PERTEMUAN KE-5 PENGORGANISASIAN, DESAIN ORGANISASI DAN WEWENANGx
PERTEMUAN KE-5 PENGORGANISASIAN, DESAIN ORGANISASI DAN WEWENANGx
PERTEMUAN KE-5 PENGORGANISASIAN, DESAIN ORGANISASI DAN WEWENANGx
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskanmotivasi dan komunikasi, dengan demikian
diharapkan Anda harus mampu:
1.1 Memahami Pengorganisasian
1.2 Memahami Proses Pengorganisasian
1.3 Memahami Desain Organisasi
1.4 Memahami Pengertian Wewenang
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
1.1 Memahami Pengorganisasian
1.1. Memahami Pengorganisasian
Kata “organisasi” mempunyai dua pengertian umum.Pengertian
pertama menandakansuatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti
organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu
perkumpulan olahraga.pengertian kedua berkenaan dengan
prosespengoganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi di
alokasikan dan di tugaskan di antara anggotanya agar tujuan organisasi dapat
tercapai dengan efisien. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk
merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta bagi tugas-
tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi
dapat dicapai dengan efisien.
Pengorganisasian adalah merupakan salah satu fungsi manajemen
setelah perencanaan (planning). Pengorganisasian adalah suatu proses untuk
merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur, serta membagi
tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi
dapat dicapai dengan efisien. Dengan pengorganisasian berarti akan
1
memadukan seluruh sumber-sumber yang ada dalam organisasi,baik yang
berupa sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya ke arah
tercapainnya suatu tujuan.pentingnya pengorganisasian sebagai fungsi yang
dijalankan oleh setiap manajer atau orang-orang yang menjalankan
manajemendalam setiap organisasi.Fungsi manajemen lainnya yaitu
pengorganisasian,yang sama pula pentingnya dengan fungsi perencanaan
karena dalam pengorganisasian seluruh sumber (resources) baik berupa
manusia maupun yang nonmanusia harus diatur dan paduakan sedemikian
rupa untuk berjalannnya suatu organisasi dalam rangkai pencapaian
tujuannya. Pemahaman tentang pengorganisasian sebagai salah satu fungsi
manajemen,akan memberikan kejelasan bahwa proses pengaturan di dalam
organisasi tidak akan selesai,tanpa diikuti oleh aktuasi yang berupa bimbingan
kepada manusia yang berada di dalam organisasi tersebut,agar secara terus-
menerus dapat menjalankan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk
menetapkan ,menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang
dipandang,seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja
adiministrasi,ruangan labotarium,serta penetapan tugas dan wewenang
seseorang:pendelegasian wewenang dan sterusnya dalam rangka untuk
mencapai tujuan.
Berikut ini beberapa definisi tentang pengorganisasian.
1. Stoner dan Walker (1986): Pengorganisasian merupakan satu proses di
mana aktivitas kerja disusun dan dialihkan kepada sumber tenaga untuk
mencapai tujuan sebuah organisasi.
2. Jaafar Muhammad (1992): Pengorganisasian adalah penyusunan sumber-
sumber organisasi dalam bentuk kesatuan dengan cara yang berkesan agar
tujuan dan objektif organisasi yang dirancang dapat dicapai.
3. Gatewood, Taylor, dan Farell: Pengorganisasian adalah aktivitas yang
terlibat dalam suatu struktur organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada
pekerja serta membentuk hubungan yang berguna di antara pekerja dan
tugas-tugas.
2
4. Certo (1997): Fokus pertama pengorganisasian adalah menentukan
aktivitas yang akan dilakukan oleh sumber daya manusia dalam organisasi
dan bagaimana SDM tersebut dapat diselaraskan atau digabungkan dengan
cara yang terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
1
http://unpam.wapsite.me/Materi%20IT/POB/8.%20Pengorganisasian
3
merupakan langkah dan juga alat bagi orang-orang yang berada didalamnya
untuk bekerja berhasil guna.pengorganisasian dapat pula diartikan sebagai
organisasi dalam bentuk dinamis.
4
3) mengklasifikasikan dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang
serupa dan saling berkaitan (departemenisasi)
4) Memberikan penugasan dan delegasi kewenangan untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan tersebut (Pendelegasian pekerjaan)
5) Menyusun hubungan hierarchi (vertikal dan horisontal) antar orang-orang
di dalam organisasi, agar terlihat jelas aliran tanggung-jawab dalam
pembuatan keputusan dan hubungan koordinasi antar bagian (Rentang
manajemen dan rantai komando).
2. Rantai Komando
Rantai Komando adalah garis kewenangan yang digambar tak terputus yan
mengikat seluruh individu dalam organisasi dan menunjukkan siapa yang
harus bertanggung jawab pada siapa. Dalam Rantai komando juga perlu
diperhatikan adanya prinsip-prinsip:
a) Kesatuan Perintah, yang menjamin bahwa setiap karyawan hanya
wajib mematuhi perintah dari atasan langsungnya. Prinsip ini
diperlukan agar karyawan tidak mengalami konflik permintaan datau
kepentingan dari berbagai atasan atau supervisor.
5
b) Jenjang organisasi yang menunjukkan tingkat-tingkat satuan
organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang,
serta kedudukannya dalam keseluruhan organisasi. Jenjang organisasi
bisa menjadi sangat tinggi manakala organisasi membesar sehingga
menjadi kurang efisien karena jenjang pembuatan keputusan semakin
panjang, jenjang manajer semakin banyak, kontak antar pribadi dari
atasan ke karyawan terbawah bahkan ke pelanggan nyaris tidak ada.
Untuk mengatasi hal ini biasanya organisasi membelah diri menurut
fungsinya.
3. Kewenangan
Kewenangan adalah hak formal dan sah dari seorang manajer untuk
membuat keputusan, memberikan perintah dan mengalokasikan
sumberdaya bagi kepentingan organisasi. Kewenangan ini tercantum
dalam diskripsi pekerjaan dan harus memperhatikan prinsip-prinsip sbb:
1). berdasarkan posisi dalam organisasi, siapaun orangnya haruslah
mendapatkan kewenangan yang sama jika ia menduduki posisi tersebut. 2)
Diterima oleh bawahan untuk menmbuat keputusan berdasarkan hak sah
organisasional; 3). Kewenangan mengalir ke bawah sesuai jenjang
hierarchi vertikal, bahwa posisi yang lebih tinggi memiliki kewenangan
yang lebih besar.
Di dalam organisasi ada tiga jenis kewenangan, yakni :
a. Kewenangan lini, yang memberikan kewenangan bagi para
manajer untuk bekerja langsung dengan bawahannya dan membuat
keputusan langsung bagi jajarannya tanpa harus berkonsultasi pada
bagian yang lain.
b. Kewenangan Staf, yakni kewenangan yang dimiliki oleh asisten
manajer atau staff departemen untuk memberikan saran, bantuan
dan layanan tertentu yang dibutuhkan. Bentuk kewenangan ini
6
tidak memiliki kewenangan melakukan tindakan tak wajib dipatuhi
kecuali jika secara kasuistis diberikan kewenangan untuk itu oleh.
c. Kewenangan fungsional, yakni kewenangan yang didelegasikan
secara formal pada individu atau pada departeman untuk
menangani atau membantu aktifitas-aktifitas tertentu yang
dilaksanakan oleh bagian lain. Kewenangan fungsional seharusnya
tidak sejalan dengan prinsip kesatuan Perintah, karena bawahan
bisa memiliki 2 atasan : Langsung dan Fungsioanl, namun hal ini
terkadang juga diperlukan manakala pekerjaan tersebut secara
fungsional terkait erat dan untuk memudahkan koordinasi.
4. Delegation
Pada masa belakangan ini pendelegasian wewenang dalam organisasi
makin dianjurkan, agar dapat memberikan keluwesan maksimal bagi
karyawan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya.Pendelegasian
wewenang selain dapat meningkatkan kinerja organisasi, juga dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan karena merasa diberi kewenangan
melakukan sesuatu yang berharga bagi organisasi. Tanpa pendelegasian
wewenang, karyawan hanya akan mengerjakan sesuatu dengan perintah,
tak memiliki inisiatif dan rasa memiliki. Namun untuk mendelegasikan
sebagian wewenang, ada beberapa hal yang pelu diperhatikan sebagai
berikut:
a) Menyesuaikan antara tugas yang akan didelegasikan dengan
karyawan/tim yang akan menerimanya dari segi kemampuan, keahlian
dan sikap.
b) Organisasikan pekerjaan yang akan didelegasikan (apa yang harus
dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan harus selesai, keahlian
apa yang dibutuhkan) dan komunikasikan dengan jelas pada bawahan.
7
c) Memberikan penugasan kerja secara jelas dan spesifik, sehingga
karyawan tahu bahwa mereka bertanggung-jawab penuh atas
pekerjaan tersebut.
d) Memberikan kewenangan yang cukup untuk melaksanakan tugas
khusus tersebut, tidak berlebihan sehingga menjadi sewenang-wenang
tanpa sepengetahuan sang manajer, dan juga tidak terlalu terbatas
sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan.
e) Pastikan agar mereka menerima bagian tanggung-jawab atas
penyelesaian pekerjaan tersebut sebagai bagian logis dari kesediaan
menerima wewenang, serta bagaimana mekanisme pertanggungan-
jawabnya. Perlu diingat bahwa tanggung-jawab terbesar tetap berada
di tangan manajer atau supervisor/atasan langsung.
5. Rentang Kendali
Rentang kendali adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat
dipimpin dengan baik oleh seorang manajer. Jumlah tersebut sangat
relatif, bisa luas dan bisa sempit tergantung pada kebutuhan pekerjaan
yang dilaksanakan dan kebutuhan organisasi yang bersangkutan, atau
setidaknya dari faktor-faktor berikut ini:
a) Subjektif (kecakapan dan keahlian, pengalaman, kesehatan, umur,
bakat, kepemimpinan seseorang, kepribadian, kedudukan sosial, dan
lain-lain),
b) Objektif (faktor di luar diri seseorang, faktor lingkungan: jenis
pekerjaan, waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, kestabilan
organisasi, jarak antara pengawas dan bawahan, banyak sedikitnya
pekerjaan pada bawahan atau atasan).
c) Apakah sifat organisasi tersebut tersentralisassi atau terdesentralisasi.
Jika tersentralisasi maka rentang kendali akan sangat luas sebab
kekuasaan lebih terpusat.
8
Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur:
1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja
sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau
terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan
terjadi biaya yang tidak perlu.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengorganisasian ini
akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada
tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan dan konflik-
konflik yang merusak.
1. Pekerjaan
9
Pekerjaan dalam rangka pengorganisasian ditetapkan sebagai suatu
hasil dari perencanaan yang telah disepakati.Pekerjaan tersebut,yang
semula bulat)satu) ,kemudian di bagi-bagi,dipecah-pecah sedemikian
rupa hingga habis terbagi dalam organisasi(suborganisasi),kemudian
dalm sub-suborganisasi masing-masing dibagi lagi sedemikian rupa
sehingga tiap-tiap orang mendapat bebanpekerjaan sedemikian
dikhendaki oleh organisasi •
2. Tempat Kerja
Pekerjaan yang khendak dilaksanakan memerlukan tempat kerja,
tempat kerja, meliputi alat dan ruangan kerja fisik yang perlu bagi
orang-orang untuk melaksankan pekerjaan.Misalnya, letak / tempat /
ruang pelaksanaan kerja, bahan-bahan, mesinmesin, penerangan,
bangku-bangku, alat-alat perlengkapan kantor/buku petunjuk,
kartykartu, formulir-formulir dan seterusnya. Tempat kerja yang
meliputi akat dan ruang kerja tersebut diperlukan dan dimasukan
dalam rangka pengorganisasian,serta diperinci sejelas-jelasnya,bagi
tiap kelompok pekerjaan dan orang-orang yang terlihat didalamnya.
3. Hubungan Kerja
Hubungan antara orang dan pekerjaan serta tempat kerjamerupakan
satu-kesatuan yang penting dalam rangka
pengorganisasian.Misalnya,hubungan antara satu unit organisasi
dengan organisasi lainnya,antara karyawan satu dengan karyawan
yang lain,dan ruang kerja yang satu dengan yang lain,juga hubungan
menyangkut wewenang atas pekerjaan satu dengan wewenang yang
lain: sebagaiman sering terjadi serasi tidaknya hubungan tersebut
sering mempengaruhi hasil kerja dan keputusan pegawai dalam
bekerja
4. Orang-orangnya
Penugasan,penempatan orang-orang dalam prganisasi mempunyai arti
penting disamping hal-hal yang disebutkan diatas, dalam langkah,
10
pengorganisasian, hendaknya setiap orang ada tempatnya dan setiap
orang pada tempatnya. Dengan pekerjaan dan tempat kerja yang jelas
(termasuk tugas, wewenang, dan tanggung jawab) hubungan kerja
dapart di arahkan dalam hubungan kerja yang serasi dan semua
menyambung bagi pencapai tujuan organisasi yang hakikatnya juga
tujuan dari orang-orang didalam organisasi yang bersangkutan.satu
untuk semua dan semua untuk satu2.
2
Drs.Rusli Ramli, dan M.S Drs. Adi Warsidi, Pengantar Manajemen (Pengorganisasian sebagai Salah
Satu Fungsi Manajemen) Catatan Kuliah, Sumber: Asas-asa Manajemen, penerbit UT, hal: 4-5.
(diakses Hari Rabu Tanggal 06 September 2016). Link nya
file:///C:/Users/user/Downloads/PENGORGANISASIAN%20SBG%20FUNGSI.pdf
11
Robbins (2994), mengkontruksi dan mengubah sebuah organisasi sama
seperti membangun atau memperbarui sebuah rumah. Keduanya sama –
sama mulai dengan tujuan akhir. Perancang kemudian menciptakan rencana
untuk mencapai tujuan akhir tersebut.Pada pembangunan rumah, rencana
tersebut adalah sebuah cetak biru.Pada penyusunan organisasi, dokumen
tersebut adalah bagan organisasi3.
3
Robbins, Stephen P, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi, Penerbit Arcan, Jakarta
12
kemampuan, pembawaan dan interest yang berbeda-beda. Dalam
pembagian kerja harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap pejabat diberi daftar rincian tugas yang jelas.
b. Tugas dapat bervariasi namun satu sama lain tetap berkaitan. Beban
tugas dibuat semerata mungkin, sehingga tercipta keadilan, kepuasan
dan kegairahan kerja.
c. Pembebanan tugas harus sesuai dengan pembawaan, kecakapan, dan
kemampuan penerima tugas.
2. Departementalisasi
Departementalisasi adalah proses pembagian aktivitas pekerjaan dan
pengelompokan kegiatan, sehingga kegiatan sejenis dan saling
berhubungan dapat dikerjakan oleh satuan organisasi yang sama. Lima
bentuk utama departementalisasi adalah departementalisasi fungsi,
produk, geografis, pelanggan, dan proses.
a) Departementalisasi Fungsi, yaitu pengelompokan kegiatan organisasi
berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan
b) Departementalisasi Produk, yaitu pengelompokan kegiatan organisasi
berdasarkan jenis produk dan jasa yang dihasilkan.
c) Departementalisasi Geografis, yaitu pengelompokan kegiatan
organisasi berdasarkan wilayah kerja.
d) Departementalisasi Pelanggan yaitu pengelompokan kegiatan
organisasi berdasarkan karakter pelayanan (masalah dan kebutuhan)
kepada pelanggan.
e) Departementalisasi Proses yaitu pengelompokan kegiatan organisasi
berdasarkan urutan langkah-langkah pengerjaan suatu produk
Departemenisasi Produk.
3. Rantai Komando
Rantai komando adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari satuan
puncak organisasi ke satuan paling bawah dan menjelaskan siapa
bertanggung jawab kepada siapa.Juga menyangkut wewenang dan
13
kesatuan komando Rantai komando adalah suatu garis wewenang tanpa
putus dari satuan puncak organisasi ke satuan paling bawah dan
menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. Rantai komando juga
menyangkut wewenang dan kesatuan perintah
Wewenang (authority) mengacu pada hak-hak yang melekat pada
posisi manajerial untuk memberi perintah dan untuk dipatuhi.
Kesatuan perintah mengacu pada gagasan bahwa seorang bawahan
hanya memiliki satu atasan dimana ia menerima perintah dan
bertanggung jawab.
4. Rentang Kendali
Rentang kendali adalah batas jumlah bawahan yang dapat dipimpin dan
dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer.Rentang kendali penting
karena setiap manajer selalu menghadapi keterbatasan baik waktu,
pengetahuan, keamampuan maupun fokus perhatian.Banyak sedikitnya
jumlah bawahan mencerminkan luas sempitnya rentang kendali. Rentang
kendali yang sempit akan memperbanyak tingkatan manajemen. Ini berarti
dapat menambah biaya, memperumit komunikasi vertikal, memperlambat
pengambilan keputusan dan mendorong supervisi yang ketat sehingga
menghambat otonnomi karyawan.Besar/kecilnya batas jumlah bawahan
ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor obyektif dan faktor subjektif.Faktor
obyektif adalah faktor yang melekat pada bukan pelakunya seperti tipe
/corak pekerjaan, tersebar/tidaknya tempat bawahan, melakukan
pekerjaan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya.Sedang faktor
subyektif, yaitu faktor yang melekat pada pelakuknya seperti kejujuran,
pengalaman, dedikasi, dan sebagainya.
5. Sentralisasi
Sentralisasi mengacu pada tingkat sejauh mana pengambilan keputusan
dikonsentrasikan pads satu titik di dalam organisasi. Sebuah perusahaan
yang menekankan sentralisasi, akan tetap mempertahankan pengambilan
keputusan pada manajer puncak, dengan sedikit atau tanpa masukan
14
manajer tingkat bawah. Sebuah perusahaan yang menekankan
desentralisasi, apabila pengambilan keputusan diserahkan kepada para
manajer yang lebih rendah yaitu yang paling dekat dengan suatu tindakan.
6. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi
dibakukan.Formalisasi tinggi, bila pemangku pekerjaan memiliki sedikit
kebebasan untuk memilih apa yang harus dikerjakan, kapan dikerjakan
dan bagaimanana caranya. Cirinya ; ada diskripsi tugas yang jelas,
beragam aturan organisasi secara tertulis, ada standarisasi dan kegiatan
serba terdokumentasikan. Standarisasi perilaku, sebagai tolok ukur dalam
mengendalika perilaku karyawan.Tujuan formalisasi adalah untuk
menjaga konsistensi dan keseragaman produk, memudahkan koordinasi,
dan penghematan biaya. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
formalisasi antara lain;
Jenis keterampilan, semakin tinggi keterampilan yang dibutuhkan
semakin rendah formalisasi.
Tingkatan organisasi. Semakin tinggi tingkatan dalam organisasi
semakin rendah formalisasi.
Jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan pada bagian produksi
misalnya lebih diformalisasikan daripada pekerjaan di bagian
penjualan atau penelitian4.
Berikut ini secara berturut-turut akan disajikan bentuk-bentuk struktur
organisasi yang umum digunakan alaam organisasi bisnis, sebagai berikut:
1) Organisasi Lini
Organisasi lini disebut juga organisasi jalur merupakan struktur
organisasi tertua dan paling sederhana, dimana wewenang dari pucuk
pimpinan dilimpahkan ke satuansatuan di bawahnya. Struktur yang
dicirikan dengan kadar departemenisasi yang rendah, rentang kendali
yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang dan sedikit
4
http://swastapriambada.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/Modul-8.pdf
15
formalisasi. Struktur ini banyak digunakan di organisasi perusahaan
yang kecil. Kelebihannya terletak pada keseder-hanaannya, cepat,
fleksibel , dan tidak mahal untuk dikelola. Kelemahannya utamanya
adalah sulit dilaksanakan dimanapun selain di organisasi kecil. Karena
formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung
menimbulkan overload informasi di puncak. Untuk bisnis besar,
organisasi lini tidak memadai lagi, karena memiliki sedikit spesialis,
memiliki jalur komunikasi yang panjang, dan kurang fleksibel. Karena
organisasi seperti itu biasanya menjadi organisasi bentuk lini dan staf
16
pimpinan tunggal. Kelemahannya al., terjadinya konflik lini dan
staf, dan ketergantungan pada staf.
3) Organisasi Matriks
Beberapa organisasi menggunakan struktur matriks atau struktur
proyek. Struktur ini mengkaitkan karyawan dari berbagai bagian atau
satuan organisasi untuk bekerja bersama-sama pada proyek-proyek
tertentu Organisasi matriks adalah bentuk organisasi dimana para
karyawan mempunyai dua atasan sehingga mereka berada di bawah
dua wewenang yaitu wewenang yang mengalir secara vertikal dari
manajer fungsional, dan wewenang yang mengalir secara horizontal
dari manajer proyek. Dua jalur aliran wewenang membentuk struktur
organisasi dua arah yang menyerupai matriks, sehingga bentuk
strukturnya disebut organisasi matriks.
Kelebihan
Membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan
Memaksimalkan efisiensi penggunaan manajer fungsional
Mengembangkan keterampilan karyawan
Melibatkan, memotivasi, dan menantang karyawan
Kelemahan
Pertanggung jawaban ganda dapat membingungkan
Sangat membutuhkan koordinasi horizontal dan vertikal
Mendorong pertentangan kekuasaan
Sangat mahal untuk diimplementasikan
17
Wewenang merupakan syarat yang berfungsi sebagai penggerak dari
pada kegiatan-kegiatan, wewenang dapat di artikan sebagai hak untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu agar tujuannya tercapai .
T.Hani handoko membagi wewenangan dalam dua sumber yaitu; formal
(pandangan klasik) dan teori penerimaan.wewenangan formal merupakan
wewenangan pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenangan ini
berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum di
turunkan dari tingkat ke tingkat.berdasarkan dari teori penerimaan
(acceptance theory of authority) wewenangan timbul hanya bila hal itu di
terima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenangan tersebut di
jalankan,dan ini tidak tergantung pada penerima (receiver).
Ada dua teori yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang, yaitu :
1) Teori Formal. Teori formal ini sering disebut sebagai pandangan klasik.
Teori ini menyebutkan bahwa wewenang adalah dianugerahkan.
Wewenang ada karena seseorang diberi atau dilimpahi atau diwarisi hal
tersebut. Pandangan dalam teori formal menganggap bahwa wewenang
berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian secara
hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat.
2) Teori Penerimaan (acceptance theory of authority). Teori ini menyanggah
pemikiran bahwa wewenang dapat dianugerahkan. Teori penerimaan atau
aliran perilaku berpendapat bahwa wewenang seseorang timbul hanya bila
hal itu diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang
tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan, kunci dasar wewenang
ada dalam yang dipengaruhi bukan yang mempengaruhi. Jadi wewenang
itu ada atau tidak tergantung pada penerima, yang memutuskan untuk
menerima atau menolak.
Chester Barnard adalah salah satu tokoh yang mendukung teori
penerimaan.Ia mengatakan bahwa bila suatu komunikasi direktif diterima
seseorang kepada siapa hal itu ditujukan wewenang untuknya tercipta atau
ditegaskan. Chester Barnard mengatakan pula bahwa seseorang akan
18
bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan apabila
kondisinya :
Dia dapat memahami komunikasi tertentu.
Pada saat keputusannya dibuat dia percaya bahwa hal itu tidak
menyimpang dari tujuan organisasi.
Dia yakin bahwa hal itu tidak bertentangan dengan kepentingan
pribadinya sebagai suatu keseluruhan.
Dia mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Kondisi tersebut oleh Barnard disebut zone of indifference.Sedangkan
Herbert A. Simon menyebutnya dengan area of acceptance.
Salah satu prinsip organisasi yang penting adalah bahwa individu-individu
seharusnya diberi wewenang untuk melaksanakan tanggung jawabnya.Sebagai
contoh, bila tanggung jawab seorang manajer adalah mempertahankan
kapasitas produksi tertentu, maka dia harus diberi kebebasan secukupnya
untuk membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi kapasitas
produksi.Persamaan tanggung jawab dan wewenang tersebut adalah baik
dalam teori, tetapi sulit untuk dicapai.Terjadi banyak pertentangan pendapat
dalam masalah ini. Akan tetapi, dapat disimpulkan bahwa wewenang dan
tanggung jawab adalah sama dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek,
tanggung jawab seorang manajer hampir selalu lebih besar dari
wewenangnya, karena hal tersebut merupakan ciri delegasi5.
5
http://legalstudies71.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-wewenang-dalam-manajemen.html
19
4. Coba saudara jelaskan seberapa penting pelimpahan wewenang dalan suatu
perusahaan atau organisasi?
D. Daftar Pustaka
http://unpam.wapsite.me/Materi%20IT/POB/8.%20Pengorganisasian. (diakses
hari Rabu tanggal 07 September 2016)
http://legalstudies71.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-wewenang-dalam-
manajemen.html. (diakses hari Rabu tanggal 07 September 2016)
20