Modul 7: Hukum Kirchoff & Ohm

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MODUL 7

HUKUM KIRCHOFF & OHM

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 142 - Praktikum Fisika

Nama : Willy Abraham


NIM : 2016-041-041
Shift/Kelompok : MD/Kelompok 1
Tanggal Praktikum : 15 Maret 2017
Asisten : David Natanael

LABORATORIUM AERODINAMIKA DAN MEKANIKA FLUIDA


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2017
I. TUJUAN
1. Mempelajari Hukum Kirchoff dan Hukum Ohm.
2. Menentukan tegangan dan arus pada setiap nodal.
3. Menentukan resistensi ekivalen pada sebuah rangkaian seri dan paralel.

II. TEORI DASAR


A. Hukum Kirchoff
• Hukum Arus Kirchoff

Prinsip dari kekekalan muatan listrik mengatakan bahwa: Pada


setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus yang masuk
ke dalam titik itu sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut
[1].

Gambar 2.1. Hukum Arus Kirchoff

Mengingat bahwa arus adalah besaran bertanda (positif atau


negatif) yang menunjukkan arah arus tersebut menuju atau keluar dari
titik, maka prinsip ini bisa dirumuskan menjadi :
𝑛

∑ 𝐼𝑘 = 0 (1)
𝑘=1

di mana :

n adalah jumlah cabang dengan arus yang masuk atau keluar terhadap
titik tersebut.

Persamaan ini juga bisa digunakan untuk arus kompleks :


𝑛

∑ 𝐼̃𝑘 = 0
(2)
𝑘=1

Hukum ini berdasar pada kekekalan muata


n, dengan muatan (dalam satuan coulomb) adalah hasil kali dari arus
(ampere) dan waktu (detik).

• Hukum Tegangan Kirchoff


Prinsip kekekalan energi mengatakan bahwa: Jumlah terarah (melihat
orientasi tanda positif dan negatif) dari beda potensial listrik (tegangan) di
sekitar sirkuit tertutup sama dengan nol.

Gambar 2.2. Hukum Tegangan Kirchoff


Sama seperti hukum arus Kirchhoff, prinsip ini dapat ditulis sebagai :
𝑛

∑ 𝑉𝑘 = 0 (3)
𝑘=1

di mana :
n adalah jumlah tegangan listrik yang diukur.

Tegangan listrik ini juga bisa berbentuk kompleks :


𝑛

∑ 𝐼̃𝑘 = 0 (4)
𝑘=1

Hukum ini berdasarkan hukum kekekalan energi, yang berbunyi:


"energi yang diserap atau dikeluarkan medan potensial" (tidak termasuk
energi yang hilang karena disipasi).

B. Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan
mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.
Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis
penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah
[3].
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan :

𝑉=𝐼𝑅 (5)
di mana :
o I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam
satuan (Amper).
o V adalah beda potensial atau tegangan listrik yang terdapat pada
kedua ujung penghantar dalam satuan Volt.
o R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu
penghantar dalam satuan Ohm.

Hubungan Pararel

Dalam hubungan paralel, besarnya tegangan dari masing-


masing resistor adalah sama. Jadi besarnya V1 = V2 = V3 = …=
Vekivalen. Sehingga dalam hubungan paralel besarnya resistansi
ekivalennya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus [2].

1 1 1 1
= + +⋯+ (6)
𝑅𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛

Hubungan Seri

Dalam hubungan seri, besarnya arus dari masing-masing resistor


adalah sama. Jadi besarnya I1 = I2 = I3 = …= Iekivalen. Sehingga dalam
hubungan seri, besarnya resistansi ekivalennya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

𝑅𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 𝑅1 + 𝑅2 + ⋯ + 𝑅𝑛 (7)

III. PERALATAN PERCOBAAN


1. 2 buah resistor/kapasitor/induktor network
2. Kabel penghubung
3. Catu daya 24 Volt
4. 2 buah multitester digital
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Percobaan Hukum Kirchoff

Gambar 4.1. Rangkaian Hukum Kirchoff


1. Hubungkan rangkaian seperti Gambar 4.1.
2. Ukur dan catatlah tegangan pada setiap komponen yang
digunakan.

Gambar 4.2. Rangkaian Hukum Kirchoff

3. Kemudian hubungkan rangkaian seperti gambar di atas.


4. Ukur dan catatlah arus yang dilalui setiap komponen yang
digunakan.
B. Percobaan Hukum Ohm
1. Hubungkan resistor dengan hubungan seri sesuai yang telah
ditentukan.
2. Ukur resistansi ekivalen pada rangkaian tersebut.
3. Hubungkan rangkaian dengan power supply (Catu Daya).
4. Ukur tegangan pada masing – masing resistansi.
5. Lakukan langkah 1-4 sebanyak 7 kali.
6. Lakukan langkah yang sama untuk rangkaian paralel.

V. TUGAS DAN PERTANYAAN


Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa kita tidak boleh menggunakan amperemeter secara
paralel dan voltmeter secara seri?
Jawab :
Amperemeter untuk mengukur kuat arus harus dipasang secara seri.
Karena pada rangkaian yang terhubung seri, arus yang mengalir adalah
sama sedangkan tegangannya terbagi. Maka bila resistor dan
amperemeter dihubungkan secara seri, besar arus yang mengalir pada
keduanya akan sama.
Voltmeter untuk mengukur tegangan harus dipasang secara pararel
dengan resistor. Karena pada rangkaian yang terhubung secara pararel,
arus yang mengalir terbagi dan tegangannya sama. Maka bila resistor
dan voltmeter dihubungkan secara pararel, besar tegangan pada
keduanya akan sama. Jika dipasang seri, maka arusnya akan sama dan
karena hambatan voltmeter tidak sama dengan resistor, maka tegangan
di resistor dan voltmeter tidak akan sama.
2. Apa perbedaan lampu yang dipasang secara seri dan paralel?
Bandingkan hasil percobaan dengan perhitungan rangkaian seri dan
paralel! Jelaskan mengapa ada perbedaan antara hasil perhitungan
dengan percobaan !
Jawab :
Lampu yang dirangkai secara seri besar arusnya sama, besar tegangan
yang berbeda-beda yang bergantung pada besarnya hambatan dan
apabila terputus satu buah lampu maka yang lain akan mati.
Lampu yang dirangkai secara pararel besar tegangannya sama, besar
arus yang berbeda-beda yang bergantung pada besarnya hambatan yang
dipasang dan apabila terputus satu buah lampu maka yang lain akan
tetap nyala.

3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan rangkaian seri dan paralel!


Jawab :
Kelebihan rangkaian seri :
o Kabel dan saklar yang digunakan hanya sedikit

Kekurangan rangkaian seri :

o Terangnya lampu dengan yang lain tidak sama.


o Jika salah satu lampu ada yang putus maka yang lain akan putus.
o Boros daya.

Kelebihan rangkaian pararel :

o Terangnya lampu dengan yang lain sama.


o Jika salah satu lampu ada yang putus maka yang lain tetap nyala
o Hemat daya.

Kekurangan rangkaian pararel :

o Kabel dan saklar yang digunakan banyak.


4. Apakah kabel berpengaruh dalam percobaan kali ini? Jelaskan!
Jawab :
Untuk panjang kabel dalam percobaan ini dapat diabaikan, karna cepat
rambat dari catu daya 24volt sangat cepat. Tetapi material dan kelayak
pakaian dari kabel penghubung mempengaruhi. Karena, bila material
kabel penghubung berbeda-beda, maka hambatan kabel
penghubungpun juga akan berbeda-beda dan mempengaruhi hasil.

VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN DAN TABEL

VI.I. Lembar Data


VI.II. Perhitungan

A. Percobaan Hukum Kirchoff


1. Buktikan rangkaian pada gambar 7.3 sesuai dengan hukum
Kirchoff tegangan!
Jawab :

R4

I3
R1 R2

R3
R5

I1 I2

Loop 1 : −6 + 3,3(𝐼1 − 𝐼3 ) + 1(𝐼1 − 𝐼2 ) = 0


: 4,3𝐼1 − 𝐼2 − 3,3𝐼3 = 6

Loop 2 : 1(𝐼2 − 𝐼1 ) + 3,3(𝐼2 − 𝐼3 ) + 𝐼2 = 0


: −𝐼1 + 5,3𝐼2 − 3,3𝐼3 = 0

Loop 3 : 3,3(𝐼3 − 𝐼1 ) + 3,3(𝐼3 − 𝐼2 ) + 47𝐼3 = 0


: −3,3𝐼1 − 3,3𝐼2 + 53,6𝐼3 = 0
Eliminasi :
4,3𝐼1 − 𝐼2 − 3,3𝐼3 = 6
−𝐼1 + 5,3𝐼2 − 3,3𝐼3 = 0 x 4,3 +
21,79𝐼2 − 17,49𝐼3 = 6

−𝐼1 + 5,3𝐼2 − 3,3𝐼3 = 0 x 3,3


−3,3𝐼1 − 3,3𝐼2 + 53,6𝐼3 = 0 -
20,79𝐼2 − 64,49𝐼3 = 0

21,79𝐼2 − 17,49𝐼3 = 6 x 20,79


20,79𝐼2 − 64,49𝐼3 = 0 x 21,79 -
1041,62𝐼3 = 124,74
𝐼3 = 0,1197557651 𝑚𝐴

20,79𝐼2 − 64,49𝐼3 = 0
20,79𝐼2 − (64,49×0,1197557651) = 0
20,79𝐼2 = 7,723049289
𝐼2 = 0,3714790423 𝑚𝐴

−𝐼1 + 5,3𝐼2 − 3,3𝐼3 = 0


(5,3×0,3714790423) − (3,3×0,1197557651) = 𝐼1
𝐼1 = 1,573644899 𝑚𝐴

Pembuktian :
−𝐼1 + 5,3𝐼2 − 3,3𝐼3 = 0
−1,573644899 + 1,968838924 − 0,3951940248 =
= 2×10−10
2. Buktikan rangkaian pada gambar 7.4 sesuai dengan hukum
Kirchoff arus!
Jawab :
𝐼1 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 1𝐾𝛺
𝐼2 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 3,3𝐾𝛺
𝐼3 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 47𝐾𝛺
𝐼4 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 1𝐾𝛺
𝐼5 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 3,3𝐾𝛺
𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼4 + 𝐼5
1,49 + 1,42 = 1,49 + 1,49
2,91 𝑚𝐴 = 2,98 𝑚𝐴

B. Percobaan Hukum Ohm


1. Hitung resistansi ekuivalen dari masing-masing rangkaian seri
dan paralel!
Jawab :
Percobaan 2 pada 2 resistor :
𝑅1 = 1𝐾𝛺
𝑅2 = 47𝐾𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 𝑅1 + 𝑅2
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 1𝐾𝛺 + 47𝐾𝛺 = 48𝐾𝛺
1 1 1 48
= + =
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 1 47 47
47
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 = = 0,9791666667𝐾𝛺
48

Percobaan 2 pada 3 resistor :


𝑅1 = 1𝐾𝛺
𝑅2 = 3,3𝐾𝛺
𝑅3 = 47𝐾𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 1𝐾𝛺 + 3,3𝐾𝛺 + 47𝐾𝛺 = 51,3𝐾𝛺
1 1 1 1 2054
= + + =
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 1 3,3 47 1551
1551
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 = = 0,7551119766𝐾𝛺
2054

Percobaan 1 pada 4 resistor :


𝑅1 = 1𝐾𝛺
𝑅2 = 1𝐾𝛺
𝑅3 = 3,3𝐾𝛺
𝑅4 = 47𝐾𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 1𝐾𝛺 + 1𝐾𝛺 + 3,3𝐾𝛺 + 47𝐾𝛺 = 52,3𝐾𝛺
1 1 1 1 1 3605
= + + + =
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 1 1 3,3 47 1551
1551
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 = = 0,4302357836𝐾𝛺
3605

2. Hitung arus (beserta kesalahan absolut dan relatifnya) yang


melewati setiap resistor dari masing-masing rangkaian seri dan
paralel!
Jawab :
2 resistor :
𝑅1 = 1𝐾𝛺
𝑅2 = 47𝐾𝛺
𝑉1 0,125
𝐼1 = = = 0,125
𝑅1 1
𝑆𝑉 = 0,001×0,5 = 0,0005
𝑆𝑅 = 0

𝜕𝐼1 2 2 𝜕𝐼1 2
𝑆𝐼1 = √( ) 𝑆𝑉1 + ( ) 𝑆𝑅1 2
𝜕𝑉1 𝜕𝑅1

1 2 2 𝑉1 1
𝑆𝐼1 = √( ) 𝑆𝑉1 + ( 2 )2 0 = √( )2 0,00052 + 0
𝑅1 𝑅1 1

= 0,0005 𝑚𝐴

𝑉2 06,01
𝐼2 = = = 0,1278723404
𝑅2 47

𝜕𝐼2 2 𝜕𝐼2 2
𝑆𝐼2 = √( ) 𝑆𝑉2 2 + ( ) 𝑆𝑅2 2
𝜕𝑉2 𝜕𝑅2

1 2 𝑉2 1
𝑆𝐼2 = √( ) 𝑆𝑉2 2 + ( 2 )2 0 = √( )2 0,00052 + 0
𝑅2 𝑅2 47

= 1,131733816×10−10 𝑚𝐴

𝑆𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 0,001×0,5 = 0,0005


𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 6,135
𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 = = = 0,1278125 𝑚𝐴
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 48

𝜕𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 2 𝜕𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 2
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 = √( ) 𝑆𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 2 + ( 2 ) 𝑆𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 2
𝜕𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 𝜕𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖

1 𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 = √( )2 𝑆𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 2 + (− )2 𝑆𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 2
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 2

1 2 2 6,135 2
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 = √( ) 0 + (− ) 0,00052
48 482

6,135 2
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 = √(− ) 0,00052 = 1,772573259×10−12 𝑚𝐴
482
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡(+) = 𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡(+)
= 0,1278125 + 1,772573259×10−12
= 0,1278125 𝑚𝐴
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡(−) = 𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡(−)
= 0,1278125 − 1,772573259×10−12
= 0,1278125 𝑚𝐴
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = ×100%
𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖
1,772573259×10−12
= ×100% = 1,386854384×10−9 %
0,1278125

VI.III. Tabel

Tabel Perhitungan R Seri dan Pararel Pada 2 Resistor


𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙
Percobaan
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛(𝛺)
1 1960𝛺 490𝛺 𝛺 𝛺
2 47700𝛺 753𝛺 𝛺 𝛺
3 4250𝛺 960𝛺 𝛺 𝛺

Tabel Perhitungan R Seri dan Pararel Pada 3 Resistor


𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙
Percobaan
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛(𝛺)
1 48700𝛺 484𝛺 𝛺 𝛺
2 51000𝛺 742𝛺 𝛺 𝛺
Tabel Perhitungan R Seri dan Pararel Pada 4 Resistor
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑟𝑒𝑙
Percobaan
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛(𝛺) 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛(𝛺)
1 52000 𝛺 421 𝛺 𝛺 𝛺

Tabel Perhitungan Arus dan Kesalan Relatif Pada 2 Resistor


Arus Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
𝐼1 𝑚𝐴 3,067 0,125 1,416
𝐼2 𝑚𝐴 3,065 0,1278723404 1,43030303
𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑚𝐴 3,066 0,1278125 1,426976744
𝑆𝐼1 𝑚𝐴 0,0005 0,0005 0,0005
𝑆𝐼2 𝑚𝐴 0,0005 0,00001063829787 0,0001515151
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑚𝐴 0,0007665 0,000001331380208 0,0001659275284
𝑆𝐼𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑚𝐴 0,025% 0,0010416666% 0,01162790698%
Tabel Perhitungan Arus dan Kesalan Relatif Pada 3&4 Resistor
3 resistor
Arus 4 resistor
Percobaan 1 Percobaan 2
𝐼1 𝑚𝐴 0,123 0,117 0,115
𝐼2 𝑚𝐴 0,123 0,1187878788 0,115
𝐼3 𝑚𝐴 0,125106383 0,1195744681 0,116667
𝐼4 𝑚𝐴 - - 0,117234
𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑚𝐴 0,1250204082 0,1194736842 0,1171128
𝑆𝐼1 𝑚𝐴 0,0005 0,0005 0,0005
𝑆𝐼2 𝑚𝐴 0,0005 0,0001515151 0,0005
𝑆𝐼3 𝑚𝐴 0,00001063829787 0,00001063829787 0,0001515151
𝑆𝐼4 𝑚𝐴 - - 0,00001063829787
𝑆𝐼𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑚𝐴 0,000001275718451 0,00000116446086 0,000001119625
𝑆𝐼𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑚𝐴 0,001020408163% 0,0009746588695% 0,0009560227405%

VII. ANALISIS
Pada praktikum kali ini, praktikkan melakukan percobaan dalam Hukum
Kirchoff dan Ohm. Dalam melakukan percobaan praktikkan menemukan
beberapa kendala dalam hasil multitester yaitu hasil yang kurang stabil atau
berubah-ubah dalam angka yang tidak jauh berbeda hanya dalam beberapa
desimal pada data yang dihasilkan oleh multitester.
Perbandingan pada hasil percobaan dengan perhitungan yang dilakukan
oleh praktikkan juga ditemukan adanya sedikit perbedaan dan juga dalam
decimal. Pada praktikum kali ini bisa dibilang berhasil yang didukung oleh
hasil perhitungan kesalahan relatif praktikkan adalah dibawah 0.1%.
Hasil perhitungan yang didapatkan oleh praktikkan ada sedikit perbedaan
dengan hasil percobaan yang bisa dikarenakan oleh kurangnya ketelitian
praktikkan dalam menghitung dan menggunakan rumus, karena praktikkan
terkadang masih menggunakan pembulatan beberapa decimal untuk
menghemat tempat dalam tabel dan kurangnya kalibrasi alat karena sudah
terlalu sering digunakan yang mengakibatkan kurangnya keakuratan pada
suatu alat ukur.

VIII. SIMPULAN
• Amperemeter untuk mengukur kuat arus harus dipasang secara seri.
• Voltmeter untuk mengukur besarnya tegangan harus dipasang secara
pararel.
• Rangkaian pararel lebih baik walaupun menggunakan biaya yang lebih.
• Perbedaan hasil percobaan dengan hasil perhitungan praktikkan
dipengaruhi oleh kelalaian perhitungan yang dilakukan oleh praktikkan dan
kurangnya kalibrasi alat ukur dalam melakukan percobaan.
• Persentase kesalah yang dilakukan oleh praktikkan tidak mencapai 0.1%.

IX. DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN


IX.1. Daftar Pustaka
1. Halliday, D. Resnick, R. Walker, J. 1960 Fundamentals of Physics.
Sixth Edition. Ohio: John Wiley & Sons, Inc.
2. Paul, Clayton R. 2001 . Fundamentals of Electric Circuit Analysis.
Michigan: John Wiley & Sons.
3. Serway, Raymond A. Jewett, John W. 2004. Physics for Scientists and
Engineers (6th ed.). Ohio: Cengage Learning.
IX.2. Lampiran

Gambar 9.2.1. Dua Buah resistor/capacitor/inductor network

Gambar 9.2.2. Kabel Penghubung


Gambar 9.2.3. Catu Daya

Gambar 9.2.3. Multitester Digital


Gambar IX.2.5. Rangkaian Seri-Pararel

Anda mungkin juga menyukai