Makalah Cara Membaca Puisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

CARA MEMBACA PUISI YANG BAIK DAN BENAR

MAKALAH

Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

ARONI
NPM : 1611100036

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/2021 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpaham rahmat, taufik dan
hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan dan profesi
keguruan.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada tehnik
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Bandar lampung, Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii

BAB I PENDAHALUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 3
A. Kemampuan Membaca Puisi.................................................. 3
B. Membaca Puisi dengan Lafal yang Benar.............................. 10
C. Membaca Puisi dengan Intonasi yang Indah.......................... 15
D. Membacakan Puisi dengan Ekspresi yang Benar................... 18

BAB III PENUTUP............................................................................ 23


A. Kesimpulan............................................................................. 23
B. Saran....................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang pasti pernah membaca. Membaca berita, membaca buku cerita,
membaca buku komik, membaca buku pelajaran atau membaca puisi. Tanpa
memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, akan mengalami kesulitan
dikemudian hari. Di sekolah dasar tidak hanya dilakukan dengan menggunakan
bahan ajar non sastra, tetapi injuga dengan sastra.
Anak-anak secara umum menyukai karya sastra, terbukti mereka suka
mendengarkan dongeng-dongeng atau cerita rakyat dan mendengarkan puisi. Dalam
hal ini diharapkan, dengan membaca sastra dapat menumbuhkan minat baca anak dan
mampu mengembangkan kemampuan berbahasa. Tetapi anak SD mulai dini harus
belajar cara untuk membaca puisi. Dalam hal ini membaca puisi tidak sama dengan
membaca biasa.
Pada dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan apresiasi puisi. Secara tidak
langsung, bahwa dalam puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami,
menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis,
dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai
bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, dan gaya bahasa.
Ketika membaca puisi, sebaiknya dipahami dahulu isi puisi dengan baik. Hal
tersebut penting agar cara membaca benar. Maksudnya, cara membaca harus sesuai
dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis puisi. Apabila langsung
membaca puisi tanpa memahami isinya terlebih dahulu, mungkin anda bisa salah
membacanya. Sebagai contoh, puisi yang bertema kesedihan anda baca dengan
gembira atau puisi tentang kemarahan dibaca sambil tertawa-tawa. Pasti akan
terdengar aneh bukan? Oleh karena itu, memahami isi puisi sebelum membacanya
tidak boleh dilupakan.
Pembaca puisi juga dapat berani menatap penonton dan mengatur ekspresi
yang tidak berlebihan. Selain itu, pembaca puisi harus memperhatikan pula irama
serta mimik. Mimik merupakan petunjuk apapun seaseorang sudah benar dapat
menjiwai atau meresapkan puisi itu. Harmonisasi antara mimik dan isi (maksud)
puisi merupaka puncak keberhasilan dalam membaca pusi. Ingatlah tidak setiap puisi

1
dapat dibaca (dilisankan) tanpa menepatkan tanda tafsir pengucapan terlebih dahulu.
Adakalanya anda menemui deretan baris atau bait yang satu dan yang lain
mempunyai kjalinan pengucapan atau ada pula yang secara tertulis, terpisah,
sehingga perlu jeda. Bila anda kurang tepat dalam memberi jeda, akan dapat
mengaburkan maknanya. Seseorang penyair mempunyai beberapa kiat agar puisinya
daoat dicerna atau dinikmati pembaca.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana Kemampuan Membaca Puisi yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami Kemampuan Membaca Puisi yang baik dan benar
2. Agar dapat mempraktikkan membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi
dengan benar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemampuan Membaca Puisi

1. Membaca

a. Pengertian membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan

suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar

makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak

terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan ditangkap

atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.3

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian

kembali dan pembacaan sandi (a recording and dekoding process),

berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan

penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah

menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan

(oral langguage meaning) yang mencakup pengubahan tulisan / cetakan

3
Hodgson, dalam Tarigan, Ibid., 7.

3
menjadi bunyi yang bermakna.4 Membaca dapat pula dianggap sebagai

suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat

pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Secara singkat

dapat dikatakan bahwa “reading” adalah memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung didalam bahan tertulis.5 Demikianlah jelas

bagi kita bahwa membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut

dengan bahasa. Oleh karena itu maka para siswa haruslah dibantu untuk

menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual

yang mengambarkan tanda-tanda oditori yang sama yang telah mereka

tanggapi sebelum itu. Menyimak dan berbicara haruslah selalu mendahului

kegiatan mem baca. Ketika membaca kita membuat bunyi dalam

kerongkongan kita. Kita membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana

cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau

kita tidak tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu maka sangat

penting sekali diingat agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi,

urutan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah dijelaskan sebelum para siswa

disuruh membaca dalam hati ataupun membaca lisan. Kesimpulan yang

dapat ditarik dalam pembicaraan di atas adalah bahwa “membaca ialah

memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.”6

4
Anderson, dalam Tarigan, Ibid., 7.
5
Finochiaro and Bonomo, dalam Tarigan, Ibid., 9.
6
Lado dalam Tarigan, ibid.

4
b. Tujuan membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna,

arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau

intensif kita dalam membaca.

Berikut ini adalah manfaat membaca, diantaranya yaitu :

1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan

yang telah dilakukan oleh seorang tokoh.

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang

baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang

dipelajari atau yang dialami seorang tokoh untuk mencapai tujuannya.

3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita

(reading for seguence or organisation).

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh

seorang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh yang

membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk

menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa,

tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau

apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk

mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to

classifi).

6. Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

5
7.Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading

to compare or contrast).7

a. Membaca sebagai suatu keterampilan

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar

bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit,

yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan

yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca

mencakup tiga komponen, yaitu.

1. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca

Pengenalan aksara dan tanda baca merupakan suatu kemampuan untuk

Mengenal bentuk-bentuk yang di sesuaikan dengan mode yang berupa

gambar diatas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis,

dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapui

2.Korelasi aksara beserta tanda baca dengan unsur linguistik yang formal

Korelasi ini merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan

tanda-tanda hitam diatas kertas yaitu gambar-gambar berpola tersebut

dengan bahasa. Adalah tidak mungkin belajar membaca tanpa

kemampuan belajar memperoleh serta memahai bahasa. Hubungan-

hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsure-unsur dan pola-

pola tersebut diatas kertas dan unsur unsur bahasa yang formal. Sesuai

dengan hakikat unsur-unsur linguistik yang formal tersebut, pada


7
Anderson, dalam Tarigan, Ibid., 9.

6
hakikatnya sifat ketrampilan itu akan selalu mengalami perubahan-

perubahan pula. Unsur-unsur itu dapat merupakan kelompok bunyi

kompleks yang dapat disebut sebagai kata, frase, kalimat, paragraf,

bab, atau buku. Unsur itu dapat pula berupa unsuyang paling dasar,

yaitu bunyi-bunyi tunggal yang disebut fonim.

3. Hubungan lebih lanjut dari A dan dengan makna atau meaning.

Merupakan hubungan yang mencakup keseluruan ketrampilan

membaca, pada hakikatnya merupakan ketrampilan intelektual, ini

merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-

tanda hitam diatas kertas melalui unsure-unsur bahasa yang formal,

yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh

kata-kata tersebut.8

b. Aspek - aspek membaca

Di muka telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu

keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan

yang lebih kecil lainnya.

Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

4. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanicl skills) yang dapat

dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup:

a. Pengenalan bentuk huruf


8
Broughton, ibid,12.

7
b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem / grafem, kata, frase, pola

klause, kalimat).

c. Pengenalan hubungan / korespondensasi pola ejaan dan bunyi

( kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “ to bark at print”).

d. Kecepatan membaca bertaraf lambat.

5. Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill) yang

dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini

mencakup:

a. Memahami pengertian sederhana ( leksikal, gramatikal, retorikal. )

b. Memahami signifikansi atau makna.

c. Evaluasi atau penilaian isi, bentuk .

d.Kecepatan membaca fleksibel,mudah disesuaikan dengan keadaan.9

c. Mengembangkan keterampilan membaca

Setiap guru bahasa haruslah dapat membantu serta membimbing

para siswa untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-

keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang

dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca antara lain:

1. Guru dapat menolong para siswa memperkaya kosa kata.

9
Ibid., 13.

8
2. Guru dapat membantu para siswa untuk memahami makna

struktur kata, kalimat dan sebagainya dengan cara yang telah

dikemukakan di atas,

3. Disertai latihan seperlunya.

4. Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan pengertian

kiasan, sindiran ungkapan, pepatah, peribahasa dalam bahasa daerah

atau bahasa ibu para siswa.

5. Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para ssiswa.

6. Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para siswa.10

2. Puisi

a. Pengertian puisi

Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat

sehingga mampu meningkatkan kesadaran orang akan suatu pengalaman dan

membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus.

Adapula yang mengatakan puisi adalah karangan bahasa yang khas yang

memuat pengalaman yang disusun secara khas pula.Pengalaman batin yang

terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna yang

ditafsirkan secara estetik. Puisi juga dapat disebut karya seni yang puitis

karena puisi dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan

tanggapan yang jelas, atau dapat pula menimbulkan keharuan.

10
Finocchiaro and Bonomo, dalam Tarigan Ibid,17.

9
b. Unsur - unsur puisi

Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi

antara lain :

1. Richards mengatakan bahwa unsur puisi terdiridari (a) hakikat puisi, yang

melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (b)

metode puisi, yang meliputi diksi imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan

rima.

2. Waluyo yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau

yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang

berupa ungkapan batin pengarang.

3. Altenberg dan Lewis,meskipun tidak menyatakan secara jelas

tentang

unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya

(a) sifat puisi, (b) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika,

(c) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (d) isi: narasi, emosi,

dan tema.

4.Dick Hartoko, menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik

atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi

lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah

struktur fisik puisi.

5. Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (a) diksi, (b) imajeri,

11
(c) bahasa kiasan, (d) simbol, (e) bunyi, (f) ritme, (g) bentuk

11
http:endonesa.wordpress.com.

10
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi

meliputi tema, nada, rasa, amanat, diksi, imaji, bahasa figuratif, kata konkret, ritme

dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat

dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan

amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret,

ritme, dan rima).

c. Struktur puisi

1. Struktur Fisik Puisi

Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut : Perwajahan

puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi

kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi

yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda

titik. Hal -- hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2. Diksi

yaitu pemilihan kata - kata yang dilakukan oleh penyair dalam

puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit katakata

dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih

secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya

dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

Bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu

penyimpangan leksikal, penyimpangan sematis, penyimpangan fonologis,

penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan

11
register ( ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu),

penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpa- ngan

grafologis (penggunaan kapital hingga titik)

3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan

(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat

mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan

seperti apa yang dialami penyair.

4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan

atau lambang. Misal kata kongkret ‘‘ salju:

melambangkan

kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret ‘‘

rawa-rawa’’ dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup,

bumi,

kehidupan, dll.

5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau

meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif

menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak

makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas.

Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile,

personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme,

12
repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire,

pars prototo, totem pro parte, hingga paradoks.

6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah

persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.

Rima mencakup (a) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal

/ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (b) bentuk

intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal,

sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan (c)

pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang

pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan

puisi.

d. Struktur batin puisi

Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Tema / makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah

hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap

kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang

terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya

dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar

belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam

masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.

Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu

masalah tidak bergantung pada

13
kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi

saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,pengetahuan, pengalaman,

dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan

psikologisnya.

3.Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga

berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema

dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk

memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,

dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang

mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari

sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam

puisinya.

3. Membaca Puisi

a. Pengertian membaca puisi

Baca puisi atau porty reading muncul di Indonesia sejak tahun

1960, istilah ini di bawa ke Indonesia oleh W.S Rendra yang merupakan

oleh-oleh atas kepulanganya dari Amerika. Sebelumnya di Indonesia di

kenal dengan istilah deklamasi.

14
Membaca puisi adalah upaya menyampaikan isi, perasaan,

pikiran yang terkandung dalam puisi kepada orang lain agar mereka

memahami dan sanggup menikmati kandungan isi puisi tersebut. Di

samping itu, baca puisi juga upaya untuk menggugah rasa seni dan

mengklitik rasa indah para pendengar. Sasaran yang hendak dicapai

dalam membaca puisi yaitu agar pendengar dapat memahami dan

menikmati puisi tersebut untuk menyentuh kepekaan estetisnya.

Sesuai dangan pendapat di atas, bahwa membaca puisi adalah

upaya untuk menyampaikan isi atau pesan yang terkandung dalam puisi

dengan tujuan agar pendengar mampu menangkap pesan-pesan yang

ingin disampaikan oleh pengarangnya, maka dalam membaca atau

membawakan suatu puisi seorang pembaca harus mempunyai teknik

atau cara membaca puisi yang baik. Pengertian teknik cara membaca

puisi yang baik tidak hanya dilihat dari segi vokalnya saja, tidak dapat

dilihat dari segi ekspresinya dalam penampilan. Dari sini jelas, bahwa

untuk bisa membaca puisi dengan baik tidak hanya diperlukan

keterampilan membaca saja, namun juga harus disertai dengan

keterampilan menampilkan puisi.

Adapun pengertian dari ketiga tersebut adalah sebagai berikut:

1.Ekspresi: mimik wajah yang menunjukkan perasaan hati (senang,

sedih, bahagia, marah).

2. Intonasi: ketepatan penyajian tinggi rendah nada.

15
3. Penampilan: seorang pembaca puisi yang baik tidak hanya dilihat

dari cara dia membaca puisi, namun juga dapat dilihat dari cara

dia menampilkan puisi yang dibacanya. Menampilkan puisi dapat

dikatakan atau bisa dimasukkan dalam kategori seni gerak, dimana

gerak dan olah tubuh mengikuti alur puisi yang sedang dibaca.

b. Teknik membaca puisi

Teknik membaca puisi diantaranya adalah:

1. Mempertimbangkan Aspek Kesastraan

Langkah awal yang harus dilakukan seorang pembaca puisi adalah

memilih puisi yang akan dibacakannya. Puisi yang akan dibacakan

harus mengandung nilai-nilai kesastraan yang tinggi. Ciri - ciri puisi

yang mengandung nilai kesastraan yang tinggi diantaranya adalah:

totalitas sajak, ide, pokok persoalan, dan tema .

2. Pertimbangan Potensi Oratoris

Langkah yang kedua dalam persiapan membaca puisi adalah

mempertimbangkan potensi puisi jika dibacakan. Pada tahap ini kita

mempertimbangkan apakah larik-larik yang tertulis dalam sajak

tersebut jika dibacakan memiliki potensi satuan-satuan bunyi yang

oratoris. Artinya, satuan-satuan bunyi yang dapat menimbulkan efek

kenikmatan, keharuan, dan menggiring pembaca pada proses

perenungan akan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

16
c. Persiapan membaca puisi

Banyak kalangan berpendapat bahwa membaca puisi hanya bisa

dilakukan oleh orang-orang yang memiliki bakat dan suara yang bagus.

Pendapat ini tidak benar, sebab kemampuan membaca puisi dapat

dikembangkan melalui pelatihan yang dilaksanakan dengan sabar,

tekun, telaten, dan semangat. Hazim Amir (tanpa tahun) menjelaskan

bahwa ada beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai

persiapan pembacaan puisi, seperti dalam uraian berikut ini.

1.Ekspresi

2.Suara

3.Penampilan

d. Pelatihan membaca puisi

Pada umumnya pelatihan membaca puisi dikerjakan secara

berkelompok pada tempat dan waktu tertentu. Untuk menjaga keajegan

latihan, sebaiknya disepakati jadwal tertentu. Berikut ini adalah

serangkaian latihan yang dapat dikerjakan:

1. Memilih, memahami, dan menghayati isi puisi yang akan dibaca.

2. Membubuhkan tanda-tanda pembacaan pada teks puisi.

3. Latihan pernapasan dan suara sebagai persiapan membaca puisi.

4. Latihan membaca puisi.

17
e. Pembelajaran membaca puisi di MI

Guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca puisi sesuai

dengan jenjang kelas di MI berdasarkan Kurikulum Pendidikan dan

Garis-garis Besar Program Pengajaran Bahasa Indonesia. Ruang

lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia meliputi

penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasikan

sastra, dan kemampuan menggunakan bahasa indonesia. 12

Perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya

seimbang dan dapat disajikan secara terpadu. Dalam pembelajaran

membaca puisi di MI, hal yang perlu diperhatikan adalah siswa,

sasaran, metode dan evaluasi. Setelah persiapan pembelajaran

dilakukan, dilaksanakan pembelajaran membaca puisi melalui

pendekatan teknik pemodelan, dengan langkah pra membaca, saat

membaca, dan pasca membaca. Pada langkah pra membaca, siswa

diajak memahami puisi yang akan dibacakan dengan membicarakan

kosakata yang dianggap sukar bagi siswa. Kemudian dilanjutkan

dengan memberi tanda jeda pada baris-baris puisi, guna mengatur

pernafasan. Pada langkah saat membaca, siswa diajak menyimak

pemodelan pembacaan puisi, dengan tidak lupa mendiskusikan apa

yang siswa saksikan. Pada langkah pasca membaca, siswa dapat

menerapkan keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain atau

bahkan prosa dengan aspek-aspek yang telah dipelajari dalam

membaca puisi.

12
http://teoripembelajaran.blogspot.com

18
B. Teknik Pemodelan

1. Pengertian teknik pemodelan

Teknik Pemodelan merupakan teknik mengajar yang menyajikan bahan

pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya

melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Teknik pemodelan

dapat digunakan pada semua mata pelajaran . Dalam melaksanakan pemodelan,

guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan

mengamati terhadap objek yang akan , dimodelkan. Sebelum proses pemodelan,

guru harus mempersiapkan alat -- alat yang digunakan dalam pemodelan tersebut.

Guru di tuntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan

sampai guru terlena dengan pemodelannya tanpa memperhatikan siswa secara

menyeluruh.

2. Karakteristik pemodelan dan pengalaman belajar

Ada beberapa karakteristik teknik pemodelan dan hubungannya dengan

pengalaman belajar siswa.

Karasteristik Pemodelan Pengalaman Belajar

1. Mempertunjukkan obyek yang 1. Mengamati sesuatu pada obyek


yang sebenarnya yang sebenarnya
2. Ada proses peniruan 2. Berpikir sistematis
3. Alat -- alat bantu yang digunakan 3. Pemahaman terhadap proses sesuatu
4. Dapat guru atau siswa yang 4. Menganalisa kegiatan secara proses
melakukannya

19
3. Kelebihan dan kelemahan teknik pemodelan

Kelebihan Kelemahan

1. Dapat mengembangkan rasa ingin 1. Bila jumlah siswa banyak efektivitas


tahu siswa pemodelan sulit dicapai
2. Siswa dibiasakan bekerja secara 2. Bergantung pada alat bantu
sistematis
3. Siswa dapat membandingkan 3. Banyak siswa yang kurang berani
pada beberapa obyek

4. Prosedur teknik pemodelan

Prosedur teknik pemodelan yang harus dilakukan dalam

pembelajaran adalah :

a. mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran

b. memberikan penjelasan tentang topik yang akan dimodelkan

c. pelaksanaan pemodelan bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa

d. penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil

pemodelan

e. kesimpulan.

Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan dengan

menggunakan teknik pemodelan di antaranya :

a. Mampu secara proses tentang topik yang dimodelkan.

b. Mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh.

c. Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.

d. Mampu melaksanakan penilaian proses

20
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang

kegiatan pemodelan diantaranya adalah :

a. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang di

modelkan

b. Memahami tentang tujuan yang akan dimodelkan.

c. Mampu mengamati proses pemodelan yang dimodelkan oleh guru.

d. Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam tenik

pemodelan.

5. Pembelajaran puisi dengan teknik pemodelan

Dalam pembelajaran, adakalanya siswa sulit menangkap hal-hal yang

bersifat abstrak untuk itu perlu diberi peragaan supaya pembelajaran itu bersifat

konkrit. Untuk menghindari semua itu dalam pengajaran bahasa indonesia

diperlukan alat peraga seperti yang disarankan pada rambu-rambu

pembelajaran bahasa, perlu memperhatikan prinsip pengajaran, antara lain;

dari yang mudah ke yang sukar, dari hal yang dekat ke yang jauh, dari yang

sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dari yang

konkrit ke yang abstrak.

Berkaitan dengan pembelajaran puisi, penggunaan pendekatan teknik

pemodelan merupakan pilihan yang tepat dan efektif dalam membaca puisi.

Dan diharapkan akan banyak menguntungkan siswa untuk meningkatkan

apresiasinya.

21
6. Materi membaca puisi di MI kelas IV

Materi puisi di kelas IV sebenarnya masih sangat sederhana dan mendasar yaitu

dari melengkapi puisi berdasarkan gambar, menulis puisi sederhana, menuliskan

kembali puisi dengan bahasa yang baik, dan membaca puisi dengan lafal, artikulasi

dan intonasi yang benar. Secara umum materi puisi dan Bahasa Indonesia pada

umumnya disajikan secara tematik sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Membaca memberikan guru suatu cara yang cepat untuk mengevaluasi kemajuan
ketrampilan membaca. Dari kegiatan ini guru akan mengetahui pemahaman siswa
tentang pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang
spesifik.
2. Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk pembaca, dan bagi
pendengar berfungsi untuk meningkatkan keterampilan menyimaknya.
3. Membaca nyaring juga bisa melatih siswa untuk mendramatisasikan puisi atau cerita dan
memerankan pelaku yang terdapat dalam cerita.
4. Lafal adalah pengucapan kata yang tepat dan jelas.
5. Ekspresi berkaitan dengan mimik muka dan gerak tubuh. Untuk bisa berekspresi dengan
tepat, maka sebelumnya Anda harus memahami dan menghayati isi puisi yang akan
dibacakan.
6. Jika Anda ingin mampu membacakan puisi dengan ekspresi yang benar, maka Anda
harus menghayati isi puisi kemudian menafsirkan isi puisi tersebut ke dalam mimik
muka dan gerak tubuh. Oleh karena itu, Anda perlu memahami aneka macam mimik
muka dan gerak tubuh yang menggambarkan perasaan tertentu.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini tentunya banyak kekurangan
dan kekeliruan, yang menjadi sorotan adalah bagaimana makalah ini dapat disusun
setidaknya mendekati kata sempurna dan dapat mencakup substansi materi yang ingin
disampaikan sehingga tujuan pembelajaranpun dapat terpenuhi.Dalam kesempatan ini kami
selaku penyusun tentunya sangat mengharapkan segala saran,kritik dan pengayaan yang
bersifat membangun dan dapat diberikan landasan pijakan dari teori yang akan kami
tambahkan demi kesempurnaan penyusunan yang akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil .1999. Derai-derai Cemara . Jakarta: Horison


Majalah Ummi No 10/XIX/ Februari 2008/1429 H.
Majalah Ummi No. 11/ XIXX/ Maret 2008/1429 H.
Rahim,Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.

24

Anda mungkin juga menyukai