06 BAB 6 Analisis Geoteknik Waisala Rev 16 Sept
06 BAB 6 Analisis Geoteknik Waisala Rev 16 Sept
06 BAB 6 Analisis Geoteknik Waisala Rev 16 Sept
Dalam bab ini dilakukan analisis-analisis geoteknik unutk menunjang data perencanaan fasilitas
pelabuhan, mulai dari pondasi dermaga dan trestle, daya dukung tanah, pondasi dangkal, dinding
L – Shape causeway, penahan timbunan, dan talud.
Qult = 40 . Nb . Ap + 2 . Ns . As
Dimana :
6.1.1.2 Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Berdasarkan Data N-SPT dan Jenis Tanah
1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif (ϕ – soil)
Qb = 40 x N60 x l/D x Ab; ≤380 x N60' x Ab (kN) (Meyerhof (1976))
Multiply with Lb/D only if penetrate into bearing stratum
2. Tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif (ϕ - soil)
Qs = 2 x N60 x As = 2 x N60 x π x D x L (kN) (Meyerhof (1976))
Dimana :
Li = Panjang Lapisan Tanah (m)
[ VI - 1 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Berdasarkan rumus diatas daya dukung ultimit pondasi tiang dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
Qultimate = Qs + Qb – Wp
Dimana :
Wp = Weight of pile (kN)
Daya dukung ijin aksial tekan (allowable downward capacity) untuk pondasi tiang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Qallw_d =
_
+ _
Dimana :
Qb = daya dukung ujung (ultimate tip resistance) (kN)
Qs = daya dukung friksi (ultimate side resistance) (kN)
FS_b = Faktor keamanan untuk daya dukung ujung (tip resistance)
[ VI - 2 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Daya dukung ultimate aksial tarik (ultimate uplift capacity) untuk pondasi tiang dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
Qup = Qw + Qs
Dimana :
Qw = berat tiang (kN), (t)
Qs = daya dukung friksi ( ultimate side resistance) (kN)
Beratdari tiang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Qw = ƩwiΔl
Dimana :
Wi = berat dari tiang per satuan panjang (kN/m), (t/m)
Δl = segmen dari tiang (m)
Daya dukung ijin aksial tarik (allowableuplift capacity) untuk pondasi tiang dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
Qallw_u = _
+ _
Dimana :
Qw = berat dari tiang
Qs = daya dukung friksi (ultimate side resistance) (kN)
FS_w = Faktor keamanan untuk berat tiang
FS_s = Faktor keamanan untuk daya dukung friksi (side resistance)
Safety factor yang digunakan adalah 3 untuk ordinary condition dan 2,5 untuk earthquake
condition
[ VI - 3 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Compression Capacity
Calculation Method : Based on N-SPT (Meyerhof, 1976) Reference Note
2
Undrained Shear Str. (Cu) = 6 x N-SPT (kN/m ) Terzaghi & Peck
Skin Friction (Qs) = α x Cu x perimeter x l (kN) (c-soil) US Army Corps
= 2 x N60 x perimeter x l (kN) (φ-soil) Meyerhof (1976) (Driven Pile) used
= 100 x nsi x N60 x perimeter x l (kN)
(Silt) Aoki and Velloso (1975)
Corrected NSPT, N60 = (1/0.6) x Ef x Cb x Cs x Cr x N-SPT Skempton (1986)
Corrected NSPT, (N1) 60 = N60 x Cn Skempton (1986)
End Bearing (Qb) = 9 x Cu x Ab (kN) (c-soil) Meyerhof (1976) (Bowles Book)
= 40 x N60 x Lb/D x Ab (kN) (φ-soil) Meyerhof (1976) Bowles Book used
380 x N60 x Ab (kN) Meyerhof (1976) Bowles Book
= 100 x nb x N60 x Ab (kN) (Silt) Aoki and Velloso (1975)
Qult = Qs + Qb (kN)
Qall = Qult/SF (kN)
SF = 3 for static and 1.5 for EQ
Pull Out Capacity
Calculation Method : Poulos & Davis (1980)
Pull Out Cap. (Qu(pull)) = (2/3 x Qs) + Wp
Qall (pull) = Qu(pull)/SF
Daya dukung ultimate lateral (ultimate lateral capacity) untuk pondasi tiang dapat dihitung
dengan metode yang mengacu pada publikasi yang dikeluarkan oleh FHWA (Federal Hidhway
Administration). Daya dukung lateral pondasi tiang mengacu pada perhitungan defleksi arah
lateral :
⁴ ⁴
EI + − − =0
⁴ ⁴
Dimana :
Dimana :
P = Gaya geser pile
[ VI - 4 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
( ) = St dan EI(d²Y/dZ²) = M
Gambar berikut menunjukkan beberapa grafik yang diperhitungkan dalam analisis lateral pada
tiang :
Pada perencanaan pondasi, jenis pondasi yang digunakan untuk penahan beban struktur
dermaga adalah pondasi tiang pancang baja, karena pondasi tiang pancang baja pada
umumnya ringan, kuat dan mampu menahan beban yang berat. Penyambungan tiang pun dapat
dilakukan dengan mudah, dan pengerjaan pondasi tiang pancang di area laut lebih mudah jika
dibandingkan dengan pondasi tiang bor, serta karena terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang
ini sendiri adalah sangat besar sehingga dalam transport dan pemancangan tidak menibulkan
bahaya patah seperti halnya pada tiang pancang beton precast. Sedangkan rencana pondasi yang
digunakan untuk penahan beban struktur bangunan area darat adalah pondasi menerus
dan pondasi telapak.
[ VI - 5 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dalam analisis pondasi tiang mengacu kepada nilai N-SPT yang didapat dari hasil survey di
lapangan. Berikut resume nilai N-SPT berdasarkan data (BH-01 s/d BH-04)
Tiang Pancang (Steel Pipe Pile) yang digunakan dalam analisis struktur (program SAP2000)
terdiri dari tiang tegak dan tiang miring (1:6) dengan diameter tiang yang digunakan adalah dia.
508 mm untuk tiang miring dan dia. 457,2 mm untuk tiang tegak dengan tebal 14 mm untuk
masing-masing tiang. Tip pile di desain dengan close end dengan sepatu tiang. Data tiang yang
digunakan disajikan pada tabel berikut :
[ VI - 6 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Data beban struktur atas didapat dari hasil analisis program SAP2000, berikut resume data
beban pada joint reaksi di area trestle dan dermaga.
[ VI - 7 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Gaya tekan (compression force) tersebut bekerja tepat pada fixity point, sehingga gaya pada
kedalaman rencana disesuaikan kembali dengan berat tiang sesuai kedalaman. Gaya tekan yang
bekerja disajikan bersamaan pada tabel daya dukung pondasi tiang.
Berikut nilai daya dukung tanah berdasarkan data N-SPT BH-01 s/d BH-04 disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Berdasakan hasil survey, tanah di area dermaga dan trestle rencana
adalah tanah pasir, maka rumus yang digunakan adalah rumus daya dukung pondasi tiang baja
untuk tanah non cohesive (Ф- soil). Rumus disajikan pada Gambar 6.1
[ VI - 8 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil analisis daya dukung aksial tiang tegak berdasarkan data borehole BH-01,
menunjukkan bahwa kedalaman tiang tertanam (embeded pile) minimal sedalam 25 m.
Gambar 6. 3 Grafik Daya Dukung Pondasi Tiang Tegak 457,2 Mm (Ref. BH-01)
[ VI - 9 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil analisis daya dukung aksial tiang tegak berdasarkan data borehole BH-02,
menunjukkan bahwa kedalaman tiang tertanam (embeded pile) minimal sedalam 25 m.
Gambar 6. 4 Grafik Daya Dukung Pondasi Tiang Tegak 457,2 Mm (Ref. BH-02)
[ VI - 10 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil analisis daya dukung aksial tiang tegak berdasarkan data borehole BH-03,
menunjukkan bahwa kedalaman tiang tertanam (embeded pile) minimal sedalam 27 m.
Gambar 6. 5 Grafik Daya Dukung Pondasi Tiang Tegak 457,2 Mm (Ref. BH-03)
[ VI - 11 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil analisis daya dukung aksial tiang tegak berdasarkan data borehole BH-04,
menunjukkan bahwa kedalaman tiang tertanam (embeded pile) minimal sedalam 27 m.
Gambar 6. 6 Grafik Daya Dukung Pondasi Tiang Tegak 457,2 Mm (Ref. BH-04)
6,30 0 2 1 1,01 Sand Loose 1 862,5 777,4 6,4 6,4 8,1 14,5 4,8 9,7 15,2 5,1 6,1 x x x x
8,30 2 4 3 3,04 Sand Loose 4 865,9 780,8 25,5 31,9 32,4 64,3 21,4 42,9 35,4 11,8 14,2 x x x x
10,30 4 6 5 5,07 Sand Loose 7 869,3 784,2 44,7 76,6 56,8 133,4 44,5 88,9 68,6 22,9 27,5 x x x x
12,30 6 8 7 7,10 Sand Loose 4 872,7 787,6 25,5 102,1 32,4 134,6 44,9 89,7 89,1 29,7 35,6 x x x x
14,30 8 10 9 9,12 Sand Loose 9 876,1 791,0 57,5 159,6 73,0 232,6 77,5 155,0 130,8 43,6 52,3 x x x x
16,30 10 12 11 11,15 Sand Medium Dense 11 879,5 794,5 70,2 229,8 89,2 319,0 106,3 212,7 181,0 60,3 72,4 x x x x
18,30 12 14 13 13,18 Sand Medium Dense 10 882,9 797,9 63,8 293,7 81,1 374,7 124,9 249,8 227,0 75,7 90,8 x x x x
20,30 14 16 15 15,21 Sand Medium Dense 16 886,4 801,3 102,1 395,8 129,7 525,5 175,2 350,3 298,5 99,5 119,4 x x v x
22,30 16 18 17 17,23 Sand Medium Dense 22 889,8 804,7 140,4 536,2 178,4 714,6 238,2 476,4 395,5 131,8 158,2 x x v x
24,30 18 20 19 19,26 Sand Medium Dense 24 893,2 808,1 153,2 689,4 194,6 884,0 294,7 589,3 501,1 167,0 200,4 x x v x
26,30 20 22 21 21,29 Sand Medium Dense 28 896,6 811,5 178,7 868,2 227,0 1095,2 365,1 730,1 623,6 207,9 249,5 x x v x
28,30 22 24 23 23,32 Sand Dense 31 900,0 814,9 197,9 1066,1 251,3 1317,4 439,1 878,3 759,0 253,0 303,6 x v v x
30,30 24 26 25 25,34 Sand Dense 41 903,4 818,3 261,7 1327,8 332,4 1660,2 553,4 1106,8 936,9 312,3 374,8 x v v x
32,30 26 28 27 27,37 Sand Very Dense 54 906,8 821,7 344,7 1672,5 437,8 2110,3 703,4 1406,9 1170,1 390,0 468,0 x v v v
34,30 28 30 29 29,40 Sand Very Dense 59 910,2 825,2 376,6 2049,2 478,3 2527,5 842,5 1685,0 1424,6 474,9 569,8 x v v v
35,30 29 31 30 30,41 Sand Very Dense 60 913,7 828,6 383,0 2432,2 486,4 2918,6 972,9 1945,8 1681,7 560,6 672,7 v v v v
36,30 30 32 31 31,43 Sand Very Dense 60 917,1 832,0 383,0 2815,2 486,4 3301,7 1100,6 2201,1 1938,7 646,2 775,5 v v v v
[ VI - 12 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil analisis daya dukung aksial tiang miring berdasarkan data borehole BH-03,
menunjukkan bahwa kedalaman tiang tertanam (embeded pile) minimal sedalam 30,41 m.
Gambar 6. 7 Grafik Daya Dukung Pondasi Tiang Miring 508 Mm (Ref. BH-03)
6,30 0 2 1 1,01 Sand Loose 1 863,2 777,4 6,4 6,4 8,1 14,5 4,8 9,7 15,2 5,1 6,1 x x x x
8,30 2 4 3 3,04 Sand Loose 3 866,6 780,8 19,2 25,5 24,3 49,9 16,6 33,2 31,2 10,4 12,5 x x x x
10,30 4 6 5 5,07 Sand Loose 4 870,0 784,2 25,5 51,1 32,4 83,5 27,8 55,7 51,6 17,2 20,6 x x x x
12,30 6 8 7 7,10 Sand Loose 8 873,4 787,6 51,1 102,1 64,9 167,0 55,7 111,3 89,1 29,7 35,6 x x x x
14,30 8 10 9 9,12 Sand Loose 10 876,8 791,0 63,8 166,0 81,1 247,0 82,3 164,7 135,0 45,0 54,0 x x x x
16,30 10 12 11 11,15 Sand Medium Dense 14 880,2 794,5 89,4 255,3 113,5 368,9 123,0 245,9 198,0 66,0 79,2 x x x x
18,30 12 14 13 13,18 Sand Medium Dense 14 883,6 797,9 89,4 344,7 113,5 458,2 152,7 305,5 261,0 87,0 104,4 x x v x
20,30 14 16 15 15,21 Sand Medium Dense 16 887,1 801,3 102,1 446,9 129,7 576,6 192,2 384,4 332,5 110,8 133,0 x x v x
22,30 16 18 17 17,23 Sand Medium Dense 20 890,5 804,7 127,7 574,5 162,1 736,7 245,6 491,1 421,1 140,4 168,4 x x v x
24,30 18 20 19 19,26 Sand Medium Dense 24 893,9 808,1 153,2 727,7 194,6 922,3 307,4 614,9 526,6 175,5 210,6 x x v x
26,30 20 22 21 21,29 Sand Medium Dense 30 897,3 811,5 191,5 919,3 243,2 1162,5 387,5 775,0 657,7 219,2 263,1 x x v x
28,30 22 24 23 23,32 Sand Dense 33 900,7 814,9 210,7 1129,9 267,5 1397,5 465,8 931,6 801,5 267,2 320,6 x v v x
30,30 24 26 25 25,34 Sand Dense 38 904,1 818,3 242,6 1372,5 308,1 1680,6 560,2 1120,4 966,7 322,2 386,7 x v v x
32,30 26 28 27 27,37 Sand Dense 45 907,5 821,7 287,3 1659,8 364,8 2024,6 674,9 1349,7 1161,6 387,2 464,6 x v v v
34,30 28 30 29 29,40 Sand Very Dense 60 910,9 825,2 383,0 2042,8 486,4 2529,2 843,1 1686,2 1420,4 473,5 568,1 x v v v
35,30 29 31 30 30,41 Sand Very Dense 60 914,3 828,6 383,0 2425,8 486,4 2912,3 970,8 1941,5 1677,4 559,1 671,0 v v v v
36,30 30 32 31 31,43 Sand Very Dense 60 917,8 832,0 383,0 2808,8 486,4 3295,3 1098,4 2196,8 1934,5 644,8 773,8 v v v v
[ VI - 13 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil analisis daya dukung aksial tiang miring berdasarkan data borehole BH-04,
menunjukkan bahwa kedalaman tiang tertanam (embeded pile) minimal sedalam 30,41m.
Gambar 6. 8 Grafik Daya Dukung Pondasi Tiang Miring 508 Mm (Ref. BH-04)
Panjang tiang minimum terpancang yang didapat dari hasil analisis diatas perlu disesuaikan
kembali, dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :
- Kedalaman tanah keras
- Keseragaman kedalaman tiang
- Konfigurasi tiang
Tabel 6. 13 Resume Kedalaman Tiang Tertanam (Embeded Pile) Minimum dan Rencana
Kedalaman Kedalaman tiang
Data Struktur minimum tiang tertanam rencana (m)
tertanam (m)
BH-01 Tiang Trestle Tegak 25 25,5 – 30 (variatif)
BH-02 Tiang Trestle Tegak 25 25 – 29 (variatif)
BH-03 Tiang Dermaga Tegak 27 28
BH-03 Tiang Dermaga Miring 30,41 30,41
BH-04 Tiang Dermaga Tegak 27 28
BH-04 Tiang Dermaga Miring 30,41 30,41
[ VI - 14 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dari hasil penentuan kedalaman tiang terpancang yang direncanakan, didapat nilai daya dukung
tekan dan tarik pada kedalaman rencana tiang tertanam tersebut.
Tabel 6. 14 Resume Gaya Tekan dan Daya Dukung Tiang Tekan Tiang Pada Tiang Rencana
Kedalaman Total
Qcomp.all Qcomp.all
Fcomp.max Fcomp.max tiang panjang
Sumber (layan) (gempa)
Struktur (layan) (gempa) tertanam tiang Keterangan
Data (SF=3) (SF=1,5)
(kN) (kN) rencana (m) rencana
(kN) (kN)
(m)
25,5 – 30
BH-01 Tiang Trestle Tegak 617,5 617,5 622,4 1244,9 32 Aman
(variatif)
25 – 29 Aman
BH-02 Tiang Trestle Tegak 617,5 617,5 623,8 1247,6 32
(variatif)
BH-03 Tiang Dermaga Tegak 554,3 516,9 620 1239,9 28 36 Aman
BH-03 Tiang Dermaga Miring 913,7 828,6 972,9 1945,8 30,41 38 Aman
BH-04 Tiang Dermaga Tegak 554,3 516,9 596,4 1192,9 28 36 Aman
BH-04 Tiang Dermaga Miring 914,3 828,6 970,8 1941,5 30,41 38 Aman
Tabel 6. 15 Resume Gaya Tarik dan Daya Dukung Tarik Tiang Pada Tiang Rencana
Kedalaman Total
Qpull.all Qpull.all
Fpull.max Fpull.max tiang panjang
Sumber (layan) (gempa)
Struktur (layan) (gempa) tertanam tiang Keterangan
Data (SF=3) (SF=2,5)
(kN) (kN) rencana (m) rencana
(kN) (kN)
(m)
25,5 – 30
BH-01 Tiang Trestle Tegak 0 -51,3 356,4 427,7 32 Aman
(variatif)
25 – 29 Aman
BH-02 Tiang Trestle Tegak 0 -51,3 361,0 433,2 32
(variatif)
BH-03 Tiang Dermaga Tegak 0 -0,961 351,2 421,4 28 36 Aman
BH-03 Tiang Dermaga Miring -80,8 -425,077 560,6 672,7 30,41 38 Aman
BH-04 Tiang Dermaga Tegak 0 -0,961 348,4 418,1 28 36 Aman
BH-04 Tiang Dermaga Miring -80,8 -425,077 559,1 671,0 30,41 38 Aman
Berdasarkan resume nilai daya dukung aksial tekan dan tarik yang dihasilkan pada kedalaman
rencana, nilai daya dukung pondasi di area trestle menggunakan data BH-01 dan di area dermaga
menggunakan data BH-04, dikarenakan nilai daya dukung tersebut merupakan nilai daya dukung
pondasi terendah jika dibandingkan dengan daya dukung berdasarkan data hasil boring BH-02
(area trestle) dan BH-03 (area dermaga).
[ VI - 15 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Berikut adalah rekapitulasi kebutuhan panjang tiang pancang dermaga dan trestle dan profil
tiang pancang disajikan pada tabel dan gambar berikut :
[ VI - 16 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 17 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 18 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Analisis settlement tiang pancang dilakukan dengan bantuan program AllPile dengan acuan data
boring BH-01 untuk trestle dan BH-04 untuk dermaga. Beban tekan yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Settlement).
3000
2700
2400
Compression Load, Qdw -kN
2100
1800
1500
1200
900
0
0.0 0.3 0.5 0.8 1.0 1.3 1.5 1.8 2.0 2.3 2.5 2.8 3.0 3.3 3.5 3.8 4.0 4.3 4.5 4.8 5.0
Settlement, X -cm
Total Side Tip
3000
2700
2400
Compression Load, Qdw -kN
2100
1800
1500
1200
900
600
Comp. = 554,3 kN
300 Settlement = 0,20 cm
0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0
Settlement, X -cm
Total Side Tip
[ VI - 19 ]
ALL-PILE Version 6 CivilTech Software www.civiltech.com Licensed to
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
3000
2700
2400
Compression Load, Qdw -kN
2100
1800
1500
1200
900
0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0
Settlement, X -cm
Total Side Tip
Settlement yang terjadi masih dibawah 2,5 cm, yaitu 0,20 – 0,31 cm, maka dari itu settlement
tersebut masih dalam kondisi aman.
A. Area Trestle
Tahanan lateral tiang pancang didapat dari pemodelan tiang menggunakan program
AllPile 6.5 E dengan memodelkan tiang sebagai single pile. Hubungan antara defleksi dengan
tahanan lateral pada tiang pancang area trestle dengan referensi data tanah menggunakan data
BH-02 (lebih konservatif dibanding BH-01) disajikan pada gambar berikut :
[ VI - 20 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
90 90
81 81
72 72
63 63
54 54
Lateral Load, P -kN
45 45
36 36
27 27
18 18
9 9
0 0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Tahanan lateral single pada saat kondisi layan (defleksi max 5 cm) adalah sebesar 50 kN, dan
pada saat kondisi gempa (defleksi max 10 cm) adalah sebesar 90 kN. Hasil analisis tiang lateral
area trestle pada saat kondisi layan masih aman, tetapi pada saat kondisi gempa melebihi batas
defleksi maksimum, hal itu dikarenakan pemodelan menggunakan single pile. Analisis yang
digunakan sebagai acuan adalah hasil analisis program SAP2000, karena pemodelannya lebih
akurat.
[ VI - 21 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
B. Area Dermaga
Tahanan lateral tiang pancang didapat dari pemodelan tiang menggunakan program
AllPile 6.5 E dengan memodelkan tiang sebagai single pile.
Hubungan antara defleksi dengan tahanan lateral pada tiang pancang tegak dan miring area
dermaga dengan referensi data tanah menggunakan data BH-04 (lebih konservatif dibanding BH-
03) disajikan pada gambar berikut :
[ VI - 22 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
ALL-PILE Version 6 CivilTech Software www.civiltech.com Licensed to
200 200
180 180
160 160
140 140
120 120
Lateral Load, P -kN
80 80
60 60
40 40
20 20
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
P (kN) Yt (cm)
Waisala BH-04 Mmax (kN-m) Figure 2
200 200
180 180
160 160
140 140
120 120
Lateral Load, P -kN
100 100
80 80
60 60
40 40
20 20
0 0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
[ VI - 23 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Tahanan lateral tiang pancang tegak pada saat kondisi layan (defleksi max 5 cm) adalah sebesar
40 kN, dan pada saat kondisi gempa (defleksi max 10 cm) adalah sebesar 70 kN, sedangkan
tahanan lateral tiang pancang miring pada saat kondisi layan (defleksi max 5 cm) adalah sebesar
50 kN, dan pada saat kondisi gempa (defleksi max 10 cm) adalah sebesar 100 kN Hasil analisis
tiang lateral area trestle pada saat kondisi layan dan gempa melebihi batas defleksi maksimum,
hal itu dikarenakan pemodelan menggunakan single pile. Analisis yang digunakan sebagai acuan
adalah hasil analisis program SAP2000, karena pemodelannya lebih akurat.
Defleksi tiang yang digunakan adalah hasil dari analisis program SAP2000, karena pemodelan
tiang lebih real. Berikut hasil analisis defleksi tiang berdasarkan SAP2000.
Berdasarkan analisis displacement, pergerakan translasi ujung trestle ditunjukan oleh nilai U1
dan U2. Namun untuk mengetahui simpangan real tiang maka simpangan adalah resultan dari U1
dan U2.
Pada kondisi layan besar defleksi tiang adalah sebesar 0,4 mm masih lebih kecil dari persyaratan
simpangan :
,
∆ = ≤ 30 (SNI 1726 – 2002)
0,03
maks 11480 172mm 30mm
2 .
Pada keadaan ultimit sebesar 95,78 mm masih lebih kecil dari persyaratan simpangan :
∆ = 0,01 _ (SNI 1726-2002)
m aks 0, 01 11480 114, 8 m m .
[ VI - 24 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
maksimum defleksi pada saat gempa 95,78 mm < 114,8 mm sehingga masih di bawah batas izin.
Tabel 6. 23 Simpangan Struktur Dermaga
Analisis Simpangan
Komponen translasi x translasi y resultan syarat
No keterangan
simpangan (mm) (mm) (mm) (mm)
simpangan struktur masih
1 Layan Berthing 5.58 9.3 10.85 30
memenuhi syarat
simpangan struktur masih
2 Layan Mooring 10.98 11.57 15.95 30
memenuhi syarat
simpangan struktur masih
3 Gempa 78.79 46.19 91.33 127.0
memenuhi syarat
Berdasarkan analisis displacement, pergerakan translasi ujung dermaga ditunjukan oleh nilai
U1 dan U2. Namun untuk mengetahui simpangan real tiang maka simpangan adalah resultan
dari U1 dan U2.
Pada kondisi layan besar defleksi tiang adalah sebesar 15,95 mm masih lebih kecil dari
persyaratan simpangan :
0, 03
maks H struktur _ dermaga 30mm
R ,
0, 03
maks 12700 191mm 30mm
2 .
Pada keadaan ultimit sebesar 91,33 mm masih lebih kecil dari persyaratan simpangan :
maks 0,01 H struktur _ dermaga
maksimum defleksi pada saat gempa 91,33 mm< 127 mm sehingga masih di bawah batas izin.
Perhitungan daya dukung berdasarkan data CPT (SCHMERTMANN, 1978). Berikut rumus yang
digunakan :
[ VI - 25 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Berdasarkan hasil uji sondir dilapangan data CPT pada 3 titik CPT/sondir (S.01 ; S.02 & S.03),
jenis tanah di sekitar permukaan yaitu tanah lempung (kohesif). Berikut rangkuman hasil
perhitungan bearing capacity pondasi dangkal pada tanah kohesif dengan lebar pondasi 0,8 – 1
m pada kedalaman variatif dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Data daya dukung pondasi berdasarkan kedalaman dan ukuran pondasi tersebut digunakan
untuk mendesain pondasi fasilitas area darat seperti terminal penumpang dan gudang,
sedangkan untuk pondasi gedung struktur bangunan satu lantai sederhana menggunakan desain
standar pondasi bangunan satu lantai (pasangan batu).
Daya dukung pondasi yang digunakan yaitu daya dukung pondasi pada kedalaman 1,5 m dengan
lebar 1 meter sebesar 25,84 t/m2 = 253,4 kPa. Data tersebut selanjutnya digunakan untuk
perhitungan penulangan.
[ VI - 26 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
150
Pondasi telapak digunakan untuk menahan beban pada bangunan di area darat yang menerima
beban yang cukup besar seperti gudang dan terminal penumpang. Sedangkan unutk bangunan
sederhana menggunakan pondasi pasangan batu dengan ukuran standar untuk bangunan 1
lantai.
[ VI - 27 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 28 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Kondisi Gempa
Pae = Pa x Kae/Ka = 42,007752 kN/m qe (Truk 8 ton) = 18 KN/m2
Pve = Pae sin α = 0 kN/m Pqe = Pq x Kae/Ka = 27,4 kN/m
Phe = Pae cos α = 42,007752 kN/m
Kondisi Gempa
Phe total = Lateral Aktif Tanah + Tekanan Lateral akibat Beban Surcharge + Tek. Air Hidrostatik
Phe total = 42 + 27,4 + 13,6 = 83 kN/m
[ VI - 29 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Tekanan Pasif
Di bawah GWT = 1,5 m
2
σp = ɣ2' H Kp = 25,871085 kN/m
Pp = σp H + 2c √Kp = 35,100169 kN/m
Pv = Pa sin α = 0 kN/m
Ph = Pa cos α = 35,100169 kN/m
Kondisi Statik
Gaya Dorong (Driving Force)
ΣFD = Ph total = 56,87 kN/m
[ VI - 30 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Faktor kapasitas dukung tanah tak berdimensi (Hansen, from Bowles Text Book)
Nc = 20,71 Nq = 10,7 Nγ = 6,8
Faktor bentuk
sc = 1,32 sq = 1,2629105 sɣ = 0,75
Faktor kedalaman
dc = 1,10 dq = 1,19 dɣ = 1,00
Faktor Kemiringan tanah
Slope, β = 0⁰
gc = 1 gq = gɣ = 1
[ VI - 31 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Input Parameter
Tanah Timbunan Tanah Asli 1 (Loose Sand) Tanah Asli 2
3 3
ɣ1 = 18 kN/m SPT = 7 ɣ3 = 0 kN/m
3
φ1 = 35 ⁰ ɣ2 = 17 kN/m φ3 = 0⁰
2 2
c1 = 0 kN/m φ2 = 25 ⁰ c3 = 0 kN/m
2
α = 0⁰ c2 = 5 kN/m
Ka = 0,27
2. Kapasitas Geser
0.5
Vc = 0.17 x fc xbxd
Thickness Check,
z d Vu Vc
of RW φVc>Vu
m m m kN/m kN/m Ø = 0.75
0,00 0,5 0,42 0 422,4081 OKE
1,17 0,5 0,42 13,08882 422,4081 OKE
2,33 0,5 0,42 34,144747 422,4081 OKE
3,50 0,5 0,42 63,167782 422,4081 OKE
3. Momen Terfaktor
DL = Tekanan Lateral Tanah akibat Timbunan
LL = Tekanan Lateral Tanah akibat Kendaraan
Mu = 1,2 DL + 1,6 LL
3
MuDL = 1/6 x ɣ1 x z x Ka cosα
2
MuLL = 0.5 x q x z x Ka cosα
4. Kapasitas Momen
Selimut Beton c = 0,08 m Tebal dinding = 500 mm
Ambil Tulangan: d = 22 mm As = 380 mm2
n/m = 4 tul/m Ast = 1521 mm2
fy = 400 Mpa Asmin = 900 mm2
fc' = 35 Mpa
[ VI - 32 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Geser Terfaktor
V1 = 70,5 kN/m
V2 = 143 kN/m
Kapasitas Geser
0.5
Vc = 0.17 x fc xbxd
Thickness Check,
x d Vu Vc
of Slab φVc>Vu
m m m kN kN Ø = 0.75
2 0,5 0,395 70,52442 397,26476 OKE
2,5 0,5 0,395 142,56008 397,26476 OKE
Momen Terfaktor
M1 = 36,5 kN.m
M2 = 134 kN.m
[ VI - 33 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Sketsa Penulangan
D 16 200
D 22 250
D 16 200
D 22 250
D 16 200
[ VI - 34 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
H1 P
H3
h'
H
W2
W1 Ph
H2 W3
1/3*h'
d W4
tc tb td
B
Ka = 0,33333
Kp = 3
[ VI - 35 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Timbunan
5
1
Batu pleser
45-60 kg
Tanah Asli
Dimensi tersebut merupakan dimensi tertinggi berdasarkan jarak kontur terendah ke elevasi
rencana +2,5 mLWS) di area darat pelabuhan, jika disesuaikan dengan kontur yang bervariatif
(+1,58 sd +2,0 mLWS) maka tinggi struktur di lokasi akan bervariatif (90 – 130cm) dengan
kemiringan DPT sebesar 1 : 5. Dimensi batu plester yang digunakan adalah 25-35 cm dengan
berat 45 – 60 kg ( γbatuplester = 2200kg/m3).
[ VI - 36 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 37 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 38 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Σ Sc 0,028657
Settlement yang terjadi akibat beban container tiga tumpuk adalah sebesar 2,8 cm, hal tersebut
dinyatakan aman karena lebih kecil dari batas penurun maksimum (6,5 cm) menurut Skempton
dan Macdonald (1955).
Beban
γtimbunan = 18 kN/m3
tinggi timbunan maximum = 0,905 m
Beban timbunan = γtimbunan x tinggi timbunan
= 18 x 0,905 = 16,29 kPa
Beban Container = 61,8 kPa
Beban Timbunan + Container = 16,29 + 61,8 = 78,09 kPa
Analisis mengacu kepada data sondir – 01 (S-01) dikarenakan data tersebut lebih konservatif
dibanding dengan data sondir lainnya..
Σ Sc 0,007554
Settlement yang terjadi akibat beban timbunan dan container tiga tumpuk adalah sebesar 0,7 cm,
[ VI - 39 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Σ Sc 0,03621
Settlement yang terjadi akibat beban timbunan dan container tiga tumpuk adalah sebesar 3,6 cm,
Kedua kondisi tersebut dinyatakan aman karena lebih kecil dari batas penurun maksimum (6,5
cm) menurut Skempton dan Macdonald (1955) untuk bangunan tidak beresiko tinggi.
Talud dibangun untuk memenuhi fasilitas yang dibutuhkan dermaga. Fungsi talud dalam desain
ini adalah:
1. Talud berfungsi untuk menahan atau sloope protection agar material base, tidak
berhamburan ke sisi area reklamasi pantai.
2. Pemecah gelombang.
Dengan mengacu pada fungsi yang akan digunakan, talud dibuat menggunakan jenis breakwater,
sehingga perhitungan struktur talud menggunakan standardisasi perhitungan breakwater.
Konsep dan prosedur perencanaan talud pada areal reklamasi pantai terdiri dari:
Penentuan kondisi desain (kondisi muka air, gelombang desain; tinggi gelombang, runup, periode
dan kedalaman).
[ VI - 40 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Nilai tinggi gelombang rencana dari utara setelah dilakukan pemodelan di peroleh H = 0.49 m
disekitar area talud dan H = 1.66 m di sekitar kolam dermaga (Gambar 6.20). Sedangkan tinggi
gelombang rencana hasil pemodelan dari arah Barat di peroleh H = 0.45 m disekitar area talud
dan H = 0.45 m di sekitar kolam dermaga (Gambar 6.21).
[ VI - 41 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Gambar 6. 23 Kontur Tinggi Gelombang Arah Utara Dengan Periode Ulang 50 Tahun (Hs=2.06 M, T=6.40 S).
Gambar 6. 24 Kontur Tinggi Gelombang Arah Barat Dengan Periode Ulang 50 Tahun (Hs=2.06 M, T=6.40 S).
Dengan memasukkan data yang ada ke dalam grafik run-up gelombang, didapat run-up
gelombang sebesar 0.8*0.49m= 0.39m. Sedangkan, pasang tertinggi di Waisala adalah 1.3 m LWS.
Dengan memasukkan data-data yang telah dimiliki, didapat elevasi talud sebagai berikut:
Elevasi Talud = Tunggang Pasang + Run-Up Wave + Freeboard
Tunggang Pasang = 1.3 m LWS
[ VI - 42 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
rH 3
W
K D S r 1 cot
3
Dimana;
Kerapatan bahan batu (γr) = 1,5 T/m3
Kemiringan Struktur (cot θ) = 1.5
Perbandingan Kerapatan Batu dan Air laut = 2.59 T/m3
Tinggi Gelombang disekitar reklamasi = 0.60 m
Koefisien Stabiitas untuk Batu = 2.3
Berat Minimum (W) = 41,28 kg (digunakan 45 – 60kg)
Perhitungan lebar lapisan luar pada talud dengan tipe break water, dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
= ∆
[ VI - 43 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Dimana;
Jumlah lapisan Batu (n) =2
Koefisien layer Batu (KΔ) = 1.15
Berat batu pada lapisan pelindung (W) = 45 – 60 kg (quarrystone)
Kerapatan masa material batu (γr) = 1500 (kg/cm3)
1. CAUTION: Those K D values shown in italics are unsupported by test results and are only provided for
preliminary design purposes
2. Applicable to slopes ranging from 1 on 1.5 to 1 on 5
3. n is the number of units comprising the thickness of the armor layer
4. The use of singel layer of quarrystone armor units is not recommended for structure subject to breaking waves and
5. only
Until under special conditions
more information for structure
is available subject to
on the variation of nonbreaking
K D value withwaved.
slope, When
the useit of
is used, the stone
KD should should be
be limited
to slopes ranging from 1 on 1.5 to 1 on 3 some armor units tested on a structure head indicated a KD -
slope dependence
6. Special placement with long axis of stone placed perpendicular to structure face.
7. Parallelepiped - shaped stone: long slab - like stone dimension about 3 times the shortest dimension
(Mrkle and Davidson, 1979).
8. Refers to no - damage criteria (<5 percent displacement, rocking, etc); if no rocking (<2 percent) is
desired, reduce KD 50 percent (Zwamborn and Van Niekern, 1982).
9. Stability of dolosse on slopes steeper than 1 and 2 should be substantianed by site-specific model test.
[ VI - 44 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Perhitungan lebar lapisan dalam pada talud dengan tipe break water, dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
/10
= ∆
Bpmin = 3 x rf
= 3 x 0.303
= 0.909m ~ 1 m
Tpmin = 2 x rf
= 2 x 0.303
= 0.606m ~ 0,7 m
Sehingga, didapat lebar kaki minimum (Bpmin) dan tebal kaki minimum adalah 1 m dan 0,7 m.
= ∆[ ]
[ VI - 45 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Sehingga, didapat lebar puncak (B) pada talud adalah 0.518 m. (namun dalam perencanaan
digunakan lebar 1 m agar lebih aman).
Dimensi Keterangan
Digunakan geotextile pemisah antara material timbunan dengan batu belah pemecah gelombang,
Batu belah berfungsi sebagai pemecah ombak sehingga tidak menggerus timbunan pada
causeway. Geotextile disini berfungsi sebagai filter mencegah larinya partikel tanah dasar keluar
kearah lapisan batuan proteksi lereng pantai. Diameter batu yang digunakan jika berat jenis batu
belah = 1500 kg/m3 (PPPURG-1987) untuk berat 45-60 kg adalah diameter 38 – 42 cm dan untuk
berat 25 – 40 kg adalah diameter 29 - 37 cm. Hasil analisis kebutuhan armor berdasarkan
gelombang yang terjadi disekitar causeway adalah tidak diperlukan adanya blok beton
dikarenakan gelombang yang terjadi kecil.
[ VI - 46 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
A. Cek Stabilitas
[ VI - 47 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Kondisi Gempa
Momen yang mendorong (Tanah & Beban bekerja)
Mo = (H/3)Pa + (H/2). Pq
= 49,44751 + 28,11 = 77,55 kN-m
Kondisi Statik
Tahanan Revetment terhadap pergeseran (Rh)
ΣRh = (ΣV tan (2/3ϕ) + B (2/3Cu)) = 106,7 kN/m
Jumlah gaya-gaya yang mengeser (Ph)
Permukaan tanah datar
Ph = pa
Pv = 0
ΣPh = Gaya-gaya horizontal = Tekanan tanah + Tekanan beban merata
2
= 34,792 kN/m
Faktor aman terhadap pergeseran (FS gs)
Tahanan revetment terhadap pergeseran (SRh)
FS (gl) =
Jumlah gaya-gaya yang mengeser (SPh)
= 3,067 > 1.5 OK
Kondisi Gempa
Tahanan Revetment terhadap pergeseran (Rh)
ΣRh = (ΣV tan (2/3ϕ) + B (2/3Cu)) = 106,7 kN/m
[ VI - 48 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 49 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Hasil analisis safety factor stabilitas talud dinyatakan dalam keadaan aman, yaitu :
Pengecekan displacement dan safety factor slope stability pada talud causeway dilakukan
menggunakan bantuan software Plaxis. Beban lalu lintas yang diberikan pada struktur causeway
adalah sebesar 18 kN/m2. Parameter tanah yang digunakan untuk menganalisis faktor keamanan
talud causeway adalah data deep bor BH-01. Berikut pemodelan Causeway pada program Plaxis :
[ VI - 50 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Beban Truk
18 kN/m2
geotextile
Batu 20-40kg
Batu 45-60kg
Batu 45-60kg
[ VI - 51 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
[ VI - 52 ]
Laporan Akhir SID Pelabuhan Laut Waisala, Maluku 2016
Angka keamanan hasil analisis slope stabillity adalah sebesar 3,4 > 1,25 (aman) dengan
displacement terbesar yang terjadi adalah sebesar 1,003 cm.
[ VI - 53 ]