LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Pd
NPM : 229031495492
LPTK : Universitas Negeri Makassar (UNM)
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri seperti minat belajar siswa serta
faktor dari luar siswa seperti lingkungan dan
keluarga (Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Cara guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran kurang menarik
- Strategi, model, serta media yang digunakan
guru kurang memotivasi siswa dalam
pembelajaran
- Guru masih menggunakan pembelajaran
yang berpusat pada guru
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Merasa materi yang diajarkan oleh guru
tidak ada manfaatnya
- Metode mengajar yang membosankan
- Pelajarannya terlalu sulit bagi siswa
- Pelajaran dan tugas yang banyak membuat
peserta didik lelah
- Lingkungan belajar termasuk teman di
sekitarnya membuat tidak nyaman
- Terdistraksi oleh gadget
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Kreatifitas guru yang memberikan materi
tidak bervariasi
- Peserta berasal dari ekonomi yang berbeda
- Orang tua tidak memberikan gambaran-
gambaran setelah tamat bersekolah
- Rangsangan dari pendidik kurang
- Pembelajaran yang masih monoton
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
2 Kurangnya minat literasi 1. Balqis, dkk (2021): Faktor internal (faktor Setelah dilakukan analisis terhadap
peserta didik gender, faktor keinginan dari dalam diri sendiri hasil kajian literatur dan hasil
dan faktor media elektronik). Faktor eksternal wawancara, serta dikonfirmasi melalui
(faktor orang tua dan keluarga, faktor ekonomi, observasi dapat diketahui bahwa
dan lingkungan) penyebab munculnya masalah
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/ kurangnya minat literasi peserta didik
school/article/viewFile/29137/17297 adalah:
Kemampuan intelegensi peserta
2. Fuad, dkk (2020) : Faktor penyebab kurangnya didik yang rendah
literasi: a). Pemilihan buku ajar, b). Kurangnya bahan bacaan untuk
Miskonsepsi, c). Pembelajaran tidak peserta didik
kontekstual, d). Rendahnya kemampuan Pembiasaan peserta didik untuk
membaca, dan e). Lingkungan dan iklim belajar melakukan literasi belum optimal
yang tidak kondusif. Kurangnya teladan dari guru dalam
https://www.researchgate.net/publication/ gerakan literasi di sekolah
349191202_Analisis_Faktor_Penyebab_Rendahn Lingkungan dan iklim belajar yang
ya_Kemampuan_Literasi_Sains_Peserta_Didik tidak kondusif
3. Ama (2020), Membangun Minat Baca pada
Siswa Sekolah Dasar: Faktor internal
(intelegensi, kemampuan membaca, sikap
terhadap membaca, jenis kelamin, konsep diri
membaca, usia). Faktor eksternal berupa faktor
fisiologis (kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, dan jenis kelamin) faktor intelegensi
(kemampuan untuk memperoleh pengetahuan
dan pengetahuan yang telah diperoleh) serta
faktor lingkungan (Faktor latar belakang dan
pengalaman individu di rumah, faktor sosial
ekonomi)
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Faktor lingkungan sekolah yang kurang
mendukung
- Keterbatasan akses bahan bacaan
- Pengaruh menonton televisi dan penggunaan
handphone.
(Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Kurangnya pembiasaan peserta didik untuk
berliterasi
- Kurangnya teladan dari guru sebagai contoh
untuk melakukan literasi kepada peserta
didik
- Kurangnya pengawasan dan pembimbingan
terhadap peserta didik.
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Siswa lebih banyak menghabiskan waktu
memegang gadget bermain game dibanding
memegang buku
- Bahan bacaan untuk meningkatkan literasi
kurang
- Tidak didukungnya praktik literasi yang baik
dan benar
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Bahan bacaan yang kurang
- Fasilitas yang kurang mendukung
- Tidak adanya guru yang khusus untuk
membimbing atau mendorong peserta didik
untuk meningkatkan literasinya
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
3 Peserta didik memiliki 1. Mukminah, Hirlan, dan Sriyani (2021): Faktor Setelah dilakukan analisis terhadap
kemampuan berhitung yang Internal (Kondisi tubuh dan mental siswa, hasil kajian literatur dan hasil
rendah kecerdasan siswa atau intelegensi siswa, sikap, wawancara, serta dikonfirmasi melalui
kebiasaan siswa saat belajar, minat siswa) observasi dapat diketahui bahwa
Faktor Eksternal (perhatian orang tua terhadap penyebab munculnya masalah peserta
kegiatan belajar siswa, metode pembelajaran didik yang memiliki kemampuan
yang digunakan guru, dan penyajian materi berhitung yang rendah adalah:
pembelajaran) Pembelajaran yang membosankan,
https://unu-ntb.e-journal.id/pacu suasana pembelajaran di kelas
yang tidak kondusif, media
pembelajaran yang kurang
2. Zuschaiya, dkk (2021): Faktor internal (dalam) menarik, serta pembelajaran yang
yaitu faktor-faktor yang berasal dalam diri tidak dapat memfasilitasi
siswa yang meliputi kematangan emosi, keberagaman peserta didik.
motivasi (semangat), gaya belajar yang khas Kurangnya pembiasaan peserta
dari masing-masing siswa, serta minat dan didik dalam mengerjakan soal-soal
bakat yang ada dalam diri siswa saat mengikuti numerasi, hanya mengandalkan
proses pembelajaran. Sementara itu, faktor alat bantu seperti kalkulator
eksternal (luar) yang berpengaruh terhadap Peserta didik masih belum
kemampuan berhitung siswa yaitu faktor-faktor memahami konsep dan menghafal
yang berasal dari luar diri siswa seperti operasi hitung
pembelajaran yang membosankan, suasana Perhitungan dianggap terlalu sulit,
pembelajaran di kelas, media pembelajaran rumit, menguras pikiran, dan juga
yang kurang menarik, serta pembelajaran yang membosankan bagi peserta didik
tidak dapat memfasilitasi keberagaman siswa.
http://repository.uinsby.ac.id/519/1/Siti
%20Lailiyah_Pengaruh%20kesiapan%20belajar
%20dan%20kemampuan%20berhitung
%20terhadap%20hasil%20belajar
%20Matematika.pdf
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Genetik atau IQ peserta didik yang memang
kurang.
- Kurangnya pembiasaan menghitung dan
hanya mengandalkan alat atau kalkulator
(Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Kurangnya pembiasaan dari guru ke peserta
didik dalam mengerjakan soal-soal numerasi
- Siswa masih belum memahami konsep dan
menghafal operasi hitung misalnya perkalian
dan pembagian
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Kurangnya minat belajar siswa pada
pelajaran IPA khususnya berkaitan dengan
materi Fisika karena identik dengan
perhitungan
- Siswa malas dalam menghafal operasi
hitung seperti perkalian atau pembagian
- Perhitungan dianggap terlalu sulit, rumit,
menguras pikiran, dan juga membosankan
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Pemahaman berhitung yang kurang mulai
dari SD dan berlanjut di jenjang SMP
- Peserta didik jarang berlatih untuk
berhitung
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Rendahnya kapasitas intelegen peserta didik
- Terganggunya alat-alat pendengaran dan
penglihatan
- faktor lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah.
(Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Minat membaca siswa yang kurang
- Peserta didik yang tamat dari Sekolah Dasar
(SD) memang belum lancar membaca
- Rendahnya intelegensi siswa
- Kemampuan guru untuk memotivasi dan
mengajarkan siswa membaca kurang
- Faktor lingkungan yang kurang mendukung,
baik keluarga atau lingkungan sekitar siswa
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Kurangnya perhatian orang tua
- Kurangnya ketelatenan guru kelas dalam
memperhatikan dan mengajari siswa
- Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Minat membaca siswa yang kurang
- Rendahnya kemampuan siswa
- Kemampuan guru untuk memotivasi dan
mengajarkan siswa membaca kurang
- Faktor lingkungan yang kurang
mendukung, baik keluarga atau lingkungan
sekitar siswa
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
5 Hubungan komunikasi 1. Panggalo (2021): Faktor-faktor yang menjadi Setelah dilakukan analisis terhadap
antara guru dan peserta penghambat terjalinnya hubungan yang baik hasil kajian literatur dan hasil
didik masih kurang antar guru dan siswa adalah komunikasi yang wawancara, serta dikonfirmasi melalui
kurang efektif, empati, selera humor, penguatan observasi dapat diketahui bahwa
positif, keakraban, sikap menerima, serta penyebab munculnya masalah
pendekatan yang kurang tepat hubungan komunikasi antara guru dan
http://ukitoraja.ac.id/journals/index.php/ peserta didik masih kurang adalah:
jkip/article/download/1374/1047/4405 Komunikasi yang kurang efektif,
empati, selera humor, penguatan
positif, keakraban, sikap menerima,
2. Lestari (2021): Faktor-faktor yang terjadi serta pendekatan yang kurang tepat
terdapat adanya hambatan komunikasi yang Perbedaan budaya antara guru dan
dialami guru dan siswa dalam pembelajaran IPA murid
yaitu siswa yang kurang suka materi yang Guru tidak memahami latar
mengandung bahasa latin, materi IPA yang belakang serta karakteristik peserta
banyak sehingga siswa sulit memahami materi didik
serta kurangnya pengetahuan terhadap materi. Masih terdapat beberapa guru yang
Selain itu, adapula faktor perbedaan budaya kurang peka akan kebutuhan
antara guru dan murid tersebut, dan juga peserta didik
terkadang guru (komunikator) tidak dapat
menyampaikan pesannya dengan sukses karena
siswa (komunikan) sulit memahami apa yang
disampaikan guru.
http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id/jiip/
index.php/JIIP/article/download/206/132
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Aspek sosial guru yang rendah
- Jarang bertutur sapa dan bergaul dengan
peserta didik
- Guru tidak memahami karakter dan pribadi
peserta didik. (Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Masih terdapat beberapa guru yang kurang
peka akan kebutuhan peserta didik
- Kurangnya perhatian guru ke peserta didik
- Terdapat masalah yang terjadi antara guru
dan peserta didik
- Waktu berinteraksi dengan peserta didik
hanya pada saat jam pelajaran
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Guru jarang melakukan pendekatan pada
peserta didik
- Guru acuh untuk mengetahui karakteristik
dan latar belakang peserta didik
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Guru belum memahami karekteristik dari
peserta didik
- Belum maksimalnya pendekatan sosial guru
ke siswa
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
6 Keaktifan peserta didik 1. Izzah, dkk (2022): Faktor sebagai pemicu Setelah dilakukan analisis terhadap
dalam pembelajaran IPA turunnya keaktifan peserta didik adalah hasil kajian literatur dan hasil
masih rendah diantaranya kondisi siswa, kecemasan siswa wawancara, serta dikonfirmasi melalui
selama proses pembelajaran, motivasi belajar observasi dapat diketahui bahwa
siswa, lingkungan belajar siswa, dan peran guru penyebab munculnya masalah
dalam meningkatkan keaktifan siswa. keaktifan peserta didik dalam
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/pensa pembelajaran IPA masih rendah adalah:
Penggunaan metode pembelajaran
2. Krisanto (2021): Penggunaan metode yang kurang variatif dan inovatif
pembelajaran yang kurang variatif dan inovatif Pengelolaan kelas belum maksimal
juga akan menyebabkan dampak kebosanan Pembelajaran masih terpusat pada
bagi siswa pada suatu kegiatan pembelajaran. guru
Keengganan guru menggunakan metode Guru belum menguasai langkah-
pembelajaran yang inovatif dan variatif juga langkah atau sintak pembelajaran
akan menimbulkan dampak kurangnya dalam model pembelajaran yang
interaksi langsung dari siswa terhadap guru dapat diterapkan dalam kelas
yang menyebabkan siswa kurang berani dalam Materi tidak menyenangkan dan
mengemukakan pendapat, sehingga keaktifan tidak menarik bagi peserta didik
siswa dalam pembelajaran juga tidak
berkembang.
https://doi.org/10.28926/jtpdm.v1i1.1
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Pemanfaatan model pembelajaran yang
masih belum optimal dan juga terkadang
kemampuan guru untuk mengelola masih
terbatas
- Guru mengajar hanya untuk menggugurkan
kewajiban tanpa memikirkan minat,
motivasi dan hasil yang akan dicapai siswa
(Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran belum optimal
- Pembelajaran guru yang masih monoton dan
hanya berpusat pada guru saja
- Guru merasa nyaman dengan pembelajaran
yang selama ini dilakukan
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Pengelolaan kelas belum maksimal
- Guru tidak membuka wawasannya dalam
menerima model – model pembelajaran yang
efektif di era modern dan masih bertahan
dengan metode ceramah.
- Guru belum menguasai langkah-langkah
atau sintak pembelajaran dalam model
pembelajaran dapat diterapkan dalam kelas
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Materi yang tidak menyenangkan atau tidak
menarik bagi peserta didik
- Terdapat pembelajaran yang tidak diminati
oleh peserta didik
- Penggunaan strategi, model pembelajaran
yang kurang optimal dalam pembelajaran
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
7 Kurangnya kemampuan 1. Dalman dan Junaidi (2022): Penyebab siswa Setelah dilakukan analisis terhadap
peserta didik dalam kesulitan menjawab soal HOTS dalam hasil kajian literatur dan hasil
mengerjakan soal-soal pembelajaran adalah disebabkan karena siswa wawancara, serta dikonfirmasi melalui
HOTS yang tidak memahami materi dan siswa yang observasi dapat diketahui bahwa
tidak mengerti perintah soal Masalah tidak penyebab munculnya masalah
hanya terjadi dari siswanya tetapi juga kurangnya kemampuan peserta didik
disebabkan oleh guru yang tidak menjelaskan dalam mengerjakan soal-soal HOTS
dan tidak membiasakan siswa dalam adalah:
mengerjakan soal HOTS. Penyebab guru yang Peserta didik tidak memahami
tidak membiasakan pembelajaran dan soal materi dan tidak mengerti perintah
HOTS kepada siswa disebabkan oleh kurangnya soal
pelatihan tentang HOTS yang diberikan kepada Guru tidak menjelaskan dan tidak
guru. membiasakan peserta didik dalam
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php/nar mengerjakan soal HOTS.
Rendahnya tingkat konsentrasi dan
pengetahuan siswa dalam
2. Fani, Fauziana, dan Rahmiaty (2021): menyelesaikan soal HOTS
Kesulitan yang dialami siswa dalam Peserta didik salah
menyelesaikan soal HOTS yaitu siswa mendeskripsikan pertanyaan dari
mengerjakan soal dengan terburu-buru, siswa, soal
rendahnya tingkat konsentrasi dan
Guru kurang mengemas
pengetahuan siswa dalam menyelesaikan soal
pembelajaran yang mengajak
HOTS, serta kurangya motivasi orang tua dan
analisis saat pembelajaran
kondisi ekonomi yang tidak mendukung.
berlangsung
https://journal.iainlhokseumawe.ac.id/
index.php/genderangasa/article/view/165
2. Kepala Sekolah
- Peserta didik tidak memahami materi yang
telah diajarkan oleh guru
- Guru dalam pemberian soal ulangan,
menggunakan soal berbasis HOTS,
sementara dalam pembelajarannya tidak
menggunakan langkah-langkah HOTS
- Guru kurang mengemas pembelajaran yang
mengajak analisis saat pembelajaran
berlangsung
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Peserta didik belum terbiasa mengerjakan
soal-soal HOTS
- Guru masih melaksanakan pembelajaran
berbasis LOTS dan MOTS
- Soal berbasis HOTS dianggap sulit bagi
peserta didik
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Peserta didik tidak dapat berpikir kritis
- Peserta didik tidak mau untuk
mengembangkan pikirannya, dan harus
selalu ada yang ia pedomani
- Sumber belajar peserta didik hanya
berpatok pada satu sumber yaitu buku
paket saja
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)
8 Kurangnya pemahaman 1. Awang (2015): Penyebab kesulitan belajar IPA Setelah dilakukan analisis terhadap
peserta didik pada materi peserta didik adalah terlalu banyak istilah hasil kajian literatur dan hasil
yang bersifat abstrak pada asing, materi yang terlalu padat, siswa terkesan wawancara, serta dikonfirmasi melalui
pembelajaran IPA mau tidak mau harus menghafal materi, observasi dapat diketahui bahwa
terbatasnya media pembelajaran, peserta didik penyebab munculnya masalah peserta
terkesan susah memahami materi tanpa didik sulit memahami konsep abstrak
tersedianya media, guru yang cenderung pada pembelajaran IPA adalah:
mendominasi pembelajaran, penguasaan guru Terlalu banyak istilah asing serta
akan materi lemah, dan terlalu monoton materi yang terlalu padat
https://media.neliti.com/media/publications/ Penggunaan media ataupun
271422-kesulitan-belajar-ipa-peserta-didik- teknologi yang digunakan dalam
seko-6002ef7e.pdf proses pembelajaran yang bersifat
abstrak masih kurang
2. Sahelatua, Vitoria, dan Mislinawati (2018) : Guru belum siap mempelajari
Guru masih mengalami kendala dalam media yang baru dan masih
mengoperasikan IT sebagai media pembelajaran menggunakan media yang monoton
diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan guru dalam pembelajaran
tentang IT, kurangnya fasilitas IT yang tersedia Keterbatasan waktu yang membuat
di sekolah, arus listrik di sekolah tidak normal,
internet tidak dapat menjangkau ke seluruh guru malas mempersiapkan
kelas, serta tidak adanya kewajiban dari pihak peralatan media yang digunakan
sekolah agar guru yang mengajar harus
menggunakan IT.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/
view/8579/3601
HASIL WAWANCARA:
1. Guru
- Kurangnya pemanfaatan media
pembelajaran yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran seperti ppt atau video
animasi bagi materi yang bersifat abstrak,
serta kemampuan guru untuk mengelolanya
yang masih terbatas
- Pembelajaran masih terpusat pada guru
(Yusdiana, S.Pd.,M.Pd)
2. Kepala Sekolah
- Penggunaan media ataupun teknologi yang
digunakan dalam proses pembelajaran yang
bersifat abstrak masih kurang
- Guru masih belum banyak mengenali
pembelajaran berbasis teknologi dan inovasi
yang dapat diterapkan dalam kelas
- Keterbatasan sarana dan prasarana
(Rustam Baba, S.S.,M.Pd)
3. Teman Sejawat
- Keterbatasan waktu yang membuat guru
malas mempersiapkan peralatan media yang
digunakan
- Guru masih belum tahu cara menggunakan
dan membuat media pembelajaran yang
berbasis teknologi dan inovasi yang dapat
digunakan bagi materi yang bersifat abstrak
(Risnawati Lendang, S.Pd)
4. Pengawas
- Audio visual tiap anak berbeda dalam
menerima pembelajaran
- Penggunaan media pembelajaran yang
belum optimal
- Penggunaan media yang berbasis Teknologi
dalam pembelajaran belum optimal
(Abd. Azis, S.Pd.,M.Pd)