Inservise Program Supervisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

INSERVISE PROGRAM SUPERVISI SEBAGAI

BENTUK PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

“Supervisi dan Evaluasi Pendidikan Islam”


Jainul Mustofa (202210058)
Qurotul Fitriani (502210070)
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Email: [email protected]
[email protected]

A. PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan merupakan


usaha yang dilakukan secara sadar dan juga terencana dimana usaha tersebut
dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran bagi
peserta didik supaya dapat secara aktif mengembangkan potensi dalam diri dan
untuk menumbuhkan kekuatan spiritual keagamaan, kemampuan pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dimana dapat dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan juga bagi
masyarakat di sekitarnya. Pendidikan dibagi menjadi dua jenis yaitu
pendidikan formal dan pendidikan non formal.

Pendidikan dapat dilaksanakan di berbagai tempat, pada umumnya


pendidikan dilaksanakan di lingkungan sekolah. Sekolah mempunyai bagian
penting dalam pelaksanaan pendidikan, dimana sekolah digunakan sebagai
tempat penyelenggaraan pendidikan untuk masyarakat sekitar atau tempat
dimana peserta didik dapat mengenyam pendidikan. Untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan, terdapat beberapa unsur penting yang diperlukan
oleh sekolah. Unsur-unsur penting yang perlu dimiliki oleh sekolah yaitu
berupa adanya tempat seperti ruang belajar untuk proses pembelajaran, adanya
peraturan sekolah supaya proses pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan

1
baik dan tidak menyimpang, adanya siswa sebagai peserta didik dalam proses
pendidikan, adanya guru sebagai tenaga pengajar dalam proses pendidikan,
adanya Kepala Sekolah sebagai pemimpin supaya proses pendidikan di sekolah
tersebut dapat terkendali dengan baik.

Pendidikan merupakan kunci semua kemajuan dan perkembangan yang


berkualitas. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi manusia baik
sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan
potensi diri menjadi multi kompetensi harus melalui proses pembelajaran.
Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa jika yang diperoleh dari
pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas
kehidupan. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menerapkan prinsip-
prinsip dasar pedagogik modern dan yang mengutamakan pentingnya
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang inovatif.

Di lingkup sekolah, Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat


penting dalam pendidikan. Kepala Sekolah berperan sebagai pemimpin yang
bertanggungjawab atas organisasi sekolah tersebut. Kepala Sekolah menjadi
teladan bagi sekolah dan juga bagi rekan para guru, Kepala Sekolah
mempunyai peran sebagai supervisor atau sebagai pengawas bagi para guru,
selain sebagai pengawas Kepala Sekolah juga berperan pembimbing dan
pembina dalam usaha pengelolaan administrasi sekolah. Wahjosumidjo
mendefinisikan bahwa kepala sekolah merupakan seorang tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan
proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Keberhasilan sebuah
sekolah merupakan keberhasilan Kepala Sekolah dalam memimpin sekolah
tersebut. Dalam membuat suatu kebijakan untuk sekolah, Kepala Sekolah juga
perlu melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang telah dibuat tersebut,
adanya kebijakan baru mempunyai arti bahwa adanya keadaan yang baru pula.
Peran dari kepengawasan akademik juga dilaksanakan dengan menggunakan

2
pendekatan supervisi yang bersifat ilmiah, klinis, manusiawi, kolaboratif, dan
juga berbasis kondisi sosial budaya.1

Diantara keberhasilan pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh


kualitas guru, karena guru penanggung jawab kegiatan belajar mengajar. Guru
memberikan pengaruh dominan terhadap prestasi belajar siswa, walaupun tidak
bisa dikesampingkan faktor-faktor lain, misalnya faktor siswa, lingkungan,
budaya dan sitem pendidikan itu sendiri.Upaya peningkatan kualitas
pendidikan harus diimbangi dengan upaya peningkatan kualitas guru,
pemerintah telah melakukan beberapa cara antara lain : lewat talk show, up
grading, desiminasi, work shop, sertifikasi, pendidikan penyetaraan, pelatihan
atau training, program bermutu, KKG, MGMP dan segudang cara yang lain.
Namun untuk mendapatkan pendidikan bermutu masih dalam angan-angan.
Hal ini mungkin ada yang salah dari upaya-upaya tersebut. Dimungkinkan
pada tataran operasional berbeda dengan konsep teorinya. Sering kita dengar
LPMP mengadakan penataran, work shop, seminar, lokakarya, PLPG,
disekolah ada supervisi, metting, MGMP. Namunn hasilnya belum terasa
walaupun biaya yang dikeluarkan cukup besar, waktu yang digunakan juga
cukup panjang, bahkan ada kesan lebih bersifat formalitas, selesai kegiatan
selesai semuanya. Memang diakui, guru dengan kompetensi profesional tinggi,
akan menghasilkan out put pendidikan yang tinggi pula, dan sebaliknya. Oleh
karena itu dalam Undang-Undang guru dan dosen minimal ada empat
kompetensi profesional yang harus dimiliki guru, yaitu,(1) kompetensi
paedagogik, (2) kompetensi sosial, (3) kompetensi akademik, (4) kompetensi
personal yang berhubungan dengan pribadinya. (UU No.14 2005).

Lebih dari itu untuk mengembangkan kompetensi profesional guru harus


mendapat dukungan terus menerus, baik oleh guru itu sendiri atau instansi
terkait. Faktor dimaksud antara lain lewat MGMP, supervisi kunjungan kelas,
in-service training, auto didag dan lainnya.

1
Prayitno, P. J. (2019). Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kompetensi
Pedagogik Guru SMA. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 11(2), 46–55.

3
B. Kompetensi Pendidik dan Supervisi Guru
1. Kompetensi Pendidik
Tugas seorang guru pada zaman dahulu dan sekarang tidaklah berbeda
karena tugas utamanya adalah memberikan bimbingan, ilmu, dan akhlak pada
peserta didik. Namun, tantangan menjadi guru di zaman sekarang, tentu
berbeda dengan zaman dahulu. Pada zaman sekarang, para peserta didik sudah
dihadapkan dengan berbagai kemajuan teknologi. Oleh karena itu, seorang
guru dituntut untuk dapat berinovasi, kreatif, dan kompeten. Agar terbentuk
guru-guru yang berkualitas, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sudah merumuskan standar pendidik dan tenaga kependidikan. 
Dalam pendidikan Islam, guru selain dapat disebut dengan ustadz, dapat
juga disebut dengan muallim, murabbi, dan muaddib.2 Guru sebagai mu’allim
adalah bahwa guru sebagai barometer pengetahuan seorang murid, meskipun
pada kenyataannya antara guru dan murid juga saling memberikan bertukar
informasi. Guru sebagai murabbi adalah orang yang mempunyai sifat rabbani
yakni orang yang yang bijaksana, bertanggung jawab, berkasih sayang
terhadap siswa serta memiliki pengetahuan tentang rabb.3 Dan, guru sebagai
muaddib adalah orang yang dapat menyiapkan muridnya agar bertanggung
jawab dalam membangun peradaban yang baik pada masa depan.4 Baik guru
sebagai mu’allim, murabbi, maupun, muaddib guru adalah sosok yang berilmu,
bijaksana, dan bertanggung jawab yang mampu mengrahkan muridnya menjadi
orang yang beradab sepanjang jaman.
Sebelum seorang guru menyampaikan ilmunya kepada muridnya ada
beberapa hal yang harus diperhatikan.5 Guru harus berilmu, beramal,
berdakwah, dan sabar dengannya. Selain itu, guru juga harus memeperhatikan
sifat-sifat kesederhanaan seperti sabar, rendah hati, amanah, menepati

2
Umar Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan (Tulungagung: STAI Muhammadiyah
Tulungagung, 2018), 102.
3
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi (Deepublish, 2019), 108.
4
Dr H. Masduki Duryat M.Pd.I, Pendidikan (Islam) dan Logika Interpretasi: Kebijakan,
Problem dan Interpretasi Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: K-Media, 2021), 200.
5
Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan, 102.

4
janji/konsekwen, dan bertanggung jawab.6 Seorang guru juga harus sabar
dalam mendidik, tidak boleh bersikap kasar saat memberi bimbingan, serta
tidak diperkenankan menghina muridnya sehingga murid menjadi malu dan
minder ketika belajar.7 Sifat-sifat tersebut harus dimiliki oleh seorang guru
ketika ia akan menyampaikan dan mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya
sehingga mereka dapat menerima dan memahami apa yang disampakain
gurunya dengan baik.
M. Ali mengatakan bahwa seorang guru harus memenuhi setidaknya lima
syarat, yaitu:8 1) memiliki keterampilan berdasar teori dan ilmu pengetahuan
yang mendalam, 2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu
sesuai dengan bidang profesinya, 3) adanya tingkat pendidikan guru yang
memadai, 4) memiliki kepekaan pada dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakan, 5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan
kehidupan. Syarat non formal lain adalah guru harus memiliki loyalitas,
berdedikasi terhadap tugasnya, pemaaf, terbuka, dan bersikap zuhud.9 Menjadi
seorang guru haruslah mengusai bidang keilmuannya, berdedikasi, memiliki
loyalitas, terrbuka, serta berakhlak.
Kualifikasi dan kompetensi pendidik secara formal sudah dirumuskan
dalam beberapa Permendikbud. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru pada Pasal
1 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara
nasional. Adapun kualifikasi akademik guru secara umum adalah memiliki
kualifikasi D-IV atau S1.10 Adapun standar kompetensi guru dikembangkan
6
Dedi Sahputra Napitupulu, Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam (Sukabumi:
Haura Utama, 2020), 13.
7
Ahmad Fahrudin, Menjadi Guru Super (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2021), 154.
8
Abdul Gafur, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Strategi Meningkatkan Etos Kerja Guru
Pendidikan Agama Islam (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2020), 90.
9
Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter : Sinergitas Peran Guru
dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Era Milenial (Indramayu: Penerbit Adab,
2021), 9.
10
“Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru,” 2007.

5
secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.11 Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru.
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik.12 Menurut Umar Sidiq, kompetensi pedagogik adalah
kemampuan seorang guru di dalam mengelola pembelajaran peserta didiknya
yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
perencanaan dan pelaksanaan evaluasi, pengembangan siswa dalam
mengaktualisasi seluruh potensi dirinya, dan pemahaman terhadap siswa secara
mendalam.13 Menurut Joni, kompetensi pedagogik dalam merencanakan
pembelajaran (program belajar mengajar) mencakup; 1) merencanakan
pengorganisasian bahan-bahan pembelajaran, 2) merencanakan pengelolaan
kegiatan belajar mengajar, 3) merencanakan pengelolaan kelas, 4)
merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran, dan 5)
merncanakan penilaian prestas peserta didik untuk kepentingan pembelajaran. 14
Untuk itu, kompetensi ini juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang
guru dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melakukan
penilaian, dan pemahaman terhadap peserta didik dengan mendalam.
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian biasa disebut sebagai kompetensi personal, yaitu
kemampuan pribadi seorang pendidik yang diperlukan agar menjadi pendidik
yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang
berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan
perwujudan diri.15 Umar Sidiq menyatakan bahwa kompetensi kepribadian
adalah bahwa guru mempunyai kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi siswa.16 Kriteria dari kompetensi
11
“Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17
April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah,” 5.
12
“Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen,” n.d.
13
Sidiq, Manajemen Madrasah, 103.
14
Rina Febrianan, Kompetensi Guru (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2019), 9.
15
Febrianan, 14.
16
Sidiq, Manajemen Madrasah, 103.

6
kepribadian ini adalah; 1) bertindak sesuai dengan norma, agama, dan hukum,
2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia bagi peserta
didik, 3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, berwibawa, 4)
menunjukkan etos kerja, tanggung jawb yang tinggi, dan rasa bangga menjadi
guru dan rasa percaya diri.17 Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
harus dimiliki seorang pendidik yang bisa mencerminkan kepribadian orang
yang dewasa, berwibawa, arif, mantap, berakhlak yang baik, bertindak sesuai
dengan norma, agama, dan hukum, stabil, dan dapat menjadi contoh yang
baik/teladan secara umum terutama bagi peserta didiknya.
c. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kompetensi dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.18 Umar Sidiq mengatakan bahwa kompetensi profsional adalah
kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan dan
konsep-konsep dasar keilmuannya. 19
Dalam kompetensi profesional, guru
harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi yang
diajarkan serta penguasaan didaktik metodik (memiliki pengetahuan konsep
teoriktik, metode tepat yang mampu menerapkan dalam kegiatan
pembelajaran.20 Kompetensi profesional ini dapat disederhanakan sebagai
kemampuan guru dalam penguasaan dan pengembangan materi, penguasaan
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran, serta penggunaan
metode yang tepat dalam penyampaiannya.
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang

17
Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan, 7.
18
Febrianan, Kompetensi Guru, 12.
19
Sidiq, Manajemen Madrasah, 103.
20
Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan, 8.

7
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.21 Kriteria yang melekat pada
kompetensisosial guru meliputi; 1) bertindak objektif dan tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, dan status sosial ekonomi, 2)
berkomunikasi secara efektif dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,
dan orang tua, dan 3) beradaptasi di tempat yang beragam sosial budaya. 22
Selain itu juga disebutkan kriteria lain dari kompetensi sosial, yaitu; 1)
kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk
meningkatkan kemampuan profesional, 2) kemampuan untuk mengenal dan
memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, dan 3) kemampuan
untuk menjalin kerja sama bain secara individual maupun secara kelompok. 23
Kompetensi sosial guru dapat digambarkan bahwa guru harus terampil
berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik, sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, wali peserta ddik dan anggota masyarakat, bersikap objektif
tanpa membeda-bedakan atas dasar apapun, dan mampu bekerja sama untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya.

2. Supervisi Guru

Dalam rangka mewujudkan guru yang profesional perlu adanya kegiatan


peningkatan kompetensi guru. Adapun cara meningkatkan kompetensi guru
dapat melalui beberapa cara seperti menerapkan fungsi pengembangan,
pembinaan, kompensasi dan fungsi pengawasan (supervisi). Supervisi menurut
Suhardan adalah pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses
belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan
terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang
menyebabkannya.24 Pengawasan dalam pendidikan merupakan pelayanan
terhadap kebutuhan pokok guru agar mampu meningkatkan potensinya
sehingga benar-benar menjadi guru yang profesional. Adapun pelaksanaan
kegiatan supervisi di sekolah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala
21
Sidiq, Manajemen Madrasah, 105.
22
Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan, 7.
23
Febrianan, Kompetensi Guru, 13.
24
Suhardan.2010. Supervisi profesional: layanan dalam meningkatkan mutu embelajaran
di era otonomi daerah. Alfabeta

8
sekolah, karena salah satu tugas pokok kepala sekolah adalah sebagai
supervisor.

Kegiatan supervisi menjadi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah.


Permendikbud RI Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru Sebagai
Kepala Sekolah Pasal 15 ayat (1) menegaskan bahwa beban kerja Kepala
Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga
kependidikan.

Kegiatan supervisi bertujuan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran.


Upaya meningkatkan kegiatan pembelajaran idealnya tumbuh dari guru itu
sendiri bukan dari kepala sekolah atau pengawas wilayah. Supervisi Akademik
merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatan kemampuan belajar
siswa dan kemampuan mengajar guru.

Kepala Sekoiah sebagai supervisor membantu dan membina guru sebagai


mitra kerjanya agar lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya yakm
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kata yang paling tepat untuk
supervisi adalah terprogram untuk mengubah atau memperbaiki perilaku
seseorang dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya secara
profesional. Dengan demikian maka supervisi akademik adalah kegiatan yang
terencana, terpola dan terprogram dalam mengubah perilaku guru agar dapat
mempertinggi kualitas proses pembelajaran.

Menurut Sahertian25 supervisi adalah usaha memberi layanan kepada


guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha
memperbaiki pengajaran. Sedangkan Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa
supervisi merupakan akivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Daryanto
menjelaskan bahwa supervisi merupakan usaha dari pejabat sekolah dalam
memimpin guru dan tenaga pendidikan lain untuk memperbaiki pengajaran,
25
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan(Jakarta: Rineka
Cipta.2000), 19.

9
memberi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan guru, merevisi tujuan
pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar hingga evaluasi pengajaran

a. Tujuan Supervisi

Sahertian mengemukakan bahwa tujuan supervisi akademik memberikan


layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
dilakukan guru di kelas. Lebih lanjut Sahaertian terdapat delapan fungsi
supervisi yaitu: 1) mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2) memperlengkapi
kepememimpinan sekolah; 3) memperluas pengalaman guru-guru; 4)
menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5) memberi fasilitas dan penilaian yang
terus-menerus; 6) menganalisis situasi belajar mengajar; 7) memberikan
pengetahuan dan ketrampilan pekada setiap anggota staf; dan 8) memberi
wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan..

Sagala mengungkapkan bahwa tujuan supervisi adalah membantu guru


untuk mengembangkan bagaimana meningkatkan kemampuan dan
kapasitasnya, supaya siswa dapat mewujudkan tujuan belajarnya. 26 Dalam hal
ini supervisi dilaksanakan dalam rangka memberikan bantuan pada guru
berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar dengan memperhatikan
prinsip-prinsip supervisi akademik. Berdasar pendapat tersebut maka dapat
dikatakan bahwa supervisi akademik memberikan layanan dan bantuan pada
guru sebagai sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas mengajarnya
dalam rangka mencapai kualitas lulusan yang bermutu pula

Supervisi akademik secara umum merupakan serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk membantu pendidik mengembangkan
kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran guna mencapai tujuan
dari pembelajaran. Supervisi akademik juga merupakan sebuah bantuan
profesional kepada Kepala Sekolah melalui sebuah perencanaan yang baik dan
sistematis, dapat dilaksanakan melalui pengamatan yang cermat, serta
memberikan umpan balik yang obyektif. supervisi akademik merupakan fungsi
26
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung.
Alfabeta.

10
pengawas berkenaan dengan pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan,
penilaian dan pelatihan profesional guru dalam (1) merencanakan
pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran;
(4) membimbing dan melatih peserta didik, dan (5) melaksanakan tugas
tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban
kerja seorang guru. Menurut Arikunto supervisi akademik adalah supervisi
yang menitik beratkan pada masalah akademik, yaitu pada lingkup
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa pada saat
dilaksanakannya pembelajaran. Menurut Piet A. Sahertian dalam (Fatimah,
2016) di masa yang akan datang, obyek supervisi mencakup: (1) pembinaan
dan pengembangan kurikulum; (2) peningkatan proses pembelajaran; (3)
pengembangan sumber daya guru dan staf sekolah. Supervisi akademik
memiliki beberapa fungsi yaitu antara lain untuk mengkoordinasi semua usaha
sekolah, memperluas pengalaman guru, melengkapi kepemimpinan sekolah,
menstimulasi usaha yang kreatif dalam pembelajaran, menganalisis situasi
belajar mengajar, memberikan fasilitas dan penilaian secara terus menerus,
memberikan pengetahuan dan skill kepada anggota staff, dan mengintegrasi
tujuan pendidikan serta membantu guru dalam meningkatkan kemampuan
mengajar.

b. Model Supervisi

Sahartian27 menuliskan berbagai macam model supervisi, yaitu:

1) model konvensional (tradisional), adalah model supervisi untuk mencari


dan menemukan kesalahan, atau dapat disebut sebagai supervisi korektif;

2) model ilmiah, model ini mempunyai ciri-ciri dilaksanakan secara


berencana dan kontinu; sistematis dan menggunakan prosedur serta

27
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ( Jakarta: Rineka
Cipta,2000), 35-44.

11
teknik tertentu; menggunakan instrumen pengumpulan data; dan ada data
obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil;

3) model supervisi klinis, yaitu bentuk supervisi yang difokuskan pada


peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam
perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional; dan

4) model artistik, yaitu model yang menjadikan supervisor mempunyai


hubungan yang baik dengan guru-guru yang dibimbing, sehingga para
guru merasa diterima, ada perasaan aman dan dorongan positif untuk
berusaha maju.

C. Hubungan Antara Supervisi Akademik dengan Kompetensi Pedagogik


Guru

Kepala Sekolah dapat menggunakan hasil dari pelaksanaan supervisi


akademik sebagai bekal untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dengan dilakukannya evaluasi dan
tindak lanjut terhadap hasil dari kegiatan supervisi akademik yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa kegiatan tersebut sudah berjalan dengan
baik atau perlu perbaikan. Menurut Astuti28 Permendiknas no. 39 tahun
2009 menyebutkan bahwa terdapat beberapa ruang lingkup dalam supervisi
akademik yaitu meliputi: 1) membina guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai proses suatu pembelajaran, 2) memantau dalam
pelaksanaan standar isi, 3) memantau dalam pelaksanaan standar proses, 4)
memantau dalam pelaksanaan standar kompetensi kelulusan, 5) memantau
dalam pelaksanaan standar tenaga pendidik dan 6) memantau dalam
pelaksanaan penilaian. Menurut Hendiyat Soetopo dalam Nuraini 29 teknik

28
Astuti, S. (2017). Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Di SD
Laboratorium UKSW. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(1), 49–59.
29
Nuraini, M. (2016). Pengaruh Supervisi Akademik Dan Iklim Sekolah Terhadap
kompetensi Pedagogik Guru PAI SD di Kota Bengkulu. Al-Bahtsu: Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, 1(1).

12
supervisi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu meliputi: teknik kelompok,
teknik perseorangan, teknik langsung, dan teknik tidak langsung. Selain
pentingnya supervisi akademik bagi pendidikan, guru perlu mempunyai
kompetensi yang baik dan seimbang tidak hanya condong ke salah satu
kompetensi saja.

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dalam


penelitian ini difokuskan kepada kompetensi pedagogik guru. secara
etimologis, kata pedagogik berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata
“Paedos” dan “agagos”, dimana kata “Paedos” mempunyai arti anak dan
kata “agagos” mempunyai arti membimbing. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 28, ayat (3), butir a mendiskripsikan bahwa Kompetensi
Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dengan adanya
supervisi akademik yang berkualitas akan dapat meningkat kompetensi
pedagogik guru, serta dengan adanya supervisi akademik diharapkan dapat
mengembangkan sumber daya yang dimiliki oleh guru di sekolah tersebut.

Melalui hasil dari kegiatan supervisi akademik pula dapat diketahui


bahwa supervisi akademik dapat memberikan dampak kepada guru, seperti
halnya ditunjukkan melalui penelitian yang pernah dilakukan yaitu menurut
Mujiono menyimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan
kompetensi pedagogik guru dengan hasil penelitian adanya peningkatan
pada masing-masing kompetensi pedagogik. Dengan adanya kegiatan
supervisi tersebut Kepala Sekolah dapat mengetahui perkembangan yang
dialami pada setiap guru.30

C. Kesimpulan

30
Mujiono, H. (2020). Supervisi Akademik Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru.
JDMP (Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan), 4(2), 113–121.

13
Dengan laksanakannya kegiatan supervisi secara rutin oleh Kepala
Sekolah, maka akan berdampak baik bagi kompetensi pedagogik guru, dimana
Kepala Sekolah dapat memantau perkembangan dari setiap guru melalui hasil
supervisi, setelah itu dapat dilakukan evaluasi dan tindak lanjut guna
memperbaiki kesalahan atau mengembangkan kompetensi guru menjadi lebih
baik lagi. Baiknya kualitas sekolah juga tergantung dari baiknya kualitas
kompetensi guru. Terdapat adanya hubungan antara supervisi akademik dengan
kompetensi pedagogik guru. Kegiatan supervisi akademik berpengaruh pada
kompetensi pedagogik guru.

D. Daftar Pustaka

Abdul Gafur, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Strategi Meningkatkan Etos


Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (Sidoarjo: Nizamia Learning Center,
2020)
Ahmad Fahrudin, Menjadi Guru Super (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2021)
Astuti, S. (2017). Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru
Di SD Laboratorium UKSW. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 7(1)
Dedi Sahputra Napitupulu, Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
(Sukabumi: Haura Utama, 2020
Dr H. Masduki Duryat M.Pd.I, Pendidikan (Islam) dan Logika Interpretasi:
Kebijakan, Problem dan Interpretasi Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta:
K-Media, 2021), 200.
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi (Deepublish, 2019)
Mujiono, H. (2020). Supervisi Akademik Meningkatkan Kompetensi
Pedagogik Guru. JDMP (Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan), 4(2)
Nuraini, M. (2016). Pengaruh Supervisi Akademik Dan Iklim Sekolah
Terhadap kompetensi Pedagogik Guru PAI SD di Kota Bengkulu. Al-
Bahtsu: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 1(1).

14
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru,” 2007.
Prayitno, P. J. (2019). Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru SMA. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 11(2).
Rina Febrianan, Kompetensi Guru (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2019)
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.
Bandung. Alfabeta.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta.2000)
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ( Jakarta:
Rineka Cipta,2000)
Suhardan.2010. Supervisi profesional: layanan dalam meningkatkan mutu
embelajaran di era otonomi daerah. Alfabeta
Umar Sidiq, Etika Dan Profesi Keguruan (Tulungagung: STAI
Muhammadiyah Tulungagung, 2018)
Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter : Sinergitas Peran
Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Era
Milenial (Indramayu: Penerbit Adab, 2021)
“Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah,”
“Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen,” n.d.

15

Anda mungkin juga menyukai