Bangsa Romawi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Bangsa Romawi

Bangsa Romawi adalah penduduk kota Roma. Kota Roma dimulai dari perkampungan kecil di


bukit-bukit Palatine dan Aventine. Diceritakan bahwa Romulus adalah raja pertama Roma, dan
pendirian Roma secara tradisional terjadi pada 753 SM.

sebelum Inggris menjadi negara penjajah, ternyata mereka pernah dijajah oleh Romawi sekitar


tahun 43 Masehi hingga 410 Masehi. Menurut catatan sejarah, pasukan Romawi mendarat di
Inggris dengan membawa sebanyak 800 kapal. Bagian dari wilayah Inggris yang dikuasai
oleh Romawi disebut dengan Britania Romawi.

Awalnya, bangsa Romawi kuno menganut politeisme,” ungkap Laura Hayward dilansir dari


laman The Collector. Ini berarti mereka percaya pada banyak dewa dan roh, masing-masing
dengan peran vitalnya sendiri. Sejak awal, Romawi kuno membentuk sistem kepercayaan
politeisme, menyembah banyak dewa dan roh yang berbeda.

roma dan romawi itu berbeda, kalau roma adalah nama kota / ibu kota dari italia,


sedangkan romawi adalah nama kerajaan / kekaisaran yang pernah ada di italia.29 Mei 2015

Esau dikenal juga dengan nama Easo. Dia dikenal dengan sebutan Abu Ar-Ruman atau nenek
moyang bangsa Romawi dan Yunani kuno. Mereka adalah orang-orang Eropa, Amerika,
Australia, Kanada, dan semua keturunan Eropa.

Berapa lama Romawi menguasai dunia?


Kekaisaran Romawi menjadi Seluruh Negara di Eropa Barat

Kekuasaan kekaisaran itu berlangsung selama sekitar 300 tahun, sebelum akhirnya mengalami
perpecahan akibat konflik politik, korupsi, dan kemunculan kekuatan gereja yang mendominasi
kerajaan.

Bahasa-bahasa di Kekaisaran Romawi yang dominan adalah bahasa Latin dan bahasa Yunani,


tetapi bahasa-bahasa lain juga dituturkan di tingkat regional. Bahasa orang-
orang Romawi Kuno adalah bahasa Latin yang berfungsi sebagai "bahasa kekuasaan".

Penyebab Runtuhnya Kekaisaran Romawi


Pemecahan Pemerintahan
Pengaruh Romawi menurun di abad ke-3 saat Kaisar Diocletian memecah pemerintahan menjadi
Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur. Kekaisaran Barat beribu kota di
Milan, Italia. Kekaisaran Timur beribu kota di Byzantium, yang kelak dikenal sebagai
Konstantinopel.
Pemecahan pemerintahan semula memudahkan kekaisaran berjalan. Dikutip dari History Extra,
seiring waktu, kedua bagian Kekaisaran Romawi ini kesulitan bekerja sebagai sebuah kesatuan,
termasuk dalam melawan ancaman eksternal dan bangsa lain.

Peradaban dan kekaisaran di timur terus berkembang, terutama secara finansial. Sementara itu,
kekaisaran di barat kesulitan menghadapi masuknya bangsa Barbar, pengaruh Kristen, dan
menegakkan hukum.

Masuknya Agama Kristen


Agama Kristen menjadi agama resmi di Romawi sekitar tahun 380. Kendati penyebar dan
pemeluknya kelak mengalami persekusi, agama Romawi yang semula menyembah dewa dan
kaisar pun ikut pudar.

Perang Saudara
Kekaisaran Romawi tidak jarang mengalami instabilitas politik. Pada abad ke-3, Kaisar
Alexander Severus tewas oleh pasukannya sendiri saat kampanye. Kondisi politik di Romawi
memicu perang saudara yang membuat puncak kepemimpinan cepat berganti.

Konflik dalam kekaisaran ini membuat pasukan Romawi yang semula terkenal menjadi
kekurangan prajurit. Karena kesulitan merekrut prajurit, pemerintah merekrut tenaga dari luar
kekaisaran seperti orang Goth dan barbar, yang kelak membelot dan menyerang balik pemerintah
Romawi.

Kesulitan Ekonomi
Krisis keuangan karena pemborosan pemerintah dan perang memicu inflasi dan pajak tinggi.
Kesulitan ini membuat banyak warga kabur ke pedesaan demi menghindari pajak.

Masalah di dalam negeri juga membuat Kekaisaran Romawi tidak segencar semula dalam
menaklukkan daerah baru beserta penduduknya. Tenaga budak, yang semula diperoleh dari
wilayah jajahan, menjadi tidak cukup untuk menopang sektor pertanian dan produksi komersil.
Alhasil, Kekaisaran Romawi juga mengalami kemunduran di bidang perdagangan.

Korupsi
Korupsi di tubuh pemerintahan Kekaisaran Romawi menghasilkan lebih dari 20 kaisar hanya
dalam 75 tahun. Untuk bisa menjabat dan berkuasa, para kaisar membayar pasukan pengaman
Praetorian Guard, salah satunya untuk menewaskan calon kaisar lain. Senat Kekaisaran juga
menerima suap sehingga tidak menindak apapun yang terjadi. Hal ini mendorong rakyat hilang
kepercayaan pada pemimpinnya.

Namun, kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat di Italia kembali di bawah Odoacer dan Theoderic
tidak punya hubungan baik dengan dengan Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel. Saat
Theoderic wafat pada tahun 526, orang-orang Romawi di Konstantinopel mulai
mempertimbangkan kemungkinan untuk menyerang Italia.

Tulisan Chronicle oleh Marcellinus sekitar tahun 510 kelak menjadi penyebab menyebarnya isu
runtuhnya Kekaisaran Romawi, terutama di barat. Karya tulis sejarah merupakan yang pertama
mengklaim bahwa pemerintahan tersebut runtuh pada tahun 476. Marcellinus juga menyebut
Odoacer sebagai raja Goth yang menyebabkan kehancuran kekaisaran, meskipun dia orang
Romawi.

Propaganda ini berhasil membuat warga Kekaisaran Romawi Timur menyerang Italia pada tahun
535 dengan anggapan akan merebut kembali tanah mereka yang dikuasai orang Goth.

Perang Timur-Barat
Meskipun pasukan Justinian dari Kekaisaran Romawi Timur berhasil menggerakkan rakyat,
perang di Italia baru berakhir pada tahun 562. Perang ini gagal menyatukan rakyat Barat-Timur,
menghancurkan kota-kota, dan menewaskan penduduk Kekaisaran di Barat.

Pada tahun 560, penyebab Kekaisaran Romawi runtuh karena invasi di Barat dari Kekaisaran
Romawi Timur sendiri. Kekaisaran Romawi Timur kelak bertahan sebagai Kekaisaran
Byzantium hingga runtuh sekitar tahun 1453.

Daftar raja yang pernah memerintah


 Romulus.
 Numa Pompilius.
 Tullus Hostilius.
 Ancus Marcius.
 Tarquinius Priscus.
 Servius Tullius.
 Tarquinius Superbus.
Raja-raja Kerajaan Romawi Selama hampir dua setengah abad berkuasa, Kerajaan Romawi
dipimpin oleh tujuh raja, sebagai berikut. Romulus (753-717 SM) Romulus merupakan pendiri
Kota Roma yang sekaligus raja pertama Kerajaan Romawi. Setelah menduduki takhta, ia
mengizinkan semua laki-laki, baik manusia bebas ataupun budak, untuk datang dan menjadi
warga Roma. Selain itu, Romulus juga menyediakan istri bagi warganya dengan menculik
wanita-wanita kaum Sabin. Dalam menjalankan pemerintahannya, Romulus memilih 100 orang
bangsawan untuk membentuk senat sebagai dewan penasihat bagi raja. Numa Pompilius (716-
673 SM) Setelah kematian Romulus, terjadi masa interregnum atau masa peralihan kekuasaan
selama satu tahun, di mana 10 orang anggota senat terpilih memerintah sebagai interrex. Interrex
adalah pimpinan Romawi dalam jangka pendek yang tugasnya adalah untuk memimpin raja.
Anggota Senat tersebut kemudian memilih Numa Pompilius, orang Sabin, untuk menjadi raja
berikutnya. Ia dipilih karena reputasinya sebagai orang yang adil dan beriman. Masa
pemerintahan Numa ditandai dengan perdamaian dan reformasi keagamaan. Numa membangun
kuil Janus dan melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma. Selain itu, ia
kemudian mereformasi Kalender Romawi dengan menambahkan bulan Januari dan Februari
sehingga totalnya menjadi 12 bulan. Ia juga mengatur wilayah Roma menjadi distrik-distrik
untuk menciptakan administrasi yang lebih baik, membagi-bagi tanah kepada para penduduk,
dan membentuk serikat dagang. Baca juga: Peninggalan Peradaban Romawi Kuno Tullus
Hostilius (673-642 SM) Setelah kematian Numa, Kerajaan Romawi kemudian dipimpin oleh
Tullus Hostilius, yang dikenal sebagai raja yang lebih suka berperang dibanding mengurusi
masalah keagamaan. Pada masa pemerintahannya, Roma memusnahkan Kerajaan Alba Longa
dan mengambil seluruh penduduknya. Selain berperang, Tullus Hostilius membangun tempat
baru untuk senat, Curia Hostilia, yang bertahan sampai 500 tahun setelah kematiannya. Ancus
Marcius (640-616 SM) Setelah kematian Tullus Hostilius, Senat Romawi menunjuk cucu Numa
Pompolius, Ancus Marcius sebagai Raja Romawi. Selama memerintah ia banyak membangun
infrastruktur, seperti penjara pertama Roma, pelabuhan, pabrik garam, dan jembatan pertama
yang melalui Sungai Tiber. Baca juga: 10 Peradaban Amerika Kuno Tarquinius Priscus (616-579
SM) Tarquinius Priscus merupakan keturunan Etruska yang diadopsi oleh Ancus Marcius.
Selama pemerintahannya, Romawi banyak memenangkan pertempuran sehingga memperoleh
banyak harta rampasan. Dalam pemerintahannya, Tarquinius menambahkan 100 anggota dari
suku Etruska ke dalam senat. Selain itu, ia juga memperkuat militernya dengan menambah
jumlah tentara menjadi 6.000 infanteri dan 600 kavaleri. Tarquinius memerintahkan untuk
membangun Kuil Jupiter, Circus Maximus atau arena balap kereta kuda, mengadakan kompetisi
olahraga Romawi, dan memperkenalkan lambang militer Romawi. Servius Tullius (578-535 SM)
Setelah Tarquinius dibunuh oleh anak Ancus Marcius, tampuk kekuasaan Kerajaan Romawi
jatuh ke tangan Servius Tullius, menantu Tarquinius Priscus. Dalam pemerintahannya Servius
mengadakan sensus penduduk pertama serta membagi penduduk Roma berdasarkan tingkat
ekonomi dan wilayah geografisnya. Selain itu, ia mendirikan Dewan Centuria, Dewan Suku,
membangun Kuil Diana, dan tembok yang mengelilingi tujuh bukit di Roma. Baca juga: Sejarah
Menara Pisa Tarquinius Superbus (535-509 SM) Pada 535 SM, Kerajaan Romawi dipimpin oleh
Tarquinius Superbus, yang sebelumnya membunuh Servius. Pasa masa pemerintahan Tarquinius
Superbus diisi dengan kekejaman dan teror sehingga timbul banyak pemberontakan.
Pemerintahan Romawi Kuno dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu Periode Kerajaan Romawi
(753-509 SM), Republik Romawi (509-31 SM), dan Kekaisaran Romawi (31 SM-476 M).

Zaman kerajaan romawi

Kerajaan Romawi adalah periode paling awal dalam sejarah Romawi, ketika kota dan
wilayahnya mulai diperintah oleh raja. Sejarah kerajaan ini bermula sejak pendirian Kota Roma
pada sekitar 753 SM. Penguasa pertama Romawi adalah Romulus, dengan daerah kekuasaan
terbatas di Kota Roma dan sekitarnya. Periode Kerajaan Romawi berakhir setelah penggulingan
kekuasaan rajanya dan berdirinya Republik Romawi pada 509 SM. Baca juga: Runtuhnya
Kekaisaran Romawi Sejarah berdirinya

peradaban Romawi Kuno diawali dengan didirikannya Kota Roma oleh dua pemuda bernama
Remus dan Romulus pada 753 SM. Kedua tokoh tersebut adalah anak kembar dari Rhea Silva,
keturunan seorang pahlawan dari Troya. Namun, Remus dan Romulus berselisih dalam
pemilihan lokasi untuk dibangun kota. Perselisihan itu semakin memanas ketika Romulus, yang
sedang membangun tembok Kota Roma, diejek dan diganggu oleh Remus. Pada akhirnya,
Remus dibunuh oleh Romulus, yang kemudian mendirikan Kota Roma dan menjadi pendiri
Romawi.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Romawi mendapat serangan dari bangsa Galia yang berasal
dari wilayah Eropa barat, seperti Italia utara, Prancis, Belgia, dan Swiss. Serangan itu
mengakibatkan hancurnya Kota Roma dan catatan sejarahnya, sehingga catatan sejarah dari masa
Kerajaan Romawi sangat sedikit.

Peradaban Romawi Kuno: Asal-usul, Karakteristik, dan Kondisi Geografis Raja-raja Kerajaan
Romawi Selama hampir dua setengah abad berkuasa, Kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja,
sebagai berikut. Romulus (753-717 SM) Romulus merupakan pendiri Kota Roma yang sekaligus
raja pertama Kerajaan Romawi. Setelah menduduki takhta, ia mengizinkan semua laki-laki, baik
manusia bebas ataupun budak, untuk datang dan menjadi warga Roma. Selain itu, Romulus juga
menyediakan istri bagi warganya dengan menculik wanita-wanita kaum Sabin. Dalam
menjalankan pemerintahannya, Romulus memilih 100 orang bangsawan untuk membentuk senat
sebagai dewanpenasihat bagi raja. Numa Pompilius (716-673 SM) Setelah kematian Romulus,
terjadi masa interregnum atau masa peralihan kekuasaan selama satu tahun, di mana 10 orang
anggota senat terpilih memerintah sebagai interrex. Interrex adalah pimpinan Romawi dalam
jangka pendek yang tugasnya adalah untuk memimpin raja. Anggota Senat tersebut kemudian
memilih Numa Pompilius, orang Sabin, untuk menjadi raja berikutnya. Ia dipilih karena
reputasinya sebagai orang yang adil dan beriman. Masa pemerintahan Numa ditandai dengan
perdamaian dan reformasi keagamaan. Numa membangun kuil Janus dan melakukan
kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma. Selain itu, ia kemudian mereformasi
Kalender Romawi dengan menambahkan bulan Januari dan Februari sehingga totalnya menjadi
12 bulan. Ia juga mengatur wilayah Roma menjadi distrik-distrik untuk menciptakan administrasi
yang lebih baik, membagi-bagi tanah kepada para penduduk, dan membentuk serikat dagang.
Baca juga: Peninggalan Peradaban Romawi Kuno Tullus Hostilius (673-642 SM) Setelah
kematian Numa, Kerajaan Romawi kemudian dipimpin oleh Tullus Hostilius, yang dikenal
sebagai raja yang lebih suka berperang dibanding mengurusi masalah keagamaan. Pada masa
pemerintahannya, Roma memusnahkan Kerajaan Alba Longa dan mengambil seluruh
penduduknya. Selain berperang, Tullus Hostilius membangun tempat baru untuk senat, Curia
Hostilia, yang bertahan sampai 500 tahun setelah kematiannya. Ancus Marcius (640-616 SM)
Setelah kematian Tullus Hostilius, Senat Romawi menunjuk cucu Numa Pompolius, Ancus
Marcius sebagai Raja Romawi. Selama memerintah ia banyak membangun infrastruktur, seperti
penjara pertama Roma, pelabuhan, pabrik garam, dan jembatan pertama yang melalui Sungai
Tiber. Baca juga: 10 Peradaban Amerika Kuno Tarquinius Priscus (616-579 SM) Tarquinius
Priscus merupakan keturunan Etruska yang diadopsi oleh Ancus Marcius. Selama
pemerintahannya, Romawi banyak memenangkan pertempuran sehingga memperoleh banyak
harta rampasan. Dalam pemerintahannya, Tarquinius menambahkan 100 anggota dari suku
Etruska ke dalam senat. Selain itu, ia juga memperkuat militernya dengan menambah jumlah
tentara menjadi 6.000 infanteri dan 600 kavaleri. Tarquinius memerintahkan untuk membangun
Kuil Jupiter, Circus Maximus atau arena balap kereta kuda, mengadakan kompetisi olahraga
Romawi, dan memperkenalkan lambang militer Romawi. Servius Tullius (578-535 SM) Setelah
Tarquinius dibunuh oleh anak Ancus Marcius, tampuk kekuasaan Kerajaan Romawi jatuh ke
tangan Servius Tullius, menantu Tarquinius Priscus. Dalam pemerintahannya Servius
mengadakan sensus penduduk pertama serta membagi penduduk Roma berdasarkan tingkat
ekonomi dan wilayah geografisnya. Selain itu, ia mendirikan Dewan Centuria, Dewan Suku,
membangun Kuil Diana, dan tembok yang mengelilingi tujuh bukit di Roma. Baca juga: Sejarah
Menara Pisa Tarquinius Superbus (535-509 SM) Pada 535 SM, Kerajaan Romawi dipimpin oleh
Tarquinius Superbus, yang sebelumnya membunuh Servius. Pasa masa pemerintahan Tarquinius
Superbus diisi dengan kekejaman dan teror sehingga timbul banyak pemberontakan. Runtuhnya
Kerajaan Romawi Selama berkuasa, Tarquinius juga mengobarkan sejumlah perang melawan
tetangga Roma, termasuk Volsci, Gabii dan Rutuli. Selain itu, pemerintahannya begitu diingat
karena penggunaan kekerasan dan intimidasi untuk mengontrol Roma, serta ketidakhormatannya
terhadap adat Romawi dan Senat Romawi. Ketegangan memuncak ketika putranya, Sextus
Tarquinius, memperkosa Lucretia, istri dan putri dari bangsawan Romawi. Setelah Lucretia
bunuh diri, revolusi mulai dikobarkan untuk menggulingkan kekuasaan Tarquinius dan mengusir
keluarganya dari Roma. Kekuasaan Tarquinius Superbus berakhir pada 509 SM, yang sekaligus
menandai berakhirnya Kerajaan Romawi dan dimulainya Republik Romawi.

Zaman Republic Romawi

Republik Romawi adalah fase dari Kebudayaan Romawi kuno yang ditandai dengan bentuk
pemerintahan republik. Periode Republik Romawi dimulai dari penggulingan Kerajaan Roma,
dan diikuti oleh berbagai perang saudara. Pada masa Republik Romawi pula terjadi perang
terkenal yang bernama Perang Punic antara Republik Romawi dengan Kekaisaran Kartago.
Kapan tepatnya Republik Romawi berakhir masih belum disetujui oleh para sejarawan,
tergantung definisi yang digunakan. Sebagian sejarawan mengusulkan penunjukan Julius
Caesar sebagai diktator seumur hidup pada 44 SM, dan sebagian lainnya mengusulkan
Pertempuran Actium, dan sebagian lainnya mengusulkan pemberian kekuasaan penuh bagi
Octavianus pada 16 Januari 27 SM sebagai tanggal berakhirnya Republik Romawi dan
berdirinya Kekaisaran Romawi.
Pemerintahan Republik Romawi diatur oleh adat, tradisi dan hukum. Secara garis besar,
pemerintahan dijalankan bersama-sama oleh tiga pihak: dua orang konsul, senat, dan
golongan Pleb.

Zaman Kekaisaran Romawi

Kekaisaran Romawi adalah sebuah periode dari kekuasaan Romawi Kuno yang berlangsung dari
31 SM hingga 476 M. Sebelum menjadi kekaisaran, Romawi sempat berbentuk kerajaan lalu
berubah menjadi republik. Sama seperti pemerintahan yang berdiri sebelumnya, ibu kota
Kekaisaran Romawi terletak di Roma. Pada 117 M, Kekaisaran Romawi mencapai masa
keemasan dan tumbuh menjadi kekaisaran terbesar di dunia dengan populasi mencapai 20 persen
dari total populasi dunia kala itu, serta menguasai wilayah seluas 5 juta persegi. Namun, sejak
akhir abad ke-2, Kekaisaran Romawi mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran hingga
akhirnya runtuh pada tahun 476.

Berdirinya Kekaisaran Romawi

Sebelum berdirinya kekaisaran, bentuk pemerintahan Romawi adalah republik, yang berkuasa
dari 509 SM hingga 27 SM.  Daerah kekuasaan Republik Romawi meliputi seluruh Eropa,
Afrika Utara, dan Timur Tengah. Setelah berabad-abad berdiri, Republik Romawi akhirnya
runtuh karena perang saudara dan beberapa peristiwa lainnya. Salah satu peperangan yang
menandai berakhirnya Republik Romawi adalah Pertempuran Actium pada 31 SM. Dalam
pertempuran itu, Markus Antonius, seorang jenderal Romawi Kuno, berhasil menguasai Mesir
setelah diberi hak oleh Oktavianus, anak angkat Julius Caesar (penguasa terakhir Republik
Romawi). Namun, tersiar kabar bahwa Markus Antonius akan memberikan hadiah Kota Roma
kepada Cleopatra, penguasa Mesir, yang juga kekasihnya.

Oktavianus marah mendengar kabar itu, lalu mengirimkan pasukannya untuk menaklukkan
Mesir dan terjadilah Pertempuran Actium pada 31 SM. Pertempuran ini dimenangkan pasukan
Oktavianus, sementara Antonius dan Cleopatra akhirnya bunuh diri. Setelah perang berakhir,
Oktavianus mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Romawi pertama dengan gelar Kaisar
Octavianus Augustus atau Kaisar Agustus.

Kejayaan Kekaisaran Romawi

Setelah Kaisar Augustus mendeklarasikan berakhirnya perang saudara, Kekaisaran Romawi


mengalami periode di mana perluasan daerah, kedamaian, dan kemakmuran ekonomi terasa di
seluruh penjuru kekaisaran. Pada 117 M, Kekaisaran Romawi mencapai masa keemasan dan
tumbuh menjadi kekaisaran terbesar di dunia kala itu. Pada masa itu, tentara romawi mencapai
kekuatan puncaknya dengan jumlah mencapai 150.000 pasukan dan tidak ditemukan intervensi
dari kekuasaan asing.

Sementara di bidang ekonomi, kemampuan produksi, perdagangan, dan pemanfaatan sumber


daya alam Romawi juga mencapai puncaknya. Hal itu ditandai dengan kemakmuran yang terjadi
di setiap sudut Mediterania. Orang-orang dengan mudah mendapatkan makanan, memiliki akses
ke tempat hiburan, dan dapat bergerak bebas tanpa takut terjadi penganiayaan. Pekerjaan juga
dapat dicari dengan mudah di masa kejayaan ekonomi Kekaisaran Romawi.

Bentuk pemerintahan

Kekaisaran Romawi memiliki bentuk pemerintahan monarki dengan dipimpin oleh seorang
kaisar. Kaisar Romawi memiliki berbagai peran dalam pemerintahannya, seperti kepala
pemerintahan, kepala negara, pemimpin legislatif, panglima tertinggi, pemimpin keagamaan, dan
hakim agung. Sebagai kepala pemerintahan, kaisar memiliki kekuasaan untuk menegakkan
hukum, mengelola harta negara, dan mengawasi pekerjaan umum.

Kaisar juga berperan sebagai kepala negara yang mengatur hubungan diplomatik dengan
kerajaan atau negara lain. Selain itu, Kaisar Romawi berperan sebagai perumus undang-undang
dan mengajukan undang-undang. Di bidang militer, Kaisar Romawi berperan sebagai komandan
militer tertinggi yang memiliki kewenangan mengatur legiun, menunjuk pimpinan militer, dan
menyatakan perang. Dalam bidang keagamaan, kaisar mewakili Romawi dan rakyatnya di
hadapan para dewa. Kaisar juga memiliki kendali terhadap administrasi atas agama Romawi.
Sedangkan di bidang hukum, Kaisar Romawi memiliki kendali atas keputusan atas semua
hukum.

Pembagian Kekaisaran Romawi

Setelah dua abad mengalami periode yang relatif damai dan minim ekspansi kekuatan militer,
pada sekitar abad ke-3, Kekaisaran Romawi dihadapkan pada sebuah krisis karena terjadinya
perang saudara yang mengancam kekaisaran. Salah satu penyebab krisis itu adalah tidak adanya
suatu sistem yang pasti dalam mengatur pergantian kekuasaan.

Antara tahun 235-284, Kekaisaran Romawi dipimpin oleh 25 Kaisar Militer atau (Soldier-
Emperor), yang kebanyakan tewas dibunuh dalam konflik perebutan kekuasaan. Periode krisis
Kekaisaran Romawi mereda setelah Diokletianus menjadi kaisar dengan masa kekuasaan antara
284-305. Namun, luas wilayah Romawi yang mencapai 6,5 juta kilometer persegi membuat
Kaisar Diokletianus mengalami kesulitan dalam menjalankan pemerintahan.

Adapun beberapa kesuliannya adalah sebagai berikut.

 Daerah yang terlalu luas mengakibatkan koordinasi pusat dengan daerah lainnya
terhambat, perlu waktu berbulan-bulan agar maklumat atau hukum dari pusat
pemerintahan samapai ke daerah terpencil.

 Daerah yang terlalu luas itu juga mengakibatkan rendahnya pengawasan dan penjagaan
dari serangan bangsa lain seperti Goth, Visigoth, Vandal dan Frank.

Kaisar Diokletanius menilai Kekaisaran Romawi tidak akan bisa bertahan apabila dipimpin
dalam satu pemerintahan saja. Pada 395, Kaisar Theodosius akhirnya membagi kekaisaran
menjadi dua, yaitu Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma dan Kekaisaran Romawi
Timur yang berpusat di Konstantinopel.

Runtuhnya Kekaisaran Romawi

Pada kenyataannya, pembagian kekaisaran justru mendorong keruntuhan Romawi. Segera


setelah kematian Theodosius, kekacauan terjadi dan berbagai provinsi Roma penuh dengan
kekuasaan bangsa asing. Pemerintahan Roma di barat mengalami keruntuhan pada 476, usai
dikalahkan oleh orang-orang Barbar. Runtuhnya kekaisaran Romawi Barat berakibat pada krisis
sosial ekonomi dan sang kaisar tidak lagi memiliki kekuatan politik. Singkatnya, Kekaisaran
Romawi benar-benar runtuh pada tahun 476 akibat serangan Suku Barbar yang dipimpin oleh
Odoacer. Sementara Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium yang berpusat di Konstantinopel
justru semakin makmur dan tidak tersentuh oleh serangan dari manapun hingga sekitar seribu
tahun kemudian.  

Anda mungkin juga menyukai