Kejayaan Kekaisaran Romawi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Kejayaan Kekaisaran Romawi

Pada 117 M, Kekaisaran Romawi mencapai masa keemasan dan tumbuh menjadi kekaisaran
terbesar di dunia kala itu. Pada masa itu, tentara romawi mencapai kekuatan puncaknya dengan
jumlah mencapai 150.000 pasukan dan tidak ditemukan intervensi dari kekuasaan asing.
Pemerintahan Kekaisaran Romawi bertahan selama kira-kira 500 tahun. Dua abad pertama
kekaisaran ditandai dengan periode kemakmuran dan kestabilan politik yang belum pernah
terjadi sebelumnya, yang dikenal dengan Pax Romana atau "Perdamaian Romawi". Setelah
kemenangan Oktavianus, luas Kekaisaran meningkat secara drastis. Setelah pembunuhan
Caligula pada tahun 41, Senat dianggap berkeinginan untuk memulihkan kekuasaan Republik,
tetapi Garda Praetorian memproklamirkan Claudius sebagai kaisar. Di bawah pemerintahan
Claudius, Kekaisaran melakukan perluasan besar-besaran pertamanya sejak Augustus. Setelah
penerus Claudius, Nero, memutuskan bunuh diri pada tahun 68, Kekaisaran mengalami masa
perang saudara singkat dan terjadinya pemberontakan besar di Yudea, ketika empat jenderal
legiun berbeda menyatakan diri sebagai Kaisar. Vespasianus berhasil meraih kemenangan pada
tahun 69 dan mendirikan Dinasti Flavianus, sebelum digantikan oleh putranya Titus, yang
membuka Colosseum tak lama setelah meletusnya Gunung Vesuvius. Masa jabatannya yang
singkat diteruskan oleh saudaranya Domitianus, yang memerintah selama 15 tahun sebelum
akhirnya dibunuh pada tahun 96. Senat kemudian menunjuk kaisar pertama dari Lima Kaisar
Baik. Kekaisaran Romawi mencapai masa kejayaannya di bawah pemerintahan Trajanus, kaisar
kedua dari dinasti Nerva-Antonine.
Periode peningkatan kekacauan dan kemerosotan dimulai pada masa pemerintahan Commodus.
Terbunuhnya Commodus tahun 192 memicu terjadinya Perang Lima Kaisar, yang dimenangkan
oleh Septimius Severus. Pembunuhan Alexander Severus pada tahun 235 memicu Krisis Abad
Ketiga, saat 26 pria dinyatakan sebagai Kaisar oleh Senat Romawi selama lima puluh tahun.
Kekaisaran berhasil distabilkan pada masa pemerintahan Diokletianus dengan diperkenalkannya
Tetrarki, yang ditandai dengan empat Kaisar memerintah Romawi secara bersamaan. Kebijakan
ini pada akhirnya gagal, menyebabkan pecahnya perang saudara yang kemudian dimenangkan
oleh Konstantinus I, yang mengalahkan saingannya dan menjadi penguasa tunggal Kekaisaran.
Konstantinus kemudian memindahkan ibu kota Romawi timur ke Bizantium, yang kelak berganti
nama menjadi Konstantinopel untuk menghormati sang Kaisar. Konstantinopel tetap menjadi ibu
kota Kekaisaran Timur sampai tahun 1453. Konstantinus juga menetapkan Kristen sebagai
agama negara. Setelah kematian Theodosius I, Kaisar terakhir yang memerintah Kekaisaran
bersatu, kekuasaan Kekaisaran perlahan melemah akibat penyalahgunaan kekuasaan, perang
saudara, invasi dan migrasi bangsa Barbar, reformasi militer, dan depresi ekonomi. Penjarahan
Roma pada tahun 410 oleh suku Visigoth dan tahun 455 oleh bangsa Vandal semakin
mempercepat keruntuhan Kekaisaran Barat, dan pelengseran Kaisar Romulus Augustulus pada
tahun 476 oleh Odoaker dianggap menandai akhir dari Kekaisaran Barat. Kekaisaran Romawi
Timur tetap bertahan selama seribu tahun berikutnya, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Turki
Utsmani pada tahun 1453.
Kekaisaran Romawi merupakan salah satu kekuatan ekonomi, budaya, politik, dan militer paling
berpengaruh di dunia pada masanya. Kekaisaran ini menjadi kekaisaran terbesar pada masa
antikuitas klasik dan salah satu kekaisaran terluas dalam sejarah dunia. Pada masa pemerintahan
Trajanus, luas wilayah Kekaisaran mencapai 5 juta kilometer persegi[3][6] dan menjadi
penguasa bagi hampir 70 juta penduduk, atau 21% dari keseluruhan penduduk dunia pada saat
itu. Usianya yang panjang dan wilayahnya yang luas mengakibatkan pengaruh Kekaisaran
Romawi seperti bahasa Latin dan Yunani, budaya, agama, penemuan, arsitektur, filosofi, hukum,
dan bentuk pemerintahan bertahan abadi di negara-negara penerusnya. Pada masa abad
pertengahan Eropa, upaya bahkan dilakukan untuk mendirikan penerus Kekaisaran Romawi,
termasuk negara Tentara Salib, Kekaisaran Rumania, dan Kekaisaran Romawi Suci. Melalui
penjelajahan yang dilakukan oleh Imperium Spanyol, Prancis, Portugis, Belanda, Italia, Jerman,
Britania, dan Belgia, kebudayaan Romawi dan Yunani, atau yang saat ini dikenal dengan
kebudayaan Barat, ikut tersebar ke seluruh dunia dan berperan penting dalam perkembangan
dunia modern.
Periode Dark Age ( Abad Kegelapan )
Sebelum era Renaissance, Eropa mengalami periode sejarah yang disebut Abad Pertengahan. Era
ini juga sering disebut sebagai Abad Kegelapan (Dark Ages). Zaman kegelapan dimulai sejak
keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 Masehi. Periode ini ditandai dengan
banyaknya kekerasan fisik dan keyakinan agama yang kuat. Peradaban di Eropa mengalami
perkembangan yang sangat rendah. System social lama memberi jalan dan membuat masyarakat
menjadi Feodal dan Gerejawi. Saat itu, banyak terjadi perang, kelaparan, dan pandemi. Di saat
Zaman Kegelapan, keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil
berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi. Keputusan
tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat karena
pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama Katolik.
Istilah ini menggunakan citra terang-versus-kegelapan tradisional untuk membandingkan
"kegelapan" pada zaman itu (dengan tidak adanya catatan) dengan periode "terang" sebelumnya
dan kemudian (banyaknya catatan).  Konsep "Zaman Kegelapan" berasal pada tahun 1330-an
dengan cendekiawan Italia Petrarca, yang menganggap abad-abad pasca-Romawi sebagai
"gelap" dibandingkan dengan cahaya zaman kuno klasik. Ungkapan "Zaman Kegelapan" sendiri
berasal dari bahasa Latin saeculum obscurum, yang pada awalnya diterapkan oleh Caesar
Baronius pada 1602 ke periode yang kacau pada abad ke-10 dan ke-11. Konsep tersebut
kemudian menjadi ciri seluruh Abad Pertengahan sebagai masa kegelapan intelektual antara
kejatuhan Roma dan Renaisans. Ini menjadi sangat populer pada abad ke-18.
Ketika pencapaian-pencapaian zaman menjadi lebih dipahami pada abad ke-18 dan ke-20,
para sarjana mulai membatasi sebutan "Abad Kegelapan" ke Abad Pertengahan Awal (abad ke-5
hingga ke-10 Masehi), dan sekarang para sarjana juga menolak penggunaannya dalam periode
ini. Mayoritas cendekiawan modern menghindari istilah ini sama sekali karena konotasinya
negatif, menganggapnya menyesatkan dan tidak akurat. Makna yang merendahkan tetap
digunakan, biasanya dalam budaya populer yang sering salah menandai Abad Pertengahan
sebagai masa kekerasan dan keterbelakangan.  
Abad Pertengahan di Eropa berlangsung selama kurang lebih 1.000 tahun, yakni dari abad ke-5
hingga abad ke-15. Karena rentang waktunya sangat panjang, periode ini kerap dibagi menjadi
Awal Abad Pertengahan, Puncak Abad Pertengahan, dan Akhir Abad Pertengahan.

 Awal Abad Pertengahan

Awal Abad Pertengahan Awal Abad Pertengahan dimulai setelah jatuhnya Romawi Kuno
pada 476 Masehi. Eropa pada saat itu diperintah oleh banyak kerajaan dan belum
terbentuk negara-negara seperti sekarang ini. Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur
yang dibentuk pada akhir abad ke-4, tetap berdiri di bagian timur Eropa dan sebagian
Timur Tengah. Dengan ibu kota di Konstantinopel, kekaisaran ini bertahan hingga abad
ke-15, ketika digulingkan oleh Kekaisaran Ottoman.
 Puncak Abad Pertengahan

Puncak Abad Pertengahan dimulai pada awal abad ke-11. Pada periode inilah terjadi
berbagai peristiwa penting. Contohnya, pengaruh besar dari agama Katolik terhadap
kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu.
Orang Romawi kala itu lebih sibuk dengan masalah keagamaan, sedangkan ilmu
pengetahuan kurang diperhatikan. Karenanya itu, para sejarawan juga menyebut era ini
sebagai Abad Kegelapan (Dark Ages). Pada periode ini memang masih ada penemuan.
Namun, para ilmuwan dari Abad Pertengahan hampir semua adalah para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah berkaitan erat dengan keagamaan.

Selain itu, peristiwa besar pada Puncak Abad Pertengahan lainnya adalah berlangsungnya
Perang Salib, yakni serangkaian perang agama yang dilakukan oleh tentara salib pada
1095 M. Perang Salib semakin menunjukkan pentingnya keyakinan agama dalam
kehidupan orang-orang Eropa selama Puncak Abad Pertengahan.

 Akhir Abad Pertengahan

Akhir Abad Pertengahan Akhir Abad Pertengahan terjadi pada sekitar awal abad ke-14.
Ini disebut sebagai periode tersulit bagi bangsa Eropa. Salah satu sebabnya adalah adanya
wabah pes, yang kemudian dikenal dengan sebutan Black Death. Black Death merupakan
peristiwa pandemi paling bersejarah bagi umat manusia yang menghancurkan populasi di
Eropa dan Asia karena menyebar di sepanjang rute perdagangan. Sepanjang abad ke-14,
pandemi tersebut diperkirakan telah menelan hampir 200 juta jiwa di Eropa dan Asia.

Di eropa sendiri Black Death telah menelan setengah dari populasi masyarakatnya. Tapi,
tak lama setelah itu, muncul era Renaissance. Masyarakat Eropa bangkit. Ilmu
pengetahuan terang benderang.

Anda mungkin juga menyukai