Skripsi Kualitatif

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 154

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PEMERINTAHAN

DI KABUPATEN MAROS
SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Untuk mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh
Ayyun Saimah
E12113322

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan juga Baginda

Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang dengan perjuangannya

membimbing kita dalam kebahagiaan beserta keluarga dan para sahabat-

sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PEMERINTAHAN DI

KABUPATEN MAROS” penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi persyaratan guna menyelesaikan studi Sarjana Program Studi

lmu Pemerintahan di Universitas Hasanuddin Makassar.

Salah satu keindahan di dunia ini yang akan selalu dikenang

adalah ketika kita bisa melihat atau merasakan sebuah impian menjadi

kenyataan. Bagi penulis, skripsi ini adalah salah satu impian yang

diwujudkan dalam kenyataan dan dibuat dengan segenap kemampuan.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, sembah sujud dan

penghormatan yang sebesar-besarnya penulis berikan kepada kedua

orang tua Penulis, Ayahanda H. Havid S Pasha SH, Ibunda Hj.

Hamsinah atas segala perjuangan mendidik dan membesarkan Penulis

sampai pada saat ini Penulis dapat menyelesaikan studi serta seluruh

Keluarga Besar yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas segala

bimbingan, nasihat, dukungan dan yang selalu memberikan dorongan,

doa dan semangat kepada Penulis.


Pada proses penyelesaian skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak dan oleh sebab itu maka kesempatan ini

penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu M.A, selaku Rektor

Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menempuh pendidikan Strata Satu (S1) di

Universitas Hasanuddin

2. Bapak Prof. Dr. A. Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh

staf.

3. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku Ketua Departemen

Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIP Unhas beserta seluruh staf.

4. Ibu Dr. Hj. Nurlinah, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan FISIP Unhas beserta selurut staf.

5. Bapak Prof. Dr. H. A. Gau Kadir, MA selaku Penasehat Akademik

(PA) penulis sekaligus Pembimbing I dan Bapak Andi Lukman

Irwan, S.IP, M.Si. selaku Pembimbing II di tengah-tengah kesibukan

dan aktivitasnya beliau telah bersedia menyediakan waktunya

membimbing dan membantu memberi arahan, saran, dan kritikan

terhadap penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepada para penguji penulis mulai dari Ujian Proposal hingga Ujian

Skripsi, terima kasih atas masukan dan arahannya.


7. Para dosen pengajar Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP

Unhas, terima kasih atas didikan dan ilmu yang diberikan selama

perkuliahan.

8. Seluruh staf tata usaha pada lingkup Departemen Ilmu Politik dan

Pemerintahan beserta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Unversitas Hasanuddin.

9. Seluruh informan penulis di Kabupaten Maros, Kepala Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana beserta staf,

Seluruh Kepala Kelurahan Perempuan di Kabupaten Maros, Kepala

Desa Perempuan di Kabupaten Maros dan seluruh staf-staf serta

masyarakat di Kabupaten Maros yang bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan banyak informasi yang sangat

bermanfaat kepada penulis.

10. Kepada saudara-saudari ku tersayang Adira ramadhani,

Muhammad Syahrul Fajar, Muhammad Rafael yang telah

menghibur sekaligus membuat penulis jengkel dalam pengerjaan

skripsi ini semoga kita semua bisa membanggakan kedua orang tua

kita kelak, Aamiin.

11. Kepada Annas Arif Bachtiar Amanullah, S.H yang dengan penuh

kesabaran menghadapi penulis, membantu dan menemani penulis

dalam keadaan apapun. Terima kasih untuk doa, waktu, semangat,

dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.


12. Kepada personil The Zoo (team pakana-kana) yaitu Dirga, Angga,

Lala, Wiwi, Rum, dan Uli , rumah kecil dengan beribu kebahagiaan

didalammnya terima kasih telah berbagi rumah kecil itu. Dan buat

saudaraku Alm. Iis Taffana Fadliah Ismail terimakasih telah berbagi

kenangan dan mengukirnya dengan teramat indah semoga bahagia

di tempat terindah di sisi-Nya.

13. Kepada genk auguts girls mursyida, Restu, Feratami terimakasih

telah menyemangati dan selalu mendengarkan curhatan penulis di

kala apapun, .

14. Kepada saudara-saudari seperjuangan Lebensraum terima kasih

untuk segala bantuan yang telah di berikan kepada penulis Arya

Alif, Anti, Azura, Cana, Jusna, Dewi, Suna, Ulfi, Uceng, Karina,

Immang, Hanif, Dias, Zul, Yun, Febi, Irez, Yeyen, Erik, Ekki, Salfia,

Uni, Sundari, Icha, Tami, Afni, Oskar, Kaswandi, Fahril, Ekka, Yani,

Fitri, Syarif, Babba, Juwita, Dede, Aqil, Dana, Ade, Adit, Dika, Rian,

Uma, Sube, Ugi, Mega, Dina, Hendra, Fitra, Beatrix, Mia, Haeril,

Edwin, Wulan, Hasyim, Hillary, Mustika, Ike, Ina, Irma, Jay, Maryam,

Herul, Aksan, Najib, Reza, Rosandi, Supe, Sani, Uli, Wahid, Wahyu,

Suci, Wiwin, Yusra , dan Amel yang telah menemani selama

kurang lebih 3 tahun di kampus tercinta Universitas Hasanuddin.

Dari kalianlah penulis mengerti akan arti dari sebuah persahabatan

yang sesungguhnya. Disini kita pernah bersama, berjalan, berlari,


terjatuh, bangkit dan melompat bersama. Semoga semangat

merdeka militan tetap kita jaga, and see you on top guys.

15. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

(HIMAPEM) FISIP Unhas. Terima kasih atas ilmu, pengalaman,

kesempatan berkarya, kebersamaan dan kekeluargaan yang telah

diberikan. Jayalah Himapemku, Jayalah Himapem kita.

16. Kepada teman-teman SMAN 21 Makassar yang sampai sekarang

masih bersama.

17. Teman-teman KKN Reguler Gelombang 93 Unhas Kabupaten

Sidrap Kecamatan Tellu Limpoe, khususnya teman serumah selama

kurang lebih 1 bulan menjalani pengabdian kepada masyarakat

yaitu Kakak Lukman, Amril, Fatur, Ime, Mirza, Dirga, Bapak Agus

dan Ibu ida yang sudah menjadi seperti orang tua sendiri selama di

Posko, dan Pak Lurah A. Makkasau, S.Sos, beserta seluruh

masyarakat Kelurahan Amparita.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan permohonan maaf atas segala

kekurangan dan kekhilafan. Terima Kasih, Wassalamu Alaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Maret 2017.


INTISARI

Ayyun Saimah, Nomor Induk Mahasiswa E12113322, Program Studi Ilmu


Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin menyusun skripsi dengan judul Kepemimpinan Perempuan di
Kabupaten Maros, dibawah bimbingan Bapak Prof.Dr.H.A.Gau Kadir. MA.
sebagai Pembimbing I dan Bapak A.Lukman Irwan,S.IP,M.Si sebagai
Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan perempuan


dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten maros serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
digunakan metode penelitian kualitatif dengan mengurai data secara
deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka,
observasi, dokumentasi dan wawancara, dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan: Pertama, Secara kuantitas, keterlibatan


perempuan dalam kepemimpinan pemerintahan di Kabupaten Maros
sudah cukup baik. Hal tersebut dilihat dari beberapa gaya kepemimpinan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kepemimpinan direktif,
kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan suportif dan kepemimpinan
berorinetasi pada prestasi. Kedua, faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan perempuan di kabupaten maros meliputi kemampuan/skill,
pengalaman kerja, lingkungan kerja. Selanjutnya , Hal yang dapat
dilakukan perempuan yakni membekali dirinya dengan pendidikan yang
lebih tinggi serta pengalaman organisasi yang baik. Jika ingin menjadi
seorang pemimpin harus mampu menempa dirinya dari bawah dengan
pendidikan dan pengalaman orgnisasi agar dapat diterima oleh
masyarakat banyak. Perempuan seharusnya memiliki karakteristik sendiri
serta seni dalam kepemimpinannya.
ABSTRACT

Ayyun Saimah. E12113322. Government Science Study Program.


Faculty of Social Science and Politics, Hasanuddin University. Female
Leadership in Maros Regency, under supervised by Prof.Dr.H.A.Gau
Kadir. MA. as supervisor I and A.Lukman Irwan,S.IP,M.Si as supervisor II.

The objectives of this research are to know Female Leadership in Maros


Regency and the factors that influence it. To reach target is referred, used
research method qualitative by decompose data in descriptive. Data
collecting Technique is conducted with literature study, observation,
document and interview by using technique of descriptive analysis
qualitative.

The result of this research shows: First, In terms of quantity, the


involvement of women in the leadership of the government in Maros is
good enough. This can be seen from some of the leadership styles used in
this research, directive leadership, participative leadership, supportive
leadership and leadership berorinetasi on merit. Second, the factors that
affect women's leadership in Maros district includes the ability / skills, work
experience, work environment. Furthermore, women's forum that equip
themselves with higher education and experience of a good organization.
If you want to become a leader should be able to forge himself from under
the society together with education and experience in order to be accepted
by society. Women should have their own characteristics as well as the art
of leadership.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiii

INTISARI ...................................................................... xv

ABSTRAK ...................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan………. ............................................................... 8

2.2 Gaya Kepemimpinan .................................................................. 15

2.3 Kepemimpinan Perempuan........................................................ 26

iii
2.4 Gerakan Perempuan dalam perspektif sejarah.. ....................... .28

2.5 Pemerintahan …………...............................................................31

2.6 Kerangka Konsep …………………………………………………...35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 36

3.2 Tipe Penelitian ................................................................. 36

3.3 Jenis data Penelitian ................................................................. 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 38

3.5 Informan Penelitian ................................................................. 39

3.6 Analisi Data ………......................................................................39

3.7 Defenisi operasional …………………………………………………40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 43

4.1.1 Sejarah Kabupaten Maros ............................................... 43

4.1.2 Letak dan Luas wilayah Kabupaten Maros .................... 48

4.1.3 Geologi ………………………………………………………..50

4.1.4 Kependudukan ................................................................ 51

4.1.5 Sarana Pendidikan …………………………………………..53

4.1.6 Sarana Kesehatan ………………………………………… 53

4.1.7 Agama …………………………………………………………55

4.1.8 Visi Misi Kabupaten Maros ………………………………….56

4.2 Badan dan Kepegawaian Daeran dan Diklat .............................. 59

iv
4.3 Kepemimpinan perempuan dalam penyelenggaraan pemerintahan

di Kabupaten Maros …………………………………………………64

4.4 Gaya Kepemimpinan Perempuandalam Pemerintahan Dikabupaten

di Kabupaten Maros ................................................................... 66

4.4.1 Kepemimpinan direktif (directive leadership) ................... 68

4.4.1.1 wewenang mutlak berada di tangan pemimpin.....……69

4.4.1.2 komunikasi berlangsung satu arah dari atasan kepada

bawahan………………………………………………......75

4.4.1.3 Pengawasan terhadap kegiatan pekerjaan dilakukan

secara ketat ………………………………………………78

4.4.2 Kepemimpinan partisipatif (participative leadership)……….82

4.4.2.1 Bekerja secara aktif dengan bawahan baik

perseorangan maupun kelompok………………………82

4.4.2.2 Menerima masukan dan nasehat dari bawahan yang

bersifat membangun ……………………………………86

4.4.2.3 Memeberikan motivasi secara penuh kepada

Bawahan………………………………………………….89

4.4.3 Kepemimpinan Suportif (supportive leadership) …………..93

4.4.3.1 Berfokus pada hubungan dengan personal dan tim…..93

4.4.3.2 Menunjukan kepekaan pada anggota tim…….………. 95

v
4.4.3.3 Menciptakan kesejahteraan dan ramah ligkungan

kerja………………………………………………………..97

4.4.4 Kepemimpinan berorientasi pada prestasi (achievement

oriented leadership)…………………………………………..100

4.4.4.1. Menetapkan tujuan-tujuan bersifat menantang……….101

4.4.4.2 Mendorong anggota berusaha mencapai tujuan secara

efektif…………………………………………………… 104

4.4.4.3 Menunjukkan rasa percaya diri kepada bawahannya

bahwa mereka akan memenuhi tuntutan

organisasi……………………………………………...106

4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan di

Kabupaten Maros……………………………………………..……. 111

4.5.1 Faktor pendukung ..………………………………………….111

4.5.1.1 Kemampuan/Skill…………………..…………………112

4.5.1.2 Pengalaman Kerja…………………………………….115

4.5.2 Faktor Penghambat ………………....................................119

4.5.2.1Lingkungan kerja………………………………………….119

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………..................................................................... 122

5.2 Saran ………………………………………………………………….123

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………124

vi
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2 Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di

Kabupaten Maros, Tahun2015 .............................................................. 52

Tabel 3 Statistik Kesehatan di Kabupaten Maros Tahun 2011-2014 .... 54

Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Maros


Tahun 2011…………………………………………………………………….55

Tabel 5 Nama-nama Pemimpin Perempuan ........................................ .65

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep ........................……………………………...35

Gambar 2 Peta Wilayah Kabupaten Maros ........................................... 49

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sepanjang perjalanan Indonesia dari zaman penjajahan

pergerakan dan perjuangan menuju Indonesia merdeka sampai saat ini

tentu menjadi jalan panjang atas pengabdian dan perjuangan serta

peran putra putri bangsa. Seperti yang tertuan dalam kesepakatan yang

kita kenal dengan wujud sumpah pemuda, maka dapat kita cermati

bahwa kesempatan untuk berjuang dan berparisipasi untuk kemajuan

bangsa memberi peluang yang sama antar kaum laki-laki maupun

perempuan. Hal ini dapat diperkuat oleh UU Republik Indonesia No. 39

Tahun 1999 tentang hak asasi manusia pasal 46 “Yang dimaksud

dengan “keterwakilan wanita” adalah pemberian kesempatan dan

kedudukan yang sama bagi wanita untuk melaksanakan peranannya

dalam bidang eksekutif, yudikatif, lesgislatif, kepartaian, dan pemilihan

umum menuju keadilan dan kesetaraan gender”.

Pria maupun wanita sama-sama berkedudukan sebagai subjek

atau pelaku pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek

pembangunan, pria dan wanita mempunyai peranan yang sama dalam

merencanakan, melaksanakan, memantau dan menikmati hasil

pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria

dan wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti

1
pendidikan sampai ke jenjang pendidikan formal tertentu. Sepanjang

sejarah peradaban manusia, persoalan ketidakadilan sosial umumnya

menimpa kaum perempuan. Perempuan yang semata-mata diposisikan

pada peran domestik dan reproduksi sangat menghambat kemajuan

mereka menggeluti dunia publik dan produksi. Hal tersebut merupakan

rekayasa kultur dan tradisi yang menciptakan pelabelan atau stereotipe

tertentu pada perempuan yang telah mengakar kuat dalam masyarakat.

Berbagai perangkat hukum telah dikeluarkan dan ditetapkan untuk

melaksanakan proses menuju kesetaraan dan keadilan gender dalam

kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akan

tetapi realita yang terjadi bahwa semua itu belumlah cukup untuk

berfungsi sebagai piranti kekuatan yang menghantarkan kaum

perempuan menjadi mitra sejajar dengan kaum laki-laki. Sudah cukup

banyak landasan hukum yang dibuat baik formal maupun tidak formal,

berupa undang-undang, aturan dan konvensi di tingkat nasional maupun

internasional yang membahas tentang peranan/penyertaan hak antara

laki-laki dan perempuan pada semua bidang, misalnya INPRES Nomor 9

Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional yang menyatakan bahwa “seluruh departemen maupun

lembaga pemerintah non departemen di pemerintah nasional, propinsi,

maupun kabupaten/kota harus melakukan pengarusutamaan gender

dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pemantauan dan evaluasi

pada kebijakan dan program pembangunan”, Undang-Undang Dasar

2
Negara Republik Indonesia 1945, CEDAW (Convention on the

Elimination of Form Deskrimination Against Woman) UU No.7 tahun

1984 tentang pengesahan konvensi penghapusan deskriminasi terhadap

perempuan.

Perempuan seharusnya memanfaatkan peluang dan kesempatan

yang sama untuk berperan dalam pengambilan keputusan terlebih lagi

itu akan berdampak bagi kehidupannya. Partisipasi dan keterwakilan

mereka dalam proses kepemimpinan dalam pemerintahan merupakan

salah satu langkah nyata untuk mencapai kondisi yang adil bagi

perempuan. Peran tersebut juga harus terlihat pada setiap perumusan

kebijakan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pemerintahan.

Salah satu sumber daya manusia yang menjadi penentu

keberhasilan organisasi adalah pimpinan Seorang pemimpin merupakan

unsur yang sangat berpengaruh dalam menjalankan organisasi. Seorang

pemimpin harus mempunyai jiwa atau keahlian dalam mengontrol dan

mempengaruhi segala yang menyangkut jalannya organisasi yang di

pimpinnya dengan kata lain bahwas eorang yang berkeinginan untuk

menjadi pemimpin haruslah mempunyai jiwa kepemimpinan karena

tanpa hal itu akan mustahil seseorang untuk memimpin suatu organisasi.

Kepemimpinan adalah sebuah topik yang masih sangat menarik

untuk diteliti karena Kepemimpinan itu adalah pertanggung jawaban

Masalah kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti karena tiada

habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat manusia

3
Ibaratnya semakin sulit mencari pemimpin yang baik Kesuksesan atau

kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah

satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut.

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin tersebut mampu menjadi

pencipta dan pendorong bagi bawahanya dengan menciptakan suasana

dan budaya kerja yang dapat memacu pertumbuhan dan memberikan

pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai

dengan apa yang di arahkan dalam rangka mencapai tujuan yang di

tetapkan.

Dalam hal ini para pemimpin mempunyai tugas penting dalam

menjalankan roda pemerintahan, yang sangat di harapkan

menggunakan gaya kepemimpinan yang efektif dalam melaksanakan

tanggung jawab dan kewajiban yang akan dihadapi sebagai aparatur

Negara dalam menjalankan pelayanan publik, sehingga sangat

diharapkan adanya komitmen serta kelebihan-kelebihan khusus dalam

menggerakkan potensi sumber daya manusia yang diapimpin.

Di Wilayah Kabupaten Maros dalam sejarahnya telah mengalami

bebrapa kali pemekaran wilayah. Pada tahun 1963, Kabupaten Maros

terbagi atas 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Maros Baru,

Bantimurung, Mandai, dan Camba. Memasuki tahun 1989, diadakan

pemekaran wilayah kecamatan dengan dibentuknya 3 (tiga) kecamatan

perwakilan, yakni Kecamatan Perwakilan Tanralili, Maros Utara, dan

Mallawa, yang hingga saat ini saat ini terdapat 14 wilayah kecamatan.

4
Masing-masing wilayah kecamatan tersebut memiliki potensi tersendiri

dalam menunjang pembangunan wilayah. Disampin itu, Kabupaten

Maros memiliki peranan yang sangat berarti dalam pembangunan Kota

Makassar sebagai ibukota provinsi dan sekaligus sebagai pusat

pengembangan wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI). Peluang inilah

membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan

wilayah Kabupaten Maros, terutama wilayah-wilayah yang berbatasan

dengan Kota Makassar. Sedangkan rencana pembangunan wilayah

secara eksternal, sebagian wilayah Kabupaten Maros masuk dalam

pengembangan Kawasan Mamminasata sebagai kawasan kota

metropolitan.

Melihat pemimpin pemerintahan yang ada di Kabuapten maros saat

ini, dari banyaknya pemimpin yang menduduki jabatan struktural

pemerintahan ternyata keterlibatan pemimpin perempuan yang ikut

berperan dalam jabatan struktural tersebut sangat terbatas yaitu

terdapat 6 kepala Desa perempuan dari 80 desa dan 3 lurah perempuan

dari 23 kelurahan yang ada di Kabupaten Maros serta terdapat 1 kepala

Dinas yang dipimpin oleh perempuan dari 15 kepala Dinas.

Dari beberapa fakta yang peneliti lihat melalui data dan

pengamatan-pengamatan sementara, yang ingin peneliti kaji saat ini

yaitu bagaimana gaya kepemimpinan perempuan di Kabupaten maros

dalam keterlibatan memimpin pemerintahan di Kabuapten maros serta

faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memimpin pemerintahan, maka

5
peneliti tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dalam judul

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PEMERINTAHAN DI

KABUPATEN MAROS.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang ada ,melihat kondisi

kepemimpinan pemerintahan yang ada dikabupaten maros saat ini,

bahwa walaupun terbatas ada beberapa sosok pemimpin perempuan

yang ikut berperan dalam dalam pemerintahan. Berdasarkan fenomena

tersebut maka dalam rumusan masalah ini ditetapkan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gaya kepemimpinan perempuan dalam

penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten maros ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi gaya kepemimpinan

perempuan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten

maros ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan perempuan dalam

penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten maros.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

kepemimpinan perempuan dalam penyelenggaraan pemerintahan

di Kabupaten Maros.

6
1.4 Manfaat penelitian

Manfaat Penelitian yang di harapkan dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis, sebagai sumbangan dalam pengembangan Ilmu

pengetahuan, khususnya dalam kajian Ilmu Pemerintahan.

2. Manfaat praktis, sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

Ilmu Pemerintahan dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

penelitian ini lebih lanjut.

3. Manfaat metodologis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberi

nilai tambah yang selanjutnya dapat dikompariskan dengan

penelitian- penelitian ilmiah lainnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep

yang pergunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah

penelitian lebih dalam, sehingga mengarah pada kedalaman pengkajian

penelitian. Hal ini juga sekaligus sebagai pendukung dalam rangka

menjelaskan atau memahami makna dibalik realitas yang ada.

2.1 Kepemimpinan

Karakteristik kepemimpinan pada umumnya dimanapun dan

apapun tingkatannya adalah jelas yaitu dia harus kewibawaan dan

kelebihan untuk mempengaruhi serta mengajak orang lain guna

bersama-sama berjuang, bekerja, dan berusaha mencapai satu tujuan

bersama. Di samping sifat-sifat karakteristik umum, kepemimpinan perlu

mencerminkan pula kepemimpinan Pancasila, sesuai dengan filsafat

bangsa dan filsafat Negara.

Dua bentuk perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik

pusat dari konsep kepemimpinan situasional yakni :

a) Perilaku tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin untuk

mengatur dan merumuskan peranan-peranan dari anggota-

anggota kelompok atau para pengikut, menerangkan

kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing

8
anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan

bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Selanjutnya

disifati oleh usaha-usaha untuk menciptakan pola

organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan

cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

b) Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin

yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi di

antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para

pengikut dengan cara membuka lembar-lembar jalur

komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan

memberikan kesempatan pada para bawahan untuk

menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh

dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan

kepercayaan bersama.

Rivai (Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. 2008:3)

Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk

menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai

sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia

melakukan sesuatu secara sukarela. Ada beberpa faktor yang dapat

menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritasa,

dan bujukan.

9
Pada dasarnya kepemimpinan tidak membedakan siapa pelakunya,

baik itu laki-laki maupun perempuan. Hal yang terpenting adalah

bagaimana seorang pemimpin menjalankan kepemimpinannya sesuai

dengan tujuan yang diinginkan. Perempuan dan laki-laki memiliki

kesempatan yang sama. Perempuan memiliki hak-hak yang sama

dengan laki-laki dalam berbagai bidang, salah satunya adalah menjadi

pemimpin. Kepemimpinan merupakan sebuah sikap bagaimana

mempengaruhi orang lain untuk dapat mencapai sebuah tujuan dengan

visi dan misi yang kuat, hal tersebut tidak terbatas dalam menjadikan

perempuan sebagai pemimpin bahkan melalui kemampuannya

perempuan dapat lebih diperhitungkan jika dibandingkan dengan laki-

laki. Hal terpenting bukanlah tentang siapa yang memimpin tetapi apa

yang dapat dilakukan sebagai seorang pemimpin sehingga tidak ada

pemarjinalan terhadap kaum perempuan selagi mereka mampu.

Perempuan adalah salah satu agent of change yang tidak bisa

dipandang sebelah mata. Keberadaannya sangat menentukan

peradaban suatu bangsa.

Setelah mempelajari berpuluh-puluh definisi mengenai

Kepemimpinan, Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya Pemimpin dan

Kepemimpinan mengelompokkannya sebagai berikut :

1. Kepemimpinan sebagai fokus dari proses-proses kelompok. Pemimpin

dilihat sebagai fokus dari perubahan, aktifitas, dan proses kelompok

(periode 1932-1948).

10
2. Kepemimpinan sebagai kepribadian dengan efek-efeknya. Konsep

mengenai kepribadian menjelaskan mengapa beberapa orang itu lebih

mampu melaksanakan kepemimpinan daripada orang lain (periode

1926-1935).

3. Kepemimpnan sebagai seni untuk memunculkan kerelaan dan

ketundukan. “kepemimpinan sebagai penggunaan terarah

berpengaruh, dan sebagai satu instrumen untuk membentuk

kelompok, sesuai dengan kemauan pemimpin” (periode 1921-1959).

4. Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh. “bahwa

kepemimpinan itu menggunakan suatu dampak determinatif pada

tingkah laku anggota-anggota kelompok dan aktifitas kelompok.”

(periode 1929-1961)

5. Kepemimpinan sebagai perbuatan atau tingkah laku (kaum teoretisi

behavioral; periode 1949-1967).

6. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi (bujukan, rayuan, ajakan). “...

fakta bahwa persuasi itu merupakan satu instrumen yang sangat kuat

untuk membentuk harapan dan kepercayaan, khususnya dalam

masalah-masalah politik, sosial, dan religius”. (periode 1928-1948).

7. Kepemimpinan sebagai satu relasi kekuatan. “... beberapa pemimpin

lebih cenderung mengubah sembarang kesempatan kepemimpinan ke

dalam satu relasi kekuatan yang jelas” (periode 1953-1960).

11
8. Kepemimpinan sebagai satu instrumen untuk mecapai tujuan. “...

kepemimpinan dirumuskan oleh kaum teoretisi sebagai satu fungsi

krusial di dalam kelompok” (periode 1962-1982).

9. Kepemimpinan sebagai dampak interaksi “... bahwa kepemimpinan itu

muncul dari proses interaksi itu sendiri (periode 1929-1969).

10. Kepemimpinan sebagai inisiasi/permulaan dari strktur. “...

kepemimpinan itu bukan merupakan pemilikan satu posisi aau

perolehan sau peranan, akan tetapi merupakan satu proses

mengawali dan menegakkan struktur peranan”. (periode 1935-1960).

Karakteristik kepemimpinan pada umumnya dimanapun dan

apapun tingkatannya adalah jelas yaitu dia harus kewibawaan dan

kelebihan untuk mempengaruhi serta mengajak orang lain guna bersama-

sama berjuang, bekerja, dan berusaha mencapai satu tujuan bersama. Di

samping sifat-sifat karakteristik umum, kepemimpinan di Indonesia perlu

mencerminkan pula kepemimpinan Pancasila, sesuai dengan filsafat

bangsa dan filsafat negara.

Kalau ditelusuri lebih lanjut, pemimpin dan kepemimpinan memiliki

arti penting dalam suatu kelompok jika terjadi suatu konflik atau

perselisihan di antara orang-orang dalam kelompok. Ketika konflik terjadi,

orang-orang mencari cara pemecahan supaya terjamin keteraturan dan

dapat ditaati bersama. Terbentuklah aturan-aturan, atau norma-norma

tertentu untuk ditaati agar konflik tidak terulang lagi. Di sini orang-orang

mulai mengidentifikasikan dirinya pada kelompok, kehidupan sangat

12
dibutuhkan, dan konflik perlu dihindari. Dalam hal ini peranan pemimpin

sangat dibutuhkan.

Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal

yang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan atau

pengikutnya, yakni perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.

Perilaku mengarahakan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang

pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi satu arah. Bentuk

pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan

peranan yang seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut

tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan, di mana melakukan hal

tersebut, bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan secara

ketat kepada pengikutnya. Perilaku mendukung adalah sejauh mana

seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya

mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan

interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam pengambilan keputusan.

Perempuan sebagai pemimpin umumnya telah dapat dilihat dalam

urusan rumah tangga yang bekerja sama dengan suami sebagai kepala

keluarga. Beberapa hal dalam urusan rumah tangga, perempuan

bertindak sendiri dalam mengambil keputusan penting karena perannya

sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Tetapi untuk dapat

mengalihkan kemampuannya tersebut kedalam urusan diluar rumah

tangga, perempuan dituntut agar memiliki keterampilan dan keberanian

yang lebih memadai agar dapat berpartisipasi aktif dalam dunia publik.

13
Setelah mempelajari berpuluh-puluh definisi mengenai

Kepemimpinan, Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya Pemimpin dan

Kepemimpinan mengelompokkannya sebagai berikut :

Kepemimpinan sebagai fokus dari proses-proses kelompok. Pemimpin

dilihat sebagai fokus dari perubahan, aktifitas, dan proses kelompok

(periode 1932-1948).

1) Kepemimpinan sebagai kepribadian dengan efek-efeknya. Konsep

mengenai kepribadian menjelaskan mengapa beberapa orang itu

lebih mampu melaksanakan kepemimpinan daripada orang lain

(periode 1926-1935).

2) Kepemimpnan sebagai seni untuk memunculkan kerelaan dan

ketundukan. “kepemimpinan sebagai penggunaan terarah

berpengaruh, dan sebagai satu instrumen untuk membentuk

kelompok, sesuai dengan kemauan pemimpin” (periode 1921-

1959).

3) Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh. “bahwa

kepemimpinan itu menggunakan suatu dampak determinatif pada

tingkah laku anggota-anggota kelompok dan aktifitas kelompok.”

(periode 1929-1961)

4) Kepemimpinan sebagai perbuatan atau tingkah laku (kaum teoretisi

behavioral; periode 1949-1967).

5) Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi (bujukan, rayuan, ajakan).

“fakta bahwa persuasi itu merupakan satu instrumen yang sangat

14
kuat untuk membentuk harapan dan kepercayaan, khususnya

dalam masalah-masalah politik, sosial, dan religius”. (periode 1928-

1948).

6) Kepemimpinan sebagai satu relasi kekuatan. “beberapa pemimpin

lebih cenderung mengubah sembarang kesempatan kepemimpinan

ke dalam satu relasi kekuatan yang jelas” (periode 1953-1960).

7) Kepemimpinan sebagai satu instrumen untuk mecapai tujuan.

“kepemimpinan dirumuskan oleh kaum teoretisi sebagai satu fungsi

krusial di dalam kelompok” (periode 1962-1982).

8) Kepemimpinan sebagai dampak interaksi “bahwa kepemimpinan itu

muncul dari proses interaksi itu sendiri (periode 1929-1969).

9) Kepemimpinan sebagai inisiasi/permulaan dari strktur. “

kepemimpinan itu bukan merupakan pemilikan satu posisi atau

perolehan suatu peranan, akan tetapi merupakan satu proses

mengawali dan menegakkan struktur peranan”. (periode 1935-

1960).

2.2 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin

melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh

mereka yang dipimpinnya karena gaya kepemimpinan yang banyak

mempengaruhi dan menentukan keberhasilan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya.

15
Gaya kepemimpinanyaitu suatu pola perilaku yang konsisten yang

kita tunjukkan dan diketahui oleh pihak lain ketika kita berusaha

memengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan

setiap saat dan dipelajari oleh pihak lain untuk mengenal kita sebagai

pemimpin, gaya atau kepribadian kepemimpinan kita. Mereka bisa

mengharap dan bahkan bisa meramalkan jenis perilaku tertentu dari kita.

Pola umum yang biasanya terlibat diantaranya perilaku yang berorientasi

pada tugas atau perilaku hubungan atau beberapa kombinasi dari

keduanya.

Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya

kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para

bawahannya untuk berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan

keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas

pekerjaan mencapai tujuan secara baik.

House (Pasolong. Kepemimpinan Birokrasi. 2013:39),

mengemukakan ada 4 Gaya kepemimpinan yang perilaku seorang

pemimpin yaitu;

1. Kepemimpinan direktif (directive leadership) pemimpin

memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengetahui apa

yang menjadi harapan pimpinannya dan pimpinan tersebut

menyatakan kepada bawahan tentang bagaiman dapat

16
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa

pemimpin berorientasi pada hasil.

2. Kepemimpinan psrtisipatif (participative leadership) pemimpin

berkomunikasi dengan bawahannya dan bertanya untuk mendapat

masukan-masukan atau saran-saran dalam rangka mengambil

keputusan.

3. Kepemimpinan suportif (supportive leadership) yaitu usaha

pemimpin untuk menekankan diri dan bersikap ramah serta

menyenangkan bawahannya.

4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi (achievement oriented

leadership) pemimpin menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat

menantang; pemimpin tersebut mengharapkan agar bawahan

berusaha mencapai tujuan tersebut secara efektif, serta pemimpin

menunjukkan rasa percaya diri kepada bawahannya bahwa

mereka akan memenuhi tuntutan bawahannya.

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling

mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang

menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya

(Sulistiyani, 2008:13)

Yukl (Pasolong 2013:4) mengatakan bahwa kepemimpinan sebagai

proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai

peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi

17
kelompok atau birokrasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja

untuk menggapai sasaran-sasaran tersebut, motivasidari para pengikut

untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama dan

teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang

yang berada di luar kelompok atau birokrasi.

Pada umumya para ahli berpedapat bahwa kepemimpinan

(leadership) adalah pokok atau inti dari pada manajemen Kepemimpinan

berkaitan pula dengan kemampuan motivasi, komunikasi, dan hubungan

antar manusia, seorang pemimpin harus memotivasi. Kepemimpinan

adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang supaya bekerja

dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama (Sulistiyani, 2008:12).

Thoha (Masaong dan Tilomi. Kepemimpinan Berbasis Multiple

Intelligence. 2011. 150) Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku

yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini usaha menyelaraskan

persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan

orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting

kedudukannya.

Gaya kepemimpinan Tiga Dimensi Reddin (1969)Pasolong

(2013:43), gaya kepemimpinan menurut Reddin yaitu;

1) Gaya Eksekutif, yaitu pemimpin banyak memberikan perhatian

pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja.

18
2) Gaya Pencinta Pengembangan, yaitu pemimpin memberikan

perhatian maksimal pada hubungan kerja dan minimal terhadap

tugas.

3) Gaya Otokratis yang Baik Hati, yaitu pemimpin memberikan

perhatian yang maksimal pada tugas dan minimal pada hubungan

kerja.

4) Gaya Birokrat, yaitu pemimpin memberikan yang maksimal pada

tugas dan hubungan kerja.

5) Gaya Pencinta Kompromi, yaitu pemimpin memberikan perhatian

yang besar pada tugas pekerjaan dan hubungan kerja berdasarkan

kompromi.

6) Gaya Missionari, yaitu pemimpin memperhatikan maksimal pada

hubungan kerja dan minimal terhadap tugas.

7) Gaya Otokrat, yaitu pemimpin memberikan perhatian yang

maksimal pada tugas dan minimal pada hubungan kerja.

8) Gaya Lari dari tugas, yaitu pemimpin sama seklai tidak

memberikasn perhatian pada tugas dan hubungan kerja.

Adapun beberapa gaya kepemimpinan pemerintahan menurut

Kartono yaitu: (1) Gaya karismatis, (2) Gaya paternalistis dan

maternalistis, (3) Gaya militeristis, (4) Gaya otokratis/otoritatif, (5)

Gaya laisser faire,(6) Gaya populistis, (7) Gaya administratif, dan

(8)Gaya demokratis

19
1. Gaya Karismatis

Gaya pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energy,

daya-tarik dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi

orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar

jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.

Sampai sekarangpun orang tidak mengetahui benar sebab-

sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma begitu

besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural

power) dan kemampuan-kemampuan yang super human, yang

diperolehnya sebagai karunia yang mahakuasa. Dia banyak

memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada

pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu

memancarkan pengaruh dan daya-tarik yang teramat besar.

Tokoh-tokoh besar semacam ini antara lain ialah: Jengis Khan,

Hitler, Gandhi, John F. Kennedy, Soekarno, Margarete Tatcher,

Gorbachev, dan lain-lain.

2. Gaya Peternalistis

Yaitu gaya kepemimpinan yang kebapaan, dengan sifat-sifat

antara lain sebagai berikut:

a. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang

tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu

dikembangkan.

b. Dia bersikap terlalu melindungi.

20
c. Dia jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengambil keputusan sendiri.

d. Dia hamper tidak memberikan kesempatan kepada bawahan

untuk berinisiatif.

e. Dia hampir tidak memberikan kesempatan pada pengikut

dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya

kreativitas mereka sendiri.

f. Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

Selanjutnya gaya kepemimpinan yang meternalistis juga

mirip dengan gaya paternalistis, hanya dengan perbedaan adanya

sikap over-protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol,

disertai kasih sayang yang berlebihan.

3. Gaya Militeristis

Gaya ini sifatnya semi militer. Hanya gaya luaran saja yang

mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, gaya ini

mirip sekali dengan gaya kepemimpinan otoriter. Hendaknya

dipahami, bahwa gaya kepemimpinan militeristis itu berbeda sekali

dengan kepemimpinan organisasi militer (seorang tokoh militer).

Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah:

a. Lebih banyak menggunakan system perintah/komando

terhadap bawahannya , keras, sangat otoriter, kaku, dan

seringkali kurang bijaksana.

21
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan

tanda-tanda kebesaran yang berlebih-lebihan.

d. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan

dari bawahannya.

f. Komunikasi hanya berlangsung searah saja.

4. Gaya Otokrasi

Otokrat berasal dari perkataan autos = sendiri, daan kratos =

kekuasaan, kekuatan. Jadi otokrat berarti penguasa absolut.

Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan

paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau

berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show. Dia

berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan

kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.

Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai

rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan

kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan

pribadi pemimpin sendiri.

Selanjutnya, pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota

kelompoknya, jadi ada sikap yang menyisihkan diri dan

22
eksklusivisnme. Pemimpin otokrasi ini senantiasa ingin berkuasa

absolut, tunggal, dan merajai keadaan. Dia itu semisal sebuah

sistem pemanas kuno, yang memberikan panasnya tanpa melihat

dan mempertimbangkan iklim emosional anak buah dan

lingkungannya.

Sikap dan prinsip-prinsipnya sangat konservatif/kuno dan ketat-

kaku. Dengan keras dia mempertahankan prinsip-prinsip business,

efektivitas, efisiensi, dan hal-hal yang zakelijk. Maka anthoritative

itu desebut sebagai ketat-kaku berorientasi pada struktur dan

tugas-tugas. Pemimpin mau bersikap “baik” terhadap bawahan,

asal bawahan tadi bersedia patuh secara mutlak dan menyadari

tempatnya sendiri-sendiri. Yang paling disukai ialah tipe pegawai

dan buruh “hamba nan setia”.

5. Gaya Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh

yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan

semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau

semua anggotanya. Dia adalah seorang ketua yang bertindak

sebagai simbol, dengan macam-macan hiasan atau ornamen yang

mentereng. Biasanya dia tidak memiliki keterampilan teknis.

6. Gaya Populistis

23
Professor Peter Worsley dalam bukunya The Third World

mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan

yang dapat membangunkan solidaritas rakyat, yang menekankan

masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-

hati terhadap kolonialisme dan penindasan, penghisapan dan

penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing (luar negeri).

Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai

masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan

kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing).

Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali)

nasionalisme. Dan oleh Professor S.N Eisenstadt populistis erat

dikaitkan dengan modernitas tradisional.

7. Gaya Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan gaya administratif ialah kepemimpinan yang

mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.

Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administrator-

administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi

dan pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun sistem

administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu

untuk memantapkan integritas bangsa pada khususnya, dan usaha

pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan

administratif ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu

24
teknologi, industry, manajemen modern dan perkembangan social

ditengah masyarakat.

8. Gaya Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan

penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)

dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini

bukan terletak pada “person atau individu pemimpin” akan tetapi

kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga

kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap

imdividu mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga

bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya

masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota

seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Kepemimpinan demokratis juga sering disebut sebagai

kepemimpinan group developer.

Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara

mantap, dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut:

25
a. Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan

lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor.

b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan

masing-masing orang menyadari tugas serta

kewajibannya sehingga mereka merasa senang, puas,

pasti dan aman menyandang setiap tugas kewajibannya.

c. Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya

dan kelancaran kerja sama dari setiap warga kelompok.

d. Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai

katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja

sama demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara

yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya.

Secara ringkas dapat dinyatakan, kepemimpinan demokratis

menitik beratkan masalah aktivitas setiap anggota kelompok yang

semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan

rencana-rencana, pembuatan keputusan penerapan disiplin kerja

(yang ditanamkan secara sukarela oleh kelompok-kelompok dalam

suasana demokratis), dan pembajaan (dari asal kata baja) etik

kerja.

2.3 Kepemimpinan Perempuan

Karakteristik Pemimpin Perempuan ada perbedaan dalam

kepemimpinan perempuan dan laki-laki. Dalam menjalankan peran

26
sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik, yaitu percaya

diri, disiplin, memimpin orang lain bukan menguasai orang lain, bersikap

tegas, bekerja untuk kepentingan orang lain, kerja keras, berkompetensi

diri, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Karakteristik ini pun

dikemukakan Cantor dan Bernay (1998) dalam Women in Power, yang

mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan sebagai perpaduan

antara kompetensi diri, agresi kreatif, dan kekuasaan perempuan.

Anita Roddick dalam Helgesen (1990) Female advantage, women''s

ways of leadership mengatakan, perempuan dalam memimpin tidak

menghiraukan adanya jenjang hierarki, tetapi menganggap staf sebagai

"teman" yang dihargai, yang disebut Roddick feminine principles. Dalam

penjelasannya, De Beauvoir memaparkan, penindasan terhadap

perempuan itu ada karena perempuan bekerja tetap diharapkan

memainkan peran sebagai istri dan ibu. Kedua peran itu menuntut

kewajiban yang berhubungan dengan urusan domestik. Bagi

perempuan, bekerja merupakan salah satu cara menunjukkan eksistensi

dirinya di tengah masyarakat. Feminisme eksistensialis menganggap

bahwa dengan bekerja, perempuan menolak menjadi objek atau liyan.

De Beauvoir menyebut empat strategi perempuan untuk dapat

mengaktualisasikan, yaitu bekerja, menjadi intelektual, menjadi

transformator dalam masyarakat, dan menolak internalisasi sebagai

objek atau liyan dalam bentuk apa pun. Perempuan yang sedang meniti

karier selalu berupaya mengatasi hambatan dan kegagalan yang dia

27
hadapi sementara biasanya untuk kegiatan domestik mendapat bantuan

orang lain, seperti menitipkan anak kepada orangtua atau pekerja rumah

tangga. Bagi Eisenstein, adanya reformasi pada birokrasi tidak hanya

adanya perempuan di level atas struktur, tetapi harus ada keterlibatan

perempuan dalam penyusunan kembali institusionalisasi yang ada yang

berkaitan dengan peran jender. Widaningrum (1999) juga berpendapat,

adanya hierarki wewenang dalam birokrasi sangat bertentangan dengan

ide dasar feminisme, yaitu demokrasi. Posisi perempuan yang masih

didominasi laki-laki akan mereproduksi masyarakat patriarki jika tidak

diberi perspektif perempuan. Dalam konteks ini, diperlukan pimpinan

yang mempunyai visi dan misi yang jelas keberpihakannya kepada

perempuan.

2.4 Gerakan perempuan dalam perspektif sejarah

Gerakan perempuan sering dikaitkan dengan upaya

menghapuskan subordinasi gender. Saskia Wieringa (1999: 75)

mendifinisikan gerakan perempuan sebagai spektrum yang menyeluruh

dari perbuatan dan kegiatan secara individual atau kolektif melalui

kelompok dan organisasi, baik sadar atau tidak sadar yang menaruh

perhatian pada upaya megeliminir berbagai aspek subordinasi gender

yang biasanya berjalinan dengan penindasan lainnya (kelas, ras, etnis,

umur dan seks). Definisi tersebut menyiratkan bahwa gerakan

perempuan identik dengan gerakan feminis.

28
Sebagian pengkaji gerakan perempuan melihat bahwa kelahiran

gerakan perempuan feminis memiliki keterkaitan dengan perkembangan

ekonomi dan pembangunan. Penelitian menunjukkan bahwa di Amerika

Serikat gerakan perempuan feminis lahir seiring dengan perkembangan

ekonomi dan demografi paska Perang Dunia II.

Agenda dunia yang pertama setelah Perang Dunia ke Dua adalah

mendirikan Organisasi Global yang mampu menegaskan komitmen

manusia untuk membentuk kemanusiaan baru pada kehidupan manusia.

Universal Declaration in Human Rights telah dideklarasikan oleh PBB

pada 1946 dan dikodifikasikan pada 1966 dalam International Covenant

on Civil and Political Rights dan International Covenant on Economic,

Social and Cultural Rights. Deklarasi tersebut sangat “netral” karena

memberikan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Dalam

deklarasi tersebut, tidak disebutkan atau dipisahkan antara laki-laki dan

perempuan.

Langkah kedua adalah mengembangkan instrumen dan indikator

untuk mengukur kesejajaran pembangunan untuk laki-laki dan

perempuan. Pada 1947, USAID membentuk Women In Development.

Dalam mengembangkan kesejajaran perempuan dan laki-laki, ada dua

paradigma. Paradigma pertama disebut dengan “Women in

Development” (WID). Konsep ini mengikutsertakan partisipasi

perempuan dalam pembangunan. Prinsip-prinsip dasarnya berangkat

29
dari gagasan bahwa perempuan berada di belakang karena mereka

tidak ikut serta dalam pembangunan.

Konsep tersebut berjalan beriringan dengan konsep paradigma

pembangunan waktu itu yang mengatakan bahwa kesejajaran muncul

untuk menyeimbangkan pertumbuhan. Paradigma tersebut menghadapi

berbagai kritik yang dipelopori oleh kaum feminis Selatan dan jaringan

internasional Development Alternatives for Women in a New Day

(DAWN), dengan catatan bahwa WID merupakan pengesampingan

perempuan dalam pembangunan. Kritik itu muncul dari pendekatan

kaum struktural yang mengatakan bahwa ketidak sejajaran tidak akan

pernah muncul mampu menandingi paradigma itu. Kritik pertama muncul

dari pendapat yang mengatakan bahwa persoalan tersebut

membutuhkan penyesuaian struktural atau reformasi daripada

peningkatan partisipasi perempuan dalam pembangunan. Kesejajaran

tak mampu mengatasi karena perbedaan posisi laki-laki dan perempuan

terjadi secara struktural. Kritik kedua, berhubungan dengan yang

pertama, mengatakan bahwa persoalan utamanya bukan pada

perbedaan jenis kelamin namun pada perbedaan sosio-kultural. Konsep

penyetaraan laki-laki dan perempuan adalah mentransformasi teori

“nature” ke “nuture”. Maka muncullah istilah gender.

30
2.5 Pemerintahan

Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari

kata perintah. kata-kata itu berarti:

a) Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan

sesuatu

b) Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah,

daerah, atau, Negara.

c) Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam

memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan

memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan

yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan

penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah

perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta

jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.

Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri

atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling

bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi

pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti

kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan

pemerintahan. Kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan membentuk

31
undang-undang, dan Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan

mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang.

Pemerintahan adalah sebuah sistem multiproses yang bertujuan

memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan yang di-perintah akan

jasa publik dan layanan civil. Pemerintah adalah organ yang berwenang

memproses pelayanan publik dan berkewajiban memproses pelayanan

civil bagi setiap orang melalui hubungan pemerintahan, sehingga setiap

anggota masyarakat yang bersangkutan menerimanya pada saat

diperlukan, sesuai dengan tuntutan atau harapan yang di-perintah. Dalam

hukum pemerintahan, setiap hak ditegakkan, dipenuhi melalui dan

dilindungi oleh hukum. Tuntutan adalah tingkat tertinggi realisasi

penegakkan, pemenuhan dan perlindungan itu. Dimulai dari harapan

bahwa hak itu dapat terpenuhi dengan sendirinya atas kesadaran dan

kesediaan pihak-pihak terkait yang berkewajiban memenuhinya.

Terdapat dua nilai dasar pemerintahan, yaitu power pemerintah

dan legitimacy dari yang diperintah. Dengan perkataan lain, janji dan bukti

dari pemerintah, dan imbalannya trust dari yang diperintah. Dalam sistem

demokrasi, legitimacy dan trust itu datang dari pihak yang diperintah, baik

dalam proses pembentukan kekuasaan, proses penggunaan kekuasaan,

dan proses pertanggungjawaban penggunaan kekuasaan.

Terdapat dua macam fungsi pemerintah. Pertama fungsi primer dan

kedua fungsi sekunder. Fungsi primer yaitu fungsi yang terus-menerus

32
berjalan dan berhubungan positif dengan kondisi pihak yang di perintah.

Artinya, fungsi primer tidak pernah berkurang dengan meningkatnya

kondisi ekonomi, politik dan sosial masyarakat, semakin meningkat

kondisi yang di perintah, semakin meningkat fungsi primer pemerintah.

Pemerintah berfungsi primer sebagai provider jasa publik yang tidak di

privatisasikan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi. Kedua jenis

fungsi itu disingkat sebagai fungsi pelayanan (serving). Fungsi sekunder

pemerintah adalah fungsi yang berhubungan negatif dengan kondisi

ekonomi, politik dan sosial yang di perintah, dalam arti, semakin tinggi

taraf hidup, semakin kuat bargaining position, dan semakin integratif

masyarakat yang diperintah, semakin berkurang fungsi sekunder

pemerintah. Fungsi pemerintah berubah, dari rowing ke steering. Jika

kondisi ekonomi masyarakat lemah, pemerintah menyelenggarakan

pembangunan. Semakin berhasil pembangunan, semakin meningkat

kondisi ekonomi masyarakat, semakin berkurang fungsi pemerintah dalam

pembangunan.

proses pertanggungjawaban penggunaan kekuasaan. Dalam

hukum pemerintahan, setiap hak ditegakkan, dipenuhi melalui dan

dilindungi oleh hukum. Tuntutan adalah tingkat tertinggi realisasi

penegakkan, pemenuhan dan perlindungan itu. Dimulai dari harapan

bahwa hak itu dapat terpenuhi dengan sendirinya atas kesadaran dan

kesediaan pihak-pihak terkait yang berkewajiban memenuhinya.

Hubungan pemerintahan yang sehat memerlukan keseimbangan yang

33
dinamik antara pemerintah dengan yang diperintah. Keseimbangan yang

dinamik itu bergantung pada pilihan terbaik antara hubungan perwakilan

dengan hubungan langsung. Jika alternatif pertama yang dipilih, maka

hubungan antara sampel dengan populasi harus benar-benar terjamin.

34
2.6 Kerangka Konseptual

Kepemimpinan Perempuan dalam


Pemerintahan di Kabupaten Maros

Gaya Kepemimpinan
 Kepemimpinan direktif (directive
Faktor-faktor yang
mempengaruhi leadership)

• Kemampuan/ skill  Kepemimpinan partisipatif (participative

• Pengalaman kerja leadership)

• Lingkungan kerja  Kepemimpinan suportif (supportive

leadership)

 Kepemimpinan berorientasi pada prestasi

(achievement oriented leadership

Penyelenggaraan Pemerintahan

35
BAB III

Metode Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kabupaten maros diberbagai kantor

yaitu kantor kecamatan, kepala desa dan kelurahan yang terkait untuk

mengetahui tentang bagaimana gaya kepemimpinan perempuan di

daerah tersebut.

3.2 Tipe Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan yakni deskriptif kualitatif, yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran serta memahami

dan menjelaskan bagaimana gaya dan keterlibatan perempuan dalam

kepemimpinan pemerintahan di Kabupaten Maros utamanya dalam

jabatan struktural pemerintahan dengan mendasarkan pada hasil

observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

3.3 Jenis Data Penelitian

Data yang digunakan dalam rencana penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

asalnya, data primer di peroleh melalui :

36
• Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian

yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan

dengan obyek penelitian.

• Interview atau wawancara mendalam (in dept interview) yaitu

mengadakan wawancara dengan informan yang bertujuan

untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang

berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian.

2. Data Sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang

diperoleh dari studi kepustakaan, maupun studi dokumentasi.

Adapun data skunder diperoleh melalui :

• Studi pustaka yaitu bersumber dari hasil bacaan literatur

atau buku-buku atau data terkait dengan topik penelitian.

Ditambah penelusuran data online, dengan pencarian data

melalui fasilitas internet.

• Dokumentasi yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar

inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Menurut Arikunto, dokumentasi adalah mencari

data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda, dan sebagainya

37
3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan data yang bersumber dari hasil

bacaan literatur, data terkait dengan topik penelitian, penulusuran

data online dengan tujuan melengkapi data.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara

langsung oleh peneliti terhadap objek penelitian. Obervasi ini

membantu peneliti dalam mengetahui dan menganalisa keadaan

yang sebenarnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar

inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Menurut Arikunto, dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-

hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

4. Wawancara

Menurut Burhan Bungin, (2008:08) Wawancara adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan dengan menggunakan pedoman wawancara.

Pengumpulan data dengan wawancara ditujukan pada informan

terpilih yang dilakukan dengan pertimbangan relevansinya dengan

38
tujuan untuk menggali informasi lebih mendalam tentang berbagai

aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Informan Penelitian

Informan adalah orang-orang yang betul-betul paham atau pelaku

yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan dalam

penelitian ini di pilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat

langsung.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive

sampling. Yaitu, teknik penarikan sample secara subjektif dengan

maksud atau tujuan tertentu, yang mana menganggap bahwa informan

yang diambil tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian

yang akan dilakukan.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

• Kepala Dinas

• Kepala Kelurahan

• Kepala Desa

3.6 Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif kualitatif,

yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dalam

bentuk kata-kata lisan maupun tertulis dari sejumlah data kualitatif.

Dimana data yang diperoleh dalam penelitian ini dinyatakan dalam

39
bentuk pertanyaan-pertanyaan, tanggapan-tanggapan, serta tafsiran

yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi kepustakaan,

untuk memperjelas gambaran hasil penelitian.

3.7 Definisi Operasional

Setelah beberapa konsep diuraikan dalam hal yang berhubungan

dengan kegiatan ini, maka untuk mempermudah dalam mencapai tujuan

penelitian perlu disusun defenisi operasional yang dapat dijadikan

sebagai acuan dalam penelitian ini antara lain :

1. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling

mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut atau bawahannya

yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan

bersamanya.

2. Dalam kepemimpinan terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi

kepemimpinan itu sendiri, diantaranya sebagai berikut.

a) Kemampuan / Skill

Kemampuan seorang kepala daerah dalam melakukan

terobosan yang bersifat kretivitas dan inovatif.

b) Pengalaman Kerja

Merupakan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan

kerja yang diukur dari lamanya seseorang bekerja pada

suatu bidang tertentu.

40
c) Lingkungan Kerja

Segala sesuatu yang ada disekitar organisasi yang mampu

memberi dampak seorang kepala dalam menjalankan tata

kelola pemerintahan

3. Adapun beberapa gaya kepemimpinan pemerintahan

• Kepemimpinan direktif (directive leadership) pemimpin

memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengetahui apa yang menjadi harapan pimpinannya dan

pimpinan tersebut menyatakan kepada bawahan tentang

bagaiman dapat melaksanakan suatu tugas. Gaya ini

mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil.

• Kepemimpinan psrtisipatif (participative leadership)

pemimpin berkomunikasi dengan bawahannya dan bertanya

untuk mendapat masukan-masukan atau saran-saran dalam

rangka mengambil keputusan

• Kepemimpinan suportif (supportive leadership) yaitu usaha

pemimpin untuk menekankan diri dan bersikap ramah serta

menyenangkan bawahannya

• Kepemimpinan berorientasi pada prestasi (achievement

oriented leadership) pemimpin menetapkan tujuan-tujuan

yang bersifat menantang; pemimpin tersebut mengharapkan

41
agar bawahan berusaha mencapai tujuan tersebut secara

efektif, serta pemimpin menunjukkan rasa percaya diri

kepada bawahannya bahwa mereka akan memenuhi

tuntutan bawahannya.

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan

bagaimana kepemimpinan perempuan di Kabupaten Maros.

Gambaran umum lokasi penelitian meliputi gambaran umum

daerah Kabupaten Maros dan gambaran umum objek penelitian yaitu

pengambilan data subjek penelitian di Badan Kepegawaian Daerah dan

Diklat Kabupaten Maros. Adapun subjek penelitian pada skripsi ini yaitu

seluruh Pemimpin perempuan yang ada di Kabupaten Maros. Termasuk

Kepala Dinas, Kepala Kelurahan, Kepala Desa.

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Maros

4.1.1 Sejarah Kabupaten Maros

Kabupaten Maros Sulawesi Selatan dahulunya merupakan wilayah

sebuah kerajaan yg cukup besar bernama Kerajaan Marusu dengan batas

batas meliputi: bagian selatan berbatasan dgn kerajaan Gowa/Tallo,

bagian utara berbatasan dengan Binanga Sangkara’ ( batas kerajaan

Siang), bagian timur berbatsan dengan daerah pegunungan ( Lebbo’

Tangngae ) dan pada bagian baratnya berbatasan dengan Tallang

Battanga ( Selat Makassar ).

Kerajaan Marusu hidup berdampingan dengan damai dengan

kerajaan tetangga seperti Gowa, Bone, Luwu dll. Keadaan berubah ketika

43
masuknya intervensi kolonial kompeni belanda. Seiring kekalahan

kerajaan Gowa/Tallo dibawah pemerintahan I mallombassi dg mattawang

karaeng bonto mangngape’ Sultan Hasanuddin oleh kompeni belanda

dibawah pimpinan Admiral Speelman.Atas kekalahannya tersebut maka

Raja Gowa, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani suatu

perjanjian perdamaian pada tgl 18 november 1667 yg dinamakan ”

Cappaya Ri Bungaya ” atau ” perjanjian bungaya “.yg terdiri atas beberapa

pasal, dan salah satunya mengatakan ” bahwa semua negeri yang telah

ditaklukan oleh kompeni dan sekutunya, harus menjadi tanah milik

kompeni sebagai hak penaklukan “.

Oleh karena itu, kerajaan marusu yg merupakan sekutu kerajaan

Gowa yang berhasil ditaklukkan oleh kerajaan bone di bawah pimpinan

Arung Bakke, Arung Appanang dan Arung Bila atas nama Arung Palakka

yang merupakan sekutu dari kompeni, secara otomatis ikut pula dikuasai

oleh kompeni belanda.Penguasaan itu terjadi pada awal tahun 1700,

tepatnya pada masa pemerintahan Kare Yunusu Sultan Muhammad

Yunus Karaeng Marusu VII. Saat itu kerajaan Marusu tidak lagi menjadi

suatu kerajaan independen telah menjadi daerah jajahan kompeni

Belanda dalam bentuk ” regentschap” dimana raja Marusu hanyalah

merupakan raja tanpa mahkota( onttrondevorsteen)

Pengangkatan raja harus mendapat persetujuan dari pihak

belanda. Selain itu , wilayah kerajaan Marusu yang cukup luas terpecah

44
menjadi beberapa kerajaan kecil, seperti : kerajaan Bontoa, Tanralili,

Turikale, Simbang, Raya dan Lau’.Melihat keadaan yg demikian, maka

Kare Yunusu lalu menyerahkan tahta kepada La mamma dg marewa

diwettae mattinroe ri samanggi yg merupakan keturunan dari I maemuna

dala marusu adik kandung dari karaengta barasa sultan muhammad ali

raja marusu VI ayahanda beliau yg diperisterikan oleh La patau matanna

tikka sultan alimuddin idris raja bone mattinroe ri nagauleng.

Di masa pemerintahan La mamma dg marewa ini, semua raja

kerajaan tetangga yg baru berdiri itu membentuk suatu wadah persatuan

guna mengantisipasi segala macam gangguan / intervensi dari pihak

pihak lain terutama dari pihak belanda. Pada awalnya ajakan dari La

mamma dg marewa ini ,ditolak karena menganggap rencana La mamma

hanya untuk menguasai kembali wilayah kerajaan Marusu yang sudah

terpecah pecah itu. Namun,berkat diplomasi yg baik .akhirnya

terbentuklah suatu wadah persatuan yg bernama ” TODDO LIMAYYA RI

MARUSU ” ( persatuan adat lima kerajaan ). terdiri atas; Marusu,Simbang,

Bontoa, Tanralili, Turikale,dan Raya.

Pada masa kemerdekaan yakni tujuh tahun setelah Proklamasi

Kemerdekaan RI tanggal17 Agustus 1945 oleh pemerintah Republik

Indonesia dikeluarkan peraturan No. 34 1952 juncto PP. No. 2/1952

tentang pembentukan Afdelling Makassar yang didalamnya tercakup

Maros sebagai sebuah Onderafdelling dengan 16 buah distrik.

45
Secara umum, wilayah Kabupaten Maros memiliki peranan yang

sangat besar terhadap pembangunan regionaldan nasional

melalui peranannya dalam berbagai aspek yakni:

1) Pusat pelayanan transportasi udara internasional, yakni

Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Bandar udara ini

terletak diKecamatan Mandai yang merupakan wilayah

perbatasan dengan Kota Makassar. Pertumbuhan

pelayanan bandar udara Hasanuddin yang begitu

pesatnya sehingga dilakukan pengembangan bandar

udara baru dengan luas lahan pengembangan

554,6Ha. Bandar udara Hasanuddin merupakan wilayah

pintu gerbang Sulawesi Selatan dan KTI yang

mengindikasikan bahwa Kabupaten Maros adalah

gerbang utama pembangunan regional dan nasional.

2) Pusat Penelitian Pertanian yakni dengan adanya

pengembangan Balai Penelitian Tanaman Sereal dan

Tanaman Pangan yang berlokasi diKecamatan Turikale.

Balai penelitian ini melakukan serangkaian penelitian untuk

menghasilkan inovasi teknologi pertanian sekaligus

mendiseminasikan secara terarah guna mendukung upaya

peningkatan produksi pertanian sesuai dengan potensi yang

dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Selatan.

46
3) Pusat Penelitian Kelautan dan Perikanan, yakni dengan

adanya kawasan riset tentang potensi kelautan dan perikanan.

Hal ini sangat mendasar karena wilayah Kabupaten

Maros sebagai daerah pesisir dengan kontribusi pada sektor

perikanan di Sulawesi Selatan cukup besar, terutama

dalam memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar sebagai

ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Disamping itu, kegiatan

perikanan yang diusahakan dan dikembangkan oleh

masyarakat Kabupaten Maros adalah perikanan budidaya air

payau yang mencapai luas tambak 9.461,53 Ha.

4) Militer, yaitu wilayah Kabupaten Maros merupakan wilayah

yang dijadikan sebagai Pusat Pelatihan dan Pendidikan TNI-

AD, yaitu dengan adanya kawasan pelatihandan pendidikan

Kostrad TNI- AD. Lokasi kegiatan ini berlokasi pada dua

kecamatan, yakni Sambueja, Kecamatan Bantimurung dan

Kariango, Kecamatan Tanralili. Disamping itu, Kecamatan

Mandai juga dijadikan sebagai pangkalan udara TNI Angkatan

Udara yang berlokasi di Bandar Udara Sultan Hasanuddin.

5) Pusat Kegiatan Keagamaan,yakni suatu kegiatan yang

dilakukan oleh jamaah Halwatiah Sammang. Pada setiap

hari besar Maulid Nabi Muhammad SAW,jamaah Halwatiah

Sammang bersatu melakukan sikir akbar yang berlokasi

diPatte’ne Kecamatan Marusu Asal jamaah Halwatiah

47
Sammang tersebut telah tersebar diseluruh nusantara

bahkan ada yang berasal dari Malaysia.

6) Bagian Wilayah Pengembangan Kawasan Metropolitan

Mamminasata yaitu suatu kebijakan pengembangan

wilayah yang pertama diKTI, dimana sebagian wilayah

Kabupaten Maros masuk dalamKawasan Perkotaan

Metropolitan tersebut. Wilayah Kecamatan yang masuk

dalam pengembangan ini adalah Kecamatan Mandai,

Moncongloe, Tompobulu, Bantimurung, Marusu, Turikale,

Tanralili, Lau, Maros Baru, Simbang, Bantimurung dan

Bontoa. Dari luas wilayah pengembangan Kawasan

Mamminasata sebesar2.462 Km2, wilayah Kabupaten

Maros yang menjadi bagian kawasan pengembangan

tersebut adalah1.039 Km2 atau 42,20%. Hal ini tentunya

sangat memberi manfaat bagi wilayah Kabupaten Maros

ditinjau dari segi penyediaan dan pembangunan

infrastruktur penyediaan lapangan kerja penyerapan

tenaga kerja PAD dan lain sebagainya.

4.1.2 Letak Dan Luas Wilayah

Kabupaten Maros secara geografis terletak dibagian Barat

Provinsi Sulawesi Selatanya itu pada 40°45’ hingga 50°07’Lintang

Selatan dan 109°20’ hingga129°12’ Bujur Timur Luas Kabupaten

48
Maros adalah 1.619,12km2 atau 2.3% dari luas Wilayah Provinsi

Sulawesi Selatan. Dengan batas-batas,yaitu:

• Sebelah utara adalah Kabupaten Pangkep

• Sebelah Selatan adalah Kota Makassar

• Sebelah Timur adalah Kabupaten Bone

• Sebelah Barat adalah Selat Makassar

Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Maros

Luas wilayah Kabupaten Maros adalah 1.619,12km2 atau

sekitar 3,54% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan

(45.764,53km2). Panjang pantai Kabupaten Maros adalah 31Km

49
dengan batasan luas 4 mil dari bibir pantai Karakteristik pantai di

Kabupaten Maros adalah pantai berpasir putih yang membentang.

Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah pada tahun 2001,

maka daerah pemerintahan Kabupaten Maros terdiri 14 Kecamatan

yang terdiri dari 80 Desa dan 23 Kelurahan Dari 14 Kecamatan

tersebut terdapat 89 lingkungan dan 320 dusun Kecamatan yang

terluas adalah Kecamatan Mallawa dengan luas wilayah 235,92km2

atau 14,57% dari luas wilayah Kabupaten Sedangkan Kecamatan

terkecil adalah Kecamatan Turikale (Ibu kota Kabupaten) dengan

luas 29,93 km2 (1,85% dari luas wilayah kabupaten).

Dari 14 kecamatan yang terdapat diKabupaten Maros masih

terdapat 22 Desa/Kelurahan swadaya dan 22 Desa/Kelurahan

Swakarya, sedangkan sisanya sebanyak 59 Desa telah termasuk

kategori Desa Swasembada.

4.1.3 Geologi

Klasifikasi batuan di wilayah Kabupaten Maros terbagi dalam

empat kelompok besar yaitu:

1) Batuan permukaan yang terdapat hampir diseluruh

kecamatan kecuali kecamatan Mallawa dengan luas

keseluruhan 55.359Ha;

50
2) Batuan sedimenyang penyebarannya juga hampir

terdapat diseluruh kecamatan kecuali diKecamatan Bontoa

dengan luas 66.195Ha;

3) Batuan gunung api yang tersebar diKecamatan Tanralili

Camba Mallawadan Bantimurung dengan luas 32.008Ha

dan

4) Batuan terobosan yang terdapat hampir diseluruh

kecamatan kecuali Kecamatan Maros Baru dan Bontoa

dengan luas 8.312 Ha.

4.1.4 Kependudukan

Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan Sensus Penduduk Tahun

2015 berjumlah 339.300 jiwa yang tersebar di 14Kecamatan dengan

jumlah penduduk terbesar yakni 43.778 jiwa yang mendiami Kecamatan

Turikale. Secara umum keterbandingan antara penduduk laki-laki dengan

perempuan (sex ratio), perempuan lebih banyak dibandingkan dengan

laki-laki dengan perbandingan 45% laki-lakidan 55% perempuan.

Kemudian diKecamatan Tanralili merupakan wllayah yang rasio

jenis kelaminnya paling besar yakni 103, hal ini menunjukkan jumlah

penduduk laki-laki di kecamatan tersebut lebih besar dari pada penduduk

perempuan Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di

Kecamatan Turikale dengan jumlah 43.335 jiwa Sedangkan yang terendah

51
di Kecamatan Mallawa dengan jumlah 11.346jiwa. Jumlah penduduk di

kabupaten maros dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan


di Kabupaten Maros, Tahun2015

Jenis Kelamin (ribu)


Rasio
Sex (thousand)
Kecamatan Jenis
Subdistrict Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Sex Ratio
Male Female Total

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Mandai 18,684 19,540 38,224 96

2 Moncongloe 9,015 9,461 18,476 95

3 Maros Baru 12,536 13,063 25,599 96

4 Marusu 13,220 13,532 26,752 98

5 Turikale 21,165 22,613 43,778 94

6 Lau 12,632 13,195 25,827 96

7 Bontoa 13,659 14,225 27,884 96

8 Bantimurung 14,263 15,285 29,548 93

9 Simbang 11,291 12,128 23,419 93

10 Tanralili 13,090 12,738 25,828 103

11 Tompobulu 7,395 7,632 15,027 97

12 Camba 6,428 6,736 13,164 95

13 Cenrana 7,036 7,392 14,428 95

14 Mallawa 5,467 5,879 11,346 93

Maros 165,881 173,419 339,300 96

Sumber : BadanPusat StatistikKabupatenMaros2015

52
4.1.5 Sarana Pendidikan

Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa pembangunan sumberdaya manusia suatu Negara

akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial.

DiKabupaten Maros dalam upaya meningkatkan pendidikan pemerintah

Kabupaten Maros menerpkan berbagai metode salah satunya dengan

memanfaatkan teknologionline.

Perpustakaan online merupakan metode praktis yang dilakukan,

dimana sasaranya adalah siswa-siswi sebanyak 23 ribu yang bisa diakses

oleh anak sekolah dengan sekali klik. Sebanyak 23 ribu jenis buku akan

disiapkan dalam bentuk file sehingga anak sekolah dapat mengakses

buku tersebut. Pelayanan internet tersebar di14 kecamatan di Kabupaten

Maros.

DiKabupaten Maros terdapat beberapa sekolah dengan berbagai

jenjang mulai dari SD,SMP dan SMA Untuk tingkat SMA/SMK terdapat 36

sekolah, SMP93 Sekolah dan SD sebanyak 255 sekolah.

Sumber:BadanPusat StatistikKabupatenMaros2014

4.1.6 Sarana Kesehatan

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan jalan

menyediakan beberapa fasilitas kesehatan sampai ke daerah-daerah

53
terpencil. Dapat dilihat pada tabel statistik kesehatan di kabupaten maros

dibawah ini:

Tabel 3. Statistik Kesehatan di Kabupaten Maros

Tahun 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014


Tempat Berobat 445 445 431 416
Rumah Sakit 3 3 2 2
Rumah Bersalin 2 2 0 0
Puskesmas 14 14 14 14
Pustu 31 31 27 27
Pusyandu 395 395 388 372
Tenaga Kesehatan 381 347 354 375

Dokter Umum 44 43 39 36
Dokter Gigi 30 29 31 30
Bidan 131 118 137 146
Perawat 156 132 131 139
Apoteker 20 25 16 24
Sumber: BadanPusat StatistikKabupatenMaros2014

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tempat

berobat mengalami pengurangan dari tahun ke tahun, pada tahun 2011

dan 2012 jumlah tempat berobat yakni 445 unit yang terdiri dari rumah

sakit, rumah bersalin, puskesmas, pustu dan posyandu, kemudian

ditahun 2013 mengalami pengurangan menjadi 431 unit dan ditahun 2014

juga mengalami pengurangan, sehingga jumlah tempat berobat menjadi

416 unit. Lain halnya dengan tenaga kerja yang mengalami peningkatan

54
dari 347 orang ditahun 2012 dan meningkat menjadi 354 orang di tahun

2013, selanjutnya, tahun 2014 juga mengalami peningkatan menjadi 375

orang.

4.1.7 Agama

Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari

besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan

umat Islam yang berupa masjid, langgar/mushalla pada tahun 2011

masing-masing berjumlah 597 dan 47. Tempat peribadatan untuk umat

Kristiani dan katolik sebanyak 18 yang terdapat di 7 Kecamatan.

Tabel 4 .Jumlah pendudukberdasarkanAgama

di Kabupaten Maros, Tahun2011

Kecamatan Islam Katolik Kristen Hindu Budha


Mandai 34.570 63 514 7 7
Moncongloe 16.971 31 249 3 3
MarosBaru 23.436 43 351 5 5
Pmarusu 24.798 45 370 5 5
Turikale 40.602 73 603 8 8
Lau 23.800 43 356 5 4
Bontoa 26.103 47 390 5 5
Bantimurung 27.346 50 409 6 6
Simbang 21.629 39 324 5 4
Tanralili 24.677 45 369 5 5
Tompobulu 13.441 24 201 3 2
Camba 12.312 22 184 3 2
Cenrana 13.433 24 201 3 3
Mallawa 10.512 19 157 2 2
Jumlah 313.630 568 4.678 65 61
Sumber: BPS KabupatenMAROS, 2011

55
4.1.8 Visi Misi Kabupaten Maros

Pemerintah Kabupaten Maros dalam menghadapi permasalah,

tantangan dan keterbatasan yang dihadapi serta dengan memperhatikan

hasil analisis dinamika lingkungan strategis dan aspirasi masyarakat,

maka Pemerintah Kabupaten Maros sendiri mengusung visi dan misi

untuk menaggapi persoalan tersebut.

Visi:

Mewujudkan masyarakat maros yang sejahtera dan beriman melalui

pemerintahan yang bersih dan profesional.

Visi tesebut mengandung makna dan pengertian yang luas karena

memiliki muatan dan nilai-nilai yang mengakomodir aspirasi dan ekspresi

masyarakat Kabupaten Maros sebagai berikut :

1. Visi mewujudkan Kabupaten Maros yang maju adalah

mengupayakan pertumbuhan pembangunan untuk mencapai

kemajuan di segala bidang dan segala aspek kehidupan baik

ekonomi maupun sosial budaya. Maju berarti mewujudkan keadaan

dalam waktu sekarang lebih baik dari waktu masa lalu, dan

keadaan masa depan akan lebih baik dibandingkan keadaan pada

waktu sekarang.

2. Visi mewijudkan masyarakat Maros yang harmoni ditandai denga

terselenggaranya proses pembangunan dan kehidupan masyarakat

56
dalam keadaan aman, damai, tertib, dan tentram. Tetapi memiliki

semangat keratifitas yangtinggi untuk mencapai kemajuan masa

depan. Terciptanya harmoni dalam proses pembangunan dan

kehidupan masyarakat yang stabilitas dan mantap serta

perkembangan lingkungan yang strategis dan dinamis merupakan

prasyarat agar proses pertumbuhan pembangunan dapat

berlangsung secara berkelanjutan.

3. Visi mewujuskan masyarakat yang sejahtera ditandai dengan

peningkatan kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serata

tercukupinya kebutuhan dasar, yautu sandang, pangan, papan,

kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. Dapat pula dikatakan

bahwa masyaraakat yang sejahtera mengandung makna, yaitu

terjaminya hak setiap warga Negara Indonesia untuk hidup

sejahtera lahir dan batin dalam rangka meningkatkan kualitas hidup

dan berperan aktif dalam upaya mewujudkan kesejateraan bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dalam atri sempit, pembangunan

kesejahteraan masyarakat adalah untuk mengangkat harkat derajat

dan martabat penduduk miskin.

4. Pendekatan kemandirian lokal meruapakan pendekatan yang

digunakan dalam pembangunan daerah Kabupaten Maros (1) untuk

mendorong peningkatan kemandirian daerah otonom dan kelompok

masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, (2) merupakan

pendekatan pembangunan yang bersendikan nilai-nilai budaya

57
lokal, (3) mengedepankan prinsip interkoneksitas untuk

meningkatkan pembangunan daerah secara lebih efektif dan efisien

serta menciptakan peluang-peluang pembangunan baru.

Kemandirian lokal diartikan sebagai semangat pembangunan yang

tidak menggantungkan sepenuhnya pada bantuan luar daerah.

Tidak menggantungkan sepenuhnya pada bantuan luar

dikonotasikan dengan semangat pemabngunan berbasis pada

kekuatan sendiri atau berdiri diatas kaki sendiri. Untuk mencapai

kemandirian lokal tersebut dibutuhkan kerja keras, pemberdayaan,

kemitraan, dan partisipasi seluruh komponan masyarakat pelaku

pembangunan secara nyata dan bertanggung jawab.

5. Bernafaskan imam dan taqwa dimaksudkan bahwa dalam

melaksanakan pembangunan dan menjalani kehidupan masyarakat

yang sejahtera secara spritual diperlukan imam dan taqwa

merupakan landasan kehidupan. Keimanan merupakan mengakui

adanya Tuhan Yang Maha Kuasa walaupun tidak mampu

melihatnya dan taqwa merupakan faktor utama pembentuk

kepribadian dan nilai seseorang. Dengan imam dan taqwa

diharapkan kehidupan masyarakat akan menjadi harmonis, maka

pemerintah daerah berkewajaban untuk mendorong terbentuknya

nilai-nilai keimanana dan ketaqwaan dalam mewujudkan

pembangunan masyarakat yang rukun dan harmonis.

58
Misi :

1. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan

mendorong secara sungguh-sungguh simpul-simpul

perekonomian;

2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan dan investasi

melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif;

3. Penataan birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

pendidikan;

5. .Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan

gizi masyarakat;

6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses

pembangunan;

7. Meningkatkan pembinaan keagamaan;

8. Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan;

9. Meningkatkan Pembinaan Pemuda, Olahraga, Seni da Budaya;

10. Meningkatkan daya dukung Lingkungan hidup.

4.2 Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat

Visi :

“Mewujudkan Sumber Daya Manusia Aparatur Yang Profesional

Berbasis Kompetensi”

59
Misi:

a. Peningkatan kualitas perencanaan, perekrutan penempatan,

dan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan

kopetensinya;

b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur ;

c. Penerapan reward and punishment;

d. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

aparaturBadan Kepegawaian Daerah dan Diklat;

e. Peningkatan kesejahteraan aparatur;

Tugas pokok, fungsi dan uraian tugas badan kepegawaian

daerah dan diklat (pasal 3) :

1. Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat dipimpin oleh Kepala

Badan yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

urusan di bidang kepegawaian dan diklat berdasarkan asa

desentralisasi dan tugas bantuan.

2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana di maksud

pada ayat (1), Kepala Bidang Kepegawaian Daerah dan

Diklat mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang manajemen

kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan

pengembangan karir, mutasi, promosi, pendidikan,

diklat structural diklat teknis dan fungsional,

60
pengendalian dan informasi kepegwaian, pengajian,

kesejahteraan, pemberhentian serta kedudukan

hukum pegawai ;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan di bidang

kepegawaian daerah yang meliputi perencanaan,

perencanaan, pengadaan pengembangan karir,

mutasi, promosi, pendidikan, diklat structural diklat

teknis dan fungsional, pengendalian dan informasi

kepegwaian, pengajian, kesejahteraan, pemberhentian

serta kedudukan hukum pegawai ;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang

Kepegawaian daerah yang meliputi perencanaan,

pengadaan pengembangan karir, mutasi, promosi,

pendidikan, diklat structural diklat teknis dan

fungsional, pengendalian dan informasi kepegwaian,

pengajian, kesejahteraan, pemberhentian serta

kedudukan hukum pegawai ;

d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang

tugasnya.

3. Uraian tugas Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat sebagai

berikut :

a. Merumuskan program kerja Badan Kepegawaian Daerah

dan Diklat berdasarkan rencana kerja yang telat dibuat:

61
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan yang berkaitan

penyelenggaraan program kerja kegiatan Badan:

c. Mebina bawahan dalam hal pelaksaan tugas sesuai

peraturan dan prosedur yang berlaku;

d. Mengarahkan dan pemberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan

lancar;

e. Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis dan

koordinasi penyususnan rencana strategis serta

koordinasi penyususnan laporan kinerja instansi

pemerintah agar diperoleh hasil kerja yang lebih baik;

f. Merencanakan dan merumuskan peraturan perundang-

undangan daerah bidang kepegawaian sesuai norma

standard an prosedur yang ditetapkan pemerintah;

g. Merencanakan dan merumuskan kebijakan jangka

panjang, jangka menengah, dan jangka pendek

pengembangan kapasitas Badan Kepegwaian Daerah

dan Diklat serta pengembangan pengembangan

kapasitas sumber daya aparatur daerah;

h. Menyelenggarakan pembinaan teknis, pengawasan, dan

pengkoordinasian pelaksanaan manajemen Pegawai

Negeri Sipil sesuai dengan kewenangan

62
i. Menyelenggaraan pembinaan teknis, pengawasan, dan

pengenndalian pelaksanaan peraturan perundang-

undangan bidang kepegawaian sesuai dengan urusan

dalam tingkatan peerintahan;

j. Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan

peningkatan kinerja, kesejahteraan dan pembinaan

mental pegawai negeri sipil daerah;

k. Menyelenggarakan pembinaan teknis dan

pengkoordinasian pelaksanaan pemutakhiran dan

penyajian data Peawai Negeri Sipil daerah berbasis

teknologi informatika dan komunikasi untuk skala provinsi

dan kabupaten;

l. Menyelenggarakan dan meningkatkan kualitas layanan

administrasi kepegawaian dan pemeliharaan tata naskah/

arsip kepegawaian;

m. Menetapkan kebijkan operasional badab sesuai dengan

kebijakan umum pemerintah daerah;

n. Menyelenggarakan pengembangan dan kerja sama

program pendidikan dan pelatihan di wilayah kabupaten

maros;

o. Menyelenggarakan pembinaan administrasi kegiatan

badan yang meliputi administrasi kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, umum dan kesisteman;

63
p. Memberikan saran, pertimbangan dan rekomendasi teknis

kepada Bupati mengenai pengembangan sumber daya

manusia aparatur sebagai bahan penetapan kebijakan

umum pemerintah kabupaten;

q. Mengevaluasi pelakasaan tugas dan kegiatan bawahan

untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum di

laksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

r. Menyusun laporan hasil pelaksaan tugas Badan

Kepegawaian Daerah dan Diklat dan memberikan saran

pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan

kebijakan;

s. Menyelenggarakan tugas kedinasan yang lainyang di

perintahkan oleh atasan sesuai bidang tugas untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan tug as.

4.3 Kepemimpinan perempuan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di Kabupaten Maros

Keikutsertaan perempuan dalam penyelenggaraan

pemerintahan pada suatu daerah dapat dilihat melalui sejauh

mana perempuan ikut berperan di dunia publik khususnya dalam

kepemimpinan pemerintahan.

64
Jumlah pemimpin perempuan dalam rana desa kelurahan dan

dinas yakni memiliki jumlah 10 orang yang terdapat di berbagai tempat,

berikut daftar nama-nama kepala dinas, kepala kelurahan dan kepala

desa yang ada di kabupaten maros :

NO. NAMA JABATAN


1. Dra. HJ. NURAENI WAHID KEPALA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN
KELUARGA BERENCANA
2. ROSMIATI, S.STP LURAH ADATONGENG KECAMATAN TURIKALE
3. RAODAH, S.STP LURAH MACCINI BAJI KECAMATAN LAU
4. HJ. SALMAWATY, S.SOS LURAH MARIO PULANA KECAMATAN CAMBA
5. SUHARNI KEPALA DESA WANUAWARU KECAMATAN
MALLAWA
6. DAHNIAR.SE KEPALA DESA TELLUMPANUAE KECAMATAN
MALLAWA
7. LENNI MARLINA. SE KEPALA DESA SUDIRMAN KECAMATAN
TANRALILI
8. ARNITA RAHMAN KEPALA DESA MATAMPAPOLE KECAMATAN
MALLAWA
9. DARAWATI, S.PD KEPALA DESA SAMBUEJA KECAMATAN SIMBANG
10. HJ. SITTI AMINAH KEPALA DESA SIMBANG KECAMATAN SIMBANG

Keberadaan penduduk sebagai obyek dan subyek pembangunan

diharapkan mampu mengembangkan kreatifitasnya dengan segala

kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian tujuan pembangunan yaitu

secara adil dan merata. Perwujudan hal tersebut, tentunya hanya bisa

dicapai melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta

mengarahkanya secara profesionalisme. Dalam berbagai kegiatan

pembangunan atau produksi, penduduk berfungsi sebagai penyedia

65
tenaga kerja. Kontribusinya terhadap suatu daerah sangat ditentukan oleh

tingkat partisipasi kerja. Kabupaten maros sendiri tidak lepas dari hal

tersebut, dimana penduduknya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan

mempunyai peluang yang sama dalam dunia publik khusunya dunia politik

dan pemerintahan untuk menenmpatkan dirinya sebagai pemimpin.

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling

mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut atau bawahannya yang

menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya

4.4 Gaya kepemimpinan perempuan dalam pemerintahan di

Kabupaten maros

Kepemimpinan merupakan aspek yang paling nyata dari kegiatan

manajemen, Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang sukses

memimpin dirinya sendiri. Tapi kunci menuju sukses dalam memimpin

birokrasi adalah kemampuan memimpin bawahan secara sukses.Olehnya

itu pemilihan gaya kepemimpinan yang benar disertai dengan motivasi

eksternal yang tepat dapat mengarahkan pencapain tujuan

birokrasipemerintahan.

Kabupaten Maros dalam pemerintahan telah menunjukkan bahwa

perempuan hal ini dilihat dari adanya pemimpin-pemimpin perempuan

yang menduduki jabatan sebagai kepala desa, kepala kelurahan hingga

kepala dinas dan dalam kepemimpinan para perempuan ini walapun

66
jumlah mereka dalam pemerintahan tidak terlalu mendominasi tapi

perempuan-perempuan ini cukup baik dalam menjalankan tugasnya

Jika dilihat dari hirarki kepemimpinan pemerintahan di Indonesia,

kepala daerah (gubernur, bupati, walikota) berdasarkan pada

kepemimpinan tingkat menengah, karena diatasnya terdapat

kepemimpinan yang dijalankan oleh presiden dan pembantunya, dan

dibawahnya terdapat kepemimpinan yang dijalankan oleh camat dan

lurah/kepala desa. Para pemimpin pemerintahan tersebut bertanggung

jawab sepenuhnya atas penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan

di daerahnya masing-masing, sekaligus mempertanggungjawabkan tugas

yang diembannya kepada pejabat yang berwenang sesuai hirarki

kepemimpinan tersebut.

Di Kabupaten Maros terdapat 10 pemimpin perempuan yang di

dalamnya terdapat satu Kepala Dinas, tiga Kepala Kelurahan, dan enam

Kepala Desa. Dari sepuluh pemimpin perempuan ini penulis akan

mengambil tiga sampel itu mewakili pemimpin perempuan yang lain,

ketiga pemimpin perempuan ini yang dianggap lebih dominan atau lebih

berhasil dari pemimpin – pemimpin yang lain yaitu ibu Kepala Dinas ibu

Dra.Hj. Nuraeni Wahid penulis memilih ibu kepala kepala dinas karena

pencapaian yang dilakukannya, beliau selain menjadi Kepala Dinas

Pengendalian penduduk beliau juga menduduki jabatan di Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak beliau menduduki

67
jabatan tersebut karena belum ada pengganti dari Dinas Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak. dan untuk kelurahan yang saya pilih

yaitu kelurahan ada tongeng kcamatan turikale yang di pimpin oleh ibu

lurah Rosmiati, S.STP sebagai informan kunci karena keluarahan ini

menjadi kelurahan di contohi di Kabupaten Maros karena tingkat

kebersihan serta pelayanan yang amat baik di keluarahan Adatongeng

kecamatan turikale hal ini di apresiasi langsung oleh bapak bupati karena

ibu Lurah Adatongeng mampu mengkoordinir atau membawahi bawahan

atau staf – staf di keluarahan tersebut. Selanjutnya saya memilih desa

simbang kecamatan simbang yang di pimpin oleh ibu Darawati S.PD

karena dalam kepemimpinannya beliau di beri penghargaan oleh bapak

bupati atas penggunaan ADD (Alokasi Dana Desa ) yang jujur di gunakan

dengan baik dalam membangun desa. Berikut 4 gaya kepemimpinan yang

akan di bahas lebih lanjut tentang bagaimana gaya kepemimpinan

perempuan di kabupaten Maros.

4.4.1 Kepemimpinan direktif (directive leadership)

Kepemimpinan directif yaitu pemimpin memberikan kesempatan

kepada bawahan untuk mengetahui apa yang menjadi harapan

pimpinannya dan pimpinan tersebut menyatakan kepada bawahan

tentang bagaiman dapat melaksanakan suatu tugas. Gaya ini

mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil.gaya

68
kepemimpinan yang mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan

dan harapan bawahan. Atasan sering memberikan perintah atau tugas

khusus (otokrasi).

pemimpin terkadang menerapkan gaya kepemimpinan ini jika

dalam situasi tertentu jika menemukan pegawai yang kurang disiplin ,

kurang inisiatif , selalu bergantung pada atasan , dan kurang kecakapan

dalam meyelesaikan tugas yang diberikan. Pelaksanaannya sangat

tegang pula, sehingga lebih tepat apabila kepemimpinan atau pemimpin

tipe ini dimanfaatkan untuk keadaan darurat, dimana suatu konsultasi

dengan bawahan sudah tidak mungkin lagi.

Gaya ini disebut juga sebagai gaya kepemimpinan otokratis. Gaya

ini ditandai dengan banyaknya petunjuk yang datangnya dari peminpin

dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak ada peranan anak buah

dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin jenis ini

selalu memimpin dan membuat keputusan serta perencanaan secara

sepihak. Gaya kepemimpinan ini adalah memberikan perintah. Berikut ciri

ciri pemimpin dengan gaya direktif.

4.4.1.1 Wewenang mutlak berada di tangan pemimpin.

Maksud dari wewenang mutlak berada di tangan pemimpin yaitu

pemimpin menentukan keputusan-keputusan sendiri, dan mempunyai

tanggung jawab penuh atas keputusan yang di keluarkan.Jadi setiap

69
keputusan yang di keluarka mutlak dari atasan tanpa campur tangan

bawahan sedikitpun.

hasil wawancara kepala dinas pengendalian penduduk dan

keluarga berencana ibu Dra. HJ. Nuraeni wahid mengatakan bahwa :

”Dalam hal memimpin saya menggunakan cara


kekeluargaan terhadap bawahan saya, betul memang ini
namanya dinas tetapi dalam hal pekerjaan saya tidak langsung
memarahi apa bila ada kesalahan yang mereka lakukan tapi
lebih mengarahkan, dan setiap keputusan, setiap masalah yang
ada saya melibatkan semua bawahan agar hubungan saya dan
bawahan bisa lebih terjalin dengan baik kedepan dalam hal
pencapaian tujuan pekerjaan ”(jumat 24 februari 2017).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat di lihat gaya

kepemimpinan ibu Dra. HJ. Nuraeni selaku kepala dinas pengendalian

penduduk dan keluarga berencana di kabupaten maros itu tidak masuk

pada indikator ini sebab ibu kadis menggunakan cara kekeluargaan dalam

memimpin dan melibatkan semua bawahan dalam setiap permasalahan

dan pengambilan keputusan.

Dalam gaya kepemimpinan ibu kadis sering mengadakan

konsultasi dengan mengikuti bawahanya dan aktif dalam menentukan

rencana kerja yang berhubungan dengan kelompok. Partisipasinya

digunakan dan kondisi tepat akan menjadikan hal yang efektif seorang

pemimpin berkesempatan untuk memberikan motivasi bawahan dalam

menyelesaikan tugasnya untuk meningkatkan produktivitasnya dan sering

mendorong bawahannya ikut ambil bagian dalam hal tujuan-tujuan dan

70
saran-saran. Jadi bisa kita lihat bahwa dalam indikator gaya

kepemimpinan ini ibu kadis tidak termasuk didalamya.

Hasil wawancara ibu kadis diatas diperkuat juga dengan hasil

wawancara sekretarisnya yaitu ibu herawati noor yang mengatakan

bahwa

“cara memimpin ibu kadis cukup bagus karena apapun yang


terjadi beliau selalu melibatkan bawahannya dan tidak pernah
membatasi kami dalam hal apapun dan apa bila ada keputusan-
keputusan atau masalah-masalah dia tidak pernah memojokkan
siapapun beliau lebih bagaimana menyelesaikan sesuatu secara
musyawarah serta melibatkan bawahannya dalam hal
pengambilan keputusan” (jumat 24 februari 2017).

Dari penuturan Ibu Herawati Noor dapat dilihat bahwa dalam

kepemimpinan Ibu Kadis tidak membatasi bawahannya untuk

keikutsertaanya dalam pengambilan keputusan, dan ketika ada masalah

atau keputusan beliau tidak akan menyalahkan siapapun tetapi

menyelesaikannya dengan musyawarah mufakat.

Dalam hal sangat terlihat jelas bahwa memang pada indikator

wewenang mutlak berada ditangan pemimpin itu tidak berlaku pada ibu

kadis karena beliau memberikan kebebasan pada setiap bawahan atau

pegawai untuk memberikan kritik mereka dalam memajukan organisasi

dalam hal ini Pemimpin Perempuan sendiri. Dan tidak memberikan ruang

pembatas mengenai hal itu .

71
Di bagian ciri kepemimpinan ini, peneliti juga melakukan

wawancara oleh ibu lurah adatongeng ibu Rosmiati, S.STP tentang cara

dia memimpin yaitu :

“saya secara pribadi dalam hal memimpin saya lebih


mendekatkan diri dengan bawahan dimana dari segala
keputusan saya selalu membicarakan kepada bawahan-
bawahan saya apapun itu agar tidak timbul kesalahpahaman
karena dalam pekerjaan memang harus ada hubungan timbal
balik antar pemimpin dan bawahan dan demi berjalannya
pelayanan masyarakat dengan baik hubungan seperti itu harus
di jaga dengan baik” (selasa 28 februari 2017).

Dari hasil pernyataan ibu Rosmiati, S.STP selaku lurah adatongeng

dapat dilihat bahwa dalam inidikator ini tdak sesuai dengan gaya

kepemimpinannya beliau lebih menjaga hubungan terhadap bawahan

membicarakan segala sesuatu agar tidak ada kesalahpahaman yang

terjadi demi berjalannya roda pekerjaan untuk pelayanan masyarakat

berjalan baik kedepan..

Sesuai hasil wawancara di atas bahwa suatu pemerintahan

membutuhkan figur atau sosok pemimpin yang mampu menumbuhkan

semangat kerja, meningkatkan kinerja, mengkoordinasi orang-orang atau

bawahan ke dalam kelompok kerja (team work) serta mengintegrasikan

merekake dalam situasi atau iklim kerja yang solid dan harmonis guna

mencapai tujuan bersama. Jadi pada point ini tidak sejalan atau tidak

sesuai dengan gaya kepemimpinan ibu lurah gunakan dalam

kepemimpiannya.

72
Selanjutnya pernyataan ibu lurah diatas juga di perkuat oleh

wawancara bawahannya yatiu ibu herawati yang mengatakan bahwa:

“beliau dalam hal memimpin sangat bijaksana dalam hal


pekerjaan melibatkan bawahan dalam setiap kebijakan,
bertoleransi tapi tetap tegas dalam aturan” (senin 27 februari
2017).

Dari pernyataan ibu herawati di atas mengatakan bahwa ibu lurah

memberikan kebebasan untuk ikut serta dalam diskusi mengenai

perkembangan organisasi atau proker-proker pekerjaan walaupun

keputusan di kembalikan kepada ibu untuk di mintai pertimbangan kmbali

dan dirembukkan bersama-sama lagi.

Jadi pada wawancara di atas tidak ada kecocokan pada indikator

ini di karenakan pernyatan-pernyataan di atas yang tidak sesuai atau tidak

masuk dalam indikator tersebut.

Kemudian Pernyataan ibu desa simbang ibu Darawati S.PD

tentang kepemipinannya yaitu:

“Dalam memimpin saya tidak pernah jalan sendiri dari segi


apapun, apa bila ada sesuatu saya tidak pernah langsung
menyikapi sesuatu tanpa membicarakannya terlebih dahulu
kepada bawahan saya, apa bila ada sesuatu semuanya di
bicarakan secara baik-baik, jadi selagi bisa di selesaikan secara
internal kita tidak bawa keluar, jadi saya memanggil semua
bawahan saya duduk bersama dan membicarakan secara
kekeluargaan” (senin 27 februari 2017).

73
Hasil wawancara yang di lakukan ibu Darawati S.PD dalam

kepemimpnannya beliau berjalan beriringan dengan bawahannya dan

dalam menyikapi sesuatu terlebih dahulu membicarakannya bersama

bawahannya sehingga dalam pengambilan keputusan di diskusikan

dengan cara kekeluargaan karena tanpa hubungan antara individu

dengan tujuan organisasi akan menjadi lemah. Gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh seorang pemimpin atau seorang manajer dalam suatu

organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong

gairah/semangat kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.

Hal ini merupakan faktor manusia yang mengikat suatu kelompok untuk

bersama-sama dan mendorong terhadap tujuan.

Dalam hasil wawancara yang dilakukan di atas juga tidak memiliki

kesesuaian dengan indikator yang ada.

Dan dari pernyataan ibu Darawati S.PD diatas diperkuat oleh

pernyataan sekretaris ibu desa simbang yaitu bapak H. Sadollah yang

mengatakan bahwa:

“dalam kepemimpinan beliau tidak pernah banyak menuntut, beliau


memberikan kebebasan kepada bawahan tapi tetap dalam jalur
pekerjan, beliau sosok yang sangat toleran terhadap bawahannya,
membicarakan segala sesuatu secara kekeluargaan”(senin 27
februari 2017)

Pernyataan wawancara bapak H. Sadollah selaku sekretaris desa

ini bisa dinilai bahwa ibu kepala desa simbang dalam kepemimpinannya

memiliki sikap toleransi dan terbuka dalam pengambilan keputusan dan

74
menyelesaikan masalah. Pernyataan-pernyataan yang dinyatakan oleh

memperkuat bahwa hubungan antara gaya kepemimpinan dan semangat

kerja itu ada. Bagaimana seorang pemimpin dengan menggunakan gaya

kepemimpinan yang tepat dan efektif dapat mempengaruhi bawahannya

sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai secara maksimal.

Jadi keseluruhan dari wawancara di atas yang telah di lakukan

dapat dilihat bahwa dalam indikator wewenang mutlak di tangan pemimpin

tidak sesuai dengan wawancara di atas para pemimpin menggunakan

hubungan timbal balik yang dimana keputusan atau kebijakan yang akan

dibuat rembukkan terlebih dahulu dan di bicarakan agar tidak terjadi yang

tidak di inginkan pada hasil keputusan yang dikeluarkan.

4.4.1.2 komunikasi berlangsung satu arah dari atasan kepada

bawahan.

Pemimpin cenderung mengepresikan dalam bentuk perintah-

perintah langsung ke bawahan, maksudnya bawahan hanya perlu

mendengar apa yang di katakana pemimpin dan melaksanakan apa yang

telah di putuskan oleh pemimpin.

Adapun wawancara yang dikemukakan oleh salah satu staf ibu kadis yaitu

bapak yahya yang mengatakan bahwa;

“memang melibatkan bawahannya, selalu berkoordinasi


dengan semua staf dan yang paling saya sukai dari cara ibu
memimpin yaitu selalu mengarahkan kami apa bila kami melakukan
kesalahan”(jumat 24 februari 2017).

75
Pernyataan yang di keluarkan oleh bapak yahya memperlihatkan

bahwa sosok ibu kadis selalu berkoordinasi dengan stafnya sehingga hal

tersebut bisa meminimalisir kesalahan yang terjadi, dan apabila ditemukan

kesalahan yang terjadi beliau tidak memarahi bawahannya melainkan

memberikan pengarahan sehingga pekerjaan bisa dikerjakan semaksimal

mungkin.

Inti dari pemaparan diatas menjelaskana bahwa dalam point ini ibu

selaku kepala dinas tidak termasuk dalam indikator ini karena dalam

kepemmpinannya ibu tetap memberikan kebebasan untuk mengeluarkan

saran dan kritik dalam pengambilan keputusan serta memberikan

pengarahan dalam setiap pekerjaan sehingga tercipta keputusan bersama

untuk kemajuan organisasi.

Berikut pernyataan wawancara ibu hanin tentang kepemimpinan

ibu lurah Adatongeng yaitu :

“dalam kepemimpinannya beliau selaku lurah lebih


mengutamakan hubungan yang baik karena dalam pekerjaan
hubungan harus ada komunikasi baik, baik dari atasan kebawahan
dan bawahan ke atas agar pekerjaan berjalan dengan efektif
sehingga pekerjaan berjalan maksimal ” (senin 27 februari 2017)

Dari wawancara dengan staf Ibu Lurah diatas dapat dipahami

bahwa indikator ini tidak terpenuhi dikarenakan dalam kepemimpinannya

beliau mengutamakan koordinasi komunikasi yang sangat baik dalam

pekerjaan baik dari atasan kebawahan dan bawahan keatasan karena hal

76
itu merupakan sesuatu efektif untuk mendapatkan hasil kerja yang

maksimal.

Penyataan diatas pula di perkuat oleh bapak udi selaku staf ibu

kepala desa yang mengatakan bahwa :

“walaupun beliau seorang perempuan tetapi loyalitas


terhadap pekerjaan tidak menjadi penghalang, beliau tidak
melimpahkan semua pekerjaan kepada kami tapi tapi membagikan
pekerjaan sesuai bagian-bagian kami, menggunakan hubungan
timbal balik dalam pekerjaan dan dalam hal pengambilan
keputusan”(senin 27 februari 2017).

Dari hasil wawancara diatas Kepemimpinan beliau tidak

menggunakan koordinasi satu arah dengan para pegawainya, Tipe ini

merupakan praktek kepemimpinan otoriter, anggota atau bawahan tidak

pernah berkesempatan untuk berpartisipasi dalam mengemukakan

pendapat, apalagi dalam pengambilan keputusan gaya seperti ini

didasarkan pada penggunaan kekuatan, kekuasaan dan wewenang

memberikan petunjuk spesifik untuk kinerja bawahannya, Pemimipin tipe

Kepemimpinan ini menganggap kepemimpinannya merupakan hak

pribadinya dan berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam

organisasi, tanpa mengadakan konsultasi dengan bawahan-bawahannya

yang melaksanakan.

Jadi pada indikator ini dalam kepemimpinan ibu kepala desa tidak

sesuai dengan indikator yang ada karena Berdasarkan pernyataan diatas

walaupun dia seorang wanita itu bukan menjadi penghalang loyalitas

77
dalam bekerja, dan di sisi lain beliau menggunakan hubungan timbal balik

kepada bawahan dalam pekerjaan.

Jadi, dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan pada indikator ini para pemimpin perempuan tidak

menggunakannya tapi cenderung menerapkan gaya hubungan timbal

balik dimana atasan dan bawahan saling menerima saran serta masukan-

masuan dalam pengambilan keputusan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pemimpin, karena dalam pengambilan keputusan beliau

tidakmelibatkan bawahannya dan cenderung keputusan itu merupakan

hasil pemikirannya bersama dan menjalin hubungan komunikasi yang baik

dengan bawahannya.

4.4.1.3 Pengawasan terhadap kegiatan pekerjaan dilakukan secara

ketat.

Semua pekerjaan di bawa pantauan pemimpin, tidak boleh ada

yang keluar dari jalur yang di tetapkan semua harus mengikuti prosedur

atau peraturan yang ada Sehingga terkadang jalannya pemerintahan

sangat kaku dikarenakan segala hal harus bersumber dari pimpinan untuk

memulai jalannya organisasi.

Dan wawancara oleh staf ibu kadis yaitu ibu hasna yang

mengatakan bahwa :

“beliau mempimpin sangat baik, sama bawahan beliau tidak


membuat sekat malah berbaur dengan baik, dan dalam segi

78
pekerjaan keputusan selalu melibatkan bawahan sesuai dengan
tupoksi, dan selalu memantau hasil kerja dari bawahan dan
selalu meminta pendapat dari bawahan” (senin 27 februari 2017)

Dari hasi wawancara ibu selaku staf yang mengatakan bahwa

Setiap bagian telah memiliki tugas masing-masing yang harus di

selesaikan jdi setiap pekerjaan butuh pengontrolan dri pemimpin. Dari

hasil pembahasan, dapat dilihat bahwa dalam indikator ini sesuai dengan

hasil wawancara di atas yang melihat bahwa ibu kadis melakukan

pengontrolan pekerjaan terhadap bawahan.

seorang pemimpin bukan hanya antara bawahan dan atasan tetapi

juga harus bijaksana menempatkan dirinya dalam melaksanakan tugas,

karena setiap keputusan yang dikeluarkan oleh atasan pasti akan

berpengaruh terhadap kebijakan yang akan dilaksanakan oleh

bawahannya. dalam pemilihan pemimpin dalam pemerintahan khususnya

memilih pemimpin perempuan, memiliki beberapa pertimbangan yakni

melihat kepribadian perempuan itu sendiri yang dianggap lebih lembut

dalam menyelesaikan potensi konflik-konflik sosial di suatu daerah serta

disiplin kerja yang dimiliki oleh perempuan itu sendiri yang dikenal cukup

baik. Partisipasi kaum perempuan dalam sektor publik merupakan upaya

meningkatkan kemampuan dan kemandirian perempuan sebagai insan

dan sebagai sumber daya manusia dalam pembangunan.

Dan hal yang di sampaikan juga oleh bawahan ibu yaitu bapak fajar

mengatakan bahwa :

79
“ibu lurah tegas dalam pengambilan keputusan tapi ramah
dalam hal menjalin hubungan dengan bawahan-bawahannya,
dia memang perempuan tapi dia tau cara memprlakukan orng
dengan baik tidak banyak menuntut tapi dalam pekerjaan
mengarahkan bawahan Beliau tidak semata-mata melakuan
sesuatu tanpa di rembukkan terlebih dahulu dengan
bawahannya.dan dalam kepemimpinannya dia selalu
memberikan seutuhnya hak-hak bawahannya entah dalam
bentuk apapun jika itu memang hak-hak kami beliau tidak
memotong sedkitpun ” senin 27 februari 2017).

Dari pernyataan bapak haris mempertegas bahwa dalam

kepemimpinan ibu lurah dalam mengambil keputusan terlebih dahulu

dibicarakan bersama bawahannya, dia ramah dalam menjalin hubungan

dan selalu engarahkan dalam pekerjaan dan memperlakukan

bawahannya dengan baik serta membrikan seutuhnya hak-hak

bawahannya.

Setelah melakukan wawancara terhadap staf lurah, dapat di

simpulkan bahwa dari indikator ini dalam kepemimpinannya ibu lurah tidak

sesuai di karenakan ibu dalam pengawasaan pekerjaannya tidak begitu

ketat beliau selal mnengarahkan bawahannya dalam hal pekerjaan,

dimana beliau memimpin dengan bersikap ramah, menjaga komunikasi,

dan melibatkan bawahannya dalam rangka mengambil keputusan secara

musyawarah. Untuk meningkatkan kualitas peran perempuan, diperlukan

komitmen yang kuat dikalangan elit pemerintahan untuksungguh-sungguh

menjamin kedudukan perempuan di depan pemerintahan khususnya

menjadi pemimpin dalam pemerintahan

80
hasil penyataan wawancara ibu Raodah diperkuat selaku staf di

kantor desa yaitu:

“ibu dalam hal memimpin itu tidak pernah melimpahkan


semua pekerjaan kepada bawahannya, mau menerima pendapat
dan saran dari bawahannya, dia tidak memposisikan dirinya
sebagai atasan yang harus kita dengar semua ucapannya tapi
beliau lebih cenderung memposisikan dirinya sebagai yang setara
dengan kami jadi kami sebagai bawahan tidak merasa canggung
kepada beliau tapi tetap menghormati beliau sebagai pemimpin
kami” (jumat maret 2017).

Jadi kepemimpinan ibu kepala desa tidak sesuai dengan indikator

yang ada karena pada wawancara yang dikatakan bahwa memang dalam

kepemimpinannya ibu kepala desa tidak melimpahkan semua pekerjaan

kepada bawahan tapi lebih memberikan pekerjaan pada bidang masing-

masing membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan

melibatkan bawahannya.

Dalam kepemimpinan wewenang dari seorang pemimpin yang di

berikan kepada bawahan terukur dan sebatas wewenang yang di berikan

organisasi dan keudukannya. Hubungan yang terjalin dan bersifat

kekeluargaan antara atasan dengan bawahan dapat di hindari sehingga

mereka melaksanakan hubungan kerja sesuai dengan aturan.

Jadi kesimpulan dari wawancara di atas bahwa dari tiga

wawancara hanya satu yang sesuai dengan pernyataan wawancara yang

pemimpinnya mengunakan pengawasan terhadap pekerjaan dilakukan

secara ketat yaitu ibu kadis sedangkan dua diantaranya yaitu ibu kepala

81
lurah dan ibu kepala desa tidak sesuai indikator yang ada, pemimpin

tersebut lebih mengarahkan pekerjaan apa bila sesuatu terjadi dan

pengawasan yang di lakukan tidak begitu ketat. Dalam hal ini disimpulkan

bahwa gaya kepemimpinan directif dalam kepemimpinan perempuan di

kabupaten maros dikatakan kurang atau tidak banyak digunakan dalam

hal memimpin

4.4.2 Kepemimpinan partisipatif (participative leadership)

Kepemimpinan partisipatif pemimpin yang berkomunikasi dengan

bawahannya dan bertanya untuk mendapat masukan-masukan atau

saran-saran dalam rangka mengambil keputusan.gaya kepemimpinan

yang meminta dan menggunakan saran-saran bawahan dalam rangka

mengambil keputusan. Perilaku pemimpin yangpartisipatif mengharapkan

adanya saran-saran dari bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan demikian, bawahannya merasa lebih dihargai oleh atasannya

karena mereka dianggapmampu berperan dalam pengambilan keputusan.

Dengan gaya kepemimpinan seperti ini, hubungan antara pemimpin

dengan bawahan akan terjaga dengan baik. Berikut ciri-ciri Perilaku

Kepemimpinan Partisipatif

4.4.2.1 Bekerja secara aktif dengan bawahan baik perseorangan

maupun kelompok

82
Pemimpin harus mampu bekerja sama dengan bawahannya dalam

mengerjakan pekerjaan, agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai

dengan baik.

Berikut hasil wawancara dari staf ibu kadis tentang bagaimana

gaya kepemimpinan ibu dalam memimpin,Inilah pernyataan ibu noor :

“dalam memimpin ibu kadis selalu menjadi contoh bagi


bawahan saya, tapi setiap masalah atau urusan yang menyangkut
pekerjaan beliu selalu bertukar pikiran kepada bawahan. Jadi
pemimpin bukan tentang bagaimna bisa menyelesaikan pekerjaan
dengan cepat tapi bagaimna bisa saya dan bawahan saya
mengerjakan bersama-sama dan membentuk kerjasama yang
baik”(jumat 42 februari 2017)

Hasil wawancara ibu Noor bisa kita lihat bahwa dalam gaya

kepemimpinannya ibu kadis menerapkan inidikator ini oleh karena itu

dalam memimpin beliau melibatkan dan mendengarkan saran-saran dari

bawahannya serta memberikan contoh yang baik sehingga terbentuk kerja

sama yang baik dalam mengerjakan pekerjaan..

Peran pemimpin menjadi tidak kalah pentingnya dalam

pemerintahan, seorang pemimpin pemerintahan yang bijaksana dan baik

harus dapat memberikan kepuasan kerja kepada para bawahan dan

selalu berusaha memperhatikan semangat kerja mereka. Tentunya pihak

pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam mengelola,

mengarahkan, memerintah dan memotivasi bawahannya untuk

memperoleh tujuan yang diinginkan oleh pemimpin. Dalam mengelola

bawahan yang ada di pemerintahan harus menciptakan suatu komunikasi

83
kerja yang baik antara atasan dan bawahan agar tercipta hubungan kerja

yang serasi dan selaras.

Kemudian hasil wawancara dari staf ibu lurah yaitu ibu herawati

mengatakan bahwa:

“ibu sebagai kepala desa sangat baik kepada bawahannya


bahkan dalam pekerjaan, tidak ada yang tidak suka ibu disini
karena beliau suka bertukar pikiran dengan kami tentang pekerjaan
bekerja secara aktif serta terkadang dalam pekerjaan kami beliau
turun terlibat dan ramah suka bercanda tapi dalam pekerjaan beliau
sangat handal”(senin 27 februari 2017).

Dari pendapat ibu herawati diatas menerangkan bahwa dalam

indikator ini sesuai dengan gaya beliau dalam memimpin, ibu selaku

kepala kelurahan memliki citra yang baik dalam menerapkan gaya

kepemimpinannya di sebabkan karena dalam memimpin beliau tidak

otoriter dalam mengambil keputusan melainkan beliau berdiskusi terlebih

dahulu untuk menentukan keputusan apa yang akan di ambil. Beliau juga

bersikap ramah dan memiliki sifat humoris sehingga hal itu membuat

beliau disukai oleh bawahannya tetapi dalam hal pekerjaan beliau sangat

handal.

Dan kemudian oleh staf ibu desa yaitu bapak H. Sadollah yang

mengatakan bahwa:

‘beliau memimpin bawahannya dengan sangat bagus selalu


mengarahkan dalam hal pekerjaan, selalu mengingatkan tentang
deadline pekerjaan ,selalu memberikan contoh disiplin yang baik
sehingga para staf-staf di kantor itu kalau ibu yng sampai duluan di

84
kantor malu kepada ibu dan beliau selalu membicarakan segala
sesuatu terhadap kami bawahannya.(senin 27 februari 2017)

Sebagai ibu desa dalam kepemimpinannya memang memberikan

contoh yang baik pada bawahannya, disiplin dan besikap terbuka pada

bawahan terutama persoalan pada pekerjaan, bekerja penuh dengan

bawahan.

Dalam gaya kepemimpinan ibu desa dapat dikatakan bahwa beliau

dalam gaya kepemimpinannya masuk dalam indikator ini karena memang

terbuka terhadap bawahan beliau bekerja sama dengan baik dengan

bawahannya, disiplin memberikan contoh yang baik melibatkan bawahan

terhadap keputusan-keputusan yang dibuat dan dikeluarkan Sehingga

dengan demikian seluruh pegawai bekerja dan bertanggung jawab atas

pekerjaan yang diberikan.

Kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok

sampai tingkat bawah, yaitu pemimpin menunjukan keterbukaan dan

memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam

proses pengambilan keputusan dan penentu target pemimpin selalu

melibatkan bawahan. Dalam sistem ini pola komunikasi yang di lakukan

oleh seorang pemimpin adalah komunikasi dua arah dengan memberikan

kebebasan kepada bawahan untuk menyampaikan seluruh ide ataupun

permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Jadi keseluruhan wawancara di atas yang di lakukan semua sesuai

dalam indikator ini, para pemimpin perempuan dalam kepemimpinannya

85
memang mampu bekerjasama dengan bawahannya serta dapat menjaga

hubungan dengan bawahannya agar tercipat kerjasama yang baik.

4.4.2.2 Menerima masukan dan nasehat dari bawahan yang bersifat

membangun

Pemimpin harus mampu menerima masukan dan nasehat dari

bawahannya terkait masalah yang di hadapi, agar dalam pengambilan

keputusan pemimpin tidak sewenang-wenang.

Penyataan yang sama juga di keluarkan oleh staf ibu kadis yaitu

bapak yahya yang mengatakan bahwa:

“Beliau sangat baik dalam hal pekerjaan beliau selalu


menuntun bawahannya apa bila ada yang tidak mengerti, beliau
santai dalam pekerjaan tapi tetap pada aturan, dan beliau sangat
rajin kekantor beliau selalu member contoh yang baik serta selalu
mendengarkan pendapat dan saran kami”(senin 6 maret 2017)

Dari pernyataan bapak yahya diatas dapat dilihat bahwa ibu kadis

masuk dalam indikator ini karena dalam kepemimpinan ibu kadis selalu

menuntun anggotanya apabila dalam pekerjaan ada sesuatu yang kurang

di pahami oleh anggotanya, dan beliau selalu mendegarkan dan mau

menerima pendapat serta saran dar bawahannya.

Untuk mencapai efektivitas pelayanan aparat pada masyarakat

yang diinginkan pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya

dengan cara memotivasi para anggotanya dan juga selalu berkomunikasi,

agar para anggotanya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan dan

tidak dibeda-bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka

86
dengan sebaik-baiknya, demi kepuasan masyarakat. Pemimpin juga

dibutuhkan untuk mengontrol kegiatan para anggotanya apakah pekerjaan

yang dilakukan berjalan dengan tujuan yang diinginan atau

tidak.Pemimpin dan anggotanya harus saling kerja sama dalam usaha

pencapaian tersebut. Masing-masing dari mereka haruslah menyadari

tugas dan tanggung jawabnya.

Berikut pernyataan yang dikeluarkan staf ibu kepala kelurahan ibu

hani yang mengatakan:

“beliau sebagai pemimpin tegas dalam setiap keputusan,


dan setiap masalah setiap sesuatu yang terjadi beliau selalu
berkordinasi membicarakan agar tidak ada kesalah pahaman
dalam menjalin hubungan,melibatkan bawahan ikut andil dalam
pengeluaran keputusan disini juga selalu mengadakan pelatihan
untuk bawahan tiap bulannya”(senin 27 ferbruari 2017)

Inti dari pemaparan diatas bahwa ibu lurah masuk dalam indikator

ini karena beliau dalam kepemimpinannya memberikan kebebasan untuk

mengeluarkan pendapat serta saran untuk memajukan pelayanan yang

baik bagi masyarakat.

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari

seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan

mengatur seluruh unsur-unsur. Di dalam kelompok atau organisasinya

untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga

menghasilkan pelayanan pada masyarakat dengan maksimal. Dengan

meningkatkan mutu pelayanan berarti tercapainya hasil kerja seseorang

87
atau aparatur desa dalam mewujudkan tujuan organisasi.tujuan

penyelenggaraan pemerintahan desa adalah terlaksananya berbagai

fungsi sesuai dengan kewenangannya yang diberikan secara efektif dan

efisien, termasuk di dalamnya adalah fungsi pelayanan administrasi

aparat kepada masyarakat.

Dan dalam Wawancara staf ibu desa yaitu bapak udin menyatakan

bahwa :

“ibu dalam memimpin selalu mengingatkan tentang


pekerjaan-pekerjan dan setiap masalah pekerjaan bawahan harus
mengtahui agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan,melibatkan bawahan dalam tiap pengeluaran
keputusan, dan beliau sangat menjaga hubungan dengan
bawahannya bersikap baik tetapi tetap megutamakan pekerjaan
pada saat jam kerja”(senin 27 februari 2017)

Dapat kita ketahui dari hasil penuturan bapak udin selaku staf

diatas bahwa dalam indikator ii ibu desa menerima masukan saran serta

nasehat dari bawahan karena beliau dalam mengambil keputusan dan

kebijakan hingga menetapkannya beliau melibatkan semua bawahannya

dan masih memberikan cukup kebebasan berkreasi kepada karyawan

dalam mengerjakan tugasnya. Bersikap baik tetap tegas pada peraturan

yang ada.

Dari wawancara di atas ketiga pemimpin masuk dalam indikator

tersebut karena dalam kepemimpinan mereka pemimpin mengadakan

konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan

keputusan – keputusan yang di usulkan oleh pimpinan, serta berusaha

88
memberikan dorongan untuk turut aktif melaksanakan semua keputusan

dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan san disesuaikan dengan

kematangan bawahan, kepemimpinan ini didefinisikan seseorang

memimpin mengikut sertakan bawahan bersama-sama berperan dalam

proses pengambilan keputusan.

4.4.2.3 Memberikan motivasi secara penuh pada bawahan

Pemimpin harus memberikan motivasi secara penuh pada

bawahannya agar dapat meningkatkan etos kerja dari

bawahannya sehingga pekerjaan dapat mendapatkan hasil

yang maksimal.

Kemudian tanggapan salah satu staf perempuan ibu kadis yaitu ibu

hasna yang menyatakan bahwa :

“ibu sebagai kepala desa beliau sangat bagus, beliau selalu


merundingkan sesuatu kepada bawahannya, pekerja keras dan
selalu menerima saran dari bawahan dan selalu memberikan
motivasi serta contoh yang baik kepada bawahaannya dan serta
aktif dalam pekerjaan”(senin 27 februari 2017)

Wawancara singkat dengan ibu hasna mempertegas bahwa dalam

kepemimpinannya indikator ini masuk dalam gaya kepemimpinannya ibu

adalah sosok pekerja keras, beliau selalu merundingkan sesuatu terlebih

dahulu, serta memberi contoh dan motivasi kepada bawahannya.

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kesempurnaan

birokrasi tergantung dari kesempurnaan aparatur negara sehingga

89
kualitas birokrasi kita tercermin dari kualitas aparatur Negara Sedangkan

pelayanan publik itu sendiri adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Kemudian pernyataan dari Staf ibu kepala klurahan bapak fajar

mengatakan :

“sebagai pemimpin perempuan beliau cukup handal dalam


setiap pekerjaan selalu mengingatkan tentang pekerjaan agar
tercapainya hasil yang maksimal, hubungan yang di jaga dengan
baik terhadap bawahan mengikut sertakan bawahan dlm
pengambilan keputusan dan ”(senin 27 februari 2017).

Dalam hasil wawancara bapak fajar juga memperlhatkan bahwa

dalam kepemimpinannya ibu menggunakan indikator ini karna beliau

melibatkan langsung bawahanya dalam proses pengambilan keputusan

pekerjaan serta turut aktif dalam pekerjaan serta pemberian semgat kerja

kepada bawahan.

Karakteristik kepemimpinan pada umumnya dimanapun dan

apapun tingkatannya adalah jelas yaitu dia harus memiliki kewibawaan

dan kelebihan untuk mempengaruhi serta mengajak orang lain guna

bersama-sama berjuang, bekerja, dan berusaha mencapai satu tujuan

bersama. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas

tertentu, sehingga memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk

90
menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai satu

sasaran tertentu.

Aparat sebagai bagian dari pegawai negeri dituntut untuk dapat

menjadi motor penggerak pembangunan karena aparat kelurahan

bersentuhan langsung dengan masyarakat sehingga akan lebih

memahami keadaan dan kondisi masyarakat. Dari penjelasan tersebut

dapat dikatakan bahwa kesempurnaan birokrasi tergantung dari

kesempurnaan aparatur negara sehingga kualitas birokrasi kita tercermin

dari kualitas aparatur Negara Sedangkan pelayanan publik itu sendiri

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi

setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan

administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Hal ini sejalan dengan penyataan staf ibu lurah yaitu ibu raodah

yang mengatakan ;

“ibu dalam hal memimpin apapun yang di lakukan dalam hal


pengambilan keputusaan beliau melibatkan bawahannya,
mendengarkan pendapat bawahan serta memotivasi bawahannya
samping itu beliau selalu menjaga hubungan dengan
bawahannya”(jumat 3 maret 2017).

Dari penuturan ibu raodah jelas bahwa indikator ini di gunakan oleh

ibu lurah karena terlepas dari pengambilan keputusan dia tetap menjaga

hubungan dengan bawahannya memotivasi dan menjaga hubungan agar

dapat menghasilkan hasil yang maksimal.

91
Petikan semua wawancara menjelaskan bahwa para pemimpin

perempuan di atas dari beberapa indikator jelas bahwa semuanya di

gunakan oleh para pemimpin jadi dapat disimpulkan bahwa pemimpin

perempuan di atas menggunakan gaya partisipasif dalam menjalankan

setiap keputusan dan kebijakan yang diambil Sehingga semua pegawai

dapat bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya masing-masing.dan hal ini membuktikan bahwa ciri-ciri seorang

pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan partisipasif telah sesuai

pada gaya ini . memberikan dampak yang positif terhadap kelangsungan

pemerintahan khususnya Maros dan bukan hanya pemerintahan Maros

saja melainkan Kota-Kota lain menerapkan gaya ini , karena meraka

berpendapat bahwa gaya ini lebih efektif dan efesien terhadap organisasi

tentunya dan memberikan kenyamanan antara pemimpin dan pegawai

dalam menyelesaikan pekerjaan dan gaya kepemimpinan ini sangat

dominan di terapkan di Maros .

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pemimpin perempun di

kabupaten maros mengunakan gaya kepemimpinan partisipatif dalam hal

memimpin suatu jabatan struktural.

92
4.4.3 Kepemimpinan suportif (supportive leadership)

Kepemimpinan suportif yaitu usaha pemimpin untuk menekankan

diri dan bersikap ramah serta menyenangkan bawahannya.gaya

kepemimpinan yang selalu bersedia menjelaskan segala permasalahan

pada bawahan, mudah didekati dan memuaskan hati para karyawan.

Pemimpin tipe ini biasanya menunjukan sikap yang ramah dan

menunjukan kepedulian pada bawahaannya, mempertimbangkan

kebutuhan dari para bawahan, menunjukkan perhatian mereka untuk

menciptakan kesejahteraan dan ramah lingkungan kerja.Hal ini termasuk

meningkatkan motivasi dari diri dan membuat pekerjaan lebih menarik.

Gaya seperti ini sangat efektif ketika menghadapipekerjaan yang sulit,

stres, membosankan atau berbahaya. Perilaku ini sangat diperlukan

dalam situasi di mana tugas atau hubungan fisik atau psikologisnya

kurang baik. Adapun cirri-ciri dari kepemmpinan suportif ini ialah

4.4.3.1 Berfokus pada hubungan personal dengan tim

Pemimpin harus meperhatikan hubungan personalnya dengan

anggotanya dalam artian pemimpin harus menciptakan hubungan yang

harmonis agar tercipta kondisi yang tidak kaku antara pemimpin dan

anggota.

Dalam wawancara dikatakan oleh staf ibu kadis ibu noor yang

mengatakan :

93
“ibu dalam memimpin dalam hal pekerjaan beliau sangat
baik menjaga hubungan kepada bawahan beliau sangat mudah
di ajak kerjasama selalu menerima pendapat dan saran dari
kami”(jumat 24 februari 2017)

Dari pernyataan ibu noor diatas hal ini indikator yang ada

sesuai dalam kepemimpinan ibu karena dalam kepemimpinan ibu dalam

pekerjaan tidak susah di ajak bekerja sama dan menjaga hubungan

kepada bawahan menandakan bahwa beliau sosok yang juga

memerhatikan hubungannya agar tercipta kondisi yang baik.

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan dalam

mengelola sistem pemerintahan agar berjalan dengan baik agar sesuai

dengan tupoksi yang ada. Partisipasi perempuan memberikan

kemampuan, kemandirian serta ketahanan mental dan spiritual menuju

terwujudnya kemitrasejajaran antara laki-laki yang selaras, serasi, dan

seimbang yang dilandasi saling menghormati, saling menghargai, saling

membutuhkan dan saling mengisi. Dengan demikian akan terdapat

persamaan status, kedudukan, hak kewajiban dan tanggung jawab

perempuan dalam menjalankan peran masing-masing.

Pernyataan wawancara ibu herawati staf ibu kelurahan

menyatakan:

“beliau sebagai pemimpin menjadi teladan bagi


bawahannya memberikan contoh terhadap pekerjaan
memotivasi bawahan dan tetap menjaga hubungan sebagai
rekan kerja yang baik”(senin 27 februari 2017)

94
Dari pernyataan di atas dalam kepemimpinannya ibu lurah selaku

pemimpin menjaga hubungannya dapat dikatakan bahwa dalam indikator

ini sesuai yang di lakukan oleh ibu lurah karena selalu memberikan

motivasi serta tetap menjalin hubungan kepada anggotanya sebagai rekan

kerja yang baik.

Hasil penuturan H. Sadollah dalam wawancaranya tentang gaya

yang di terapkan ibu dlam indikator ini yaitu :

“ibu dengan bawahan selalu menjaga hubungannya, bukan hanya


hubungan dalam pekerjaan tapi hubungan diluar pekerjaan beliau
orang yang baik” ”(jumat 3 maret 2017)

Jadi dalam indikator ini sesuai pada wawancara yang di lakukan

karena baik dalam pekerjaan maupun tidak ibu sebagai kepala desa tetap

menjaga hubungan yang baik kepada bawahannya.

Dapat di katakan bahwa ketiga pemimpin perempuan

menggunakan indikator ini dalam kepemimpinannya dilihat dari beberapa

wawancara yang di keluarkan oleh stafnya bahwa para pemimpin

menjaga hubungan kepada bawahan agar tercipta kondisi yang baik

dalam menjalankan pekerjaan kedepan.

4.4.3.2 Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan anggota tim

Pemimpin harus menunjukan kepekaan terhadap pemenuhan

kebutuhan anggotanya, dalam hal ini Pemimpin harus memperhatikan apa

95
saja yang dibutuhkan setiap anggotanya guna meningkatkan kinerja

masing-masing anggotanya demi pencapaian tujuan organisasi.

staf ibu kadis bapak yahya dalam wawancara mengatakan;

“Dalam memimpin ibu sangat sangat bijaksana,


Alhamdulillah dalam hal pekerjaan beliau memfailitasi semua
peralatan untuk kepentingan pekerjaan karena salah satu
penunjang untuk meningkatkan pekerjaan memang fasilitas
harus lengkap”(jumat 24 februari 2017)

Dalam kepemimpinan Ibu kadis indikator ini sesuai pada

kepemimpinannya karena dapat dilihat dari penuturan bapak yahya bahwa

ibu dalammemimpin menunjukan kepekaannya dalam pekerjaan yang

melengkapi tiap fasilitas bwahannya guna meningkatkan kinerja dalam

mencapai tujuan yang efektif.

Berikut pernyataan oleh staf ibu lurah ibu hanin yang menyatakan:

“beliau dalam memfasilitasi bawahan dalam hal


pekerjaan saya kira cukup memfasilitasi karena masih ada
yang tidak terfasilitasi seperti alat-alat kebutuhan untuk
persuratan” (senin 27 februari 2017).

Dari hasil wawancara dengan Ibu hanin diatas bisa dipahami

bahwa dalam kepemimpinan ibu lurah memang memerhatiakn kebutuhan

dan fasilitas bawahan tapi tidak keseluruhan masih ada yang tidak

terfasilitasi. Jadi pada indikator ini ibu lurah selaku pemimpin di katakan

tidak sesuai karena belum semua yang mendapatkan fasilitas guna untuk

meningkatkan kinerja bawahan dalammencapai tujuan.

96
Kemudian penytaan oleh staf ibu desa yaitu bapak udin yang

mengatakan bahwa :

“beliau sosok yang menurut saya pekerja keras tapi


dalam fasilitas pekerjaan masih kurang hanya terdapat satu
tdak berbanding dengan jumlah pegawai ”(jumat 3 maret
2017).

Dari pernyataan diatas bisa dilihat bahwa dalam kepemimnan ibu

desa dalam hal memfasilitasi masih kurang jadidalam kepemimpinan pada

indikator ini tidak sesuai karena pemenuhan kebutuhan anggotanya belum

di perhatikan.

Dalam indikator ini dari tiga pemimpin hanya satu yang memenuhi

kebutuhan bawahaanya, sedangkan dari keluarahan tidak bisa di katakan

tidak sesuai pada indikator kerena memenuhi semua kebutuhan

anggotanya sedangkan pada desa tidak ada pemenuhan kentuhaan pada

anggotanya guna meningkatkan kinerja Dalam memimpin memang harus

ada hubungan emosional yang kuat melalui rapat koordinasi membentuk

hubungan pemimpin dan yang di pimpin menjadi lebih fleksibel tergantung

situasi dan orang yang dihadapi.

4.4.3.3 menciptakan kesejahteraan dan ramah lingkungan kerja.

Pemimpin harus menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif agar anggota merasa aman dan nyaman dalam

melakukan pekerjaan serta menciptakan kesejahteraan untuk

anggotanya.

97
Berikut penyataan wawancara staf ibu kadis ibu hasna yang

mengatakan bahwa :

“ibu selaku kepala tidak banyak menuntut dari bawahan


tetapi bagaimana saya dan bawahan bekerja bersama-sama
bukan malah dilimpahkan semua pada bawahan,dan komunikasi
harus berjalan dengan baik, jadi saya sebagai pemimpin harus
menciptakan kondisi di kantor itu yang kondusif supaya para
bawahan betah di kantor, karena menurut saya pemimpin bukan
hanya cerdas tapi harus juga pandai bekerja, jadi kalau hanya
pandai berkerja tapi tidak cerdas pencapaiannya pasti akan
lambat begitupun sebaliknya jika hanya cerdas tapi lambat
dalam hal bekerja pasti hasilnya tidak akan maksimal, jadi
keduanya harus sejalan beriringan”(zsenin 27 februari 2017).

Dapat di lihat dari pernyataan ibu hasna di atas menjelaskan bahwa

dalam kepemimpinannya beliau menciptakan suasana kantor yang

kondusif dan membangun hubungan yang Harmonis dengan anggotanya,

karena menurutnya pemimpin dana naggota harus berjalan beriringan

untuk pencapaian organisasi. Jadi dalam kepemimpinan indikator ini

sesuai dengan kepemimpinan itu kadis Hal tersebut menggambarkan,

beliau mampu mengarahkan pegawainya sesuai tugas yang diembannya.

Otoritas sepenuhnya dari pemimpin didelegasikan ke bawah, dan masing-

masing orang menyadari tugas serta kewajibannya sehingga mereka

merasa senang, puas, pasti dan aman menyandang setiap tugas

kewajibannya.

Pemimpin harus bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan

kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan bawahan sama dan

menunjukan tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-

98
kebutuhan pribadi, sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan

interpersonal yang menyenangkan antara di antara anggota kelompok.

Kemudian Pernyataan oleh staf kelurahan bapak fajar yang

mengatakan:

“selama ibu menduduki jabatannya sejauh ini cukup bagus,


membangun hubungan dengan bawahannya juga sangat baik,
ibu berusaha membuat membuat suasana kantor itu baik, dan
apa bila ada masalah dia tidak pernah membiarkan masalah
berlarut-larut, beliau tipe orang yang gesit dalam sesuatu hal tapi
tidak terlalu menuntut banyak dari hal pekerjaan”(senin 27
februari 2017)

Dan kepemimpinan ini juga masuk dalam indikator ini terlihat dari

pernyataan bapak fajar diatas mempertegas bahwa kepemimpinan Ibu

selaku Kepala Desa dalam menjalin hubungan dengan anggotan sangat

baik, dan menciptakan lingkungan kerja yang stabil serta gesit dalam

menyelesaikan permasalahan tetapi tidak menuntut banyak dari

pekerjaan.

Dan berikut Pernyataan staf ibu desa ibu raodah dalam wawancara

mengatakan:

“ibu sebagai pemimpin sangat menjaga hubungan


dengan bawahannya mudah di ajak kerjasama tentang
pekerjaan ”(jumat 3 maret 2017)

Dapat kita ketahui dalam wawancara dengan ibu raodah diatas

dapat dilihat kepemimpinan ibu desa termasuk dalam indikator ini karena

ibu desa menciptakan kenyamanan dengan menjaga hubungan dengan

99
bawahannya dan mudah di ajak bekerja sama dalam menciptaka

lingkungan kerja yang baik.

Jadi kesimpulannya pada keseluruhan wawancara beberapa

indikator di atas ada dua indikator yang terpenuhi oleh ketiga pemimpin

perempuan yaitu indikator yang berfokus pada hubungan personal dengan

team dan indikator menciptakan kesejateraan dan ramah lingkungan kerja

sedangkan indikator menunjukan kepekaan terhadap kebutuhan anggota

tim hanya satu yang di penuhi yaitu kepla dinas sedangkan kelurahan

hanya sebgian sedangkan desa tidak sebanding dengan jumlah

pengawainya, jadi dalam indikator dalam gaya kepemimpinan suportif

terpenuhi. Peran aktif perempuan dalam pembangunan hakekatnya

adalah upaya untuk mengembangkan diri yang dapat dilihat pada bidang-

bidang yang memberi pengaruh luas di sektor publik meliputi politik dan

sektor pemerintahan.

4.4.4 Kepemimpinan berorientasi pada prestasi (achievement

oriented leadership)

Kepemimpinan berorientasi pada prestasi ialah pemimpin

menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat menantang; pemimpin tersebut

mengharapkan agar bawahan berusaha mencapai tujuan tersebut secara

efektif, serta pemimpin menunjukkan rasa percaya diri kepada

bawahannya bahwa mereka akan memenuhi tuntutan bawahannya.

100
kepemimpinan orientasi prestasi kepemimpinan yang mengajukan

tantangan yang menarik bagi bawahan dan merangsang untuk mencapai

tujuan, serta melaksanakan dengan baik. Makin tinggi orientasi pemimpin

akan prestasi, maka makin banyak bawahan yang percaya akan

menghasilkan pelaksanaan kerja yang efektif.Menurut pendapat tokoh

tersebut dalam gaya ini menetapkan tujuan yang menantang dan

merangsang para karyawan, mengharapkan karyawan untuk berprestasi

setinggi mungkin, percaya pada kemampuan karyawan untuk

mencapainya, dan terus menerus mencari peningkatan hasil karya atau

kerja. Dan adapun ciri – ciri dari gaya kepemimpina ini ialah :

4.4.4.1 Menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat menantang

Pemimpin menetapkan tujuan yang bersifat menantang

dalam artian pemimpin memberikan standar yang tinggi yang

harus dipenuhi oleh anggotanya untuk pencapaian tujuan

organisasi.

Hasil wawancara ibu noor staf ibu kadis mengatakan bahwa :

“ibu kadis dalam hal pekerjaan beliau tidak menargetkan


sesuatu harus terpenuhi beliau lebih bagaimana kita
bekerjasama dengan baik tanpa terlalu memaksakan
sesuatu”(jumat 24 februari 2017)

Dari hasil wawancara yang dilakukan dalam indikator ini tidak

sesuai dengan gaya kepemimpinan yang di lakukan ibu kadis jadi dapat di

simpulkan bahwa beliau tidak memakai indikator ini. semakin tinggi

101
kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya

untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu

akan terasa dampaknya tidak hanya dalam pekerjaan yang menyangkut

bawahan dan atasan, akan tetapi juga dalam hubungan dengan pihak-

pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.

Sedangkan hasil wawancara dari ibu herawati staf dari ibu lurah

mengatakan bahwa:

“dalam pencapaian target dalam pekerjaan ibu lurah tidak


memaksakan hasil yang harus bagus tapi bagaimana bawahan
dan atasan bisa bekerjasama dan menjaga kekompakan untuk
mencapai tujuan”( senin 27 februari 2017)

Wawancara di atas menggambarkan bahwa dalam indikator ini

tidak sesuai dengan gaya yang di lakukan ibu lurah karena dalam

kepemimpinan pekerjaannya lebih bagaimana mengerjakan pekerjaan

secara bersama-sama tanpa mengharuskan target harus tercapai.

Aktifitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang yang mau

bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan

bersama. Berdasarkan pengertian diatas kepemimpinan merupakan cara

seorang pemimpin mengarahkan bawahan, sehingga dapat bekerja sama

secara produktif. Tanpa kepemimpinan yang efektif maka individu-individu

maupun kelompok cenderung tidak memiliki arah, tidak puas dan kurang

termotivasi.

102
Demikian dengan hasil wawancara bapak H. sadollah

mengeluarkan pernyataan bahwa:

“dalam pekerjaan beliau tidak memaksakan sesuatu dalam


pekerjaan beliau lebih bagaimana mengarahkan bawahan
”(jumat 3 maret 2017)

Hasil pernyataan ibu H. sadollah dalam kepemimpinan ibu desa

dikatakan tidak sesuai dengan indikator ini karena beliau tidak

menargetkan pekerjaan harus di capai dengan maksimal dan efektif.

Pemberian motivasi yang tepat, dapat mendorong karyawan untuk

meningkatkan kinerja yang diharapkan demi kemajuan perusahaan.

motivasi yang tepat, para bawahan akan terdorong untuk berbuat

semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya”. Sebaliknya, apabila

pemberian motivasi kurang diperhatikan, maka tidak akan ada semangat

dan gairah bekerja. Sehingga hal ini akan berpengaruh pula pada prestasi

kerja bawahan.

Jadi kesimpulannya pada keseluruhan wawancara di atas tidak

ada yang masuk pada indikator ini karena pernyatan dari para staf para

pemimpin tidak mengharuskan atau memaksakan dan tidak memberikan

standar yang tinggi yang harus dipenuhi oleh anggotanya untuk

pencapaian tujuan.

103
4.4.4.2 Mendorong anggota berusaha mencapai tujuan tersebut

secara efektif

Pemimimpin harus memberikan dorongan kepada anggotanya

untuk berusaha semaksimal mungkin serta terus menerus mencari

pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tersebut.

Berikut hasil wawncara staf ibu kadis yaitu bapak yahya yang

mngeluarkan pernyataan bahwa:

“dalam memberikan dorongan kepada bawahan ibu selalu


memberikan arahan untuk berusaha semaksimal mungkin
dalam pencapaian tujuan pekerjaan makanya ibu rutin
melakukaan pelatihan tiap bulan untuk bawahannya guna
mengembangkan perstasi dalam pencapaian”(jumat 24 februari
2017)

Dari wawancara di atas dapat dilihat bahwa indikator ini di

gunakan dalam dalam gaya kpemimpinan ibu kadis terlihat pada cara ibu

kadis membuat pelatihan hal ini dilakukan tiap bulannya untuk dorongan

dalam pengembangan prestasi bawahan. pemimpin memang

diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai penasehat bagi

para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin

dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya

bertindak secara objektif

104
Kemudian hasil wawancara staf ibu keluarahan yaitu ibu hanin

yang mengatakan bahwa :

“ibu dalam proses pencapaian tujuan selalu memberikan


dorongan dan motivasi untuk bagaimana berusaha mencapai
tujuan tapi dalam prosesnya ibu lebih mengarahkan apabila ada
sesuatu yang terjadi”(senin 27 februari 2017)

Pernyataan staf ibu kadis diatas menunjukan indikator ini di pakai pada

gaya kepemimpinannya karena beliau memberikan motivasi serta

dorongan dalam proses pekerjaan untuk mencapai tujuan

Sumber daya manusia merupakan sumbangan penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan lingkup pemerintahan. sumber daya

manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

keberhasilannya. Keberhasilan pemerintahan juga ditentukan oleh

perilaku anggota. Perilaku anggota tersebut akan memberikan kekuatan

bagi kinerja organisasi karena prestasi kerja individu akan mempengaruhi

kinerja organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung dari prestasi kerja

individu.

Dan pernyataan bapak udin selaku staf ibu desa yang

mengatakan bahwa :

“untuk pencapaian tujuan dalam pekerjaan ibu lebih


memberitahuan kepada bawahan tentang bagaimana
menyelesaikannnya secara bersama-sama dan dalam
prosesnya ibu lebih memberikan banyak arahan dalam
mengerjakan pekerjaan”(jumat 3 maret 2017)

105
Jadi pada proses pencapaian tujuan indikator ini masuk atau

sesuai dengan gaya yang dilakukan ibu desa diaman beliau melakukan

pekerjaan bersama-sama dan meberikan banyak arahan guna mendorong

bawahan untuk encapai tujuan secara efektir bersama-sama.

Kinerja sangat penting diperhatikan, terutama bagi pemerintahan

karena kinerja anggota yang tinggi dapat meningkatkan berjalannya roda

pemerntahan. Prestasi kerja yang tinggi diperlukan dalam setiap usaha

untuk mencapai tujuan. Prestasi kinerja yang tinggi penting bagi suatu

pemerintahan dan sangat menguntungkan karena akan berpengaruh

positif terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan.

Pada kesimpulannya dalam menerapkan gaya kepmimpinan

indikator ini masuk dalam penerapannya karena sebagai seorang

Pemimimpin memang harus memberikan dorongan kepada anggotanya

untuk berusaha melakukan pengembangan terhadap proses pencapaian

tujuan.

4.4.4.3 Menunjukkan rasa percaya diri kepada bawahannya bahwa

mereka akan memenuhi tuntutan organisaisi.

Pemimpin harus menanamkan rasa percaya diri yang tinggi

kepada anggotanya bahwa mereka mampu menyelesaikan pekerjaan

tersebut, dalam hal ini pemimpin harus terus mengembangkan potensi

kerja anggotanya demi pemenuhan tuntutan organisasi.

106
Pernyataan ibu hasna staf ibu kadis dalam wawancara mengatakan

“dalam kepemimpinannya menyelesaikan pekerjaan beliau selalu


memberikan semangat dalam mengerjakan pekerjaan, jadi beliau
ciri khasnya itu tiap pagi beliau menyapa kami semua dan
memberikan beberapa kata-kata penyemangat untuk
bekerja”(senin 27 februari 2017)

Pada hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa inidikator ini

sesuai dengan yang di terapkan ibu selaku kepala dinas dimana beliau

dengan kata-kata penyemangat menanamankan rasa percaya diri dalam

mengerjakan pekerjaan dengan baik.

Prestasi kerja karyawan merupakan salah satu indikator

keberhasilan dalam mencapai tujuan bahwa ukuran terakhir keberhasilan

adalah prestasi atau pelaksanaan kinerja dari pegawai. Ada banyak cara

memotivasi orang lain untuk mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu

tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapinya.

Setiap pekerjaan dalam bidang apa pun selain membutuhkan kemampuan

dan kecakapan pribadi, juga membutuhkan motivasi yang cukup pada diri

seseorang, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berhasil dengan

sebaik-baiknya

Hasil wawancara bapak fajar selaku staf ibu lurah mengeluarkan

pernyataan bahwa :

“beliau dalam memotivasi bawahan untuk menyelesaikan


pekerjaan ibu selalu menanyakan apa-apa kendala pada

107
pekerjaan sehingga dalam mengerjakan pekerjaan kami tidak asal
mengerjakan sesuatu dan pencapaian pekerjaan bisa
terpenuhi”(senin 27 februari 2017)

Dari penuturan bapak fajar dilihat dalam kepemimpinannya

indikator tersebut sudah sesuai dalam kepemimpnan ibu lurah karena

beliau kepada bawahannya beliau memberikan motivasi dan

memerhatikan para bawahan dalam bkerja dan ini yang membuat para

bawahan mampu menyelesaikan pekerjaan karena selalu ada hubungan

yang terjalin antara bawahan dan pemimpin.

Sukses atau tidak usaha dalam mencapai tujuan perusahaan

berpangkal tolak pada tinggi rendahnya kerja pegawai dalam melakukan

pekerjaan, dan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi motivasi

berprestasi tersebut adalah kerjasama yang baik. Kerjasama yang baik

dapat meningkatkan loyalitas dan keterlibatan pekerja dan dapat diukur

melalui perilaku individu, kelompok, penataan susunan, dan prosedur

kerja dalam pemerintahan.

Kemudian hasil wawancara ibu raoda staf ibu desa mengatakan:

“tentang penanaman rasa percaya diri kepada kami beliau


tidak ada upaya, beliau hanya lebih bagaimana kita bawahan
mengerjakan pekerjaan dengan baik” (jumat 3 maret 2017)

Pernyataan hasil wawancara diatas dapat dikatakan tidak sesuai

dengan indikator ini karena pada kepemimpinananya ibu tidak melalukan

penanaman rasa percaya diri tapi beliau hanya lebih bagaimana

menyelesaikan pekerjaan yang di berikan kepada bawahannya.

108
Bentuk motivasi dilakukan dengan pemberian dorongan agar

diciptakan keinginan kerjayang tinggi. Motivasi diberikan untuk dapat

menimbulkan gairah bekerja dan meningkatkan prestasi kerja yang

maksimal dan sesuai dengan harapan.

Dari hasil keseluruhan wawancara dalam gaya kepemimpinan

berorientasi pada prestasi ini trpenuhi dilihat dari tiga indikator yang ada

dua pemimpin yang sesuai pada indikator tersebut sedangkan satu di

antaranya tidak sesuai dalam indikator ini. Maka dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berorientasi kepada prestasi ini di

gunakan dalam kepemimpinan perempuan di kabuaten maros.

Pemimpin di kabupaten maros sebagaimana yang telah diuraikan

dalam beberapa gaya dan beberapa indikator di atas merupakan suatu

jenis gaya kepemimpinan yang menghadirkan perubahan besar bagi

Kabupaten Maros. Dari keseluruhan hasil penelitian di atas dapat

disimpulkan bahwa dalam praktek penyelenggaraan kepemimpinan

khususnya perempuan yang menjadi unit dari penelitian ini. Dari 10

pemimpin perempuan di Kabupaten Maros 3 diantaranya menjadi inti dari

pembahasan di atas dan para pemimpin perempuan ini menggunakan

gaya kepemimpinan lebih dominan menggunakan gaya kepemimpinan

partisipasif, walaupun pada gaya kepemimpinan yang di terapkan

terkadang memakai beberapa gaya atau menggabungkan beberapa gaya

dalam kepemimpinannya tapi dalam situasi atau kondisi tertentu. Pada

109
hasil dari 4 gaya yang telah di jelaskan di atas pada gaya Directif dari 3

indikator hanya 1 indikator yang sesuai pada gaya kepemimpinan

perempuan sedangkan pada gaya partisipasif semua indikator yang

terdapat didalamnya di gunakan oleh seluruh pemmpin perempuan dan

pada gaya kepemimpinan suportif dari 3 indikator hanya 2 pemimpin yang

dominan mengunakan indikatornya kemudian pada gaya berorientasi

pada Hasil dalam indikatornya hanya 2 pemimpin yang juga

menggunakan indikator jadi dalam kepemimpinan penyelenggaraan

pemerintahan dapat terlihat bahwa pada tiap indikator gaya

kepemimpinan perempuan hanya 1 gaya yang terpenuhi semua indikator-

indikatornya yaitu pada gaya partisipasif tersebut dan juga dalam

kepemimpinan perempuan memakai teori situasi dan manusiawi dalam

kepemimpinan pemerintahan. Pada dasarnya kepemimpinan tidak

membedakan siapa pelakunya. Hal yang terpenting adalah bagaimana

seorang pemimpin menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan tujuan

yang diinginkan. Perempuan memiliki kesempatan yang sama.

Perempuan memiliki hak-hak yang sama dalam berbagai bidang, salah

satunya adalah menjadi pemimpin.

110
4. 5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Perempuan di

kabupaten Maros

4.5.1 Faktor Pendukung

Kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh

sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan

dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan,

di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti

motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam

hubungan sosial dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.

Para pemimpin perempuan di Kabupaten Maros berupaya

menjalankan pemerintahan sebaik-baiknya dengan memberikan

pelayanan yang maksimal bagi masyarakat serta mencanangkan

beberapa program yang dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan

Masyarakat yang ada di Keluarahan desa serta dinas masing-masing.

Mereka selalu berupaya untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang

sesuai dengan kondisi daerah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

gaya kepemimpinan dalam penyelenggaraan pemeritahan daerah di

Kabupaten Maros. Hal tersebut diperoleh melalui beberapa informan dari

aparat pemerintahanyang notabene adalah orang yang sering berinteraksi

langsung dengan para pemimpin perempuan untuk persoalan sistem

111
pemerintahan. Beberapa faktor yang dimaksud tersebut antara lain

kemampuan/skill, pengalaman kerja dan kemapuan kerja.

4.5.1.1 Kemampuan/Skill

Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang

kepemimpina n dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesinya yang

terdiri dari pengetahuan kognitif maupun kemampuan / Skill. Seorang

pemimpin akan dihadapkan pada situasi tertentu dimana dia harus

mengambil keputusan yang tepat dalam menyelasaikan masalah. Dasar

untuk pengambilan keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan

kemampuan berpikir kritis yang dimiliki. Kemampuan merupakan faktor

yang mempengaruhi seorang kepala daerah dalam melakukan terobosan

yang bersifat kreatif dan inovatif.

Ibu Dra. Hj. Nuraeni Wahid sebagai Kepala Dinas dikenal sebagai

pemimpin yang baik serta cerdas, yang mampu membawa Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana ke arah yang lebih baik

dan di samping beliau menjadi Kepala Dinas Pengendalian penduduk

belau juga menduduki jabatan Sebagai Kepala Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak . Hal tersebut disampaikan oleh ibu

noor , yang mengatakan bahwa:

“ibu Hj. Nuraeni pemimpin yang cerdas, sebelum beliau menjabat


sebagai Kepala Dinas beliau sudah menduduki beberapa jabatan,
dan pada jabatan Kali ini beliau Menduduki 2 Jabatan sekaligus
yaitu Dinas Pengendalian penduduk dan Kepala badan

112
Pemberdayaan Perempuan, dapat dilihat kempuan yang ada pada
ibu kadis bahwa dia tidak di ragukan” (jumat 27 februari 2017).

Perubahan dalam tatanan Kedinasan terlihat dengan jelas.

Terobosannya dalam pengelolaan Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh

pengalaman kerjanya.

Kemudian ibu Rosmiati, S.STP dalam kemampuannya beliau

mampu membawa keluarahan adatogeng menjadi kelurahan percontohan

tentang pelayanan serta kedisiplinannya, kemampuan beliau dalam

mengkoordinir staf kelurahan Adatongeng tidak lain karena pengalaman

beliau yang telah menjabat menjadi kepala Keurahan seebelumnya. Hal

yang sama juga disampaikan oleh ibu herawati yang mengatakan bahwa:

“kemampuan ibu jangan dipertanyakan lagi, mengantarkan


keluarahan menjadi Kelurahan percontohan sudah menjadi bukti bahwa
kemampuan ibu Lurah sangat bagus” (senin 27 februari 2017).

Banyak perubahan yang di lakukan oleh ibu Kepala Kelurahan,

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan dalam

mengelola sistem pemerintahan agar berjalan dengan baik Selain itu

pribadi seorang pemimpin haruslah bisa mengakomodasi seluruh aspirasi

masyarakat, Kemampuan inilah yang kemudian menjadi salah satu

indikator berpengaruh dalam gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh

beliau.

Selanjutnya ibu Darawati, S.PD walaupun bermodalkan

pengalaman dari sang suami tetapi beliau dalam kemampuannya

113
memimpin serta kerja keras membangun desa sambueja beliau telah di

berikan penghargaan kepada bapak bupati atas penggunaan DAD yang

baik, Penerimaan Dana Alokasi Desa (DAD) untuk tahap pertama pada

masing-masing desa yang ada diwilayah Kabupaten Maros, telah

digunakan oleh pemerintah desa termasuk di desa Sambueja. Dana

Anggaran Desa adalah digunakan untuk perintisan jalan desa sepanjang

150 m dengan lebar jalan 4 m,serta jalan feving blok sepanjang 270 m

dan lebar 2,5 m, pembangunan PAUD dengan ukuran 7 x 18 m2. ketiga

kegiatan tersebut,masing-masing terletak di dusun Sambuaeja RT-2,

sedangkan rehab Kantor Desa Sambuaeja Dananya berasal dari APBD

Kabupaten Maros. Seperti yang dikatakan oleh bapak H. sadollah:

“selama ibu menjadi kepala desa memang banyak perubahan


pembangunan di sini berserta jalananya juga di perbaiki” (jumat 3
maret 2017)

Selain itu dana DAD itu digunakan untuk perbaikan pos kamling

yang terletak di dusun Sambueja RT.5, dan pembuatan Drainase sekitar

25 m, serta memberikan bantuan masjid Tana Lompoa di dusun

Sambueja dan telah programkan tentang peningkatan infastruktur

pedesaan (PPIP) dan saluran air sekitar 500 m, terletak di dusun

Sambueja, serta pengadaan baju PKK, perbaikan Posyandu dan

bimbingan ke pendidikan anak usia dini (PAUD). Perubahan yang paling

nampak adalah perbaikan jalan dengan Pembangunan fisik memang

menjadi prioritas utama dengan melihat minimnya infrastruktur yang

114
memadai. Dan kinerja Kepala Desa beserta perangkat memang di

butuhkan dalam pemerintahan.

4.5.1.2 Pengalaman kerja

Pimpinan adalah seseorang yang bertugas untuk memimpin di

suatu organisasi/instansi atau sering disebut sebagai seorang manajer.

Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk

menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi

orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan.

Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang

penting karena pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan

mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus

merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah, karena harus

memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda. Tujuan

kepemimpinan di sisi lain adalah membantu orang untuk menegakkan

kembali, mempertahankan dan meningkatkan motivasi mereka. Dalam hal

kepemimpinan, untuk organisasi apapun, apabila mengalami kegagalan

dan keberhasilan ini sering dikaitkan dengan adanya kepemimpinan. Para

perempuan-perempuan di Kabupaten Maros selaku Pemimpin memiliki

latar belakang pendidikan yang mendukung kepemimpinannya saat ini.

. ibu Dra. Hj. Nuraeni Wahid sebelum menjadi Kepala Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pernah menduduki

beberapa jabatan yaitu :

115
- Tahun 1982 Kepala Urusan Penyusunan Program dan Laporan

Itwilkab Dati II Maros

- Tahun 1983 Pjs. Pemeriksa Pembantu Bidang

Peralatan/Perlengkapan di Bidang Peralatan/Perlengkapan

Inspektorat Dati II Maros

- Tahun 1989 Pj. Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Sub Bagian Tata

Usaha Sekretariat Kantor Sospol Dati II Maros

- Tahun 1997 Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Sub Bagian Tata

Usaha Sekretariat Dinas Pariwisata Dati II Maros

- Tahun 2001 Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Sub Bagian Tata

Usaha Sekretariat Dinas Kesehatan

- Tahun 2005 Kepala Sub Dinas Pemakaman di Sub Dinas

Pemakaman Dinas Kesejahteraan Sosial

- Tahun 2009 Sekretaris Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan

di Sekretariat Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan

- Tahun 2010 Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Daerah di Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Daerah.

- Tahun 2016 Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana.

116
Ibu kepala dinas telah banyak belajar dari beberapa jabatan yang

telah di laluinya. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak yahya yang

mengatakan bahwa :

“Latar belakangnya sangat berpengaruh kepemimpinan seseorang


memang dan seperti kita liha ibu kepala dinas sudah melewati
beberapa jabatan dan tentu menjadi pengalam serta latar belakang
buat jabatanya yang sekarang” (jumat 27 februari 2017).

Ibu dra. Hj. Nuraeni wahid memanfaatkan dengan baik pengalaman

kerjanya selama beberapa tahun sebelum menjabat menjadi kepala

dinas. Kemampuannya yang baik sukses menduduki jabatannya menjadi

Kepala Dinas Penegndalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Hal

tersebut tidak lepas dari kemampuan beliau dalam melihat celah

kekurangan yang harus diperbaiki.

Kemudian pengalaman ibu Rosmiati, S.STP sebelum menjadi

kepala Kelurahan di Adatongeng kecamatan Turikale yaitu beliau menjadi

staf pegawai di Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri pada

tahun 2004, kemudian pada tahun 2014 beliau diangkat menjadi Kepala

Kelurahan Maccini baji, dan pada tahun 2016 beliau di dipndahkan

menjadi Kepala keluraha di Kelurahan Adatongeng Kecamatan Turikale.

Berikut pernyataan bapak fajar yang mengatakan bahwa :

”Kepemimpinan tidak lepas dari sosok pemimpinnya. Latar


belakang sangat menentukan kepemimpinan, baik itu dari segi
pendidikan dan pekerjaannya sangat mempengaruhi pola pikirnya.
Banyak hal baru yang dibawah oleh ibu Rosmiati selama menjadi
kepala kelurahan yang tidak kita lihat sebelumnya. Terkait dengan
menejemen pemerintahan”. (senin 27 februari 2017).

117
Ibu Rosmiati S.STP melakukan banyak terobosan dan perbaikan

dalam mengelola organisasi pemerintahan. Perubahan itu dimulai dari

perbaikan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan kemudian

pembekalan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempuni untuk orang

yang akan menjalankan sistem pemeritahan.

Dan Darawati S.PD sebelum menjadi Kepala Desa sebelum

menjadi kepala desa beliau hanya lulusan salah satu di universitas negeri

yang ada di Sulawesi selatan beliau mendapatkan pengalaman kerja

tentang pemerintahan dari sang suami, suami ibu Darawati S.PD adalah

mantan kepala desa, karena sudah tidak bisa lagi mencalonkan diri

sebagai kepala desa maka ibu Darawati yang mencalonkan diri sebagai

kepala desa dengan pengalaman dan bekal dari suami selama menjabat

sebagai kepala desa, dengan latar pendidikan yang memadai hal ini tidak

tidak menjadi sebuah kendala dalam menjalankan pemerintahan. Dan

dalam pemilihannya kepala desa masyarakatlah yang ternyata mendorong

ibu Darawati S.SP untuk menjadi kepala desa. Hal tersebut di katakana

pua oleh H.sadollah yang mengatakan :

“memang ibu tidak ada pengalaman sama sekali dalam hal


menjduduk suatu jabatan tapi bukan berarti dia tidak bia melakukan
apa-apa, buktinya yang dia lakukan sekarang sangat luar biasa
membangun desa ini dengan amat baik”(jumat 3 maret 2017)

Pemenuhan Infrastruktur yang baik dan membuat inovasi dalam

mengelola roda pemerintahan tidak lepas dari tuntutan masyarakat yang

ingin daerahnya semakin baik. Hal itu bisa terjadi apabila pemimpin

118
tersebut memiliki kualitas yang dibutuhkan, baik dalam penerimaan saran

dan kritikan yang kemudian ditindak lanjuti.

Pengalaman kerja mengambil peranan penting dalam

mempengaruhi gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Pengalaman

kerja dapat memberikan sumbangsih dalam mengambil kebijakan yang

dianggap mampu membawa perubahan lebih baik. Pengalaman kerja ini

pulalah yang menjadi informasi awal bagi pembuat kebijakan, sehingga

mampu melahirkan inovasi dalam berbagai aspek.

4.5.2 Faktor Penghambat

4.5.2.1 Lingkungan Kerja

Keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan pemerintahan

tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

peran perempuan dalam sebuah kepemimpinan dalam pemerintahan.

Sama halnya dengan yang ada di Kabupaten Maros keberadaan

perempuan sebagai salah satu pilar dalam kepemimpinan pemerintahan.

Dalam memimpin tentu ada hambatan yang terjadi dalam setiap

prosesnya Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap

melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan

tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu

pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat

menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik.

119
Dalam penelitian ini pada proses kepemimpinan adapun

hambatannya yaitu ada pada desa sambueja kecamatan simbang dimana

lokasi atau tempat desa ini cukup jauh dari kota Maros, dengan jalanan

yang kurang memadai dan berukuran kecil serta melewati persawahan

dan hutan-hutan kecil, letak desa ini memang tidak terlalu jauh dengan

pegunungan dan kondisi pemukiman tidak begitu banyak serta

penerangan jalanan yang minim tidak. Hal ini disampaikan pula pada

Kepala Desa simbang yang mengatakan bahwa :

“memang dalam melakukan kegiatan seringkali ada beberapa hal


yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, penghambatnya yah
ini desa ini jauh dari kota jadi setiap urusan yang mendadak dan
butuh persetujuan pemimpin-pemimpin lain yang ada di kota ini
yang membuat kita kewalahan, apa lagi kalau ada kegiatan malam,
melihat kondisi jalan pemukiman dan jarak serta penerangan jalan
yang minim memang kadang membuat pekerjaan terhalang”

Di desa sambueja Kendaraan yang tersedia pada desa rata-rata

hanya memakai kendaraan beroda dua (Motor), dan ini menghambat

proses berjalannya pemerintahan karena cukup rumit apa bila ada

sesuatu pekerjaan yang ingin diselesaikan dengan cepat dan

membutuhkan sesuatu yang ada di kota Maros, Misalnya persuratan yang

ingin di selesaikan dengan cepat dan butuh persutujuan para pejabat-

pejabat yang ada di kota Maros tentu kepala desa ini harus pergi kekota

untuk mengurus segala sesuatunya. Terlebih dengan urusan yang waktu

pengurusannya di malam hari, ini semakin menjadi sulit karena jarak serta

medan dan kondisi yang memprihatinkan dan kurangnya penerangan

120
dalam perjalanan untuk pergi kekota Maros. Jadi inilah salah satu

penghambat pada desa sambueja kecamatan simbang pada penelitian ini.

hambatan dalam pelaksanaan program maupun dalam hal

pengembangannya hal itu merupakan rangkaian hambatan yang dialami

seseorang dalam belajar. Hambatan adalah suatu hal atau peristiwa yang

ikut menyebabkan suatu keadaan yang menghambat dalam

mengaplikasikannya pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Hambatan cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu hal

yang dikerjakan oleh seseorang.

121
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Secara kuantitas, keterlibatan perempuan dalam

kepemimpinan pemerintahan di Kabupaten Maros sudah

cukup baik. Dalam jabatan pemerintahan, perempuan telah

menduduki beberapa jabatan-jabatan strategis, diantaranya

yakni 1 kepala dinas, 3 kepala kelurahan dan 6 kepala desa.

Kepemimpinan perempuan dalam hal tersebut dilihat dari

beberapa gaya kepemimpinan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu : kepemimpinan direktif, kepemimpinan

partisipatif, kepemimpinan suportif dan kepemimpinan

berorinetasi pada prestasi. Dalam hal ini dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan perempuan di kabupaten maros lebih

dominan menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif,

walaupun pada kepemimpinan terkadang para pemimpin

menggabungkan gaya kepemimpinan yang lain dan juga

memakai teori situai atau manusiawi dalam penerapannya

memimpin suatu jabatan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan

perempuan di kabupaten maros meliputi faktor pendukung

dan faktor penghambat. Faktor pendukung yaitu

122
kemampuan/skill dan pengalaman kerja, sedangkan faktor

penghambat yaitu lingkungan kerja.

5.2 Saran

1. Kepemimpinan Perempuan di kabupaten maros telah

terlaksana dengan baik tetapi kedudukan jabatan

perempuan dari sekian banyaknya jabatan perlu di tambah

sehingga memberikan kesempatan yang lebih lagi bagi

perempuan untuk dapat berperan aktif dalam kepemimpinan

pemerintahan.

2. Hal yang dapat dilakukan perempuan yakni membekali

dirinya dengan pendidikan yang lebih tinggi serta

pengalaman organisasi yang baik. Jika ingin menjadi

seorang pemimpin harus mampu menempa dirinya dari

bawah dengan pendidikan dan pengalaman orgnisasi agar

dapat diterima oleh masyarakat banyak. Perempuan

seharusnya memiliki karakteristik sendiri serta seni dalam

kepemimpinannya.

123
Daftar Pustaka

Buku :

Abbas. 2006. Idealisme Perempuan Indonesia dan Amerika 1920- :

Refleksi Dalam Novel Layar Terkembang

Astuti, Widi. 2013. Perempuan Pejuang: Sejarah Para Perempuan

Pejuang di Nusantara, Salatiga: Penerbit Konstanta

Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender & Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, Dr. Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah

Pemimpin Abnormal Itu ?. Jakarta: Rajawali Pers.

Nugroho, Dr.Riant. Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di

Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nugroho, Dr.Riant. 2008. Gender dan Administrasi Publik. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pasolong, harbani. 2013. Kepemimpinan birokrasi. Bandung . alfabeta.

n My Mortal Enemy. Makassar: Eramedia

Rivai. 2008. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta. PT

RajaGrafindo Persada.

124
Sulistiyani, A.T.2008.Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership

Games.Yogyakarta. Gava MediaPendekatan Leadership Games..

Santoso, Anang. 2009. Bahasa Perempuan: Sebuah Potret Ideologi

Perjuangan. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.

Soetjipto, Ani Widyani. 2005. Politik Perempuan Bukan Gerhana.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Suyanto, Bagong. (2011). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Thoha, Miftah. 2013. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta :

Rajawali Pers.

Perundang-Undangan :

Kementrian Pemberdayaan Perempuan INPRES No.9.(2000). Tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Jakarta.

Undang-Undang No.7 tahun 1984. Tentang Penghapusan segala bentuk

deskriminasi terhadap kaum perempuan. Kemitraan Negara Urusan

Peranan Wanita.

Undang-Undang Republik Indonesia No.39 Tahun 1999 tentang Hak

Azasi Manusia pasal 46.

125
Lampiran Dokumentasi Wawancara

Ibu kepala dinas beserta stafnya

126
127
Ibu kelurahan Adatonggeng beserta stafnya

128
129
Ibu Kepala Desa Sambueja beserta stafnya

130
131
132
Lampiran Dokumentasi Wawancara

Ibu kepala dinas beserta stafnya


Ibu kelurahan Adatonggeng beserta stafnya
Ibu Kepala Desa Sambueja beserta stafnya

Anda mungkin juga menyukai