Tugas Teori Proses Menua

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TEORI PROSES MENUA

DOSEN PEMBIMBING
Leya Indah P, M.KEP., Ners

DISUSUN OLEH
Ade Ratnasari
(221711016)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWTAN EKSTENSI
2022/2023
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60
tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai
tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Lebih dari 300 teori penuaan telah diselidiki selama berabad-abad. Hingga saat ini teori
penuaan dapat dibagi menjadi 2 kategori besar, yaitu teori penuaan terprogram (programmed
theories of aging) dan teori penuaan akibat kerusakan ( error theories of aging). Teori penuaan
terprogram berpendapat bahwa penuaan adalah hasil terprogram dari serangkaian kejadian yang
telah ditulis dalam kode genetik manusia.
Teori penuaan terprogram dibagi lagi menjadi beberapa teori :
1. Hayflick Phenomenon

Teori penuaan ini ditemukan oleh Hayflick dan Moorehead pada awal 1960. Mereka
menemukan bahwa sel kulit orang muda membelah terus menerus sampai 50 kali. Ketika
pembelahan mendekati angka ke-50, laju replikasi sel melambat. Fenomena Hayflick
adalah proses pemrograman kembali (pre-programming) sel selama jumlah replikasi yang
telah ditentukan, setelah sel tersebut mati.

2. Teori Telomerase (Telomerase Theory)

Teori ini berfokus pada telomerase, dimana telomerase adalah enzim yang dapat
memperbaiki dan mengganti suatu bagian dari telomer yang hilang selama replikasi sel.
Teori ini mengatakan proses menjadi tua diatur oleh pacemaker, seperti kelenjar timus,
hipotalamus, hipofisis, dan tiroid yang menghasilkan hormone – hormone, dan secara
berkaitan mengatur keseimbangan hormonal dan regenerasi sel – sel tubuh manusia.

3. Teori Neuroendokrin (Neuroendocrine Theory)

Teori ini berpendapat bahwa perubahan atau penyakit dalam sistem syaraf tubuh, yang
mempengaruhi sistem endokrin, dan perubahan sensitivitas reseptor neuroendokrin
menimbulkan perubahan homeostatik atau hemodinamik sehingga menyebabkan
penuaan.

4. Teori disdiferensiasi (dysdifferentiation theory)

Teori ini berpendapat bahwa pada penuaan terdapat pengurangan proses differensiasi sel,
sehingga sel-sel yang awalnya berbeda menjadi terlihat sama satu dengan yang lainnya.
Hal ini menyebabkan kapasitas sel yang terdiferensiasi melakukan fungsi unik tersendiri
dalam tubuh berkurang

Teori penuaan akibat kerusakan (error theories of aging) berpendapat bahwa


penuaan adalah hasil dari pengaruh eksternal terhadap tubuh, dimana sel atau jaringan
dalam tubuh diserang oleh pengaruh dari luar. Kerusakan yang terjadi pada penyerangan
ini terakumulasi seiring dengan berjalannya waktu dan akhirnya menyebabkan kerusakan
fungsi dan kematian sel. Teori ini dapat dibagi lagi menjadi :

1. Error Catastrophe Theory


Teori ini berpendapat bahwa akumulasi dari kesalahan dalam sintesis protein dalam
tubuh menimbulkan akibat yang fatal, dan terjadi penurunan fungsi sel dalam tubuh.

2. Teori Pemisahan dan Keausan (Wear and Tear Theory of Aging)

Teori ini menggambarkan tubuh manusia sebagai sebuah mesin yang rusak karena
penggunaan yang berlebihan. Fungsi fisiologis dalam 13 tubuh manusia mengalami
penurunan sebagai akibat dari pemakaian dalam waktu yang lama atau pemakaian yang
berlebihan

3. Teori Mitokondrial

Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan berkaitan dengan pembusukan mitikondrial.
Pembusukan ini agaknya terutama berkaitan dengan kerusakan oksidatif dan kehilangan
bahan gizi dalam bentuk mikro yang disediakan oleh sel. Mitokondria tua kehilangan
kemampuan untuk mentransport hidrogen dan elektron sehingga terbentuklah radikal
bebas dalam sel yang mengakibatkan kerusakan sel. (Crane & kawan-kawan, 2010 ;
Figueiredo & kawan-kawan, 2009).

Menurut leonard hayflick, professor anatomi dari university of California, Amerika


Serikat. Proses penuaan tersebut terjadi bila percepatan kemampuan replikasi sel
membuat penggantiannya menurun bila sel itu mengalami kerusakan. Dalam keceppatan
tersebut kecepatan sel memperbarui diri sudah lebih rendah dibandingkan dengan proses
kerusakannya. Penuaan itu dipengaruhi oleh factor internal, yaitu : inflamasi
(peradangan), radikal bebas, ketidakseimbangan hormone (dapat mengakibatkan
buruknya perbaikan sel), glikosilasi (peningkatan kadar glukosa) dan metilasi (yang
berdampak kerusakan gen). proses penuaan juga dipengaruhi oleh factor eksternal, yaitu
gaya hidup dan kondisi lingungan yang buruk.

1. Teori Inflamasi terhadap Penuaan

Dengan penuaan, akan terjadi peningkatan kandungan secara kuantitas sitokin


proinflamasi dalam tubuh, seperti TNF-α, IL-1 dan IL-6. Peningkatan dalam sel-sel
memori menghasilkan sitokin IL-4 dan IL-10 yang diproduksi oleh sel-sel memori.
Pendedahan penyakit infeksi selama masa hidup (lifetime) akan menurunkan masa
hidup sistem imun dan penuaan 73 (lifespan) dengan ditingkatkannya
imunosenescense dan inflamsi kronis. Inflamasi kronis akan menimbulkan implikasi
terjadinya penyakit aterosklerosis, arthritis, penyakit Alzheimers, kanker, sindrom-
sindrom metabolik (diabetes tipe 2) dan sejumlah penderitaan lainnya yang
dipengaruhi oleh umur tua. Inflamasi bukan merupakan penyebab utama terjadinya
kerusakan dan degenerasi pada saat penuaan, tetapi inflamasi memberi kontribusi
terjadinya kerusakan. Radikal-radikal bebas dan glikasi dioksidasi (oxidixed
glycation) menghasilkan produk-produk (AGEs) yang merupakan kontributor
terjadinya inflamasi kronis

2. Teori Radikal Bebas

Teori ini menyatakan bahwa yang menyebabkan orang bertambah tua adalah karena
ketika sel-sel melakukan metabolisme energi, sel-sel itu melepaskan molekul oksigen
yang tidak stabil, yang disebut radikal bebas (Chebab & kawan-kawan, 2008).
Radikal bebas memantul disekitar sel-sel, merusak DNA dan Struktur sel lainnya
(Afanasev, 2009).

3. Teori Hormonal

Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan dalam sistem hormonal tubuh dapat
menurunkan daya tahan terhadap stres dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit (Finch & Seeman, 1999)

4. Teori glikosilasi (peningkatan kadar glukosa)

Teori ini menyatakan bahwa proses glikosilisasi non-enzimatik yang menghasilkan


pertautan glukosa protein yang disebut sebgai advanced glycation end product
(AGEs) dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain yang
termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada lansia. Protein glikasi
menunjukan perubahan fungsional, meliputi menurunnya aktivitas enzim dan
menurunya degradasi protein abnormal. Manakala manusia menua, AGEs
berakumulasi di berbagai jaringan termasuk kolagen, haemoglobin, dan lensa mata
(1,2). Karena muatan kolagennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang elastisitas
dinding pembuluh darah. AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan
karenannya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan
pada DNA (1).

5. Teori Jam Seluler


Teori ini adalah teori dari Leonard Hayflick (1977) yang menyatakan bahwa sel-sel
dapat membelah maksimum sebanyak 75 hingga 80 kali, dan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia, kemampuan sel-sel yang membelah menjadi berkurang

6. Teori Evolusioner

Pandangan tentang keuntungan yang diberikan oleh seleksi evolusioner menurun


seiring bertambahnya usia (Baltes, 2003). Dalam teori evolusioner tentang penuaan,
seleksi alam tidak mengeliminasi banyak kondisi berbahaya dan karakteristik
nonadaptif pada orang-orang dewasa lanjut usia (Austad, 2009).

Anda mungkin juga menyukai