Raudhatul Jannah, 150213116, FTK BK, 081224886249

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 117

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA


DI SMA NEGERI 8 BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan Oleh

RAUDHATUL JANNAH
NIM. 150213116
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Prodi Bimbingan dan Konseling

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019 M/1440 H
iv
v
vi
ABSTRAK

Nama : Raudhatul Jannah


NIM : 150213116
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Bimbingan dan Konseling
Judul : Implementasi Layanan Konseling Individual Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di
SMA Negeri 8 Banda Aceh
Tanggal Sidang : 30 Desember 2019
Tebal Skripsi : 92
Pembimbing I : Drs. Munirwan Umar, M.Pd
Pembimbing II : Sri Dasweni, M.Pd
Kata Kunci : Konseling Individual, Disiplin

Pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah sangat menunjang


keberhasilan siswa dalam mengatasi permasalahan terutama yang berkaitan
dengan masalah kedisiplinan siswa. Pengentasan permasalahan tersebut
dibutuhkan penanganan khusus dari guru BK dengan memberikan layanan secara
individual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses
pelaksanaan layanan konseling individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh,
mengetahui faktor pendukung dan penghambat layanan konseling individual
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh, dan
mengetahui strategi layanan konseling individual guru BK dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif, dimana peneliti mengungkapkan serta
memamaparkan data sesuai apa yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun subjek dalam
penelitian ini berjumlah 4 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja
sesuai dengan kriteria atau penilaian yang diperlukan. Hasil penelitian ini
menujukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan layanan konseling individual yang
dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh sudah baik dan hampir
sesuai dengan teori, tetapi masih ada ditemukan kekurangan yang tidak terlalu
signifikan. 2) Ada beberapa faktor pendukung yang ditemukan sebagai penunjang
keberhasilan layanan konseling individual dan ada beberapa faktor penghambat
yang ditemukan sebagai penunjang keberhasilan layanan konseling individual di
SMA Negeri 8 Banda Aceh. 3) Strategi yang dilakukan oleh guru BK di SMA
Negeri 8 Banda Aceh bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan Alam Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam, keluarga dan para

sahabatnya. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salh satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program Bimbingan dan Konseling

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Judul yang penulis ajukan adalah“Implementasi Layanan Konseling Individual

Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh”.

Penyusunan dan penulisan dalam skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulisan dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Muslim Razali, SH.M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan, pembantu dekan dan seluruh staf karyawan/karyawati FTK UIN Ar-

Raniry yang telah memberikan izin untuk melanjutkan studi di program Studi

Bimbingan dan Konseling.

2. Ibu Dr. Chairan M. Nur, M.Ag. selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling

UIN Ar-Raniry.

3. Bapak Drs. Munirwan Umar, M.Pd Selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan serta nasehat.

vi
Semoga Allah selalu meridhai dan memberkahi setiap langkah bapak dan

keluarga, Amin.

4. Ibu Sri Dasweni, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu memberikan

bimbingan serta motivasi yang sangat berharga. Terimakasih atas waktu yang

selalu ibu luangkan, semoga ibu dan keluarga selalu dalam lindugan Allah SWT.

5. Bapak Handany, S.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 8 Banda Aceh yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data pada

SMA Negeri 8 Banda Aceh.

6. Teristimewa kepada Ayahanda Husen dan ibunda tercinta Meutia yang selama

ini telah membantu peneliti dalam bentuk perhatian, kasih sayang, motivasi,

dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan

kesuksesan peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

7. Kepada suami tercinta Fadhil Muhammad terimakasih untuk motivasinya,

dorongannya, dan kasih sayang yang berlimpah.

8. Kepada sahabat terkasih, Safura, Isma, Maira, Devi, Nisa, Miftah, Rizka, Kintan,

Raisa, Putra, Rina, Fauqan, terimakasih untuk kebersamaannya, dan motivasi

selama ini dalam perjuangan kita menggapai impian sebagai konselor yang

hebat.

9. Kepada teman-teman angkatan 2015 program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, khususnya

kepada teman-teman unit 03, terimakasih atas kerja samanya selama ini

vii
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Terimakasih atas segala bantuan, dukungan dan kerjasama serta do’a. Semoga Allah

memberikan pahala yang berlipat, Amin.

Banda Aceh, 25 November 2019

Raudhatul Jannah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL JUDUL


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. kajian Terdahulu ....................................................................... 6
F. Definisi Operasional ................................................................. 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


A. Layanan Konseling Individual ................................................. 12
1. Pengertian Layanan Konseling Individual .......................... 12
2. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok ........... 14
3. Proses Layanan Konseling Individual ................................ 16
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Menghambat
Keberhasilan Layanan Konseling Individual ...................... 25
B. Kedisiplinan Siswa .................................................................. 31
1. Pengertian Kedisiplinan ...................................................... 31
2. Tujuan Kedisiplinan............................................................ 32
3. Macam-Macam Kedisiplinan .............................................. 33
4. Faktor-Faktor Kedisiplinan Siswa ...................................... 34
5. Aspek-Aspek Kedisiplinan Siswa ....................................... 36
6. Indikator Kedisiplinan Siswa .............................................. 37
7. Pentingnya Kedisiplinan Bagi Siswa .................................. 39
8. Ciri-Ciri Kedisiplinan Siswa ............................................... 41
9. Manfaat Kedisiplinan Siswa ............................................... 41
10. Cara Meningkatkan Kedisiplinan Siswa .......................... 42

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 44
B. Kehadiran Peneliti ................................................................... 45
C. Lokasi Penelitian ..................................................................... 45
D. Subjek Penelitian ..................................................................... 46
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 47

ix
F. Prosedur Pengambilan Data .................................................... 49
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 49
H. Pengecekan Keabsahan Data ................................................... 51
I. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................... 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 53
1. Gambaran Umum SMA Negeri 8 Banda Aceh .................. 53
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 54
C. Pembahasan ............................................................................. 76

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 88
B. Saran ........................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
RIWAYAT HIDUP PENULIS .....................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Sarana dan Prasarana pada SMA Negeri 8 Banda Aceh ........... 54

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keputusan (SK) Penunjukan Pembimbing


Lampiran 2 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pada
SMA Negeri 5 Banda Aceh
Lampiran 4 : Lembar Wawancara
Lampiran 5 : Lembar Observasi
Lampiran 6 : Foto Penelitian
Lampiran 7 : Riwayat Hidup Penulis

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah sistem dimana didalamnya

terdapat berbagai komponen yang memiliki peran dan tanggung jawab masing-

masing. Masing-masing peran seharusnya dapat berjalan saling melengkapi agar

tercipta suatu sistem yang harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang berilmu, cakap, mandiri, serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan akan tercapai dengan cara menjalin kerjasama antara

para praktisi pendidikan yaitu: manajemen pendidikan, pengajaran, dan

bimbingan. Profesi guru pembimbing yang sangat lekat dengan upaya pelayanan

konseling. Pemberian pelayanan bantuan ini merupakan tugas profesi yang

esensial bagi profesi Bimbingan dan Konseling. Pelayanan pemberian bantuan

konseling yang dilakukan, khususnya di sekolah diharapkan akan memberikan

dampak yang positif terhadap optimalisasi potensi siswa.

Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa,

itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Secara

faktual pendidikan menggambarkan aktifitas sekelompok orang seperti guru dan

tenaga kependidikan lainnya.1

______________
1
Syaiful Syagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2005),
h. 3.

1
2

Salah satu layanan pendidikan yang sangat diperlukan oleh sekolah adalah

adanya bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan

serangkaian program layanan yang diberikan kepada siswa agar mereka mampu

berkembang lebih baik. Pelaksanaan bimbingan konseling merupakan proses

bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada

individu (konseli). Hal ini sangat relevan jika dilihat dari pengertian pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian

potensi-potensinya (bakat, minat, kemampuan). Kepribadian menyangkut masalah

perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan

keterampilan.

Pada usia remaja dalam memperluas pergaulan sering menghadapi

berbagai keadaan, mengalami pengaruh lingkungan baik yang mengarahkan

maupun yang mengombang-ambingkannya. Selain itu kehidupan remaja di

lingkungan sekolah, kegiatannya dilakukan sesuai dengan program dan

aktifitasnya dapat dipantau secara langsung oleh guru. Demikian pula dengan

kegiatan siswa di rumah juga dapat diawasi oleh orang tua. Namun karena

beragam latar belakang orang tua, baik dari segi tingkat pendidikan, ekonomi,

keharmonisan keluarga, perhatian dan sebagainya, seringkali kegiatan siswa di

rumah luput dari perhatian orang tua, sehingga terjadi kesenjangan perilaku

kedisiplinan siswa.

Perilaku kedisiplinan siswa baik di rumah maupun sekolah akan selalu

beragam. Sebagian siswa memiliki perilaku kedisiplinan yang tinggi, sebagian

lagi jarang dan bahkan rendah. Siswa yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan
3

senantiasa berperilaku disiplin tanpa disuruh atau tanpa diminta, misalnya seorang

siswa yang datang ke sekolah tepat waktu sesuai dengan peraturan yang dibuat

sekolah. Sedangkan siswa yang memiliki disiplin rendah akan cenderung

berperilaku seenaknya sendiri, misalnya siswa yang sering datang ke sekolah pada

jam pelajaran sudah dimulai, dan mendapatkan hukuman karena keterlambatannya

ini.

Perilaku disiplin merupakan aspek utama dan esensial pada pendidikan

yang harus diterapkan oleh pendidik ataupun orang tua, sehingga anak didik

mampu mengontrol perilakunya sendiri sesuai dengan nilai-nilai moral yang

terinternalisasi. Secara umum masalah kedisiplinan yang sering terjadi pada siswa

di sekolah yaitu perilaku membolos sekolah, datang terlambat ke sekolah, sering

berada diluar kelas pada saat jam pelajaran, tidak memakai atribut sekolah dengan

lengkap sesuai aturan sekolah, membawa hp ke sekolah, tidak mengerjakan tugas

tepat waktu.

Fenomena yang terjadi di lapangan saat peneliti melakukan observasi awal

di SMA Negeri 8 Banda Aceh ini jumlah siswanya 720 orang siswa dan memiliki

tingkat kedisiplinan yang beragam. Pada umumnya sebagian siswa sering kali

melanggar peraturan dan tata tertib sekolah yang sudah ditetapkan. Peraturan yang

sering dilanggar yaitu siswa sering telat datang ke sekolah dimana seharusnya

kegiatan sekolah dimulai dari jam 07.45 WIB, namun masih ada siswa yang

datang di atas jam 08.00 WIB. Hal tersebut membuat beberapa siswa diantaranya

ada yang melanjutkan untuk dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan

adanya sanksi dan ada juga beberapa siswa memilih untuk bolos sekolah.
4

Beberapa siswa yang memilih untuk membolos sekolah karena mereka tidak ingin

dikenakan atau diberikan sanksi oleh pihak sekolah. Peraturan lainnya yang sering

dilanggar siswa yaitu siswa yang sering tidak hadir ke sekolah tanpa keterangan,

apabila melewati batas ketidakhadiran yang telah ditentukan maka, guru BK akan

melakukan konseling kepada siswa tersebut. Serta ada beberapa siswa lainnya

yang sering keluar masuk kelas dan berada diluar kelas pada saat proses belajar

mengajar berlangsung.

Guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh Banda Aceh memiliki strategi

dalam menangani permasalahan tentang kedisiplinan siswa, salah satunya dengan

konseling individual. Layanan ini dinilai efektif digunakan dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa yang bermasalah dengan kedisiplinan pada khususnya. Tujuan

dari konseling individu ini adalah guru bisa menangani siswa dengan lebih

mendalam dan bisa memantau tingkat kemajuan siswa terhadap pelanggaran

kedisiplinan yang dilakukan.

Melihat dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

sangat tertarik dengan adanya program layanan konseling individu dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa, karena pada realitanya di SMA Negeri 8 Banda

Aceh ini pelanggaran kedisiplinan tidak jarang dilakukan oleh siswa, terutama

siswa laki- laki.


5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan layanan konseling individual di SMA

Negeri 8 Banda Aceh?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat layanan konseling individual

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh?

3. Bagaimana strategi guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di

SMA Negeri 8 Banda Aceh?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan layanan konseling individual di

SMA Negeri 8 Banda Aceh.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat layanan konseling

individual dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8

Banda Aceh.

3. Untuk mengetahui strategi guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan untuk

pengembangan Bimbingan Konseling khusunya mengenai layanan konseling

individu dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.


6

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi arahan dan pertimbangan

positif dalam mengantisipasi dan menghindarkan kegagalan akibat pengaruh

lingkungan yang tidak mendukung dalam membentuk jiwa yang memiliki

disiplin tinggi.

E. Kajian Terdahulu

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Oktafiana Dewi Kusuma, Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam tahun 2015,

yang berjudul Layanan Konseling Individual dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa di MAN Yogyakarta III. Skripsi ini membahas tentang proses pelaksanaan

konseling individual yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis

hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan yang dilaksanakan oleh guru BK dalam

mengatasi kesulitan belajar siswa di MAN Yogyakarta III.

Dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif,

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan konseling

individual dalam mengatasi kesulitan belajar di MAN Yogyakarta III. Hasil dari

penelitian ini adalah proses pelaksanaan konseling individual dalam mengatasi

kesulitan belajar di MAN Yogyakarta III secara keseluruhan berjalan dengan baik

dan tersusun. Hal tersebut dilihat dari terpenuhinya indikator pelaksanaan

konseling individual pada umumnya. 2

______________
2
Oktafiana Dewi Kusuma, Layanan Konseling Individual dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Siswa di MAN Yogyakarta III, Skripsi, (Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, 2015).
7

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Hanik Marfuatin, Fakultas Tarbiyah,

Jurusan Kependidikan Islam tahun 2009, yang berjudul Upaya Bimbingan dan

Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MTsN Sumber agung Jetis

Bantul. Skripsi ini membahas tentang upaya program bimbingan dan konseling

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTsN Sumber Agung Jetis Bantul.

Dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan (fieldresearch)

yaitu berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk

mengetahui upaya program Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di MTsN Sumber agung Jetis Bantul.

Hasil dari penelitian ini adalah upaya Bimbingan dan Konseling dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di MTsN Sumber agung Jetis Bantul adalah

bimbingan yang dilakukan secara periodik dan terus menerus serta secara

berkelompok.3

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Anas Purwantoro, Fakultas Tarbiyah,

Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2007, yang berjudul Upaya Sekolah

dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta.

Skripsi ini membahas tentang berbagai upaya yang dilakukan sekolah dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta.

Dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan (fieldresearch)

yaitu berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk

______________
3
Hanik Marfuatin, Upaya Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa MTsNSumberagungJetis Bantul, Skripsi, (Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, 2009).
8

mengungkap berbagai upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta.

Hasil dari penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh personil

madrasah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MTsN Ngemplak meliputi

upaya yang bersifat preventif dan kuratif. Upaya yang bersifat preventif yakni

pemberlakuan kode etik siswa untuk mencegah terjadinya berbagai pelanggaran

tata tertib sekolah, penanaman kesadaran berdisiplin dalam diri siswa serta

pemberian motivasi agar mereka mau memahami arti penting berdisiplin.

Sedangkan upaya yang bersifat kuratif yakni dengan memberikan sanksi atau

hukuman kepada siswa yang melanggar sehingga mereka tidak akan mengulangi

perbuatannya lagi.4

Beberapa dari hasil tinjauan pustaka penelitian yang telah penulis teliti,

menjelaskan bahwa sebelumnya tidak ada penelitian maupun karya ilmiah yang

meneliti tentang Implementasi layanan konseling individual dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Disini sangat terlihat

perbedaannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis melakukan

penelitian yang terfokus kepada tahap pelaksanaan layanan konseling individual

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh, serta

faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan konseling individual di SMA

Negeri 8 Banda Aceh.

______________
4
Anas Purwanto, Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
MTsNNgemplak Sleman Yogyakarta, Skripsi, (Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, 2007).
9

F. Definisi Operasional

1. Konseling Individual

Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan

semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi oleh

yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam

pemecahan masalah itu, konselor tidak memecahkan masalah untuk klien,

konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu

untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.5

Konseling individual yaitu layanan bimbingan konseling yang

memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung

tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka

pembahasan pengentasan masalah pribadi yang diderita konseli.

Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada

individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien6.

Menurut Sofyan S. Willis konseling individual yaitu bantuan yang

diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya

potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan

diri secara positif.7

______________
5
Bimo Walgito, Bimbingan Dan Konseling (Studi &Karir), (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET, 2010), h. 99-100.
6
Hellen, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta, QuantumTeaching, 2005), h. 84.
7
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek ( Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 34.
10

Dapat disimpulkan bahwa konseling individual adalah proses

pemberian bantuan yang dialakukan melalui wawancara konseling oleh

seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu

masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Layanan konseling individual yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor (guru BK)

kepada klien (siswa) untuk mengatasi berbagai permasalahan klien (siswa),

terutama tentang masalah kedisiplinan siswa. Bentuk permasalahan

kedisiplinan yang sering tangani oleh guru BK melalui layanan konseling

individual yaitu siswa yang sering terlambat, siswa yang suka membolos,

siswa yang sering berada diluar kelas pada saat jam pelajaran, dan siswa yang

tidak memakai atribut sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.

2. Kedisiplinan Siswa

Menurut bahasa, disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada

peraturan tata tertib dan sebagainya. Secara etimologis, kata kedisiplinan

berasal dari kata disiplin yang berasal dari bahasa latin discipulus, yang

berarti siswa atau murid.

Disiplin merupakan suatu sikap/perilaku yang pasti diharapkan oleh

setiap pendidik agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik di dalam

kelas maupun di luar kelas dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.8

______________
8
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tipsdan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 230-231.
11

Menurut Hadari Nawawi, disiplin diartikan bukan hanya sekedar

pemberian hukuman atau paksaan agar setiap orang melaksanakan peraturan

atau kehendak kelompok orang-orang tertentu yang disebut pimpinan.

Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang

sesuai dengan peraturan yang ada. Kemudian disiplin juga berhubungan

dengan pembinaan, pendidikan, serta perkembangan pribadi manusia.9

Dapat disimpulkan kedisiplinan siswa adalah suatu sikap yang

menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung

ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.

Dalam penelitian ini kedisiplinan yang dimaksud adalah siswa

mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah seperti datang ke

sekolah tepat waktu, tidak keluar kelas pada saat jam pelajaran berlangsung,

dan memakai atribut sekolah sesuai peraturan yang telah ditetapkan di

sekolah.

______________
9
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1993), h. 128.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Layanan Konseling Individual

1. Pengertian Konseling Individual

Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang

dengan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat

diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh

latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien memecahkan

kesulitanya.1

Konseling individual yaitu layanan bimbingan konseling yang

memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung

tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka

pembahasan pengentasan masalah pribadi yang diderita konseli.

Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada

individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien.2

Konseling merupakan “jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara

menyeluruh. Hal ini berarti apabila layanan konseling telah memberikan

______________
1
Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV Alfabeta,
2007), h. 18.
2
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), h. 105.

12
13

jasanya, maka masalah konseli akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya

bimbingan lainya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping.

Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan

konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan

mudah menjalankan proses konseling yang lain. Proses konseling individu

berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena pada konseling individu

konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dengan cara berinteraksi selama

jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk

menghasilkan peningkatan-peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir,

berperasaan, sikap, dan perilaku.

Dasar dari pelaksanaan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari

dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada khususnya

dan dasar dari pendidikan itu berbeda, dasar dari pendidikan dan pengajaran

di indonesia dapat dilihat sebagaimana dalam UU. No. 12/1945 Bab III pasal

4 “pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub

dalam pasal UUD Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan

Indonesia”.3

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

konseling pribadi adalah suatu proses bantuan yang memungkinkan siswa

mendapatkan layanan langsung yang diberikan pembimbing atau guru BK

kepada klien (siswa) secara tatap muka agar klien dapat mengatasi

masalahnya serta klien memahami dan menerima dirinya untuk memperoleh

______________
3
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta, Andi
Offset,1989), h. 24-25.
14

tujuan-tujuan hidup yang lebih realitis dalam rangka pembahasan dan

pengentasan permasalahan.

2. Tujuan Dan Fungsi Konseling Individu

Konseling individu merupakan relasi antara konselor dengan klien

dengan tujuan agar dapat mencapai tujuan klien. Konseling memberikan

bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan

sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses

bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok

seorang konselor di pusat pendidikan.

Pelaksanaan konseling individual diharapkan agar siswa dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dan siswa dapat belajar dengan tenang

tanpa ada beban yang ada dalam pikirannya, sehingga secara tidak langsung

dapat meningkatkan prestasi belajar yang akan mendorong tercapainnya cita-

cita yang menjadi tujuan dalam hidup dikemudian hari.

Tujuan umum konseling individual adalah terentaskannya masalah

yang dihadapi klien. Apabila masalah konseli itu dicirikan antara lain: sesuatu

yang tidak disukai adanya, suatu yang ingin dihilangkan, sesuatu yang dapat

menghambat atau menimbulkan kerugian, maka upaya pengentasan masalah

klien melalui konseling individual akan mengurangi intensitas ketidaksukaan

atas keberadaan sesuatu yang dimaksud. Dengan konseling individual beban

konseli diringankan, kemampuan konseli ditingkatkan, dan potensi konseli

dikembangkan.4

______________
4
Prayitno, Bimbingan dan Konseling di SMP, (Padang: Penebar Aksara, 2001), h. 4.
15

Dalam kerangka tujuan umum itu, tujuan khusus layanan konseling

individual dapat dirinci dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi

konseling yang secara menyeluruh diembannya, antara lain:

a. Melalui pelaksanaan konseling individual klien memahami seluk-

beluk masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif,

serta positif dan dinamis (fungsi pemahaman).

b. Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan

sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah

yang dialami klien itu (fungsi pengentasan). Pemahaman dan

pengentasan masalah merupakan fokus yang sangat khas, kongkrit

dan langsung ditangani dalam layanan konseling individu.

c. Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur

positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman

dan pengentasan masalah klien dapat dicapai (fungsi pengembangan

dan pemeliharaan). Bahkan, secara tidak langsung layanan konseling

individual sering kali menjadikan pengembangan dan pemeliharaan

potensi dan unsur-unsur positif klien sebagai fokus dan sasaran

layanan.

d. Pengembangan atau pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif

yang ada pada diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah,

akan merupakan kekuatan bagi tercegah menjalarnya masalah

yangsekarang sedang dialami itu, serta (diharapkan) tercegah pula

masalah-masalah baru yang mungkin timbul (fungsi pencegahan).


16

e. Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya hak-

hak klien sehingga klien teraniaya dalam kadar tertentu, layanan

konseling individual dapat menangani sasaran yang bersifat advokasi

(fungsi advokasi). Melalui layanan konseling individual klien

memiliki kemampuan untuk membela diri sendiri menghadapi

keteraniayaan itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

konseling individual adalah terentaskannya masalah yang dihadapi klien.

Dengan konseling individual beban konseli diringankan, kemampuan konseli

ditingkatkan, dan potensi konseli dikembangkan.

3. Proses Layanan Konseling Individual

Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan

dengan baik. Proses konseling adalah peristiwa yang telah berlangsung dan

memberi makna bagi peserta koseling tersebut (konselor dan klien). Setiap

tahapan proses konseling individual membutuhkan keterampilan-

keterampilan khusus. Namun keterampilan-keterampilan itu bukanlah yang

utama jika hubungan konseling individual tidak mencapai rapport. Dengan

demikian proses konseling individual ini tidak dirasakan oleh peserta

konseling (konselor klien) sebagai hal yang menjemukan. Akibatnya

keterlibatan mereka dalam proses konseling sejak awal hingga akhir

dirasakan sangat bermakna dan berguna. Secara umum proses konseling

individual dibagi atas tiga tahapan:


17

a. Tahap awal konseling

Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan

proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah

klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses

konseling tahap awal sebagai berikut :

1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien

Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat

berdiskusi dengan konselor. Hubungan tersebut dinamakan a working

realitionship, yakni hubungan yang berfungsi, bermakna dan berguna.

Keberhasilan proses konseling individu sangat ditentukan oleh

keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci keberhasilan terletak pada:

(pertama) keterbukaan konselor. (kedua) keterbukaan klien, artinya

dia dengan jujur mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan

sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor

yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi

jujur, asli, mengerti, dan menghargai. (ketiga) konselor mampu

melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling. Karena

dengan demikian, maka proses konseling individu akan lancar dan

segera dapat mencapai tujuan konseling individu.

2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah

Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana

klien telah melibatkan diri, berarti kerjasama antara konselor dengan

klien akan dapat mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada
18

pada klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya,

walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang

dialaminya. Karena itu sangatlah penting peran konselor untuk

membantu memperjelas masalah klien. Demikian pula klien tidak

memahami potensi apa yang dimilikinya, maka tugas konselor untuk

membantu mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan

membantu mendefinisikan masalahnya bersama-sama.

3) Membuat penafsiran dan penjajakan

Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan

mengembangkan isu atau masalah, dan merancang bantuan yang

mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi

klien, dan dia proses menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi

antisipasi masalah.

4) Menegosiasikan kontrak

Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal

itu berisi: (a) kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu

pertemuan oleh klien dan apakah konselor tidak keberatan. (b)

Kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya, dan klien apa pula. (c)

kontrak kerjasama dalam proses konseling. Kontrak menggariskan

kegiatan konseling, termasuk kegiatan klien dan konselor. Artinya

mengandung makna bahwa konseling adalah urusan yang saling

ditunjak, dan bukan pekerjaan konselor sebagai ahli. Disamping itu


19

juga mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk

kerja sama dalam proses konseling.

b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)

Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap

awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: (1) penjelajahan

masalah klien, (2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan

penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien.

Adapun tujuan-tujuan dari tahap pertengahan ini yaitu :

1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian

klien lebih jauh. Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar

klienya mempunyai prespektif dan alternatif baru terhadap

masalahnya. Konselor mengadakan reassesment (penilaian

kembali) dengan melibatkan klien, artinya masalah tu dinilai

bersama-sama. Jika klien bersemangat, berarti dia sudah begitu

terlibat dan terbuka. Dia akan melihat masalahnya dari prepektif

atau pandangan yang lain yang lebih objektif dan mungkin pula

berbagai alternatif.

2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Hal ini bisa

terjadi jika: pertama, klien merasa senang terlibat dalam

pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakkan

kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri dan memecahkan

masalahnya. Kedua, konselor berupaya kreatif dengan

keterampilan yang bervariasi, serta memelihara keramahan,


20

empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberi bantuan.

Kreativitas konselor dituntut pula untuk membantu klien

menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun

rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri.

3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kontrak

dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling.

Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan

selalu mengingat dalam pikiranya. Pada tahap pertengahan

konseling ada lagi beberapa strategi yang perlu digunakan

konselor yaitu: pertama, mengkomunikasikan nilai-nilai inti,

yakni agar klien selalu jujur dan terbuka, dan menggali lebih

dalam masalahnya. Karena kondisi sudah amat kondusif, maka

klien sudah merasa aman, dekat, terundang dan tertantang untuk

memecahkan masalahnya. Kedua, menantang klien sehingga dia

mempunyai strategi baru dan rencana baru, melalui pilihan dari

beberapa alternatif, untuk meningkatkan dirinya.

c. Tahap Akhir Konseling (Tahap Tindakan)

Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu :

1) Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor

menanyakan keadaan kecemasanya.

2) Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat,

dan dinamis.
21

3) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program

yang jelas.

4) Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi

diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar,

seperti orang tua, guru, teman, keadaan tidak menguntungkan dan

sebagainya. Jadi klien sudah berfikir realistik dan percaya diri.

Tujuan-tujuan tahap akhir adalah sebagai berikut :

1) Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi

Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena dia sejak awal

sudah menciptakan berbagai alternatif dan mendiskusikanya

dengan konselor, lalu dia putuskan alternatif mana yang terbaik.

Pertimbangan keputusan itu tentunya berdasarkan kondisi objektif

yang ada pada diri dan di luar diri. Saat ini dia sudah berpikir

realistik dan dia tahu keputusan yang mungkin dapat dilaksanakan

sesuai tujuan utama yang ia inginkan.

2) Terjadinya transfer of learning pada diri klien

Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya dan hal-

hal yang membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar

proses konseling. Artinya, klien mengambil makna dari hubungan

konseling untuk kebutuhan akan suatu perubahan.

3) Melaksanakan perubahan perilaku


22

Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikap dan

perilakunya. Sebab ia datang minta bantuan adalah atas kesadaran

akan perlunya perubahan pada dirinya.

4) Mengakhiri hubungan konseling

Mengakhiri konseling harus atas persetujuan klien. Sebelum

ditutup ada beberapa tugas klien yaitu: pertama, membuat

kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses konseling; kedua,

mengevaluasi jalanya proses konseling; ketiga, membuat perjanjian

untuk pertemuan berikutnya. 5

Menurut Tohirin proses pelaksanaan layanan konseling individu

menempuh beberapa tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi kegiatan antara lain:
1) Mengidentifikasi siswa.
2) Mengatur waktu pertemuan.
3) Mempersiapkan tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan
4) layanan.
5) Menetapkan fasilitas layanan.
6) Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan sebagai
berikut:
1) Menerima siswa.
2) Menyelenggarakan penstrukturan.
3) Membahas masalah siswa dengan menggunakan teknik-teknik.
4) Mendorong pengentasan masalah siswa (bisa menggunakan
5) dengan teknik-teknik khusus).
6) Memantapkan komitmen siswa dalam pengentasan masalahnya.
7) Melakukan penilaian segera.
c. Tahap Evaluasi Jangka Pendek

______________
5
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja
gravindo Persada, 2007), h.164.
23

Pada tahap ini guru BK bertugas menganalisis hasil dari


kegiatan tahap perencanaan dan pelaksanaan kemudian menafsirkan
hasil konseling individu yang telah dilaksanakan selama kegiatan
tersebut berlangsung.
d. Tahap Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan guru BK adalah:
1) Menetapkan jenis arah tindak lanjut.
2) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak
terkait.
3) Melaksanakan rencana tindak lanjut.
e. Laporan
Pada tahap ini tugas guru BK adalah:
1) Menyusun laporan layanan konseling individu.
2) Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau
madrasahdari pihak yang terkait.
3) Mendokumentasikan laporan.6
Adapun tahap pelaksanaan layanan konseling individu menurut Sofyan S.

Willis yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Awal Konseling


Tahap ini disebut juga tahap definisi masalah, karena tujuannya adalah
supaya konselor bersama klien mampu mendefinisikan masalah klien yang
ditangkap atau dipilih dari isu-isu atau pesan-pesan klien dalam dialog
konseling. Teknik-teknik konseling yang harus ada pada tahap awal
konseling, yaitu:
1) Attending
Perilaku attending yang baik adalah kombinasi antara mata, bahasa
badan, dan bahasa lisan sebagai bentuk perilaku untuk menghampiri
klien sehingga akan memudahkan pembimbing untuk membuat klien
terlibat pembicaraan dan terbuka.
2) Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan
klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang
klien.
3) Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan adalah ketrampilan konselor untuk dapat
memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil
pengamatan verbal atau non verbal klien.
4) Eksplorasi
Eksplorasi yaitu suatu ketrampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien.
5) Menangkap Pesan Utama (paraphrasing)

______________
6
Tohirin, Bimbingan dan Konseling..., h. 169.
24

Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama


klien secara seksama dengan kalimat yang mudah dan sederhana.
6) Bertanya Terbuka
Pertanyaan terbuka yang baik untuk digunakan adalah diawali dengan
kata-kata: apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dan dapatkah.
7) Mendefinisikan Masalah Bersama Klien
Dalam hal ini pembimbing (konselor) membantu klien untuk
mendefinisikan hasil pembicaraan yang menyangkut permasalahan
klien.
8) Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikatakan klien dan memberi dorongan
singkat.
b. Tahap Pertengahan Konseling
Tahap ini disebut juga tahap kerja, yang bertujuan untuk mengolah
atau mengerjakan masalah klien (bersama klien) yang telah didefinisikan
bersama pada tahap awal tadi. Pada tahap ini teknik-teknik konseling yang
dibutuhkan adalah:
1) Mempimpin
2) Memfokuskan
3) Mendorong
4) Menginformasikan (hanya jika diminta klien)
5) Konfrontasi, yaitu teknik yang digunakan pembimbing untuk
menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi
dalam diri klien kemudian konselor mengumpanbalikkan.
6) Memberi nasehat (hanya jika diminta klien)
7) Menyimpulkan sementara
8) Bertanya terbuka

c. Tahap Akhir Konseling


Tahap ini merupakan tahap tindakan (action), tahap ini bertujuan
agar klien mampu menciptakan tindakan-tindakan positif seperti perilaku
dan emosi, serta perencanaan hidup masa depan yang positif setelah dapat
mengatasi masalahnya. Klien diharapkan akan lebih mandiri, kreatif dan
produktif.
Teknik-teknik konseling yang ada dan diperlukan pada tahap ini
sebagian mencakup yang ada pada tahap awal dan petengahan. Dan secara
spesifik dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Menyimpulkan.
2) Memimpin.
3) Merencanakan dan mengevaluasi.7

______________
7
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori..., h. 239.
25

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan proses konseling ada 3

(tiga) tahapan: (1) Tahap Awal Konseling yaitu tahap definisi masalah,

karena tujuannya adalah supaya konselor bersama klien mampu

mendefinisikan masalah klien yang ditangkap atau dipilih dari isu-isu atau

pesan-pesan klien dalam dialog konseling. (2) tahap pertengahan konseling

yaitu tahap kerja, yang bertujuan untuk mengolah atau mengerjakan

masalah klien (bersama klien) yang telah didefinisikan bersama pada tahap

awal tadi. (3) tahap akhir konseling yaitu tahap tindakan (action), tahap ini

bertujuan agar klien mampu menciptakan tindakan-tindakan positif seperti

perilaku dan emosi, serta perencanaan hidup masa depan yang positif

setelah dapat mengatasi masalahnya.

4. Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Keberhasilan Layanan

Konseling Individual

a. Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Konseling Individual

Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi keberhasilan

pemberian layanan konseling individual, yaitu:

1) Faktor dari Siswa

Dalam proses konseling individual ada beberapa yang harus

dilakukan oleh siswa untuk mendukung keberhasilan konseling yaitu

keadaan awal, maksudnya keadaan sebelum proses konseling dan

keadaan yang menyangkut proses konseling secara langsung, yaitu:


26

a) Siswa harus mempunyai keberanian dan kemampuan untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta masalah yang

sedang dihadapi secara terbuka.

b) Siswa harus termotivasi untuk mencari penyelesaian terhadap

masalah yang sedang dihadapi.

c) Siswa harus mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan apa

yang diputuskan dalam proses konseling.8

2) Faktor dari Guru BK

Seorang guru BK harus itu harus mempunyai tiga kemampuan

yaitu kemampuan mengenal diri sendiri, kemampuan memahami orang

lain dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam proses konseling individual, ada beberapa kondisi yang

harus dilakukan guru BK, yaitu:

a) Guru BK dituntut untuk mampu bersikap simpatik dan empati.

Keberhasilan pembimbing bersimpati dan berempati akan

memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor.

b) Guru BK berpakaian rapi. Kerapian dalam berpakaian sudah

menimbulkan kesan pada siswa bahwa siswa dihormati dan

sekaligus menciptakan suasana agak formal.

c) Guru BK tidak memasang rekaman atas pembicaraannya dengan

siswa, baik berupa rekaman radio ataupun video.

______________
8
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 26.
27

d) Penggunaan sistem janji. Guru BK membuat janji dengan siswa

kapan konseling dapat dilakukan, sehingga siswa tidak perlu

menunggu lama dan tidak kecewa karena konseling tidak dapat

dilakukan.9

3) Faktor dari Kepala Sekolah

a) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan layanan konseling

individual.

b) Menyediakan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam layanan

konseling individual yang efektif.

4) Faktor dari Guru Mata Pelajaran

a) Mengalih tangankan kasus siswa yang perlu konseling dengan guru

BK.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan

konseling individual dari guru BK.

c) Membangun kerjasama dengan guru BK dalam mengidentifikasi

siswa yang memerlukan konseling kepada guru BK.

5) Faktor dari Wali Kelas

a) Memberikan informasi kepada guru BK tentang siswa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus.

b) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa

khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk

mengikuti layanan konseling individual.

______________
9
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi..., h. 28.
28

c) Memantau siswa dalam perkembangannya, sehingga bisa

mengetahui siswa yang memerlukan bantuan dari guru BK.

6) Faktor Setting atau Tempat

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan

konseling individual dalam hal setting (tempat) atau ruangan konseling

yaitu sebagai berikut:

a) Lingkungan fisik dan tempat wawancara berlangsung. Warna cat

tembok yang terang, beberapa hiasan dinding, satu atau dua pot

tumbuhan dan sinar cahaya yang tidak menyilaukan membantu

suasana yang tenang sehingga siswa merasa nyaman di ruang

konseling.

b) Penataan ruangan, misalnya tempat duduk yang memungkinkan

duduk dengan enak sampai agak lama. Susunan tempat duduk guru

BK dan siswa sebaiknya diatur dengan posisi siswa duduk agak ke

samping disisi kiri atau kanan meja dan tidak duduk berhadapan

langsung dengan pembimbing. Jarak antara guru BK dan siswa

adalah antara 1,5 meter, namun tidak ditumbuhkan kesan bahwa

pembimbing dan siswa sedang berkencan. Serta barang atau

perabot yang terdapat di ruang dan di atas meja guru BK diatur

dengan rapi, berkas-berkas yang berserakan di mana-mana dan

ruangan yang tidak bersih, mudah menimbulkan kesan bahwa

siswa adalah orang yang tidak tahu disiplin diri dan sopan santun

terhadap tamu.
29

c) Bentuk bangunan ruangan, yang memungkinkan pembicaraan

secara pribadi (private). Pembicaraan di dalam ruang tidak boleh

didengarkan orang lain di luar ruang, dan orang lain tidak boleh

melihat ke dalam, paling sedikit tidak dapat melihat siswa dari

depan. Hal ini berkaitan erat dengan etika jabatan pembimbing,

yang mengharuskan guru BK untuk menjamin kerahasiaan

pembicaraan dan karena itu merupakan prasyarat. Namun perlu

diingat pertemuan dua orang yang berlainan jenis di ruang tertutup,

harus dijaga jangan sampai timbul kesan-kesan yang dapat

mencemarkan nama baik guru BK dan siswa.10

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan faktor-faktor

yang mempengaruhi proses konseling individu terdiri dari faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan fisik

dan tempat wawancara berlangsung, penataan ruangan, dan bentuk

bangunan ruangan. Sedangkan faktor internal terdiri dari pihak siswa

yang harus termotivasi untuk mencari penyelesaian terhadap masalah

yang sedang dihadapi, harus mempunyai tanggung jawab untuk

melaksanakan apa yang diputuskan dalam proses konseling.

b. Faktor yang Menghambat Keberhasilan Konseling Individual

Faktor-faktor yang mungkin dapat menghambat keberhasilan

pemberian layanan konseling individual, yaitu:

1) Faktor dari Siswa

______________
10
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi..., h. 30.
30

a) Siswa menganggap guru BK di sekolah sebagai polisi sekolah

sehingga siswa tidak berani datang ke guru BK ketika ada masalah.

b) Siswa tidak mempunyai keberanian dan kemampuan untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta masalah yang

sedang dihadapi secara terbuka.

2) Faktor dari Guru BK

a) Guru BK tidak mampu bersikap simpati dan empati terhadap

siswa.

b) Guru BK tidak mampu membangun hubungan yang baik dengan

siswa.

3) Faktor dari Kepala Sekolah

a) Kepala sekolah tidak menyediakan sarana dan prasarana yang

dibutuhkah dalam pemberian layanan konseling individual.

4) Faktor dari Guru Mata Pelajaran

a) Guru mata pelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memperoleh layanan konseling individual dari guru BK.

b) Guru mata pelajaran tidak membangun kerjasama dengan guru BK

dalam menangani permasalahan siswa.

5) Faktor dari Wali Kelas

a) Wali kelas tidak memberikan informasi kepada guru BK tentang

siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus.


31

b) Wali kelas tidak memantau siswa, sehingga tidak bisa mengetahui

siswa yang memerlukan bantuan dari guru BK. 11

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

dapat menghambat keberhasilan layanan individu adalah siswa masih belum

terbuka dalam mengemukakan masalah yang dialaminya, guru BK tidak

bisa membangun hubungan yang baik dengan siswanya sehingga siswa

merasa segan dengan guru BK, guru wali kelas dan guru mata pelajaran

tidak bekerjasama dengan guru BK.

B. Kedisiplinan Siswa

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin merupakan suatu sikap atau perilaku yang pasti diharapkan

oleh setiap pendidik agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik di

dalam kelas maupun di luar kelas dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Inggris Desciple,

discipline, yang artinya penganut atau pengikut. Menurut bahasa, disiplin

adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya); ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainnya. 12

Sedangkan menurut Hadari Nawawi, disiplin diartikan bukan hanya

sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar setiap orang melaksanakan

peraturan atau kehendak kelompok orang-orang tertentu yang disebut

______________
11
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi..., h. 31.
12
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 208.
32

pimpinan. Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan

seseorang sesuai dengan peraturan yang ada. Kemudian disiplin juga

berhubungan dengan pembinaan, pendidikan, serta perkembangan pribadi

manusia.13

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan

adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena

didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya tanpa adanya

paksaan dari pihak luar.

2. Tujuan Kedisiplinan

Sebuah aktivitas yang selalu dilakukan pastilah mempunyai suatu

tujuan. Sama halnya dengan sikap disiplin yang dilakukan oleh seseorang.

Orang melakukan sikap disiplin karena ia mempunyai suatu tujuan yang

hendak dicapai setelah ia melakukan sikap tersebut. Tujuan dari kedisiplinan

agar siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan

bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Tujuan utama dari sebuah sikap

kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk

mengontrol dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan

aktivitas dengan terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk

mengontrol dirinya sendiri, dapat melakukan aktivitas dengan terarahbelajar

______________
13
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1993), h. 128.
33

hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan

lingkungannya.

3. Macam-Macam Kedisiplinan

Disiplin dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Disiplin Positif

Disiplin positif merupakan suatu sikap dan iklim organisasi yang

setiap anggotanya mematuhi peraturan-peraturan organisasi atas

kemauannya sendiri. Mereka patuh pada tata tertib tersebut karena

mereka memahami, meyakini dan mendukungnya. Selain itu mereka

berbuat begitu karena mereka benar-benar menghendakinya bukan

karena takut akan akibat dari ketidakpatuhannya. Dalam suatu organisasi

yang telah menerapkan disiplin positif, beberapa siswa kadang-kadang

melakukan suatu kesalahan yang melanggar tata tertib. Maka akibat yang

ditimbulkan adalah kewajiban dalam menetapkan suatu hukuman. Akan

tetapi hukuman yang diberikan ini bukanlah bermaksud untuk melukai,

akan tetapi yang sesuai dengan prinsip disiplin positif, hukuman tersebut

diberikan untuk memperbaiki dan membetulkan.

b. Disiplin Negatif

Disiplin negatif di sini adalah suatu keadaan disiplin yang

menggunakan hukuman atau ancaman untuk membuat orang-orang

mematuhi perintah dan mengikuti peraturan hukuman. Pendekatan pada

disiplin negatif ini adalah menggunakan hukuman pada pelanggaran


34

peraturan untuk menggerakkan dan menakutkan orang-orang atau siswa

lain sehingga mereka tidak akan berbuat kesalahan yang sama.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan disiplin dapat

dibagi dua yaitu: disiplin positif dan negatif. Disiplin positif adalah

disiplin karna kemauan sendiri tidak ada paksaan dari pihak lain, sedang

disiplin negatif adalah disiplin yang menggunakan hukuman atau

ancaman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti

peraturan.

4. Faktor-Faktor Kedisiplinan Siswa

Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain

yaitu:

a. Anak itu sendiri

Faktor anak itu sendiri mempengaruhi kedisiplinan anak yang

bersangkutan. Oleh karena itu, dalam menanamkan kedisiplinan faktor

anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan

kepribadian yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman

terhadap individu anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh

terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan.

b. Sikap pendidik

Selain faktor anak, sikap pendidik juga mempengaruhi

kedisiplinan anak. Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih

sayang, memungkinkan keberhasilan penanaman kedisplinan pada anak.

Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya anak cenderung lebih


35

patuh kepada pendidik yang bersikap baik. Sebaliknya, sikap pendidik

yang kasar, keras, tidak peduli, dan kurang wibawa akan berdampak

terhadap kegagalan penanaman kedisiplinan di sekolah.

c. Lingkungan

Di samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi

kedisiplinan seseorang. Situasi lingkungan akan mempengaruhi proses

dan hasil pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis,

lingkungan teknis, dan lingkungan sosiokultural. Lingkungan fisik

berupa lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Lingkungan teknis

berupa fasilitas atau sarana prasarana yang bersifat kebendaan; dan

lingkungan sosiokultural berupa lingkungan antar individu yang mengacu

kepada budaya sosial masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut

juga mempengaruhi kedisiplinan seseorang, khususnya siswa.

d. Tujuan

Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh

terhadap kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud disini adalah

tujuan yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman

kedisiplinan kepada siswa dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus

ditetapkan dengan jelas, termasuk penentuan kriteria pencapaian tujuan

penanaman kedisiplinan di sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kedisplinan siswa yaitu: Faktor anak itu

sendiri mempengaruhi kedisiplinan anak yang bersangkutan, Selain


36

faktor anak, sikap pendidik juga mempengaruhi kedisiplinan anak, di

samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi kedisiplinan

seseorang.14

5. Aspek-Aspek Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan siswa terdiri dari tiga aspek, yaitu disiplin dalam

keluarga, disiplin dalam lingkungan sekolah dan disiplin dalam masyakarat.

Berikut penjelasannya :

a. Disiplin Dalam Keluarga

Keluarga merupakan tempat paling utama untuk memulai disiplin

kepada anak. Apabila didalam keluarga sudah ditanamkan disiplin

kepada anak, maka akan lebih mudah pula ditanamkan disiplin di sekolah

maupun di masyarakat. Disiplin dalam keluarga misalnya, bangun pagi,

melaksanakan shalat tepat waktu, merapikan tempat tidur, membersihkan

rumah, sarapan, dan berangkat ke sekolah tepat waktu. Apabila kebiasaan

ini dilakukan oleh anak setiap hari maka anak akan terbiasa tertib dan

disiplin dalam menaati peraturan yang berlaku.

Sebagai siswa hendaknya juga menerapkan disiplin dalam belajar,

misalnya belajar dengan orang tua atau kakak, bahkan dengan teman

apabila menemui kesulitan. Contoh sikap disiplin di rumah antara lain:

(1) menggunakan waktu belajar dengan baik, (2) mengerjakan pekerjaan

rumah (pr) yang diberikan oleh guru, (3) menggunakan waktu untuk

istirahat tidak hanya untuk bermain.

______________
14
Isna Izayati, Skripsi: “ Layanan Konseling Individu Dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa Di Ma Ali Maksum Yogyakarta” (Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga,2017), h. 34.
37

b. Displin Dalam Lingkungan Sekolah

Adapun disiplin sekolah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) berangkat sekolah tepat waktu, (2) melaksanakan tugas yang

diberikan guru, (3) menegakkan disiplin dan tata tertib, (4) menjaga

nama baik sekolah, dan (5) belajar dengan tekun dan penuh tanggung

jawab.

c. Disiplin Dalam Masyarakat

Adapun disiplin dalam masyarakat yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut: (1) membuang sampah pada tempatnya, (2) menjaga

kebersihan lingkungan, (3) menjaga keamanan lingkungan, (4)

kesopanan dalam bertamu, dan (4) mematuhi rambu- rambu lalu lintas.15

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek

kedisplinan ada tiga yaitu: (1) disiplin dalam keluarga misalnya, bangun pagi,

melaksanakan shalat tepat waktu, merapikan tempat tidur, membersihkan

rumah, sarapan, dan berangkat ke sekolah tepat waktu. (2) disiplin disekolah

sekolah contohnya, menaati peraturan sekolah, datang ke sekolah tepat waktu.

(3) disiplin dalam masyarakat contohnya, menjaga keamanan dan kebersihan

lingkungan.

6. Indikator Kediplinan Siswa

Berdasarkan aspek-aspek kedisiplinan yang telah diuraikan di atas,

dapat dikategorikan menjadi lima indikator kedisiplinan siswa sebagai

berikut:
______________
15
Murtini, Akhlak Siswa Terhadap Guru, (Semarang: PT Sindur Press, 2010), h. 11.
38

a. Disiplin masuk sekolah, yaitu aktif masuk sekolah, artinya siswa aktif

berangkat sekolah dan tidak pernah membolos. Ketepatan waktu

masuk sekolah dan kelas, yaitu siswa berangkat sekolah sebelum bel

tanda masuk berbunyi, dan siswa tepat waktu memasuki kelas setelah

jam istirahat.

b. Disiplin dalam mengikuti pelajaran di sekolah, yaitu aktif mengikuti

pelajaran, artinya siswa selalu aktif dalam mengikuti pelajaran di

kelas, tidak menganggu teman saat pelajaran berlangsung, dan

memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, serta

mengerjakan soal latihan yang diberikan guru, baik secara individu

maupun kelompok.

c. Disiplin dalam mengerjakan tugas, yaitu konsisten dan mandiri

mengerjakan tugas yang diberikan guru, artinya siswa tetap konsisten

dan mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan walaupun guru

tidak berada di kelas. Disiplin dalam mengikuti ulangan, maksudnya

siswa dapat menerapkan sikap disiplin dalam ulangan dengan

mengerjakan soal ulangan sendiri, tidak mencontek saat ulangan

berlangsung, dan berusaha mengerjakannya sendiri sesuai kemampuan

yang dimiliki. Mengumpulkan tugas tepat waktu, yaitu siswa mampu

mengerjakan tugas sesuai waktu yang telah ditentukan.

d. Disiplin belajar di rumah, yaitu aktif dan mandiri belajar di rumah,

artinya siswa tetap aktif dan mandiri belajar di rumah tanpa ada

tekanan dari luar. Mengerjakan PR yang diberikan guru, maksudnya


39

siswa mengerjakan PR di rumah bukan di sekolah dan tidak

mencontek PR teman. Meluangkan waktu belajar di rumah secara

optimal, artinya siswa selalu meluangkan waktu untuk belajar di

rumah.

e. Disiplin dalam menaati tata tertib di sekolah, yaitu memakai seragam

sesuai peraturan, artinya siswa memakai seragam sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Mengikuti upacara,

yaitu siswa selalu mengikuti upacara sesuai jadwal yang telah

ditentukan. Membawa peralatan sekolah setiap hari. Menjaga

ketertiban dan kebersihan lingkungan sekolah, artinya siswa selalu

menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan sekolah. Mengerjakan

tugas piket, yaitu siswa selalu mengerjakan tugas piket sesuai

jadwalnya.16

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator

kedisiplinan siswa ada lima yaitu, disiplin masuk sekolah, disiplin mengikuti

pelajaran di sekolah, disiplin dallam mengerjakan tugas, disiplin belajar di

rumah, dan disiplin dalam menaati tata tertib di sekolah.

7. Pentingnya Kedisiplinan Siswa

Guru adalah pendidik yang harus bertanggung jawab untuk

mengarahkan para siswa untuk apa yang baik, menjadi tauladan, sabar dan

penuh pengertian. Guru harus mampu menanamkan serta menumbuhkan jiwa

______________
16
Tu’u Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, (Jakarta: grasindo,
2004), h. 91.
40

disiplin terhadap peserta didik. Untuk itu guru harus mampu melakukan hal-

hal sebagai berikut:

a. Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya.

b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai alat untuk

menegakkan disiplin.17

Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajarkan mengendalikan diri

dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik anak

perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang

dilarang dan tidak boleh dilakukan. Disiplin perlu dalam mendidik anak

dengan mudah untuk dapat :

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam

dalam dirinya.

b. Mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi

kewajibannya dan meninggalkan larangan-larangan.

c. Mengerti dan dapat membedakan tingkah laku yang baik dan tingkah

laku yang buruk.

d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya

peringatan dari orang lain.18

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pentinganya

kedisiplinan bagi siswa agar siswa menegakkan kedisiplinan dalam dirinya


______________
17
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 109.
18
Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 136.
41

mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi kewajibannya

dan meninggalkan larangan-larangan.

8. Ciri-Ciri Kedisiplinan Siswa

Disiplin selain mendidik, juga dapat membuat siswa tahu dan dapat

membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, dan yang tidak sepatutnya

dilakukan. Disiplin yang sudah menyatu dengan diri, maka perbuatan yang

dilakukan tidak dirasakan sebagai beban dan keterpaksaan, melainkan

kewajiban yang harus dilakukan.

Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah atau lembaga

pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Patuh pada peraturan sekolah.

b. Melaksanakan tugasnya yaitu belajar.

c. Teratur masuk sekolah.

d. Tidak membuat gaduh di kelas.

e. Mengerjakan pekerjaan rumah (PR).19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kedisiplinan adalah

mematuhi tata tertib dan peraturan yang ditetapkan.

9. Manfaat Kedisiplinan Siswa

Manfaat kedisiplinan siswa tidak jauh dari tujuan mentaati peraturan

sekolah, sebab keduanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat salah satu

tujuan kedisiplinan adalah agar senantiasa membiasakan diri berbuat sesuai

______________
19
Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 106.
42

aturan. Penanaman sikap disiplin oleh guru di sekolah selalu disertai harapan

agar memberi respon atau manfaat yang baik.

a. Bagi Diri Sendiri

Kedisiplinan diri sendiri dapat memungkinkan orang mencapai

keberhasilan usaha. Misalnya, seorang pelajar yang menginginkan

keberhasilan belajar, maka perlu pengendalian diri dari berbagai

kecenderungan yang dapat menghambat kelancaran usaha tersebut atau

dengan pengaturan waktu yang sangat penting. Dengan demikian

keinginan untuk mencapai keberhasilan seseorang mendorong untuk

berdisiplin diri.

b. Bagi Orang Lain

Selain berguna untuk orang yang bersangkutan, disiplin diri juga

berguna untuk orang lain. Sebagai anggota masyarakat, pola hidup

disiplin dari seseorang akan ditiru oleh orang lain terutama pribadi-

pribadi yang mengalami efek positif dari cara hidup ini.

10. Cara Meningkatkan Kedisiplinan

Agar siswa bertindak disiplin, hendaknya guru memberi contoh atau

teladan kepada siswa tentang kedisiplinan dalam melakukan tugas. Serta

bentuk perilaku yang disimak secara langsung oleh siswa dalam kegiatan

belajar mengajar, yaitu kerajinan, tepatnya datang ke sekolah dan tepat pada

waktu mulai pelajaran.

Untuk meningkatkan kedisiplinan pada anak dapat diusahakan

dengan jalan:
43

a. Dengan Pembiasaan

Anak dibiasakan melakukan sesuatu dengan baik, tertib dan

teratur, misalnya, berpakaian rapi, keluar masuk kelas harus hormat pada

guru, harus memberi salam dan lain sebagainya.

b. Dengan Contoh dan Teladan

Dengan tauladan yang baik atau uswatun hasanah, karena murid

akan mengikuti apa yang mereka lihat pada guru, jadi guru sebagai

panutan murid untuk itu guru harus memberi contoh yang baik.

c. Dengan Penyadaran

Kewajiban bagi para guru untuk memberikan penjelasan-

penjelasan, alasan-alasan yang masuk akal atau dapat diterima oleh anak.

Sehingga dengan demikian timbul kesadaran anak tentang adanya

perintah-perintah yang harus dikerjakan dan larangan-larangan yang

harus ditinggalkan.

d. Dengan Pengawasan atau Kontrol

Bahwa kepatuhan anak terhadap peraturan atau tata tertib

mengenai juga naik turun, dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya

situasi tertentu yang mempengaruhi terhadap anak, adanya anak yang

menyeleweng atau tidak mematuhi peraturan maka perlu adanya

pengawasan atau kontrol yang intensif terhadap situasi yang tidak

diinginkan akibatnya akan merugikan keseluruhan.20

______________
20
Singgih D Gunarasa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.
86.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah jenis penelitian yang berusaha menggali informasi secara

mendalam, serta terbuka terhadap segala tanggapan dan bukan hanya jawaban ya

atau tidak.1 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran

dan melukiskan subjek penelitian pada masa sekarang berdasarkan fakta yang ada

dan tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini dihimpun dengan pengamatan

yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai

catatan-catatan.2

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

pengumpulan data sedalam dan sebanyak-banyaknya. Penelitian ini menggunakan

penelitian dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas dan sistematis

terkait dengan objek yang diteliti dengan memberikan informasi data yang valid

terkait dengan data dan fenomena yang ada di lapangan.3

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sebab

peneliti ingin mendeskripsikan dan menggambarkan bagaimana sebenarnya


______________
1
Sulistiyono, Studi Kualitatif Deskriptif Perilaku Konsumen Rilisan Fisik Vynil Di
Yogyakarta, September 2015. Diakses pada tanggal 22 Januari 2019 dari situs:
https://eprints.uny.ac.id/26552/1/Sulistiyono_09408144042.pdf
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2009), h. 60.
3
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 56.

44
45

implementasi layanan konseling individual dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

B. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif, maka

kehadiran peneliti di lapangan sangat penting secara optimal, peneliti merupakan

instrumen kunci dalam mengungkap makna sekaligus sebagai alat pengumpulan

data.

Adapun keterlibatan peneliti dalam penelitian ini adalah mengamati proses

layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru BK secara langsung atas

izin dari guru BK dan siswa yang bersangkutan, dan kemudian mencatat segala

tahapan yang dilakukan guru BK pada saat pemberian layanan konseling

individual, dan peneliti juga terlibat langsung dalam proses mewawancarai guru

BK tentang strategi guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dan faktor

yang mendukung dan faktor yang menghambat layanan konseling individual

dalam 1`meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

C. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Peneliti memilih

lokasi tersebut dengan alasan mudah dijangkau, serta ingin melihat bagaimana

implementasi konseling individual untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di

SMA Negeri 8 Banda Aceh.


46

D. Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah

sebagian dari populasi.4

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan kita amati dalam penelitian.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili. Dalam

penelitian ini subjek penelitiannya, adalah 4 siswa.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan

kriteria atau penilaian yang diperlukan. Penentuan sampel subjek empat siswa

ditentukan oleh guru BK dan dilihat dari absensi siswa dan buku permasalahan

siswa. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel subjek empat

siswa tersebut sebagai berikut ini:

1. Siswa yang mempunyai masalah kedisiplinan

a. Siswa yang alpa lebih dari tiga kali.

b. Siswa yang sering berada di luar kelas saat jam pelajaran.

c. Siswa yang terlambat.

2. Siswa yang mengikuti konseling individu terkait kedisiplinan

Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tahap

pelaksanaan layanan konseling individual yang dilakukan guru BK dalam

______________
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), h. 21.
47

meningkatkan kedisiplinan siswa yang melanggar tata tertib, strategi guru BK

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, serta faktor pendukung dan penghambat

layanan konseling individual.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar

informasi melalui ide-ide dan tanya jawab dalam sebuah topik permasalahan

yang terjadi.5Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakkan dalam sebuah penelitian lapangan, yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.6

Wawancara dalam penelitian ini ialah berupa pertanyaan- pertanyaan

yang akan diajukan kepada responden untuk diwawancarai mengenai

fenomena yang terjadi dilapangan. Untuk mendapatkan informasi, peneliti

menggunakan wawancara terstruktur dengan 4 orang responden yaitu siswa.

Data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan guru BK adalah

data mengenai tahap pelaksanaan layanan konseling individual dan faktor

pendukung serta penghambat layanan konseling individual, dan strategi guru

BK untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, siswa yang mengikuti konseling

individual terkait dengan kedisiplinan, selain itu wawancara juga dilakukan

untuk melengkapi data mengenai guru BK berdasarkan pendidikan dan

jabatan, data sarana prasarana dan data profil BK. Data yang penulis dapatkan
______________
5
Sugiyono, metode penelitian pendidikan..., h.317.
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 155
48

dari wawancara dengan siswa adalah permasalahan apa yang biasanya

dialami sehingga membutuhkan bantuan guru BK, dan seberapa sering

melakukan konseling individual dan sebagainya.

2. Observasi

Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan

menggunakan indra, terutama indra penglihatan dan indra pendengaran.

Observasi sendiri dapat diartikan pencatatan dan pengamatan secara

sistematis terhadap gejala-gejala yang diselidiki.7Kemudian penulis

melakukan observasi partisipasi pasif yaitu penulis datang ke tempat kegiatan

orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Melalui observasi penulis memperoleh data mengenai proses layanan

konseling indivual yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda

Aceh dan data tentang lokasi penelitian yaitu gambaran umum SMA Negeri 8

Banda Aceh serta gambaran umum BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa gambar atau foto,

dokumen-dokumen atau data-data selama proses penelitian berlangsung yang

dilakukan penulis dalam penelitian ini dan sebagai bukti bahwa telah

dilaksanakannya penelitian di SMA N 8 Banda Aceh.

______________
7
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),
h. 127.
49

F. Prosedur Pengambilan Data.

Memperoleh sejumlah data dalam penelitian ini dilakukan dengan

observasi dan juga wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan pada guru

bimbingan konseling dan juga siswa agar mendapatkan data yang berkenaan

dengan penelitian, memverifikasikan data dengan mengubah dan memperluas

informasi yang diperoleh dari orang lain dengan menggunakan tringulasi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan. Wawancara dimaksudkan untuk

mengetahui tentang implementasi layanan konseling individual dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data Miles dan

Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus dan tuntas sehingga datanya sudah jenuh.8

Terdapat dua tahap dalam menganalisis data yang dilakukan dengan cara, sebagai

berikut:

1. Data Reduction (reduksi data)

Data reduction yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksikan akan

______________
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 335.
50

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Hasil observasi di lapangan kemudian direduksi dengan langkah yang

dilakukan penulis dalam menyederhanakan data, yaitu semua hasil

pengamatan yang diperoleh mengenai lokasi penelitian meliputi gambaran

umum SMA Negeri 8 Banda Aceh gambaran umum BK di SMA Negeri 8

Banda Aceh.

Penulis mencatat kemudian penulis laporkan secara jelas sesuai yang

dibutuhkan dalam penelitian. Langkah yang dilakukan penulis dari hasil

wawancara dalam mereduksi data yaitu dengan mengelompokkan informasi-

informasi yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari guru BK

mengenai tahap pelaksanaan layanan konseling individual serta faktor

pendukung dan penghambat layanan konseling individual dan strategi

layanan konseling individual guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa.

Begitu juga tanggapan siswa dalam mengikuti layanan konseling

individu. Semua data yang diperoleh dari guru BK dan konseli, kemudian

penulis memaparkan informasi yang berkaitan dengan tahap pelaksanaan

konseling individual, dan faktor pendukung serta penghambat konseling

individual dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dan strategi layanan

konseling individual guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

Hasil dokumentasi penulis melakukan reduksi data dengan

memaparkan informasi yang berhubungan dengan penelitian.


51

2. Penyajian data/ Display

Dengan menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu adanya

perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penyajian data

selain menggunakan teks secara naratif, juga dapat berupa bahasa nonverbal

seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel. Penyajian data merupakan

proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau

pengelompokan- pengelompokan yang diperlukan.

3. Conclusion Drawing/Verification

Merupakan usaha melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan data

yang disajikan dari penyajian data. Dalam penelitian ini semua data lapangan

diolah untuk memunculkan deskripsi tentang tahap pelaksanaan konseling

individu, dan faktor pendukung serta penghambat konseling individu dan

strategi guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8

Banda Aceh.

H. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengkaji validitas data yang diperoleh dalam penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi, yakni dalam menguji kredibilitas ini pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.9

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi,
______________
9
Sugiyanto, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.
274.
52

wawancara dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Jadi

triangulasi ini untuk mendapatkan data dari berbagai sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama.10

Keabsahan data yang diperoleh peneliti adalah hasil dari wawancara

kepada 2 orang guru BK, 4 orang siswa dan juga dari hasil observasi dilapangan.

I. Tahap-Tahap Penelitian.

Pada tahap awal peneliti menuju ke lokasi tepatnya di SMA Negeri 8

Banda Aceh. Kemudian peneliti menjumpai guru BK, lalu peneliti meminta izin

kepada guru BK untuk mengobservasi dan mengamati proses layanan konseling

individual yang dilakukan oleh guru BK , kemudian peneliti mewancarai guru BK

dan siswa secara langsung kemudian penulis menanyakan yang sesuai dengan

lembaran- lembaran pertanyaan yang sudah ada, tidak lupa peneliti

mendokumentasi hasil wawancara yang telah dilakukan.

______________
10
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
(2014)., Cet. ke -14, h. 241
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 8 Banda Aceh merupakan sebuah Sekolah Menengah

Atas yang terdapat di Banda Aceh. SMA Negeri 8 Banda Aceh berada di

Jalan Tengku Chik Dipineung Raya, Kota Baru, Kuta Alam, Kota Banda

Aceh, kode pos 23125. Sekolah ini pertama berdiri sejak tahun 2001. SMA

Negeri 8 Banda Aceh telah besrsatus negeri dan telah terakreditasi A.

2. Visi Dan Misi SMA Negeri 8 Banda Aceh

a. Visi Sekolah

Unggul dalam mutu dan berbasis pada IMTAQ yang berwawasan

teknologi.

b. Misi Sekolah

1) Meningkatkan semangat kerja guru.


2) Mengaktifkan MGMP sekolah.
3) Meningkatkan penghayatan dan pemahaman keagamaan.
4) Menumbuhkan kepribadian yang luhur dan berakhlak mulia.
5) Memotifasi warga sekolah sehingga mampu memanfaatkan
teknologi dalam kegiatan pembelajaran.

53
54

3. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana pada SMA Negeri 8 Banda Aceh dapat

dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana pada SMA Negeri 8 Banda Aceh
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Ruang Teori Kelas 24 Ruang
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang
3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Ruang
4 Ruang Tata Usaha 1 Ruang
5 Ruang Dewan Guru 1 Ruang
6 Ruang Bimbingan Konseling 1 Ruang
7 Ruang Perpustakaan 1 Ruang
8 Ruang Perpustakaan 1 Ruang
9 Ruang UKS 1 Ruang
10 Ruang OSIS 1 Ruang
11 Ruang Ibadah (Mushalla) 1 Ruang
12 Ruang Multi Media 1 Ruang
13 Ruang Kesenian 1 Ruang
14 Lab. Kimia 1 Ruang
15 Lab. Biologi 1 Ruang
16 Lab. Fisika 1 Ruang
17 Lab. Komputer 1 Ruang
18 Lab. Bahasa 1 Ruang
19 Lab. Pendidikan Agama dan Islam 1 Ruang
20 Kantin 2 Ruang
21 Kamar Mandi/WC guru 7 Ruang
22 Kamar Mandi/WC siswa 5 Ruang

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan pada SMA Negeri 8 Banda Aceh ini

berusaha mengungkap mengenai implementasi layanan konseling individual

untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Teknik yang dibutuhkan dalam proses

pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi


55

Proses observasi menggunakan panduan observasi agar fakta mengenai

implementasi layanan konseling individual untuk meningkatkan kedisiplinan

siswa. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik wawancara dengan

pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan apa yang hendak diteliti. Wawancara dilakukan secara mendalam agar

data yang dikumpulkan lebih jelas dan lengkap. Ketika proses wawancara

berlangsung, peneliti mencatat jawaban dari para responden dengan menggunakan

alat tulis, peneliti juga menggunakan alat bantu lainnya yaitu dengan merekam

menggunakan handphone agar dapat mempermudah peneliti menulis hasil dari

penelitian. Setelah kurang lebih sebulan melakukan observasi dan wawancara

dengan para responden data-data yang dibutuhkan sudah lengkap, selanjutnya

peneliti melaporkan kepada tata usaha bahwasanya sudah selesai dalam penelitian

agar dikeluarkannya surat keterangan telah melaksanakan penelitian. Hasil

penelitian tersebut diuraikan kedalam penulisan skripsi peneliti. Selanjutnya

peneliti kembali berkonsultasi dengan dosen pembimbing agar mendapatkan

bimbingan dan pengarahan lanjutan untuk hasil penelitian dilapangan.

Adapun data hasil penelitian wawancara dan observasi telah diperoleh dari

responden melalui wawancara dan observasi di sekolah yang nantinya akan

dianalisis secara deskriptif kualitatif. Selanjutnya, peneliti akan membahas tentang

hasil penelitian mengenai proses pelaksanaan layanan konseling individual, faktor

pendukung dan penghambat layanan konseling individual dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa dan bagaimana strategi guru BK dalam meningkatkan


56

kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh berdasarkan pada pernyataan

dari responden yang telah di dapatkan oleh peneliti.

1. Deskripsi Hasil Observasi

Menurut hasil observasi peneliti di SMA Negeri 8 Banda Aceh proses

pelaksanaan layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru BK 1

tahap pertama yang dilakukan adalah tahap pembukaan, tahap ini merupakan

tahap pertama dalam kegiatan konseling individu. Pada tahap ini guru BK

membangun hubungan baik dengan siswa. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini antara lain: menyambut kedatangan siswa, mengajak berbasa-basi

siswa sebentar, dan mempersilahkan konseli untuk mengemukakan

masalah yang ia bicarakan. Tahap kedua yaitu tahap inti kegiatan

(pertengahan). Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan konseling.

Pada tahap ini guru BK masuk kedalam inti permasalahan yang dialami oleh

siswa dan pada tahap ini juga guru BK merespon permasalahan yang

diceritakan oleh siswa. Tahap penutupan (pengakhiran). Pada tahap ini konseli

menyatakan pemantapannya atas keputusan yang diambil. Sedang konselor

mengahiri hubungan pribadi dengan konseli. Kegiatan yang dilakukan dengan

konselor pada tahap ini antara lain: memberikan ringkasan jalannya

pembicaraan, menegaskan kembali keputusan yang diambil konseli, membuat

kontrak perjanjian dengan siswa dan menutup kegiatan konseling.

Adapun proses pelaksanaan layanan konseling individual yang

dilakukan oleh guru BK 2 sama dengan tahap pelaksanaan yang dilakukan

oleh guru BK 1, tahap pertama yaitu tahap pembukaan (tahap awal), pada
57

tahap ini guru BK membangun hubungan baik dengan siswa dengan

menyambut kedatangan siswa, mengajak siswa berbasa-basi, dan

mempersilahkan siswa menceritakan permasalahannya. Tahap kedua yaitu

tahap inti kegiatan (pertengahan), tahap ini merupakan tahap pelaksanaan

kegiatan konseling. Pada tahap ini guru BK masuk ke dalam inti permasalahan

yang dialami oleh siswa dan pada tahap ini juga guru BK merespon

permasalahan yang diceritakan oleh siswa. Tahap penutupan (pengakhiran).

Pada tahap ini konseli menyatakan pemantapannya atas keputusan yang

diambil. Sedang konselor mengahiri hubungan pribadi dengan konseli.

Kegiatan yang dilakukan dengan konselor pada tahap ini antara lain:

memberikan ringkasan jalannya pembicaraan, menegaskan kembali

keputusan yang diambil konseli, membuat kontrak perjanjian dengan siswa

dan menutup kegiatan konseling.

2. Deskripsi Hasil Wawancara

a. Hasil Wawancara dengan Guru BK

Pertanyaan pertama yang diajukan kepada guru BK yaitu

“Bagaimanakah latar belakang pendidikan ibu?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Ibu sekolah dasar di MIN Bireun, SMP-SMA di PGA


Lhoksumawe dan SI nya di Bimbingan Konseling Unsyiah. 1
Guru BK 2 : Ibu sekolah dasar di SD Aceh Selatan, Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 1 Aceh Selatan, Sekolah Menengah Atas
di SMA 7 Bandung dan SI nya di Bimbingan Konseling
Unsyiah.2

______________
1
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
2
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
58

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa latar belakang

pendidikan guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh berasal dari SI

Bimbingan Konseling. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 14 tahun

2005 Bab IV pasal 8 tentang guru dan dosen, mengatakan guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta kemampuan untuk mewujudkan pendidikan

nasional.

Pertanyaan kedua yang diajukan kepada guru BK yaitu “Sudah

berapa lama ibu men/jadi guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1 : Ibu jadi guru BK di sekolah ini kurang lebih sudah 20 tahun.
Guru BK2: Ibu jadi guru BK di sekolah ini kurang lebih 2 tahun,
sebelumnya ibu tugasnya di Aceh Selatan selama 1 tahun
kemudian ngajarnya di SMA Negeri Sawang selama 5 tahun
baru ibu pindah tugas ke SMA Negeri 8 Banda Aceh.3
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa guru BK

yang ada di SMA Negeri 8 Banda Aceh sebanyak 2 orang, yang mana

masing-masing dari guru BK ini sudah menjalani profesi selama bertahun-

tahun. Guru BK 1 sudah menjalankan profesi selama kurang lebih 20

tahun, dan guru BK 2 sudah menjalankan profesi selama 5 tahun di SMA

Negeri 8 Banda Aceh.

Pertanyaan ketiga yang diajukan kepada guru BK yaitu

“Bagaimana pengalaman ibu selama menjadi guru BK di SMA Negeri 8

Banda Aceh?”
______________
3
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
59

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Banyak sekali pengalaman yang ibu dapatkan selama 20


tahun menjadi guru BK di sekolah ini, ada pengalaman
yang menyenangkan dan ada juga yang kurang
menyenangkan, tapi lebih banyak pengalaman- pengalaman
yang menyenangkan, contoh seperti bertemu dengan
orang tua siswa dan bahkan ada yang menjadi saudara.4
Guru BK 2: Banyak pengalaman yang ibu dapatkan selama 2 tahun
menjadi guru BK di sekolah ini, tentunya ada suka dukanya,
tapi kalau ibu lebih banyak sukanya, kita bisa berinteraksi
dengan orang tua siswa dan juga dengan siswa kita lebih
dekat, kalau dukanya mungkin siswa, guru mata pelajaran,
orang tua siswa mungkin tidak bisa menerima BK seperti
apa yang kita harapkan, tapi Alhamdulillah sekarang
banyak yang sudah mengerti dan bisa menerima BK. 5
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pengalaman

guru BK selama menjabat sebagai guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh

ada beberapa pengalaman yang menyenangkan dan ada juga pengalaman

yang kurang menyenangkan.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Bagaimana

perasaan ibu selama menjadi guru BK?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Senang, ibu bisa lebih dekat dengan siswa, apalagi kalau ada
siswa yang datang sendiri ke ruang BK untuk menceritakan
permasalahannya atau menanyakan informasi kepada ibu, ibu
sangat senang, mungkin ada juga suka dukanya yang ibu
alami misalnya ketika menghubungi orang tua siswa kadang
susah karena alamat tidak sesuai dengan biodata yang ada
sama ibu. 6
Guru BK 2: Senang, ibu bisa lebih dekat dengan siswa, siswa datang ke
kita untuk menceritakan permasalahan mereka, kita
berinteraksi dengan mereka.7
______________
4
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
5
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
6
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
7
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November 2019.
60

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa guru BK merasa

senang selama menjalankan profesi yang dijalaninya, dimana juga terdapat

suka duka dalam menjalankan profesi, dan juga guru BK dapat lebih dekat

dengan siswa sehingga membantu permasalahan yang terjadi pada siswa di

lingkungan sekolah.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apa saja

program BK yang ada di SMA Negeri 8 Banda Aceh?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1 : Disini ada program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan,


dan harian.8
Guru BK 2 : Disini ada program tahunan, semesteran, bulanan, dan
mingguan dan harian.9
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa di SMA

Negeri 8 Banda Aceh ada program tahunan, semesteran, bulanan, dan

mingguan dan harian. Hal ini sesuai dengan pendapat Giyono (2010) yakni

jenis program bimbingan dan konseling dibagi menjadi 5 yaitu: program

tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan dan harian.10

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apakah

program tersebut disusun sesuai dengan jangka waktu tertentu?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Iya, biasanya program tahunan dan semester disusun pada


awal tahun ajaran baru, kalau program bulanan disusun setiap

8
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
9
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November 2019.
10
Giyono, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Diktat), (Bandar Lampung: Universitas
Lampung, 2010), h. 45.
61

bulan, program mingguan disusun setiap minggu, dan program


harian disusun setiap hari.11
Guru BK 2: Iya pastinya, kita kan punya perencanaan dari awal apa-apa
saja yang akan kita lakukan, biasanya program tahunan dan
semester disusun pada awal tahun ajaran baru, kalau program
bulanan disusun setiap bulan dan mingguan disusun setiap
minggu dan program harian dibuat setiap hari.12
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa program BK

yang ada di SMA Negeri 8 Banda Aceh di susun sesuai dengan jangka waktu

tertentu yaitu program tahunan dan semester disusun pada awal tahun ajaran

baru, kalau program bulanan disusun setiap bulan dan mingguan disusun

setiap minggu dan program harian dibuat setiap hari.

Program tahunan yaitu program bimbingan dan konseling meliputi

seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu tahun untuk

masing-masing kelas di sekolah/madrasah. Program semesteran yaitu

program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan

kegiatan pendukung selama satu semester untuk masing-masing kelas yang

merupakan jabaran dari program tahunan. Program bulanan merupakan

program bimbingan dan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan

dan kegiatan pendukung selama satu bulan yang merupakan jabaran program

semesteran. Program mingguan merupakan program pelayanan bimbingan

konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung

selama satu minggu yang merupakan jabaran dari program bulanan. Program

harian merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang

dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian


______________
11
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
12
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
62

merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk rencana program

pelayanan/pendukung (RPP).13

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apakah

pemberian layanan konseling individual diberikan secara kondisional?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Iya, ada siswa yang dipanggil dan ada juga siswa yang datang
sendiri, disini lebih banyak siswa yang dipanggil daripada
yang datang sendiri, ada beberapa siswa yang datang sendiri
untuk menceritakan permasalahannya sama ibu, misalnya
permasalahan dengan teman sekelasnya dan ada juga anak
kelas 3 yang datang ke BK untuk menanyakan informasi
tentang perguruan tinggi. 14
Guru BK 2: Iya, ada siswa yang dipanggil dan ada juga siswa yang datang
sendiri, disini lebih banyak siswa yang dipanggil daripada
yang datang sendiri, ada beberapa siswa yang datang sendiri
untuk menceritakan permasalahannya sama ibu, dia merasa
bahwa dia perlu BK.15
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pemberian

layanan konseling individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh diberikan secara

kondisional, yaitu ada siswa yang dipanggil dan ada siswa yang datang

sendiri.

Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada

individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien.16

______________
13
Giyono, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Diktat)... h. 46.
14
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
15
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
16
Prayitno, ErmanAmti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), h. 105.
63

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Masalah apa

saja yang ibu tangani melalui layanan konseling individual?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Masalah belajar seperti masalah nilai, siswa yang alpanya


banyak, sering bolos sekolah, masalah sosial kadang ada
siswa yang berantam dengan temannya, masalah karir dan
masalah pribadi sering juga ibu tangani.17
Guru BK 2: Yang biasa ibu tangani itu masalah belajar seperti masalah
nilai, siswa yang alpanya banyak, sering bolos sekolah,
masalah sosial kadang ada siswa yang berantam dengan
temannya, masalah karir juga karena ibu pegang kelas 3 jadi
permasalahan karir sering ibu tangani.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

permasalahan yang sering ditangani oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda

Aceh, diantaranya masalah belajar, pribadi, sosial dan karir.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Darimanakah

ibu mendapatkan informasi tentang siswa yang bermasalah tersebut?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Ada dari guru mata pelajaran, dari wali kelas, ada juga dari
wakil kesiswaan dan ada juga dari temannya sendiri, kalau
dari guru mata pelajaran biasanya informasi tentang ada
siswa yang bolos saat jam pelajaran, dan kalau dari wali kelas
biasanya tentang siswa yang banyak alpa dan juga siswa yang
bermasalah dengan nilainya. 18
Guru BK 2: Kalau informasi tentang siswa bermasalah itu banyak
sumbernya, kalau masalah belajar itu ada dari guru mata
pelajaran, dari wali kelas, ada juga dari wakil kesiswaan dan
ada juga dari temannya sendiri, dan juga dari absen kelas.
Kalau dari guru mata pelajaran biasanya informasi tentang
ada siswa yang bolos saat jam pelajaran, dan kalau dari wali

______________
17
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
18
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
64

kelas biasanya tentang siswa yang banyak alpa dan juga


siswa yang bermasalah dengan nilainya. 19
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa perlu adanya kerja

sama antara guru BK dengan komponen sekolah seperti guru mata pelajaran,

wali kelas, wakil kesiswaan serta melibatkan teman sebaya siswa untuk

memperoleh informasi tentang siswa-siswa yang bermasalah di lingkungan

sekolah.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Bagaimana

cara ibu mengatasi masalah- masalah yang timbul dengan layanan konseling

individu?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1:Ya kita kasih layanannya sesuai dengan permasalahan yang


dialami siswa, kalau masalah alpa, bolos, merokok, itu kita
panggil ke BK kita kasih bimbingan dan setelah diberikan
bimbingan siswa tersebut membuat perjanjian tidak akan
mengulangi lagi, dan kalau misalnya siswa tersebut masih
mengulanginya maka akan kita panggil lagi dan kita juga akan
panggil orang tua siswa. Kalau masalah keluarga masalah
pribadi itu lain lagi cara penanganannya.20
Guru BK 2: Ya kita panggil dia dulu kita kasih layanannya sesuai dengan
permasalahan yang dialami siswa, ketika ibu sebagai guru BK
tidak mampu mengatasi masalah siswa tersebut kita panggil
orang tua siswa dulu, kalau misalnya tidak ada perubahan
maka ibu alih tangan kasus ke wakil kesiswaan.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penanganan

yang dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa

bervariasi sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh siswa. Cara yang

sering digunakan yaitu dengan memberikan layanan konseling individual dan

______________
19
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
20
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
65

apabila pada diri siswa tidak ada perubahan, maka guru BK mengalih

tangankan siswa tersebut kepada pihak kesiswaan.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apa saja

hambatan layanan konseling individu yang ibu alami selama menjadi guru

BK?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1:Kadang-kadang ada anak yang susah mengungkapkan


masalahnya, kalau dia hanya diam saja waktu ditanya, itu agak
susah ibu menyelesaikan masalahnya karena dia tidak terbuka
dengan kita.21
Guru BK 2: Hambatannya kadang-kadang siswa yang kita panggil tidak
mau ke ruang BK dan ada anak-anak yang susah
mengungkapkan masalahnya, dan kalau kita panggil orang tua
belum tentu orang tua mau datang ke sekolah.22
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

hambatan yang dialami oleh guru BK dalam layanan konseling individual,

dimana hambatan tersebut ada di dalam diri siswa seperti tidak adanya

keinginan dari siswa tersebut untuk dapat hadir dalam layanan konseling

individual dan juga tidak ada keterbukaan antara siswa terhadap guru BK.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Bagaimana

bentuk pelaksanaan bimbingan konseling yang ibu berikan terhadap

penanganan masalah kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Kalau untuk masalah kedisiplinan siswa bentuk


pelaksanaannya kita sesuaikan dengan tata tertib yang
telah ditetapkan di sekolah, jadi kita tugaskan kepada

______________
21
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
22
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
66

mereka seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah


seperti datang ke sekolah jam 7.30 wib, baju harus
dimasukin kedalam, sepatu warna hitam dan
sebagainya.23
Guru BK 2: Kalau untuk masalah kedisiplinan siswa bentuk
pelaksanannya kita sesuaikan dengan tata tertib yang
telah ditetapkan disekolah, jadi kita bekerja sama
dengan pihak sekolah untuk menerapkan disiplin itu
sendiri.24
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

guru BK dalam memberikan layanan konseling individual di sesuaikan

dengan tata tertib sekolah dan permasalahan siswa yang terjadi di dalam

lingkungan sekolah, sehingga pelaksanaannya tidak lepas dari tanggung

jawab stakeholder sekolah yang ada.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apa saja

strategi ibu dalam menangani masalah kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8

Banda Aceh?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Kita pantau terus siswa kalau ada siswa yang melanggar
aturan sekolah itu kita kasih pemahaman kepada mereka
agar tidak melanggar tata tertib. Ada juga strategi ibu dalam
mengatasi siswa yang telat dan siswa yang banyak alpa itu
ibu buat absen khusus untuk mereka, jadi mereka setiap
pagi harus absen dulu ke ruang BK.25
Guru BK 2: Kita pantau terus siswa kalau ada siswa yang melanggar
aturan sekolah itu kita kasih pemahaman kepada mereka
agar tidak melanggar tata tertib. Kalau misalnya siswa udah
kita kasih pemahaman tidak ada perubahan misalnya siswa
yang sering bolos, sering alpa itu kita akan panggil orang
tua siswa.26

______________
23
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
24
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
25
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
26
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
67

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa bekerja sama

dengan pihak sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, bekerja sama

dengan orang tua siswa, menerapkan aturan sekolah yang berlaku kepada

siswa,memberi arahan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah ,memberi

pengetahuan tentang disiplin kepada siswa, dan memantau siswa agar tidak

melanggar aturan sekolah dan memberikan layanan konseling individual.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apakah ibu

bekerja sama dengan pihak lain untuk menangani masalah kedisiplinan siswa

di SMA Negeri 8 Banda Aceh?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Iya, kita bekerja sama dengan guru-guru dan wakil kesiswaan
yang terutama.27
Guru BK 2: Iya, kita bekerja sama dengan guru-guru dan wakil kesiswaan
yang terutama dan juga kita bekerjasama dengan orang tua
siswa.28
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa adanya kerja

sama antara guru BK dengan stekholder sekolah dalam menangani masalah

kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 ayat 7 Kode Etik Guru

disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat

kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini berarti bahwa: (1) Guru

hendaknya menciptakan dan memlihara hubungan sesama guru dalam

lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara

______________
27
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
28
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
68

semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar

lingkungan kerjanya.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apakah

layanan konseling individual efektif dalam menangani kedisiplinan siswa?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Sejauh ini layanan individual efekftif dalam mengatasi


permasalahan kedisiplinan siswa.29
Guru BK 2 : Efektif, karena dengan layanan konseling individual kita face
to face dengan siswa dalam memberikan layanan.30
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa layanan

konseling individual efektif dalam menangani masalah kedisiplinan siswa di

SMA Negeri 8 Banda Aceh.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rabiyatul

adawiyah “Implementasi Layanan Konseling Individual Dalam

Mengentaskan Masalah di SMA Swasta Al-Ulum”, yang mana

kesimpulannya permasalahan kedisiplinan, keluar dari jam pelajaran, masalah

pribadi, dan adapula masalah dengan teman sebayanya. Masalah tersebut

dapat ditangani oleh guru bimbingan konseling dengan baik melalui layanan

konseling individual.31

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Adakah perubahan

kedisplinan siswa setelah diberikan layanan konseling individual?”

Adapun jawaban dari:

______________
29
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
30
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
31
Rabiyatul Adawiyah, “Implementasi Layanan Konseling Individual Dalam
Mengentaskan Masalah di SMA Swasta Al-Ulum”. Jurnal Skripsi, Maret 2016.
69

Guru BK 1: Ada perubahan, jadi ketika kita beri layanan individual kita
langsung bertatap muka langsung dengan siswa lalu kita beri
pemahaman, kita sadarkan siswa bahwa selama ini apa yang
dia perbuat salah dan banyak siswa yang berubah.32
Guru BK 2: Ada perubahan, jadi ketika kita beri layanan individual kita
langsung bertatap muka langsung dengan siswa lalu kita beri
pemahaman, misalnya seperti siswa yang suka membolos,
kita sadarkan siswa bahwa selama ini apa yang dia perbuat
salah dan banyak siswa yang berubah.33
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa adanya

perubahan tingkah laku siswa setelah diberikan layanan konseling individual.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada guru BK “Apa saja

faktor pendukung dan penghambat layanan konseling individual dalam

mengatasi kedisiplinan siswa?”

Adapun jawaban dari:

Guru BK 1: Kalau faktor pendukungnya guru mata pelajaran, guru wali


kelas dan wakil kesiswaan itu kita bekerja sama dengan kita
dalam mengatasi masalah kedisiplinan, kalau faktor
penghambatnya itu lebih ke siswa.34
Guru BK 2: Kalau faktor pendukungnya kepala sekolah, guru mata
pelajaran, guru wali kelas, wakil kesiswaan dan orang tua
siswa itu kita bekerja sama dengan kita dalam mengatasi
masalah kedisplinan, kalau faktor penghambatnya itu lebih ke
siswa, siswa kurang kesadaran dalam dirinya. 35
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung layanan konseling individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh yaitu

adanya kerja sama antara guru BK dan kepala sekolah, wakil kesiswaan, guru

wali kelas, guru mata pelajaran dan orang tua siswa dalam mendukung

______________
32
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
33
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
34
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 1 pada tanggal 9 November 2019.
35
Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling 2 pada tanggal 11 November
2019.
70

pelaksanaan layanan Bimbingan Konseling yang ada di SMA Negeri 8 Banda

Aceh. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan layanan konseling individu

yaitu ada pada siswa, siswa tidak mau secara terbuka menceritakan

permasalahannya, dan juga kurangnya kesadaran diri siswa untuk mau

menjadi pribadi yang lebih baik.

b. Hasil Wawancara dengan Siswa

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa yang ada di

SMA Negeri 8 Banda Aceh yang mana siswa-siswa tersebut berada di kelas

yang berbeda. Inisial siswa serta kelas dari masing-masing siswa yaitu : siswa

BF dari kelas XII IPS 3 yang berjumlah 1 orang, siswa AA dan AN dari kelas

X IPA 3 yang berjumlah 2 orang, dan siswa MA dari kelas XII IPS 2 yang

berjumlah 1 orang. Hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa dapat

dilihat di bawah ini:

Pertanyaan pertama yang diajukan kepada siswa “Berapa kali anda ke

ruang BK?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF : Sudah sering, saya lupa berapa kali tapi yang pasti lebih dari
tiga kali.36
Siswa AA : Baru ini pertama kali.37
Siswa AN : Baru sekali.38
Siswa MA : Sudah sering, saya lupa berapa kali.39

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dimana

terdapat siswa-siswa yang sudah pernah 1 kali atau bahkan ada yang yang
______________
36
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019.
37
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
38
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
39
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 21 November 2019
71

lebih dari beberapa kali masuk ke ruang BK untuk mengikuti layanan

konseling individual.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa 1 “Apakah anda

datang sendiri atau dipanggil sama guru BK?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF: Dipanggil sama guru BK.


Siswa AA: Dipanggil sama guru BK.
Siswa AN: Dipanggil sama guru BK.
Siswa MA: Dipanggil sama guru BK.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa keempat siswa

tersebut rata-rata dipanggil ke ruang BK.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Permasalahan

apa yang anda alami sehingga dipanggil ke ruang BK?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF : Masalah alpa sama ketahuan merokok di sekolah.40


Siswa AA: Saya banyak alpa karena sering bolos sekolah.41
Siswa AN: Saya banyak alpa.42
Siswa MA: Saya sering telat, biasa saya tidak masuk sekolah kalau pintu
pagarnya sudah ditutup.43
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masalah yang

sering dialami siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh diantaranya banyak alpa,

sering terlambat, sering bolos dan ketahuan merokok.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Bagaimana

bentuk tindakan/layanan yang diberikan guru BK terhadap permasalahan

anda?”
______________
40
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
41
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
42
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
43
Hasil wawancara dengan siswa 4 pada tanggal 21 November 2019
72

Adapun jawaban dari:

Siswa BF : Saya dipanggil keruang BK terus ditanya kenapa saya sering


tidak datang ke sekolah, nanti beri pemahaman sama guru BK,
terus nanti saya disuruh buat surat perjanjian bahwa saya tidak
akan mengulanginya lagi.44
Siswa AA: Saya dipanggil keruang BK terus beri pemahaman dan nasehat
sama guru BK, terus nanti saya disuruh buat surat perjanjian
bahwa saya tidak akan mengulanginya lagi.45
Siswa AN: Saya dipanggil ke ruang BK terus ditanya kenapa saya sering
tidak datang ke sekolah dan saya disuruh menceritakan kenapa
saya tidak sekolah, setelah saya menceritakan
permasalahannya guru BK memberi pemahaman atau nasehat
kepada saya, dan setelah itu saya disuruh buat surat perjanjian
bahwa saya tidak akan mengulanginya lagi, kalau saya
mengulanginya lagi saya akan dipanggil orang tua. 46
Siswa MA: Saya dipanggil keruang BK terus ditanya kenapa saya sering
telat dan sering tidak masuk sekolah, nanti diberi pemahaman
oleh guru BK, terus nanti saya disuruh buat surat perjanjian
bahwa saya tidak akan mengulanginya lagi, kalau saya
mengulanginya lagi saya akan dipanggil orang tua. 47
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa tindakan atau

layanan yang diberikan guru BK dalam penanganan masalah siswa adalah

yang pertama pemanggilan siswa, kemudian mengajukan beberapa

pertanyaan kepada siswa, dan selanjutnya memberikan pemahaman atau

nasehat kepada siswa, dan setelah itu guru BK membuat kontrak (berupa

perjanjian dengan siswa). Ini sesuai dengan pendapat

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Bagaimana usaha guru

BK dalam memberikan layanan konseling individu kepada anda?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF : Guru BK berusaha memberi pemahaman kepada saya bahwa


apa yang saya perbuat itu tidak baik, dan juga berusaha agar
______________
44
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
45
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
46
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
47
Hasil wawancara dengan siswa 4 pada tanggal 21 November 2019
73

saya sadar bahwa apa yang selama ini saya perbuat itu salah
dan saya harus mengubahnya.48
Siswa AA : Guru BK berusaha memberi pemahaman kepada saya dan
menyadarkan saya bahwa apa yang saya perbuat itu tidak
baik.49
Siswa AN : Guru BK menyadarkan saya bahwa apa yang saya lakukan
selama ini salah.50
Siswa MA : Guru BK berusaha memberi pemahaman kepada saya bahwa
apa yang saya perbuat itu tidak baik, dan juga guru BK
memberikan solusi atau cara kepada saya agar saya tidak
telat lagi datang ke sekolah.51
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa guru BK

berusaha memberi pemahaman kepada siswa dan berasaha mengarahkan

siswa kearah yang lebih baik.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa ”Bagaimana

permasalahan anda setelah diberikan layanan konseling individu, apakah

masalah anda tertuntaskan?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF: Alhamdulillah tertuntaskan.52


Siswa AA: Alhamdulillah tertuntaskan, saya sudah berjanji tidak akan
bolos sekolah lagi.53
Siswa AN: Alhamdulillah tertuntaskan. Saya sekarang tidak banyak alpa
lagi, saya sudah rajin sekolah.54
Siswa MA: Alhamdulillah tertuntaskan. Setelah saya mengikuti saran
dari guru BK Alhamdulillah saya sudah tidak sering telat
lagi.55
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa konseling

individual mampu mengentaskan permasalahan siswa di SMA Negeri 8

Banda Aceh.
______________
48
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
49
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
50
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
51
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
52
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
53
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
54
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
55
Hasil wawancara dengan siswa 4 pada tanggal 21 November 2019
74

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Bagaimana

perasaan anda setelah megikuti layanan tersebut?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF: Senang, saya lega setelah saya menceritakan permasalahan


saya ke guru BK.56
Siswa AA: Saya merasa lebih tenang. 57
Siswa AN: Senang, saya lega setelah saya menceritakan apa yang saya
pendam sendiri kepada guru BK dan saya dikasih solusinya
sama guru BK.58
Siswa MA: Senang.59
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa merasa

senang, lega, dan puas setelah mengikuti layanan konseling individual.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Adakah manfaat

yang anda peroleh setelah diberikan layanan bimbingan konseling mengenai

masalah kedisiplinan?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF: Ada, setelah saya diberikan layanan konseling sama guru BK
saya tidak banyak alpa lagi, saya juga tidak merokok lagi di
sekolah, manfaat lainnya saya bisa lebih dekat dengan guru
BK.60
Siswa AA: Ada, setelah saya diberikan layanan konseling sama guru BK
saya tidak bolos sekolah lagi, manfaat lainnya saya bisa lebih
dengan dekat guru BK dan juga pelajaran tidak ada yang
tertinggal lagi.61
Siswa AN: Ada, setelah saya diberikan layanan konseling sama guru BK
saya tidak banyak alpa lagi dan saya juga jadi lebih dekat
dengan guru BK.62
Siswa MA: Ada, setelah saya diberikan layanan konseling sama guru BK
saya tidak telat lagi datang ke sekolah dan tidak banyak alpa
______________
56
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
57
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
58
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
59
Hasil wawancara dengan siswa 4 pada tanggal 21 November 2019
60
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
61
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
62
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
75

lagi, dan Alhamdulillah sekarang shalat subuh saya tidak


tinggal lagi selama saya diberi layanan sama guru BK.63
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa

mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan juga siswa

merasa lebih dekat lagi dengan guru BK.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Bagaimana

kritik dan saran anda terhadap guru layanan yang diberikan oleh guru BK?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF: Tidak ada kritikan dari saya, menurut saya apa yang dilakukan
sama guru BK disini sudah sangat baik.64
Siswa AA: Apa yang diberikan sama guru BK sudah bagus, semoga
kedepannya lebih bagus lagi.65
Siswa AN: Tidak ada kritikan dari saya, menurut saya apa yang dilakukan
sama guru BK disini sudah sangat baik.66
Siswa MA: Tidak ada kritikan dari saya, menurut saya apa yang dilakukan
sama guru BK disini sudah sangat baik.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penilaian

siswa tentang konseling individual yang diberikan guru BK di SMA Negeri 8

Banda Aceh sudah baik.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada siswa “Apa pesan/

harapan yang ingin anda sampaikan kepada guru BK tentang pemberian

layanan konseling individu?”

Adapun jawaban dari:

Siswa BF: Pesan saya semoga ibu jangan pernah bosan membimbing
kami.67

______________
63
Hasil wawancara dengan siswa 4 pada tanggal 21 November 2019
64
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
65
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
66
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
67
Hasil wawancara dengan siswa 1 pada tanggal 19 November 2019
76

Siswa AA: Pesan saya semoga ibu jangan pernah bosan membimbing kami
sampai kami lulus.68
Siswa AN: Pesan saya semoga ibu jangan pernah bosan membimbing kami.69
Siswa MA: Pesan saya semoga ibu jangan pernah bosan membimbing dan
menasehati kami.70
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa

mengharapkan guru BK tetap membimbing mereka, ada atau tidak adanya

permasalahan yang dihadapi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Pelaksanaan Layanan Konseling Individual di SMA Negeri 8


Banda Aceh.
Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti proses

pelaksanaan layanan konseling individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh

sudah berjalan dengan baik. Proses pelaksanaan layanan konseling individual

yang dilakukan oleh guru BK 1 dan guru BK 2 hampir sama. Pelaksanaan

layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8

Banda Aceh ada 3 tahap yaitu tahap pembukaan, tahap inti dan tahap

pengakhiran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno bahwa “Secara

menyeluruh dan umum, proses pelaksanaan layanan konseling perorangan

terentang dari kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, dapat dipilah

dalam lima tahap, yaitu tahap pengantaran, penjajakan, penafsiran,

pembinaan, dan penilaian.71

______________
68
Hasil wawancara dengan siswa 2 pada tanggal 19 November 2019
69
Hasil wawancara dengan siswa 3 pada tanggal 20 November 2019
70
Hasil wawancara dengan siswa 4 pada tanggal 21 November 2019
71
Prayitno,Seri Layanan Konseling,(Padang,: Universitas Negeri Padang, 2004) h. 25.
77

Pada tahap pembukaan guru BK membangun hubungan dengan siswa

yaitu dengan menyambut kedatangan siswa, mengajak berbasa basi agar

siswa tidak canggung dalam mengungkapkan pemasalahannya dan pada tahap

ini juga guru mempersilahkan siswa mengungkapkan permasalahannya. Pada

tahap inti guru BK menjelajahi lebih dalam permasalahan siswa, dan juga

pada tahap ini guru BK menentukan teknik konseling apa yang cocok

diberikan untuk pemasalahan siswa tersebut.

Teknik yang biasa digunakan oleh guru BK di sekolah ini adalah

dorongan minimal, menyimpulkan sementara, pemberian contoh pribadi,

ajakan memikirkan yang lain dan pemberian nasehat, pemberian nasehat

diberikan jika siswa memintanya. Tahap yang terakhir adalah pengakhiran,

pada tahap ini siswa mengatakan keputusan yang telah diambil dan guru BK

menyimpulkan hasil konseling dan kemudian guru membuat kontrak

perjanjian dengan siswa dan guru mengakhiri proses konseling.

Hasil observasi mengungkapkan bahwa proses pelaksanaan layanan

konseling individual yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda

Aceh sesuai dengan pendapat Sofyan S.Willis. Adapun proses pelaksanaan

layanan konseling individual menurut Sofyan S. Willis yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Awal Konseling

Tahap ini disebut juga tahap definisi masalah, karena tujuannya

adalah supaya konselor bersama klien mampu mendefinisikan masalah

klien yang ditangkap atau dipilih dari isu-isu atau pesan-pesan klien
78

dalam dialog konseling. Teknik-teknik konseling yang harus ada pada

tahap awal konseling, yaitu:

1) Attending

Perilaku attending yang baik adalah kombinasi antara mata, bahasa

badan, dan bahasa lisan sebagai bentuk perilaku untuk menghampiri

klien sehingga akan memudahkan pembimbing untuk membuat klien

terlibat pembicaraan dan terbuka.

2) Empati

Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan

klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang

klien.

3) Refleksi Perasaan

Refleksi perasaan adalah ketrampilan konselor untuk dapat

memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil

pengamatan verbal atau non verbal klien.

4) Eksplorasi

Eksplorasi yaitu suatu ketrampilan konselor untuk menggali perasaan,

pengalaman, dan pikiran klien.

5) Menangkap Pesan Utama (paraphrasing)

Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama

klien secara seksama dengan kalimat yang mudah dan sederhana.


79

6) Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka yang baik untuk digunakan adalah diawali dengan

kata-kata: apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dan dapatkah.

7) Mendefinisikan Masalah Bersama Klien

Dalam hal ini pembimbing (konselor) membantu klien untuk

mendefinisikan hasil pembicaraan yang menyangkut permasalahan

klien.

8) Dorongan Minimal

Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat

terhadap apa yang telah dikatakan klien dan memberi dorongan

singkat.

b. Tahap Pertengahan Konseling

Tahap ini disebut juga tahap kerja, yang bertujuan untuk mengolah

atau mengerjakan masalah klien (bersama klien) yang telah didefinisikan

bersama pada tahap awal tadi. Pada tahap ini teknik-teknik konseling yang

dibutuhkan adalah:

1) Memimpin

2) Memfokuskan

3) Mendorong

4) Menginformasikan (hanya jika diminta klien)


80

5) Konfrontasi, yaitu teknik yang digunakan pembimbing untuk

menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi

dalam diri klien kemudian konselor mengumpan balikkan.

6) Memberi nasehat (hanya jika diminta klien)

7) Menyimpulkan sementara

8) Bertanya terbuka

c. Tahap Akhir Konseling

Tahap ini merupakan tahap tindakan (action), tahap ini bertujuan

agar klien mampu menciptakan tindakan-tindakan positif seperti perilaku

dan emosi, serta perencanaan hidup masa depan yang positif setelah dapat

mengatasi masalahnya. Klien diharapkan akan lebih mandiri, kreatif dan

produktif.

Teknik-teknik konseling yang ada dan diperlukan pada tahap ini

sebagian mencakup yang ada pada tahap awal dan petengahan. Dan secara

spesifik dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Menyimpulkan.

2) Memimpin.

3) Merencanakan, dan mengevaluasi.72

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri 8 Banda Aceh

tentang proses pelaksanaan layanan konseling individual dapat

disimpulkan bahwa proses pelaksanaan layanan konseling individual yang

dilakukan oleh guru BK hampir sama dengan teori diatas, kejadian yang

______________
72
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori,,,h. 239.
81

terjadi di lapangan ada beberapa poin yang tidak digunakan seperti yang

terdapat pada teori di atas, tetapi kegiatan konseling individual yang

diberikan oleh guru BK tetap berjalan dengan baik, melihat adanya

perubahan yang ditunjukan oleh siswa setelah pemberian layanan. maka

dapat diartikan bahwa layanan konseling individual tersebut efektif dalam

mengatasi kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Berdasarkan

hasil wawancara dengan siswa-siswa yang mengikuti layanan konseling

individual dapat disimpulkan bahwa dengan mengikuti layanan konseling

individual permasalahan yang dialami oleh siswa tertuntaskan dan juga

dengan mengikuti layanan konseling individual timbul kesadaran dalam

diri siswa untuk menjadi yang lebih baik.

1. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Keberhasilan Layanan

Konseling Individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung

layanan konseling individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh yaitu adanya

kerja sama antara guru BK dan kepala sekolah, wakil kesiswaan, guru wali

kelas, guru mata pelajaran dan orang tua siswa dalam mendukung

pelaksanaan layanan Bimbingan Konseling yang ada di SMA Negeri 8

Banda Aceh.

Kerja sama disini yang lakukan oleh kepala sekolah yaitu menyiapkan

sarana dan prasarana untuk mendukung layanan konseling individual.

Adapun kerja sama yang dilakukan guru wali kelas dan guru mata

pelajaran dalam mendukung keberhasilan layanan konseling individual


82

yaitu, memberikan informasi kepada guru BK tentang siswa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus, membantu memberikan kesempatan dan

kemudahan bagi siswa khususnya di kelas yang menjadi tanggung

jawabnya untuk mengikuti layanan konseling individual.

Adapun bentuk kerja sama orang tua siswa dalam mendukung

keberhasilan layanan konseling individual yaitu dengan memenuhi

panggilan dari gru BK untuk datang ke sekolah dan juga orang tua

memantau anaknya di luar perkarangan sekolah.

Sedangkan faktor penghambat keberhasilan layanan konseling

individu yaitu ada pada siswa, siswa tidak mau secara terbuka

menceritakan permasalahannya, dan juga kurangnya kesadaran diri siswa

untuk mau menjadi pribadi yang lebih baik. Adapun faktor penghambat

lainnya yaitu tidak semua orang tua siswa mau bekarja sama dengan guru

BK, ada orang tua siswa yang tidak mau datang ke sekolah ketika

dipanggil sama guru BK.

Dari hasil wawancara di atas bahwa faktor pendukung dan

penghambat layanan konseling individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh

sesuai dengan pernyataan Belkin. Menurut Belkin, dalam buku yang ditulis

oleh Fenti Hikmawati yang berjudul Bimbingan dan Konseling edisi revisi

menyatakan bahwa faktor pendukung dan penghambat layanan konseling

individual yaitu:

a. Faktor Pendukung Keberhasilan Layanan Konseling Individual


83

Faktor keberhasilan layanan konseling individual pada umumnya

terjadi karena beberapa faktor, yaitu: (1) faktor dari siswa, siswa harus

mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan pikiran

dan perasaannya serta masalah yang sedang dihadapi secara terbuka, (2)

Faktor dari Guru BK, Seorang guru BK harus itu harus mempunyai tiga

kemampuan yaitu kemampuan mengenal diri sendiri, kemampuan

memahami orang lain dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain,

Guru BK dituntut untuk mampu bersikap simpatik dan empati.

Keberhasilan pembimbing bersimpati dan berempati akan memberikan

kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor, Guru BK berpakaian rapi.

Kerapian dalam berpakaian sudah menimbulkan kesan pada siswa bahwa

siswa dihormati dan sekaligus menciptakan suasana agak formal,

Penggunaan sistem janji. Guru BK membuat janji dengan siswa kapan

konseling dapat dilakukan, sehingga siswa tidak perlu menunggu lama dan

tidak kecewa karena konseling tidak dapat dilakukan.73 (3) Faktor dari

kepala sekolah, kepala sekolah mempertanggung jawabkan pelaksanaan

layanan konseling individual, menyediakan prasarana dan sarana yang

dibutuhkan dalam layanan konseling individual yang efektif. (4) Faktor

dari guru mata pelajaran, mengalih tangankan kasus siswa yang perlu

konseling dengan guru BK, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperoleh layanan konseling individual dari guru BK, Membangun

kerjasama dengan guru BK dalam mengidentifikasi siswa yang

______________
73
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi, h. 28.
84

memerlukan konseling kepada guru BK. (5) Faktor dari Wali Kelas,

memberikan informasi kepada guru BK tentang siswa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus, membantu memberikan kesempatan dan

kemudahan bagi siswa khususnya di kelas yang menjadi tanggung

jawabnya untuk mengikuti layanan konseling individual, memantau siswa

dalam perkembangannya, sehingga bisa mengetahui siswa yang

memerlukan bantuan dari guru BK.

b. Faktor yang Menghambat Keberhasilan Layanan Konseling Individual

Faktor-faktor yang mungkin dapat menghambat keberhasilan

pemberian layanan konseling individual, yaitu: (1) Faktor dari Siswa,

siswa menganggap guru BK di sekolah sebagai polisi sekolah sehingga

siswa tidak berani datang ke guru BK ketika ada masalah, Siswa tidak

mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan pikiran

dan perasaannya serta masalah yang sedang dihadapi secara terbuka. (2)

Faktor dari guru BK, guru BK tidak mampu bersikap simpati dan empati

terhadap siswa, guru BK tidak mampu membangun hubungan yang baik

dengan siswa. (3) Faktor dari kepala sekolah, kepala sekolah tidak

menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkah dalam pemberian

layanan konseling individual.(4) Faktor dari guru mata pelajaran, guru

mata pelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperoleh layanan konseling individual dari guru BK, guru mata

pelajaran tidak membangun kerjasama dengan guru BK dalam menangani

permasalahan siswa. (5) Faktor dari wali kelas, wali kelas tidak
85

memberikan informasi kepada guru BK tentang siswa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus, wali kelas tidak memantau siswa, sehingga

tidak bisa mengetahui siswa yang memerlukan bantuan dari guru BK. 74

2. Strategi Guru BK dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMA

Negeri 8 Banda Aceh

Dalam meningkatkan kedisIplinan siswa ada beberapa strategi yang

dilakukan oleh guru BK, yaitu:

a. Bekerja sama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

b. Bekerja sama dengan orang tua siswa

c. Menerapkan aturan sekolah yang berlaku kepada siswa

d. Memberi arahan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah

e. Memberi pengetahuan tentang disiplin kepada siswa

f. Memantau siswa agar tidak melanggar aturan sekolah

g. Memberikan layanan konseling individual

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 8 Banda

Aceh dapat disimpulkan bahwa strategi yang diberikan oleh guru BK dalam

meningkatkan kedisiplinan bervariasi, dimana guru BK bekerja sama dengan

pihak sekolah ataupun stakeholder sekolah untuk mencapai kedisiplinan siswa,

lalu guru BK memantau perkembangan siswa di dalam lingkungan sekolah,

sehingga apabila ada siswa yang melakukan pelanggaran, maka guru BK akan

beri layanan individual. Layanan ini saya berikan sebanyak tiga kali, namun

______________
74
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi,,,h. 28
86

apabila tidak ada perubahan, maka tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh guru

BK yaitu melakukan pemanggilan orang tua siswa.

Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan, guru BK adalah guru yang

berprofesinya menangani siswa yang bermasalah di sekolah, pendek kata guru

bimbingan dan konseling memberikan bantuan kepada anak didiknya yang

mengalami masalah, agar bersangkutan dapat menyelesaikan sendiri. Suharsimi

Ari Kunto juga mengatakan “guru bimbingan dan konseling adalah guru yang

propesinya menangani siswa di sekolah, dengan kata guru bimbingan dan

konseling memberikan bantuan kepada anak didiknya yang mengalami masalah,

agar yang bersangkutan dapat menyelesaikan sendiri”.

Guru bimbingan konseling adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi

semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah.

Guru bimbingan konseling dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa

menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain serta berkeperibadian baik, karena

guru bimbingan konseling itu nantinya akan berhubungan dengan siswa

khususnya dan pihak lain sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja

sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu

pelayanan dan pengetahuanya demi suksesnya program bimbingan dan konseling.

Adapun strategi guru bimbingan konseling dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa menurut Suharsimi Arikunto adalah:

a. Bekerja sama dengan pihak sekolah (kepala sekolah, guru mata

pelajaran, wali kelas, wakil kesiswaan)


87

b. Guru bimbingan memberikan arahan kepada siswa yang melanggar

disiplin

c. Usaha memahami siswa secara menyeluruh

d. Memberikan pemahaman kepada siswa.75

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan strategi guru BK dalam

meningkatkan kedisiplinan menurut Suharsimi Arikunto adalah Bekerja sama

dengan pihak sekolah (kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, wakil

kesiswaan), guru bimbingan memberikan arahan kepada siswa yang melanggar

disiplin, usaha memahami siswa secara menyeluruh.

______________
75
Suharsimi Arikunto, Bimbingan dan Pengajaran di Sekolah (Jakarta: Bima
Askara,1997), h.12.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa:

1. Proses pelaksanaan layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru

BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh ada beberapa tahap, tahap yang

pertama yaitu tahap pembukaan (tahap awal), yang kedua tahap

pertengahan (tahap inti), yang ketiga tahap pengakhiran (tahap akhir).

Proses pelaksanaan layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru

BK hampir sesuai dengan teori diatas, kejadian yang terjadi di lapangan

ada beberapa poin yang tidak digunakan seperti yang terdapat pada teori di

atas, tetapi kegiatan konseling individual yang diberikan oleh guru BK

tetap berjalan dengan baik, melihat adanya perubahan yang ditunjukan

oleh siswa setelah pemberian layanan. maka dapat diartikan bahwa

layanan konseling individual tersebut efektif dalam mengatasi kedisiplinan

siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

2. Faktor pendukung keberhasilan layanan konseling individual di SMA

Negeri 8 Banda Aceh yaitu: adanya kerja sama antara kepala sekolah,

kesiswaan, guru wali kelas, guru mata pelajaran dan orang tua siswa saling

bekerja sama dengan guru BK dan mendukung pelaksanaan Bimbingan

Konseling. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan layanan konseling

individual di SMA Negeri 8 Banda Aceh yaitu: ada pada siswa, siswa

1
tidak mau secara terbuka menceritakan permasalahannya, dan juga

kurangnya kesadaran diri siswa untuk mau menjadi pribadi yang lebih

baik.

3. Strategi yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa bervariasi, dimana guru BK

bekerja sama dengan pihak sekolah ataupun stakeholder sekolah untuk

mencapai kedisiplinan siswa, lalu guru BK memantau perkembangan

siswa di dalam lingkungan sekolah, sehingga apabila ada siswa yang

melakukan pelanggaran, maka guru BK akan beri layanan individual.

Layanan ini saya berikan sebanyak tiga kali, namun apabila tidak ada

perubahan, maka tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh guru BK yaitu

melakukan pemanggilan orang tua siswa.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas

maka peneliti menyarankan hal- hal sebagai berikut:

1. Kepada guru BK agar lebih meoptimalkan lagi dalam menangani masalah–

masalah yang dilakukan siswa terutama masalah kedisiplinan ini. supaya

siswa lebih tertib dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar.

2. Kepada guru – guru bidang studi agar lebih aktif dalam menangani

masalah kedisplinan siswa ini. supaya terciptanya siswa/sisiwi yang taat

pada peratuaran serta tercapainya prestasi siswa dana sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama,

disarankan untuk kegiatan pemberian layanan bimbingan dan konseling

2
sesuai dengan prosedur dan tahap –tahap pelaksanaan layanan bimbingan

konseling, sehingga siswa bisa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan

tersebut. Selanjutnya, supaya diperoleh hasil penelitian yang akurat

hendaknya bekerjasama antara guru–guru dengan peneliti untuk

mengkondisikan siswa saat pengambilan data berlangsung dan juga tidak

lupa membawa teman supaya saat pemberian ataupun melaksanakan

layanan bimbingan dan konseling ataupun melakukan wawancara terhadap

informan ada yang mengambil foto atau gambar.

3
DAFTAR PUSTAKA

Anas Purwanto. 2007. Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa


MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta, Skripsi, (Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah danKeguruan.

Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tipsdan
Terpuji Melejitkan Potensi Optimal Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

Basrowi. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bimo Walgito. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi


Offset.

Bimo Walgito. 2010. Bimbingan Dan Konseling (Studi &Karir). Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET.

Emile Durkheim. 1990. Pendidikan Moral;Suatu Studi Teori dan Aplikasi


Sosiologis Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Fenti Hikmawati. 2011. Bimbingan Konseling Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Giyono. 2010 Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Diktat). Bandar Lampung:


Universitas Lampung.

Hadari Nawawi.1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung

Hanik Marfuatin. 2009. Upaya Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan


Kedisiplinan Siswa MTsNSumberagungJetis Bantul, Skripsi, Jurusan
Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyahdan Keguruan.

Hellen. 2005. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: QuantumTeaching.

Kriyantono. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Lexy J Moleong, 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Murtini, 2010. Akhlak Siswa Terhadap Guru. Semarang: PT Sindur Press.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan


Implementasi), Bandung: Remaja Rosda Karya.

1
Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.

Oktafiana Dewi Kusuma. 2015. Layanan Konseling Individual dalam Mengatasi


Kesulitan Belajar Siswa di MAN Yogyakarta III, Skripsi, Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Prayitno. 2001. Bimbingan dan Konseling di SMP, Padang: Penebar Aksara.

Prayitno, Erman Amti, 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:


Rineka Cipta.

Punaji Soetyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sofyan S. Willis. 2014. Konseling Individual Teori Dan Praktek. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful syagala. 2005. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa. 2008. Kamus


BesarBahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT


Rajagravindo Persada.

Tu’u Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.

Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. 1995. Psikologi Untuk


Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

2
PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati proses

pelaksanaan layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru BK di SMA

Negeri 8 Banda Aceh meliputi:

A. Tujuan:

Untuk memperoleh informasi dan data mengenai proses pelaksanaan

layanan

konseling individual yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh.

NO Aspek yang Diamati YA TIDAK

1 Tahap Awal Konseling

a. Guru BK membangun hubungan awal dengan


siswa.
b. Guru BK mengajak siswa untuk berbasa-basi
c. Guru BK menunjukkan empati terhadap
masalah siswa.

2 Tahap Pertengahan Konseling

a. Guru BK memfokuskan perhatian pada


permasalahan siswa.
b. Guru BK mendorong siswa untuk terbuka
dalam sesi konseling.
c. Guru BK bertanya dengan pertanyaan yang
mengaktifkan siswa.

3 Tahap Akhir Konseling

a. Guru BK menyimpulkan hasil dari konseling.


b. Guru BK merencanakan pertemuan
selanjutnya.
c. Guru BK melakukan evaluasi dari hasil
konseling.
PEDOMAN OBSERVASI SISWA

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati keberhasilan

layanan konseling individual yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8

Banda Aceh meliputi:

B. Tujuan:

Untuk memperoleh informasi dan data mengenai keberhasilan layanan

konseling individual yang dilakukan oleh guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh

NO Aspek yang Diamati YA TIDAK

1 Siswa merasa menyesal atas perbuatan yang telah


dilakukan.

2 Siswa termotivasi untuk berubah.

3 Siswa meminta nasehat.

4 Siswa merasa malu untuk mengulangi perbuatannya.

5 Siswa merasa permasalahannya tertuntaskan.

6 Siswa merasa senang dan puas setelah mengikuti


layanan konseling individual.
A. Wawancara Dengan Guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh
1. Bagaimanakah latar belakang pendidikan ibu?
2. Sudah berapa lama ibu menjadi guru BK di SMA Negeri 8 Banda Aceh?
3. Bagaimana pengalaman ibu selama menjadi guru BK di SMA Negeri 8
Banda Aceh?
4. Bagaimana perasaan ibu selama menjadi guru BK?
5. Apa saja program BK yang ada di SMA Negeri 8 Banda Aceh?
6. Apakah program tersebut disusun sesuai dengan dengan jangka waktu
tertentu? (program tahunan, semester, mingguan)
7. Apakah pemberian layanan konseling individu diberikan secara
kondisional?
8. Masalah apa saja yang ibu tangani melalui layanan konseling individual?
9. Darimanakah ibu mendapatkan informasi tentang siswa yang bermasalah
tersebut?
10. Bagaimana cara ibu mengatasi masalah- masalah yang timbul dengan
layanan konseling individu?
11. Apa saja hambatan layanan konseling individu yang ibu alami selama
menjadi guru BK?
12. Bagaimana bentuk pelaksanaan bimbingan konseling yang ibu berikan
terhadap penanganan masalah kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda
Aceh?
13. Apa saja strategi ibu dalam menangani masalah kedisiplinan siswa di
SMA Negeri 8 Banda Aceh?
14. Apakah ibu bekerja sama dengan pihak lain untuk menangani masalah
kedisplinan siswa di SMA Negeri 8 Banda Aceh?
15. Apakah layanan konseling individual efektif dalam menangani kedisplinan
siswa?
16. Adakah perubahan kedisplinan siswa setelah diberikan layanan konseling
individual?
17. Apa saja faktor pendukung dan penghambat layanan konseling individual
dalam mengatatasi kedisiplinan siswa?
B. Wawancara Dengan Siswa Di SMA Negeri 8 Banda Aceh
1. Berapa kali anda ke ruang BK?
2. Apakah anda datang sendiri atau dipanggil sama guru BK?
3. Permasalahan apa yang anda alami sehingga dipanggil ke ruang BK?
4. Bagaimana bentuk tindakan/layanan yang diberikan guru BK terhadap
permasalahan anda?
5. Bagaimana usaha guru BK dalam memberikan layanan konseling individu
kepada anda?
6. Bagaimana permasalahan anda setelah diberikan layanan konseling
individu, apakah masalah anda tertuntaskan?
7. Bagaimana perasaan anda setelah megikuti layanan tersebut?
8. Adakah manfaat yang anda peroleh setelah diberikan layanan bimbingan
konseling mengenai masalah kedisiplinan?
9. Bagaimana kritik dan saran anda terhadap guru layanan yang diberikan
oleh guru BK?
10. Apa pesan/ harapan yang ingin anda sampaikan kepada guru BK tentang
pemberian layanan konseling individu?
LAMPIRAN

Pengamatan proses pelaksanaan layanan konseling individual


Foto wawancara dengan guru BK
Foto wawaancara dengan siswa
Lampiran 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Raudhatul Jannah


Tempat/ Tanggal Lahir : Desa Uke, 3 Desember 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan/ Suku : Indonesia/ Aceh
Status : Menikah
Alamat : Desa Uke, Kecamatan Titeue, Kebupatan
PidiePekerjaan/ NIM : Mahasiswa/ 150213116
Nama Orang Tua
Ayah : Husen
Ibu : Meutia
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : PNS
Alamat : Desa Uke, Kecamatan Titeue, Kebupatan Pidie
Pendidikan
SD : MIN Titeue , 2003-2009
SMP : MTsN 1 Sakti, 2009-2012
SMA : SMAN 1 Sakti, 2012-2015
Perguruan Tinggi : UIN Ar-Raniry Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Program Studi Bimbingan Konseling
2015 – Sekarang

Banda Aceh, 25 november 2019

Raudhatul Jannah

Anda mungkin juga menyukai