas, Prinsip Dan Tujuan Partisipasi Pihak Ketiga

di jelaskan pada Pasal 4 yang berbunyi partisipasi pihak ketiga bertujuan

memberi kontribusi nyata dalam pembangunan daerah. Seperti yang

dikatakan Kepala Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“Sejak diberlakukannya perda tentang partisipasi pihak ketiga ini


sedikit membantu daerah dalam peningkatan pendapatan asli
daerah. Pada tahun 2015 sumbangan partisipasi pihak ketiga dari

142
Dinas ESDM dan pada tahun 2016 sumbangan partisipasi pihak
ketiga dari Dinas ESDM, Dinas UPTP, dan Dinas HUTBUN”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan bahwa cara

ekstensifikasi yang dilakukan melalui perda partisipasi pihak ketiga ini

cukup membantu daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

Uraian target dan realisasinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14.
Sumbangan Partisipasi Pihak Ketiga

Sumbangan
NO Partisipasi Pihak Target Realisasi %
Ketiga
1 Dinas ESDM 2015 Rp.2.000.000.000,00 Rp.1.042.715.000,00 52,14
2 Dinas ESDM 2016 Rp.648.000.000,00 Rp.683.330.000,00 105,45
3 UPTP 2016 Rp.25.000.000,00 Rp.5.400.000,00 21,60
4 HUTBUN 2016 Rp.75.000.000,00 Rp.76.629.500,00 102,17
(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah,2016)

Berdasarkan tabel 13. diatas target dan realisasi tahun 2015

sumbangan partisipasi pihak ketiga hanya satu yaitu dari Dinas ESDM

dengan realisasi persentasi 52,14% sedangkan pada tahun 2016

sumbangan partisipasi pihak ketiga meningkat menjadi 3 partisipasi pihak

ketiga yaitu Dinas ESDM, UPTP, dan HUTBUN dengan realisasi yang

cukup besar.

Seperti yang dikatakan Kasubid Pembukuan Penerimaan Pajak

Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya yang

mengatakan bahwa:

“Ekstensifikasi yang dilakukan melalui perda partisipasi pihak ketiga


ini cukup membantu. Memang pada tahun 2015 hanya satu

143
sumbangan partisipasi pihak ketiga, menurut kami ini wajar karena
ini perda diberlakukannya pertengahan tahun 2014, namun pada
tahun 2016 ada 3 sumbangan partisipasi pihak ketiga dan
penerimaannya juga lumayan besar untuk bisa membantu
meningkatkan pendapatan asli daerah”. (Wawancara pada
tanggal 12 Januari 2017)

Pada hasil wawancara diatas mempertegas data yang diperoleh

tentang partisipasi pihak ketiga yang ada di kabupaten bone untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah.

b. Rehabilitasi Pasar

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 2 tahun 2011 tentang

Retribusi Jasa Umum pada Bab II Pasal 2 Bagian Keenam Pasal 8 yang

mengatur tentang Retribusi Pelayanan Pasar dalam ayat (1) Objek

retribusi pelayanan pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

huruf f adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa

pelataran, lods, kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dan khusus

disediakan untuk pedagang. (2) Dikecualikan dari objek retribusi adalah

pelayanan penyediaan fasilitas pasar yang dimiliki dan atau dikelola oleh

BUMN/Perusahaan Daerah Pasar, dan pihak swasta.

Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah daerah juga

harus memperhatikan objek pungutan retribusi yang telah disediakan.

Pasar menjadi salah satu objek pendapatan daerah yang harus terus

diperhatikan baik dari kondisi bangunan maupun fasilitas pasar yang ada.

Dinas Pendapatan Daerah telah melakukan rehabilitasi pasar untuk

menunjang peningkatan pendapatan asli daerah dan kondisi

144
perekonomian masyarakat. Seperti yang dikatakan Sekertaris Dinas

Pendapatan Daerah bahwa:

“Ekstensifikasi yang dilakukan dispenda yaitu melakukan


rehabilitasi pasar. Tiap tahun dianggarkan untuk pelayanan pasar
melalui rehabilitasi pasar-pasar yang ada di setiap kecamatan”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dinas pendapatan daerah

rutin melakukan perbaikan pasar dan tiap tahun dianggarkan untuk

perbaikan pelayanan pasar.

Kondisi pasar yang memadai dengan sarana dan prasarana yang

baik akan membantu peningkatan pendapatan asli daerah. Dengan

dikenakannya tariff pungutan yang jelas sesuai peraturan daerah dan

tentunya tidak memberatkan masyrakat yang memiliki kios,lods dan

sebagainya maka perlu dilakukannya pelayanan pasar yang baik pula.

Berikut sasaran strategis, target dan anggaran untuk pemeliharaan pasar.

Tabel 15.
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

NO. Sasaran Strategis Target Anggaran %


Anggaran :
Rp.950.159.000,00
Pemeliharaan Pasar 13
1. 100%
2015 Pasar
Realisasi :
Rp.948.358.000,00
Anggaran :
Rp.1.073.115.000,00
Pemeliharaan Pasar 14
2. 100%
2016 Pasar
Realisasi :
Rp.983.306.000,00
(Sumber: LAKIP Dinas Pendapatan Daerah, 2015)

145
Berdasarkan data pada tabel 14. dapat dilihat bahwa dalam

program/kegiatan dinas pendapatan daerah pada tahun 2015 telah

melakukan pemeliharaan pasar sebagai sarana pemungutan retribusi

sebanyak 13 unit pasar yang realisasinya mencapai 100%, dan pada

tahun 2016 kembali melakukan pemeliharaan pasar sebanyak 14 unit

pasar yang realisasinya mencapai 100%.

Berikut daftar pasar-pasar yang telah dilakukan pemeliharaan oleh

pemerintah daerah:

Tabel 16.
Daftar Pemeliharaan Pasar tahun 2016

NO. Daftar Pasar Jumlah

1. Pasar Bulu-Bulu Kec. Awangpone 1 Paket

2. Pasar Apala Kec. Barebbo 1 Paket

3. Pasar Congko Kec. Barebbo 1 Paket

4. Pasar Pasaka Kec. Kahu 1 Paket

5. Pasar Tana Batu Kec. Libureng 1 Paket

6. Pasar Tanete Kec. Cina 1 Paket

7. Pasar Kading Kec. Barebbo 1 Paket

8. Pasar Sentral Palakka 1 Paket

9. Pasar Kuliner Kec. Tanete Riattang Barat 1 Paket

10. Pasar Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur 1 Paket

11. Pasar Pattiro Bajo Kec. Sibulue 1 Paket

12. Pasar Latobang Kec. Pattimpeng 1 Paket

146
13. Pasar Muttiara Kec. Lamuru 1 Paket

14. Pasar Kaccope’ Kec. Kajuara 1 Paket

Jumlah 14 Paket

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Berdasarkan tabel diatas dalam meningkatkan pendapatan asli

daerah pemerintah melakukan perbaikan pasar sebanyak 14 pake pasar

dengan anggaran sebesar Rp. 1.073.115.000,00 dan dapat terealisasi

sebesar Rp.983.306.000,00 dengan persentasi 100%.

Inovasi ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah dalam hal

ini dinas pendapatan daerah melalui pemeliharaan pasar memang

kewajiban dari pemerintah sebagai penyedia lahan pungutan untuk

dijadikan objek retribusi. Senada dengan pernyataan dari Kasubid

Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga dinas pendapatan daerah

bahwa:

“Pelayanan yang dilakukan bukan hanya pada intensifikasi


pungutan tapi juga pada ekstensifikasi. Sejauh ini yang rutin kami
lakukan adalah memberikan pelayanan pasar berupa
rehabilitasi/perbaikan pada pasar-pasar disetiap kecamatan yang
ada dan membenahi sarana dan prasarana yang ada. Ini
merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah untuk
menyediakan tempat dan memfasilitasi objek pungutan yang dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah”. (Wawancara pada
tanggal 12 Januari 2017)

Pernyataan hasil wawancara diatas ditegaskan kembali oleh

Kasubid Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah kabupaten

bone bahwa:

“Rehabilitasi pasar yang dilakukan tujuannya sudah jelas yaitu


untuk menunjang peningkatan pendapatan asli daerah di

147
kabupaten bone. Sekalipun dilakukan rehabilitasi kita tidak
merubah tariff pungutan yang ada. Tariff pungutan pada retribusi
pelayanan pasar telah diatur dalam perda, dan apabila ada
kenaikan tariff tentu berdampak pada SKPD yang membidangi
pungutan tersebut. Rehabilitasi dilakukan tiap tahun dan di setiap
kecamatan yang memiliki pasar. Sejauh ini juga kami belum
memiliki data subjek pajak karena kebanyakan pasar-pasar tidak
buka setiap hari hanya pada waktu tertentu saja dan banyak
pedagang yang dating menjual tapi tidak tetap di suatu pasar”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang menyatakan bahwa

rehabilitasi pasar dilakukan karena merupakan bagian dari tanggungjawab

pemerintah daerah untuk menyediakan dan memfasilitasi objek retribusi

yang ada yang dikelola oleh masing-masing SKPD terkait. Berbicara tariff

retribusi pelayanan pasar diatur dalam peraturan daerah Nomor 2 tahun

2011 tentang Retribusi Jasa Umum bagian keenam pasal 28 dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 17.
Bagian Keenam
Retribusi Pelayanan Pasar
Pasal 28

NO. LOKASI JENIS OBJEK PUNGUTAN TARIF RETRIBUSI


a. Kios Rp.3.000/petak/hari
b. Lods pasar
c. Penggunaan Rp.2.000/petak/hari
Pelataran pasar
1 Pasar Sentral Watampone d. Kios dan Lods yg Rp.1.000/petak/hari
menggunakan pasar
tempat/areal yang Rp.1.000/petak/hari
melebihi batas yang pasar
telah ditentukan
a. Kios Rp.30.000/petak/bln
b. Lods Rp.25.000/petak/bln
c. Penggunaan Rp.1.000/m²/hari
Pasar di Luar Pasar Sentral
Pelataran pasar
Watampone yang
2 d. Kios dan Lods yang Rp.1.000/m²/hari
melakukan kegiatan pasar
menggunakan pasar
setiap hari
tempat/areal yang
melebihi batas yang
telah ditentukan

148
a. Kios Rp.18.000/petak/bln
b. Lods Rp.12.000/petak/hari
Pasar di Luar Pasar Sentral c. Penggunaan pasar
Watampone yang Pelataran Rp.1.000/m²/hari psr
3 melakukan kegiatan pasar d. Kios dan Lods yang Rp.1.000/m²/hari
dengan jadwal 4 sampai 12 menggunakan pasar
kali pasar setiap bulan tempat/areal yang
melebihi batas yang
telah ditentukan
a. Kios Rp.25.000/petak/bln
b. Lods Rp.12.000/petak/bln
c. Penggunaan Rp.1.000/m²/hari
Pelataran pasar
Pasar Bengo dan Pasar
4 d. Kios dan Lods yang Rp.1.000/m²/hari
Uloe
menggunakan pasar
tempat/areal yang
melebihi batas yang
telah ditentukan
1) Radius 200 M dari
pasar sentral:
a. Kios Rp.15.000/petak/bln
b. Jongko-Jongko Rp. 500/m²/hr psr
5 Keramaian Pasar 2) Radius 200 M dari
pasar di luar pasar
sentral:
a. Kios Rp.10.000/petak/bln
b. Jongko-Jongko Rp. 250/m²/hr psr
(Sumber: Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Umum, Dinas Pendapatan Daerah, 2016)

Berdasarkan uraian tariff pungutan layanan pasar diatas bahwa

tariff yang boleh dikenakan oleh setiap golongan pasar juga berbeda-beda

berdasarkan pasarnya dan tingkatan subjek retribusi pasar yang tidak

memberatkan masyarakat dalam hal ini wajib retribusi pasar.

Dalam inovasi ekstensifikasi tidak terlepas dari koordinasi dari

setiap SKPD terkait pungutan yang dikelola masing-masing dan

kerjasama untuk mencapai target realisasi yang dilakukan. Seperti yang

dikatakan oleh Sekertaris DPKAD kabupaten bone bahwa:

“Dalam melihat kesuksesan suatu pelaksanaan program kerja


peningkatan PAD, tidak terlepas dari semangat kerjasama antar
SKPD, dalam intensifikasi pemungutan sumber PAD memang
DPKAD dan Dispenda memiliki pola kemitraan yang baik untuk

149
membantu dalam peningkatan PAD, namun dalam hal
ekstensifikasi kami tidak ikut terlibat dalam hal pemungutannya
karena itu merupakan kewenangan yang dimiliki dispenda untuk
menciptkan objek pajak atau retribusi baru maupun merubah tariff
pungutan. Menurut saya ini merupakan internal dispenda untuk
memutuskan suatu objek pungutan baru dengan metode yang
baru. Kami hanya menunggu konfirmasi apakah aka nada
kemitraan dalam ekstensifikasi peningkatan PAD dan instruksi
langsung dari Bupati”. (Wawancara pada tanggal 18 Januari
2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas terkait inovasi ekstensifikasi

DPKAD tidak memiliki kemitraan bersama Dispenda. Menurut Sekertaris

DPKAD sejauh ini hanya membantu dalam intensifikasi sumber PAD yang

ada dengan dilakukannya koordinasi sebelimnya oleh pihak Dispenda dan

instruksi langsung dari Bupati.

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovasi Intensifikasi dan

Ekstensifikasi dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Bone

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan prinsip

kesatuan bahwa pemerintah daerah merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari pemerintah pusat, atas dasar tersebut maka kemandirian

daerah dalam rumah tangganya tidak ditafsirkan bahwa setiap pemerintah

daerah harus dapat membiayai seluruh pengeluaran dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD-nya) sebagai tindak lanjut dari pemberian otonomi kepada

daerah agar dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam pelaksanaan

pemerintah di daerah.

150
Maka inovasi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi yang

nyata dan bertanggungjawab. Pemerintah daerah kabupaten bone dalam

usaha mengembangkan dan membangun daerahnya telah berupaya

untuk meningkatkan sumber–sumber pendapatan asli daerahnya sesuai

potensi yang dimiliki. Inovasi tersebut dilakukan dengan intensifikasi dan

ekstensifikasi sumber–sumber pendapatan asli daerah, agar peningkatan

target setiap tahunnya dapat diikuti dengan pencapaian realisasi yang

konsisten. Sejalan dengan hal tersebut ada beberapa factor yang

mendukung maupun factor penghambat inovasi intensifikasi dan

ekstensifikasi.

4.4.1. Faktor Pendukung Inovasi Intensifikasi dan Ekstensifikasi

dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Faktor pendukung inovasi intensifikasi dan ekstensifikasi dalam

rangka Peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah sebagai

berikut:

1. Kebijakan Pemerintah

Mengingat bahwa pada tahun-tahun sebelumnya

pendapatan asli daerah di kabupaten bone tidak pernah mencapai

target realisasi. Rendahnya pendapatan daerah sangat

mempengaruhi perekonomian daerah dan menghambat proses

151
pembangunan daerah. Pemerintah daerah telah diberikan

kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengurus rumah

tangganya sendiri, namun pemerintah daerah masih

ketergantungan dengan pembiayaan dari pusat sehingga kurang

inovatif untuk menggali potensi daerah yang dapat di jadikan

sebagai sumber pendapatan daerah.

Peningkatan pendapatan asli daerah melalui dinas

pendapatan daerah perlu adanya dukungan dari pihak

pemerintah. Untuk itu pemerintah daerah memberikan dukungan

kebijakan melalui Peraturan Daerah No 2 tahun 2014 tentang

Partisipasi Pihak Ketiga yang orientasinya untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah di kabupaten bone yang maksud dan

tujuannya telah dijelaskan dalam peraturan daerah tersebut. Hal

ini diperkuat dari hasil wawancara Bupati kabupaten bone yang

mengatakan bahwa:

“Upaya yang kami lakukan sejauh ini cukup optimal dalam


meningkatkan pendapatan asli daerah, perda yang mengatur
tentang pajak dan retribusi daerah terus kami optimalkan
dalam proses pemungutan, dan pada tahun 2014 kami
membuat kebijakan melalui perda No 2 tahun 2014 tentang
partisipasi pihak ketiga dalam pembangunan daerah yang
maksud, tujuan, tata cara pengelolaannya tertuang dalam
perda tersebut” (Wawancara pada tanggal 7 Maret 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dari pihak pemerintah

daerah telah melakukan upaya meningkatkan pendapatan asli

daerah melalui Peraturan Daerah. Tidak hanya peraturan daerah

152
peralihan PBB-P2 juga membawa peningkatan pendapatan asli

daerah seperti yang dikatakan Kepala Dinas Pendapatan Daerah

kabupaten bone bahwa:

“Keuntungan lain yang diterima daerah yaitu semenjak


dilakukannya peralihan PBB-P2 dari pusat ke daerah pada
tahun 2014 sebagai pendapatan daerah. PBB-P2 pada
tahun pertama pelaksanaannya mampu meningkatkan
pendapatan asli daerah, namun tidak terlepas dari
pengelolaan PBB-P2 yang terus dilakukan pemerintah
daerah seperti pembentukan sumber daya manusia
pengelola PBB-P2, sarana dan prasarana, pendanaan dan
kerjasama yang dilakukan dengan perbankan”. (Wawancara
pada tanggal 7 Maret 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa keuntungan lain

yang di dapatkan daerah dalam peningkatan pendapatan asli

daerah adalah sejak dilakukannya peralihan PBB-P2 dari pusat ke

daerah, dengan memperbaiki sistem dan prosedur pemungutan

PBB-P2 dianggap sangat berpotensi dapat meningkatkan

pendapatan asli daerah di kabupaten bone.

2. Kerjasama

Peningkatan pendapatan asli daerah dengan cara

intensifikasi sumber-sumber penerimaan seperti pajak dan retribusi

daerah tidak terlepas dari kerjasama yang dilakukan dengan pihak

lain. Kesuksesan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tidak hanya berada di tangan

Pemerintah Kabupaten Bone khususnya Dinas Pendapatan Daerah

153
Kabupaten Bone, tetapi juga bergantung pada beberapa pihak

lainnya. Adanya kerjasama dengan beberapa pihak lain tersebut

diharapkan akan menjadi faktor pendukung dalam menyukseskan

pengelolaan PBB-P2 dan mampu meningkatkan pendapatan asli

daerah di kabupaten bone.

Seperti yang disebutkan bahwa salah satu tugas dan

tanggung jawab Pemerintah Daerah yang diatur dalam Peraturan

Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

213/PMK.07/2010 - Nomor 58 Tahun 2010 adalah mempersiapkan

kerjasama dengan pihak terkait. Senada dengan pernyataan

Kasubid Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah bahwa:

“Penunjang keberhasilan pengelolaan PBB-P2 untuk


mengintensifkan pendapatan asli daerah yaitu adanya
kerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam pengelolaan
PBB-P2”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Sehubungan dengan hal tersebut sampai saat ini Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone telah melakukan kerjasama

dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal ini KPP Pratama

Watampone, dan tiga bank sebagai tempat pembayaran PBB-P2.

Pihak KPP Pratama Watampone selaku pihak yang

menyerahkan wewenang telah mempersiapkan semua yang

berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan yang diserahkan

kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone. Seperti

dengan melakukan bimbingan teknis untuk pegawai Dispenda

154
Kabupaten Bone serta terus melakukan pendampingan, melakukan

asistensi dan mempersiapkan sistem terkait PBB serta membantu

proses persiapan sampai pada tahap pengelolaan PBB-P2 oleh

Dipenda Kabupaten Bone, seperti yang diutarakan oleh Sekertaris

Pendapatan Daerah bahwa:

“Pada sistem pemungutan PBB-P2 sebelumnya perlu


dilakukan pelatihan dan bimbingan teknis kepada sumber
daya manusia yang ada di dispenda, karena ini merupakan
hal baru dalam pajak daerah dan sistem pemungutannyapun
berbeda”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Salah satu faktor pendukung dalam intensifikasi peningkatan

pendapatan asli daerah adalah kesiapan sumber daya manusia

yang akan melakukan pelayanan kepada masyarakat terkait

pemungutan PBB-P2. Maka dari itu perlu adanya pelatihan dan

bimbingan teknis kepada sumber daya manusia yang ada di

dispenda yang akan melakukanpengelolaan PBB-P2

Pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan tiga bank

dilakukan terkait dengan tempat pembayaran PBB-P2. Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bone telah melakukan kerjasama

dengan tiga bank sebagai tempat pembayaran PBB-P2 yaitu Bank

Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Syariah

Mandiri. Kerjasama tersebut telah disepakati dengan ditunjukkan

melalui penandatanganan perjanjian kerjasama dengan tiga bank

terkait. Perjanjian kerjasama dengan Bank Negara Indonesia

155
Nomor 973/2739/XII/2013 dan Nomor SKG/1/948/R dengan ruang

lingkup untuk Wajib Pajak di wilayah Kecamatan Barebbo,

Kecamatan Tanete Riattang, dan Kecamatan Ponre: Desa Bolli,

Desa Mattampae, Desa Poleonro, Desa Salampe, Desa Salebba,

Desa Tellu Boccoe dan Desa Pattimpa. Perjanjian kerjasama

dengan Bank Rakyat Indonesia Nomor 973/2752/XII/2013 dan

Nomor 8-105-XIII/OPS/12/2013 dengan ruang lingkup untuk Wajib

Pajak di wilayah Kecamatan Awangpone, Kecamatan Ajangale,

Kecamatan Amali, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Bengo,

Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Dua Boccoe,

Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru,

Kecamatan Libureng, Kecamatan Lappariaja, Kecamatan Mare,

Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Palakka, Kecamatan

Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tonra, Kecamatan

Tellu Limpoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellu

Siattinge, Kecamatan Ulaweng, dan Kecamatan Ponre: Desa

Mappesangka, dan Desa Turu Adae. Perjanjian kerjasama dengan

Bank Syariah Mandiri Nomor 973/2753/XII/2013 dan Nomor

15/003/054/MOU dengan ruang lingkup Wajib Pajak di wilayah

Kecamatan Tanete Riattang Barat.

3. Adanya Koordinasi

Koordinasi dalam pelaksanaan suatu perencanaan, pada

dasarnya merupakan suatu aspek dari pengendalian yang sangat

156
penting. Dalam intensifikasi peningkatan pendapatan asli daerah di

kabupaten bone, dalam hal ini pajak daerah dan retribusi daerah

koordinasi menjadi menjadi arti penting dalam mengatur jalannya

beragam tahapan pungutan dan kepentingan untuk dirumuskan

dalam koridor bersama demi tercapainya tujuan bersama.

Dalam konteks Dinas Pendapatan Daerah yang mempunyai

kewajiban untuk mengkoordinasikan berbagai permasalahan dalam

sistem pemungutan pajak dan retribusi daerah dengan Pemerintah

Pusat, Pemerintah Provinsi, Kbupaten/Kota lainnya dan SKPD

pengelola pendapatan asli daerah terkait secara sinergis. Seperti

yang dikatakan oleh Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan Benda

Berharga Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“Koordinasi yang kami lakukan terkait peningkatan


pendapatan asli daerah adalah mengadakan rapat-rapat
koordinasi dan konsultasi dalam daerah dan luar daerah
yaitu rapat dan konsultasi ke pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan kabupaten guna konsultasi mengenai pajak dan
jenis-jenis pendapatan daerah lainnya baik mengenai
regulasi maupun pelaksanaannya agar dapat meningkatkan
pendapatan daerah. Dimana kegiatan ini juga dilaksanakan
sebagai penunjang kelancaran tugas dalam rangka
melaksanakan konsultasi tekhnis operasional atau tentang
penjabaranperaturan perundang-undangan serta kebijakan
dari instansi yang lebih tinggi guna persamaan persepsi”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Koordinasi yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan

asli daerah bukan hanya kepada pemerintah pusat, provinsi, tetapi

juga kepada SKPD sebagai pengelola pendapatan asli daerah

terkait. Senada dengan pernyataan yang diberikan oleh Kepala

157
Kasubid Pembukuan Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah

dan Pendapatan Daerah Lainnya Dinas Pendapatan Daerah

bahwa:

“Koordinasi secara sinergis juga dilakuan kepada SKPD


terkait pengelola PAD. Melihat bahwa tiap tahunnya ada saja
SKPD yang tidak dapat mencapai target realisasi yang telah
ditargetkan yang dapat mengakibatkan PAD tidak
meningkat”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Koordinasi yang dilakukan bukan hanya dengan internal

dinas pendapatan daerah, koordinasi juga dilakukan dengan

beberapa SKPD terkait untuk membantu dalam proses

pengembangan objek pajak dan retribusi daerah. Koordinasi yang

baik akan membentuk suatu kemitraan kerja antar SKPD dengan

baik pula sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

Seperti yang dikatakan oleh Sekertaris DPKAD bahwa:

“Salah satu factor pendukung peningkatan pendapatan asli


daerah di kabupaten bone adalah adanya koordinasi yang
baik antara beberapa pihak terkait dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan meski tidak
secara keseluruhan pihak-pihak tersebut dilibatkan hanya
dalam beberapa bidang tertentu. Contoh kami di DPKAD
salah satu mitra kerja peningkatan PAD dispenda hanya
membantu seseuai informasi dan instruksi yang kami
terima”. (Wawancara pada tanggal 18 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa koordinasi dalam semua praktek pelaksanaan program

atupun kebijakan yang dilakukan sangat penting untuk

mendapatkan saran dengan cara konsultasi kepada pemerintah

pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang menjadi salah satu

158
faktor pendukung peningkatan pendapatan asli daerah.

4.4.2. Faktor Penghambat Inovasi Intensifikasi dan Ekstensifikasi

dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Faktor penghambat inovasi intensifikasi dan ekstensifikasi dalam

rangka Peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah sebagai

berikut:

1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Kurang

Bertambahnya fungsi pada Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone dengan fungsi penyusunan kebijakan

pelaksanaan pemungutan PBB-P2 yang meliputi Fungsi Pendataan

dan Penilaian, Fungsi Pengolahan Data dan Informasi, Fungsi

Pengawasan dan Penyelesaian Sengketa Pemungutan, Fungsi

Penetapan dan Pelayanan Administrasi BPHTB dan PBB-P2 serta

Fungsi Penagihan dan Penyuluhan. Terkait dengan penambahan

fungsi tersebut, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

memerlukan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan

melaksanakan pengadministrasian PBB secara otonom. Karena

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam tercapainya tujuan yang ingin dicapai oleh

organisasi. Begitu pula dalam menyukseskan pengelolaan Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Senada

159
dengan pernyataan yang diberikan Kepala Dinas Pendapatan

Daerah bahwa:

“Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten


Bone telah dilakukan penyempurnaan dengan membentuk
susunan Kelompok Kerja (Pokja) guna mengakomodasi
adanya penambahan fungsi berkaitan dengan penyerahan
kewenangan pengelolaan pajak tersebut. Pembentukan
Kelompok Kerja tersebut ditunjukkan dengan diterbitkannya
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Bone Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Susunan Kelompok Kerja Pengelolaan PBB-
P2 pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone Tahun
2014”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dinas pendapatan

daerah melakukan penyempurnaan pada struktur organisasi

dengan membentuk Pokja untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah di bidang PBB-P2.

Dengan memperhatikan besarnya peran yang dimiliki oleh

SDM, maka Dispenda Kabupaten Bone banyak melakukan

pertimbangan dalam menganalisa dan menentukan jumlah SDM

yang dibutuhkan dalam mengelolah PBB-P2 ini. Dalam

pengelolaan PBB-P2, Dispenda Kabupaten Bone melakukan

perekrutan SDM dengan memanfaatkan sumber daya yang ada,

yang berasal dari pegawai internal Dipenda sendiri dan eksternal

Dipenda dengan memperhatikan keahlian atau kompetensi khusus

yang dimiliki dan dianggap sesuai dengan yang dibutuhkan dalam

pengelolaan PBB-P2.

160
Banyaknya SDM yang direkrut dalam Kelompok Kerja

(Pokja) pengelolaan PBB-P2 adalah sebanyak 41 orang dari

lingkungan Dispenda sendiri dan satu orang pensiunan pegawai

Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bone sebagai tenaga

pendamping untuk penilaian dan pengukuran tanah di lapangan.

Perekrutan tenaga pendamping tersebut sifatnya tidak tetap atau

lepas. Hal ini diperlukan untuk membantu pegawai Dispenda dalam

melakukan kegiatan penilaian dan pengukuran tanah di lapangan.

Belum adanya tenaga fungsional yang tetap seperti tenaga penilai

seperti ini harus mendapatkan perhatian Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Bone.

Kualitas SDM yang dimiliki Dispenda masih kurang. Pada

bidang pendataan dan penilaian yang memiliki tugas

mengumpulkan data Objek Pajak secara langsung kelokasi objek

pajak, melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak melalui

penyampaian atau pendistribusian dan pemantauan pengambilan

SPOP PBB, menerima formulir SPOP yang telah diisi oleh Wajib

Pajak, melaksanakan identifikasi, verifikasi dan pengukuran bidang

Objek Pajak, melaksanakan pendapatan berkaitan lokasi objek dan

subjek pajak, melakukan penelitian atas objek Pajak Bumi dan

Bangunan, melaksanakan evaluasi ketetapan nilai jual Objek Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, melaksanaka

perhitungan penetapan nilai objek PBB-P2, melaksanakan

161
penelitian kantor dan penelitian lapangan terhadap dokumen

permohonan wajib pajak masih dianggap kurang baik dalam

menjalankan tugasnya, sebagaimana yang diutarakan oleh

Sekertaris Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“SDM sangat menunjang peningkatan pendapatan asli


daerah, namun kualitas SDM kita ini menurut saya masih
kurang. Hal ini ditandai dengan masih adanya data ganda
wajib pajak, adanya wajib pajak yang sudah tidak berdomisili
ditempat tinggal sebelumnya sehingga menghambat proses
penagihan, dan masih seringnya terjadi kebocoran pajak dan
retribusi daerah. Bukan dalam hal pendataan saja kualitas
dalam pengoprasian sarana dan prasarana pemungutan
masih kurang”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari
2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kualitas SDM

yang kurang dapat sangat berpengaruh dan menjadi faktor

penghambat dalam peningkatan pendapatan asli daerah di

kabupaten bone.

2. Pemahaman Masyarakat yang Kurang

Kurangnya pemahaman masyarakat sebagai subjek

pajak/subjek retribusi tentang peraturan peraturan daerah tentang

pajak daerah dan retribusi daerah. Masyarakat yang dikatakan

sebagai wajib pajak seharusnya lebih memberikan kontribusi besar

bagi peningkatan pendapatan asli daerah. Senada dengan

pernyataan yang diberikan Kasubid Penggalian dan Peningkatan

Pendapatan Daerah bahwa:

162
“Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi untuk
meningkatkan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi,
namun kurangnya pemahaman masyarakat ini terus saja
menjadi faktor penghambat dalam peningkatan PAD.
Masyarakat cenderung ingin didatangi untuk melakukan
proses penagihan, padahal kami telah jelaskan tentang
prosedur pemungutannya yaitu bisa melalui camat,lurah
atau bisa langsung ke bank yang sudah di tunjuk tiap
kecamatan”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang mengatakan

bahwa masih banyaknya masyrakat yang kurang paham tentang

peraturan daerah yang mengatur pajak daerah dan retribusi.

Sebagai wajib pajak dan wajib retribusi masyarakat wajib

mengetahui peraturan yang mengatur pajak dan retribusi daerah

agar lebih mempermudah proses penagihan.

Masyarakat wajib pajak memiliki tingkat pendidikan rata-rata

dan sulit untuk melakukan komunikasi menggunakan bahasa

Indonesia. Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terus

dilakukan dengan memperkuat pemahaman masyarakat di

peraturan daerah dan perundang-undangan yang mengatur pajak

dan retribusi daerah. Seperti yang dikatakan oleh Kasubid

Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga Dinas Pendapatan

Daerah bahwa:

“Pernah beberapa kali kami menangani kasus masyarakat


yang tidak terima dengan tariff yang kami berikan. Kami
sudah jelaskan dan memberikan pemahaman kepada beliau
bahwa ini sudah ketentuannya. Maka dari itu factor
penghambat yang sangat sering kami jumpai adalah
partisipasi masyarakat yang kadang acuh jika ingin diberikan

163
sosialisasi secara langsung terkait PBB-P2 kepada mereka
selaku wajib pajak dan wajib retribusi”. (Wawancara pada
tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa masyarakat

yang kadang acuh jika pihak dari dinas pendapatan daerah

melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara langsung. Padahal

kegiatan ini sangat menunjang peningkatan pendapatan asli

daerah. Seperti yang dikatakan oleh Kasubid Pembukuan

Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan

Daerah Lainnya dinas pendapatan daerah bahwa:

“Kenapa masyarakat dikatakan sebagai factor penghambat


karena secara peraturan masyrakatlah sebagai wajib pajak
dan retribusi yang seharusnya tau kewajibannya masing-
masing. Penerimaan yang saya terima kadang tidak
mencapai target karena masyarakat kadang malas untuk
dating ke kantor menyetor, namun kami telah permudah
dengan adanya tim petugas pemungut untuk melakukan
pembayaran melalui petugas tersebut, ataupun bisa melalui
transfer langsung ke kas daerah dan pelaporannya secara
langsung di audit”. (Wawancara pada tanggal 12 Januari
2017)

Melihat hasil wawancra diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa masyarakatlah penunjang utama dalam peningkatan

pendapatan asli daerah. Dibutuhkannya kesadaran masyarakat

tentang tugas dan tanggungjawab wajib pajak dan wajib retribusi

untuk tidak melakukan penunggakan atau pengendapa dana yang

dapat menghambat pendapatan asli daerah mengalami

peningkatan.

164
3. Petugas Penagih yang Kurang

Peningkatan pendapatan asli daerah mengikutsertakan

banyak aspek dalam proses pemungutan atau penagihan. Dalam

proses pembayaran atau penagihan terdapat kolektor yang

bertugas melakukan penagihan. Kolektor ditunjuk langsung oleh

Bupati di setiap kecamatan yang mendaftar wajib pajak PBB-P2.

Kurangnya petugas penagih atau kolektor dapat menjadi

faktor penghambat peningkatan pendapatan asli daerah di

kabupaten bone, senada dengan pernyataan Kasubid Pembukuan

Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan

Daerah Lainnya Dinas Pendapatan Daerah bahwa:

“Petugas penagihan di dinas pendapatan daerah masih


kurang. Bupati telah menunjuk langsung di setiap kecamatan
untuk menjadi petugas penagih atau kolektor, namun
beberapa diantaranya kadang melakukan kecurangan dalam
pemungutan jadi diberhentikan. Sangat sulit menunjuk
kolektor dengan kualifikasi yang baik. Jika terjadi seperti ini
penagihan diambil alih oleh camat atau lurah untuk tidak
menghambat pungutan yang masuk ke kas daerah”.
(Wawancara pada tanggal 12 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa faktor penghambat lainnya adalah kolektor atau petugas

penagih. Wajib Pajak dapat membayar PBB melalui tempat-tempat

pembayaran yang telah ditunjuk, baik pembayaran secara

konvensional maupun pembayaran secara elektronik. Ataupun

membayar melalui petugas pemungut PBB yang ditunjuk oleh

165
Bupati/Walikota. Perlu dicermati dan diingat bahwa selama ini

terdapat banyak petugas pungut yang berlaku curang, yaitu tidak

menyetorkan hasil pemungutan PBB-nya ke tempat pembayaran,

sehingga penerimaan tersebut tidak masuk ke kas Negara ataupun

kas daerah. Seperti yang dikatakan oleh Sekertaris DPKAD bahwa:

“Banyak kolektor yang sama sekali tidak berkompeten


ditunjuk oleh bupati untuk melakukan tugas penagihan.
Tugas penagihan yang kolektor lakukan kadang
dimanfaatkan dengan berlaku curang tidak menyetorkan
pada pihak bank ataupun pihak pengelola PBB-P2.
Hambatannya lagi kita kurang menganalisis petugas
pemungut yang layak dijadikan kolektor, dengan melihat
latar pendidikan mereka, lingkungan atau bahkan pengaruh
yang diberikan di lingkungnannya”. (Wawancara pada
tanggal 18 Januari 2017)

Perilaku kolektor nakal sangat merugikan wajib pajak dan

merugikan daerah. Apabila Wajib Pajak terlambat membayar pajak,

maka akan dikenakan denda sebesar 2% per bulan, untuk selama-

lamanya 24 bulan. Apabila setelah jatuh tempo pajak tidak dibayar,

maka dapat dilakukan penagihan aktif setelah sebelumnya

diterbitkan surat teguran/ surat peringatan atau surat yang sejenis.

Penagihan aktif dilakukan dengan menerbitkan Surat Paksa yang

kemudian dapat dilakukan penyitaan, pelelangan, dan sebagainya.

Kegiatan penagihan aktif memerlukan seorang petugas khusus ,

yakni juru sita pajak. Oleh karena itu, pemda juga perlu

menyiapkan SDM jurusita ini, selain menyiapkan petugas

fungsional penilai PBB dan operator consule.

166
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya yang menyajikan hasil

penelitian dan pembahasan mengenai inovasi pemerintah daerah dalam

peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bone. Pada bab ini

diuraikan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk hasil penelitian

yang dianggap sebagai masukan bagi semua kalangan sehingga

bermanfaat pada penulisan selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

1. Inovasi intensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah dalam

rangka peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten bone

adalah penguatan sistem pungutan, yang meliputi perbaikan sistem

pelayanan dalam proses pungutan pajak daerah dan retribusi

daerah. Sistem baru yang dilakukan yaitu sistem keterbukaan

informasi kepada masyarakat wajib pajak dengan menyediakan

media yang dapat diakses untuk kemudahan dalam proses

pungutan dan sistem aplikasi manajemen pendapatan daerah

untuk meningkatkan kualitas kerja aparat, kebijakan Pemerintah

Pusat melalui UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah terkait Pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah intensifikasi yang dilakukan

pemerintah daerah dalam hal ini Dispenda meliputi prosedur

167
pemungutan dan mekanisme pembayaran yang jelas PBB-P2 yang

berpotensi besar meningkatkan PAD. Ditunjang dengan sarana dan

prasarana yang memadai untuk melakukan proses pemungutan,

intensifikasi yang dilakukan adalah rutin melakukan sosialisasi.

Sosialisasi melalui media cetak seperti Koran, membuat dan

melakukan penyebaran leaflet/brosur mengenai PBB-P2 secara

langsung di tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti kantor

kelurahan, desa, dan kecamatan dengan menggunakan metode

door to door, memasang papan himbauan pembayaran pajak di

tempat-tempat umum, dan membuat pojok pajak di setiap

kelurahan yang mudah diakses masyarakat.

2. Inovasi ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah dalam

rangka peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten bone

adalah Inovasi ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah daerah

dalam hal ini dinas pendapatan daerah adalah penetapan

peraturan daerah tentang penerimaan partisipasi pihak ketiga

berupa Peraturan Daerah No. 2 tahun 2014. Partisipasi pihak

ketiga ini mampu meningkatkan pendapatan asli daerah sejak

ditetapkannya. Pihak ketiga yang dimaksudkan adalah perorang /

badan untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan

daerah sekaligus wujud nyata kepedulian dan rasa tanggung jawab

pihak ketiga terhadap kesuksesan pembangunan daerah di

Kabupaten Bone. Partisipasi pihak ketiga dapat dilakukan dalam

168
bentuk berupa uang, barang, jasa atau kegiatan dan dapat

berbantuk hibah, waqaf, sumbangan, donasi, dan partisipasi

lainnya sesuai peraturan perundang-undangan. Pada Bab II Asas,

Prinsip Dan Tujuan Partisipasi Pihak Ketiga di jelaskan pada Pasal

4 yang berbunyi partisipasi pihak ketiga bertujuan memberi

kontribusi nyata dalam pembangunan daerah, melakukan

rehabilitasi pasar pada tahun 2015 sebanyak 13 paket pasar dan

pada tahun 2016 sebanyak 14 paket pasar yang tujuannya untuk

meningkatkan pungutan retribusi pelayanan pasar.

3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat inovasi intensifikasi dan

ekstensifikasi dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah

adalah pertama faktor pendukungnya adalah kebijakan pemerintah

melalui peraturan daerah, kerjasama yang dilakukan dengan pihak

terkait peningkatan pendapatan asli daerah, dan adanya koordinasi

yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu perencanaan dalam

rangka peningkatan pendapatan asli daerah, sedangkan faktor

penghambatnya adalah kualitas sumber daya manusia yang kurang

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengelola pendapatan

asli daerah, pemahaman masyarakat sebagai subjek pajak dan

subjek retribusi yang kurang serta terhadap peraturan-peraturan

daerah yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah,

dan petugas penagih yang kurang (kolektor) sebagai petugas

169
penagih menyebabkan terhambatnya peningkatan pendapatan asli

daerah.

5.2. Saran

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Bone hendaknya dapat

meningkatkan lagi inovasi intensifikasi pajak dan retribusi yang

sudah ada, terutama memperluas basis penerimaan, meningkatkan

efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan, serta

meningkatkan kapasitas penerimaan melalui program perencanaan

yang lebih baik. Pemerintah Daerah perlu meningkatkan kegiatan

sosialisasi kepada masyarakat wajib pajak dan wajib retribusi serta

kepada petugas pemungut PBB-P2 dalam memberikan penyadaran

akan pentingnya membayar pajak dan retribusi daerah.

Memberikan pelatihan secara kreatif dan inovatif dengan melihat

teknologi yang semakin canggih dan memanfaatkan potensi

kearifan lokal serta sarana dan prasarana dalam pengelolaan PBB-

P2.

2. Pemerintah Daerah hendaknya dapat meningkatkan lagi inovasi

ekstensifikasi pajak dan retribusi daerahnya terutama menciptakan

daya tarik dan iklim yang kondusif bagi investor, memberikan

kemudahan bagi investor, dan peningkatan objek pajak dan

retribusi daerah. Selain itu pemerintah daerah perlu

mengoptimalkan penerimaan dari partisipasi pihak ketiga,

pemerintah daerah perlu mengoptimalkan regulasi Peraturan

170
Daerah tentang pajak dan retribusi daerah. Tidak hanya

berpedoman pada Undang Undang yang sifatnya secara nasional.

sebab, pada dasarnya kondisi dan keadaan pendserta apatan asli

daerah memiliki potensi sumber pendapatan asli daerah yang

berbeda-beda.

171
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Pemerintahan Sebuah Bahasan


Memahami Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Abdulah, Rozali. 2000. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalismi


Sebagai suatu Alternatif. Jakarta: Grafindo

Agus. 2005. “Ekstensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasca


Pemekaran Wilayah Kabupaten Koloka”. Tesis. Semarang:
Program Pascasarjana UNDIP

Ahmad, Yani. 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan


Daerah. Jakarta: Grafindo

Ali, Faried. 1996. Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif di


Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.

Budiardjo, Miriam. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Bratakusumah, Deddy Supriady. Solihin, Dadang, 2001. Otonomi


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional.2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Halim, Abdul, 2001. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah,


Salemba Empat, Jakarta
Haryanto, Joko. 2010. “Poter PAD Terhadap Kemandirian Keuangan
Daerah Melalui (www.fiskal.depkeu.go.id)
Hasrat, Arief Saleh. DKK.2013. Pedoman Penulisan Proposal Usulan
Penelitian dan Skripsi. Makassar.
Jimmy, Jackson. 2010. “Pengaruh Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Guna Mewujudkan Kemandirian
Keuangan Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kota
Kupang-NTT” Tesis. Malang: Magister Manajeman-Unibraw
Kansil, Christine. 2014. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika.

172
Muluk, Khairul. Knowledge Management. Kunci Sukses Inovasi
Pemerintahan Daerah. Bandung. 2013. Bayumedia Publishing, FIA-
UNIBRAW

Matrihot, P Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta:


Grafindo

Noor, Irwan. Desian Inovasi Pemerintah Daerah. Malang: UB Press 2013

S, Pamudji. 1985. Kerja Sama Antar Daerah dalam Rangka Membina


Wilayah
Sugianto. 2007. Pajak dan Retribusi Daerah (Pengelolaan Pemerintah
Daerah dalam Aspek Keuangan Pajak dan Retribusi Daerah),
Jakarta: Grafindo
Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.

Suparmoko, M. 2001. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan


Pembangunan Daerah. Andi. Yogyakarta

Syafiie, Inu Kencana.2013.Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara..

Syafiie, Inu Kencana.2013.Ilmu Pemerintahan Edisi Revisi Kedua.


Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Suparmo, Theresia. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Andi

Sidik, Machfud. 2002. “Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Daerah”, Melalui
(www.egov-rank.gundarma.ac.id)

Tim Redaksi, 2002. Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang


Otonomi Daerah, Sinar Grafika. Jakarta
W, Riawan. Tjandra. 2009 : 197 Pemerintah (Government)

Widjaja, Haw. 2005. Penyelengaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta:


Grafindo

Zain, Mohammad, 2003. Manajemen Perpajakan, Penerbit Salemba


Empat, Jakarta

173
Peraturan:

Peraturan Bupati Bone Nomor 54 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas,


Fungsi dan Tata Kerja Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang,
Kepala Sub. Bagian dan Kepala Seksi pada Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Bone

Peraturan Bupati Bone Nomor 89 Tahun 2016 tentang Kedudukan,


Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2014 tentang


Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 1
tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 2 Tahun 2011 tentang


Retribusi Jasa Umum

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2011 tentang


Retribusi Jasa Usaha

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 4 Tahun 2011 tentang


Retribusi Perizinan Tertentu

Renstra Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone tahun 2013 – 2018

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas


Pendapatan Daerah Kabupaten Bone tahun 2015

Perubahan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pendapatan Daerah tahun


2017

Undang Undang Dasar 1945

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

174
Data Online:

http://otonomidaerah.com/pengertian-otonomi-daerah/
diakses pada tanggal 11 April 2016
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4425/PendapatanAsliDaerah.htm
diakses pada tanggal 11 April 2016
http://pemerintah.net/pemerintah-daerah/ diakses pada tanggal 12 Mei
2016
http://kaghoo.blogspot.co.id/2010/11/pengertianperanan.html diakses
pada tanggal 11 April 2016 mengambil dari kutipan (Soekanto,
2009:212-213).

175
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

176
177
178
Lampiran 2. Peraturan Daerah

179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
Lampiran 3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah

190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
Lampiran 4. Program Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

200
201
202
203
204
205
Lampiran 5. Dokumentasi

Wawancara dengan Bupati Kabupaten Bone

206
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

207
Wawancara dengan Sekretaris Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Bone

208
Wawancara dengan Kasubid Pembukuan Penerimaan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Bone

209
Wawancara dengan Kasubid Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga
Dinas pendapatan Daerah Kabupaten Bone

210
211
Wawancara dengan Kasubid Penggalian dan Peningkatan Pendapatan
Daerah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

212
Wawancara dengan Sekretaris Dinas Pengelolaan Keeuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Bone

213
Kondisi Bangunan Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

Pengambilan Data Penelitian di Kantor Dinas Pendapatan Daerah

214

Anda mungkin juga menyukai