Skripsi Meilinda (1801032172)
Skripsi Meilinda (1801032172)
Skripsi Meilinda (1801032172)
SKRIPSI
Oleh:
MEILINDA
1801032172
PROGRAMSTUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN
RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN
DI RSUD. H ABDUL MANAN SIMATUPANG
KISARAN TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh:
MEILINDA
1801032172
PROGRAMSTUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
Komisi pembimbing
Medan, 27 Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Meilinda
(1801032172)
i
ABSTRAK
MEILINDA
1801032172
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat Nikmat dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Hubungan Antara Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Retensio
Plasenta Pada Ibu Bersalin di RSUD. H Abdul Manan Simatupang Kisaran
Tahun 2019”, yang merupakan Syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan
D-IV Kebidanan di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb) pada Program Studi D4
Kebidanan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan
berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Pendidikan
Yayasan Pendidikan dan sosial Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, SE., S.Kom., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan dan
Sosial Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institusi Kesehatan Helvetia
4. Darwin Syamsul, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia.
5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T.M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4 Kebidanan
Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Ivansri Marsaulina Panjaitan, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan Skripsi ini.
7. Fina Kusuma Wardani, SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan Skripsi ini.
8. Dian Zuiatna SST., M.Kes selaku Penguji III yang telah meluangkan waktu
dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
Skripsi ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah banyak
memberi ilmu pengetahuan dan membimbing penulis selama masa pendidikan.
10. Teristimewa kepada orang tua, suami, anak dan seluruh keluarga serta teman-
teman tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada
penelitian dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
guna memperbaiki dan memotivasi penulis.
iii
Akhir kata penulis ucapkan dan penulis berharap semoga Skripsi ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi pembaca.
Meilinda
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI :
Nama : MEILINDA
NIM : 1801032172
Tempat/Tgl. Lahir : Buntu Maraja, 25 Mei 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Bidan di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran
Alamat : Lk. I Bunut Barat Kec. Kota Kisaran Barat
Pendidikan Terakhir : D III Akbid Takasima Kaban Jahe
RIWAYAT PENDIDIKAN :
SD : SDN 010141 Buntu Maraja Tamat Tahun 2003
SMP : MTS S Nurul Iman Buntu Maraja Tamat Tahun 2006
SMA : MAN Kisaran Tamat Tahun 2009
KULIAH : D III Akbid Takasima Kaban Jahe
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRACT ............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1.4.1. Aspek Teoritis ........................................................ 5
1.4.2. Aspek Praktis ......................................................... 5
vi
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data .................................. 31
3.7. Metode pengelolaan data ................................................ 31
3.8. Teknik Analisa Data ....................................................... 32
3.8.1. Analisa Univariat ................................................ 32
3.8.2. Analisa Bivariat .................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen (X Variable) dan
Variabel Dependent (Y Variable) 30
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Usia di RSUD. H. Abdul Manan
Simatupang Kisaran Tahun 2019 .......................................... 36
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Paritas di RSUD. H. Abdul Manan
Simatupang Kisaran Tahun 2019 .......................................... 36
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Retensio Plasinto di RSUD. H. Abdul
Manan Simatupang Kisaran Tahun 2019 .............................. 36
Tabel 4.4 Tabulasi silang Hubungan umur dengan terjadinya retensio
plasenta di RSUD. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran
Tahun 2019 ............................................................................ 37
Tabel 4.5 Tabulasi silang Hubungan paritas dengan terjadinya retensio
plasenta di RSUD. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran
Tahun 2019 ............................................................................ 38
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan post partum merupakan salah satu kejadian yang paling banyak
yang menyebabkan tingginya Angka Kematian Ibu. AKI adalah jumlah kematian
ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain
seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Antara tahun
1990 dan 2015, angka kematian ibu di seluruh dunia turun sekitar 44%, tahun 2016
dan 2030, sebagai bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs), sasarannya
adalah untuk mengurangi rasio kematian maternal global menjadi kurang dari 70
500ml atau lebih dari organ reproduksi setelah selesainya kala II persalinan.
Perdarahan dalam persalinan dibagi menjadi 2 jenis yaitu perdarahan post partum
dini yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan perdarahan post partum
lanjut yang terjadi selama masa nifas atau sudah lebih dari 24 jam pasca kala III
persalinan. Perdarahan post partum antara lain adalah rupture uteri, atonia uteri,
536.000 ibu meninggal pertahun saat mereka hamil dan bersalin dan persalinan
sedangkan pada tahun 2008 berkisar 585.00 ibu meninggal akibat masalah
kehamilan dan persalinan, bahkan dari separuh jumlah seluruh kematian terjadi
1
2
bahwa AKI di Indonesia untuk periode lima tahun sebelum survey ( 2003-2007)
sebesar 228 per 100000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
terdapat 85 orang ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas, dan
26 orang dari kabupaten asahan dengan rincian 4 orang meninggal karena kematian,
14 orang karena persalinan dan 8 orang karena nifas, dan sebagian besar adalah
diakibatkan perdarahan.(4)
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, penyebab obsestri langsung sebesar 90%,
sebagian besar perdarahan (40%), eklamsia (30%) dan infeksi (30%), sedangkan
penyebab tak langsung kematian ibu antara lain KEK, anemia, penyakit
kardiovaskuler, persalinan yang di tolong oleh dukun (non nakes), dan keadaan 4
terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak) (3).
penyebab lain adalah ekslamsia dan infeksi. Ini berarti bahwa kasus perdarahan
terjadinya perdarahan post partum anatara lain atonia uteri, retensio plasenta,
waktu 1 jam setelah bayi lahir. Sekitar 16-17% dari kasus perdarahan post partum
Bahaya pada ibu hamil yang berumur 35 tahun lebih adalah perdarahan
setelah bayi lahir yaitu salah satunya dikarenakan retensio plasenta. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca
persalinan lebih tinggi, salah satu penyebabnya adalah retensio plasenta. Terlalu
sering bersalin (jarak antara kelahiran < 2 tahun) akan menyebabkan uterus menjadi
lemah sehingga kontraksi uterus kurang baik dan resiko terjadinya retensio plasenta
meningkat, sedangkan pada jarak persalinan ≥ 10 tahun, dalam keadaan ini seolah-
olah menghadapi persalinan yang pertama lagi, menyebabkan otot polos uterus
menjadi kaku dan kontraksi uterus jadi kurang baik sehingga mudah terjadi retensio
plasenta. (5)
bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan paritas. Faktor predisposisi lain
corneal. (5)
4
Kisaran jumlah pesalinan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 136 persalinan normal,
penelitian tentang hubungan usia dan paritas dengan kejadian retensio plasenta pada
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan usia dan paritas
dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD. H Abdul Manan
2019
tahun 2019.
Helvetia Medan.
2. Bagi Peneliti
ibu tentang hubungan usia dan paritas terhadap terjadinya retensio plasenta
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan teknik total sampling. Dan 40 orang ibu dengan retensio plasenta
paling banyak terjadi pada umur berisiko yaitu (<20 tahun dan > 35 tahun)sebanyak
24 orang (60%) dan paling sedikit pada umur 20–35 tahun sebanyak 16 orang
(40%). Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada
paritas grande multipara sebanyak 17 orang (42,5%) dan paling sedikit pada paritas
primipara sebanyak 9 orang (22,5%). Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta
paling banyak terjadi pada ibu yang menderita anemia ringan sebanyak 22 orang
(55%) dan paling sedikit pada ibu yang menderita anemia berat sebanyak 3 orang
(7,5%). (6)
Instrumen penelitian register Persalinan dan rekam medik ibu bersalin tahun 2012.
6
7
Analisis data dengan uji chi square (α 0,05). Hasil uji chi square yang memiliki
hubungan dengan kejadian retensio plasenta adalah umur (ρ=0,016) dan paritas
plasenta (ρ =0,228).(7)
Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Tahun 2012” dengan hasil penelitian yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan metode cross
(14,682) > y kuadrat tabel (0,000) dengan df = 1 dan nilai p value = 0,000 dimana
Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin” menyatakan Ada
hubungan antara paritas dengan kejadian retensio placenta pada ibu bersalin di
ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta dan ibu bersalin normal.Metode
Concong Luar Wilayah Kerja Puskesmas Concong Luar Kabupaten Indra Giri
Hilir”, Hasil penelitian menemukan kejadian retensio plasenta pada umur resiko
rendah sebesar 17,54% dan umur resiko tinggi sebesar 38,6% ini bermakna ada
hubungan antara umur dengan kejadian retensio plasenta ( p value 0,001 < 0,05).
Kejadian retensio plasenta pada paritas resiko sebesar 79,2% dan paritas tidak
resiko sebesar 39,4% ini bermakna ada hubungan antara paritas dengan kejadian
retensio plasenta ( p value 0,003 < 0,05).Jenis penelitian bersifat kuantitatif analitik
komputerisasi dengan analisa data bivariat menggunakan uji statistik Chi Square.
(10)
Dan Paritas Dengan Lamanya Pelepasan Plasenta Pada Ibu Bersalin Di Rumah
hubungan yang signifikan antara umur dan paritas dengan lamanya pelepasan
analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square dan menggunakan tehnik
Tahun 2017” menyatakan bahwa Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji
chi-square diperoleh variabel umur nilai P (0,103)> α (0,05) bahwa tidak ada
hubungan antara umur ibu degan retensio plasenta, untuk variabel paritas P (0,014)
> α (0,05) diperoleh bahwa ada hubungan antara paritas dengan retensio plasenta,
untuk variabel graviditas P (0,796) > α (0,05) bahwa tidak ada hubungan antara
graviditas ibu dengan retensio plasenta. Metode ini yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross section
study.(12)
2.2.1. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
upaya yang terjadi intergrasidan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsipn
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. (13)
a. Fase Laten
b. Fase Aktif
cm.
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
4) Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perinium meregang, karena his dan mengejan yang terpimpin kepala akan
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu:
rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundusuteri setinggi pusat
dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri,dalam waktu 1-5 menit
plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
5-30 menit setelah bayi lahir. Dan pengeluaran plasenta biasanya disertai
kira-kira 100-200cc.(13)
12
tahap ini ibu masih megeluarkan darah dari vagina,tapi tidak banyak,yang
beasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya
plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit
darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan. Pada beberapa
otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika
1) Tanda-tanda vital
2) Konsistensi uterus
3) Perdarahan
4) Lochea
5) Perinium (13)
2.2.2. Plasenta
1. Pengertian plasenta
peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna
selama kehamilan, serta sebagai barier, maka jika terjadi kelainan pada plasenta
persalian.(14)
2. Anatomi plasenta
sampai 20cm dan tebal lebih kurang 2,5cm.Beratnya rata-rata 500gram, tali
maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian dari bagian janin, yaitu
vilikorialis yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang
dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur kedalam ruang interviller
3. Fisiologi plasenta
darah yang membawa zat asam ( oksigen ), asam amino, vitamin, dan mineral
4. Tipe-tipe Plasenta
1) Plasenta normal.
4) Plasenta spuria.
5. Pembagian plasenta
pusat
a. Terdiri atas desi dua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan
kotiledon.
(15).
1) Struktur
spiralis endometrium (ruang yang terbentuk) terisi darah ibu. Villi korion
membentuk ruang-ruang yang memiliki dua lapisan sel: sinsitium luar dan
2) Sirkulasi plasenta
arteri-kapiler-vena. Villi ini terbenam dalam lakuna (pada saat ini adalah
darah antara darah vena janin dan darah ibu.Darah arteri (teroksigenasi)
villi.Pada saat inilah pertukaran gas dan nutrien antara janin dan ibu
7. Selaput plasenta
darah vetal.Ia lazim disebut barier plasenta, walaupun sebetulnya kurang tepat
a. Sinsitiotrofoblas
b. Sitotrofoblas
permukaan pertukaran zat antara janin dan ibu. Setelah umur 20 minggu,
dan banyak kapiler janin terletak sangat dekat dengan sinsitiotrofoblas. Pada
setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat
terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi
ganas kario karsinoma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif, dan keadaan
inidapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah
dalam.
menembus serosa.
rahim.
2. Etiologi
a. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa
c. Bila sebagian kecil dari plasenta masih tetinggal dalam uterus disebut rest
plasenta dan dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau lebih
sering sekunder.(18)
3. Patofisiologi
a. Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan/ separasi plasenta akan
lahir.
mealkukan manual plasenta, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
(19)
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir 30 menit setelah
adalah tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri uteri akibat
dengan benar karena ini untuk menentukan pada saat bidan akan mengambil
luas.
6. Gejala Klinis
tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarah
lanjut. Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini
21
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
lain. (21)
Apabila plasenta belum lahir dalam setengah jam samap 1 jam setelah
5) Tepi plasenta dilepas disisihkan dengan tepi jari-jari tangan bila sudah
lepas ditarik keluar. Lakukan ekplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa
kosong, jepit talipusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,tegangkan
sisi bawah tali pusat. Setelah tangan sampai ke kavum suteri tangan obstetric
uterus.
tali pusat tetapi disebelah atas dan sisipkan ujung jari- jari tangan diantara
dan kiri sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perleketan
kavumuteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi
dan perdarahan.
supositoria/oral. (18)
1. Usia
kesehatan ibu pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur yang relatif mudah
25
atau sebaliknya terlalu tua cenderung lebih mudah untuk mengalami komplikasi
kesehatan dibandingkan dengan ibu dengan kurun waktu reproduksi sehat yakni 20-
35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan kematangan sel sel reproduksi, tingkat kerja
retensio placenta lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia muda atau ibu hamil
umur muda dan paritas tinggi. Ini dikarenakan banyak wanita Indonesia yang
menikah di usia muda sedangkan endometrium belum matang sehingga pada masa
menutupi sebagian keseluruhan jalan lahir. Makin tua umur ibu maka akan terjadi
2. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh seorang ibu
selama hidupnya status paritas yang tinggi, jumlah anak yang lebih dari tiga dapat
bahwa frekuensi melahirkan ibu semakin tinggi maka semakin memburuk keadaan
kesehatan ibu dan anaknya, paritas 2-3 merupakan paritas ideal yang ditinjau dari
kesehatannya. Hal ini di sebut beresiko karena pada ibu dapat timbul kerusakan
nutrisi akan berkurang. Persalinan kedua dan ketiga merupakan keadaan yang
relatif aman untuk melahirkan pada masa reproduktif, karena pada persalinan
tersebut keadaan fatologis dimana dimana dinding uterus belum banyak mrngalami
perubahan. (20)
2.3. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian retensio plasenta
2019.
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan rancangan survei cross sectional yaitu variable sebab atau resiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara
simultan, satu kali saja dalam satu waktu (dalam waktu bersamaan).(22)
3.2.1. Lokasi
Tahun 2019 dengan alasan masih banyaknya ibu yang mengalami retentio plasenta
Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Februari Tahun 2019. Data yang
diambil merupakan data ibu yang mengalami retensio plasenta pada ibu bersalin
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek penelitian atau objek yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini, populasi merupakan seluruh ibu bersalin sebanyak 106 orang
di RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran bulan Januari S/d Desember 2018.
27
28
3.3.2. Sampel
populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara simple random sampling
(pengambilan sampel secara acak sederhana) yaitu setiap anggota atau unit dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. (23)
Solvin.
N = Jumlah Populasi
106
𝑛 = 1+(106)(0.1)2
106
𝑛=
2.06
𝑛 = 51,4
𝑛 = 51
Kerangka konsep adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
1. Data sekunder
Data sekunder yaitu data dan informasi yang diperoleh melalui catatan-
diteliti.Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.
2. Data Tersier
penelitian ini adalah data rekam medik dari RSUD H. Abdul Manan Simatupang
Kisaran.
1. Collecting
2. Checking
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan reliabel, dan terhindar dari bias.
3. Coding
4. Entering
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam aplikasi SPSS.
5. Data Processing
Semua data yang telah diinput kedalam aplikasi computer akan diolah sesuai
dengan bantuan metode SPSS 17, analisa data suatu penelitian biasanya melalui
terikat.
antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan analisis chi- square, pada batas
menunjukan nilai p<p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang adalah rumah
merupakan pusat rujukan untuk Kabupaten Asahan, pusat rujukan bagi kabupaten
kota sekitarnya seperti Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan
Kota Tanjungbalai.
ditetapkan sebagai rumah sakit type C pada tahun 1982. Saat ini luas
bangunan rumah sakit ± 8.586 m2 m2. Luas keseluruhan Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Manan Simatupang Kisaran sekitar 30.802 m2. Sebelah utara
Sungai Silau, sebelah timur berbatasan dengan Jalan Sei Suka, sebelah barat
Ibukota Kabupaten Asahan berada di Tanjung Balai dan Kisaran merupakan salah
satu kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Asahan. Pada saat itu Rumah
Sakit Umum Pemerintah hanya ada 2 (dua) unit yaitu berada di Tanjung Balai dan
Labuhan Ruku.
33
34
Kabupaten Asahan dan atas inisiatif Bapak Haji Abdul Manan Simatupang
tahun 1968/1969 oleh Bupati Kepala Daerah dibangunlah Rumah Sakit Umum
Kisaran yang berada diatas areal tanah seluas ± 2,82 Ha, dengan tahap awal
dibangun gedung induk yang berfungsi untuk pelayanan pasien rawat jalan dan P3K
beserta 2 (dua) unit bangunan rawat inap pasien umum untuk laki-laki dan
perempuan. Beroperasi secara definitif pada tahun 1972 dipimpin dr. TM Panjaitan.
dr.Armansyah Siregar, dr.H.Djufristar. Pada saat itu nama rumah sakit adalah
Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran dijabat oleh dr. H.Bambang Wahyudi,
Wahyudi tahun 2005 Rumah Sakit Umum Kisaran diberi nama Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran. Tahun 2014 pada kepemimpinan
dr.Nilwan Arif Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang Haji
Abdul Manan Simatupang lulus Akreditasi versi 2017. Sejak April 2018
menerapkan PKK BLUD status penuh. Tahun 2016 – 2018 dipimpin dr. Edi
Iskandar selaku direktur dan sampai sekarang dipimpin dr. Hari Sapna selaku
direktur.
35
instalasi gizi
Simatupang Kisaran didukung oleh Sumber Daya Manusia yang sudah cukup
RSUD H.Abdul Manan Simatupang Tahun 2018 sebanyak 539. PNS sebanyak 257
retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran
36
pada tahun 2019, maka dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut :
1. Umur Responden
umur responden dari 51 responden (100%), umur 20-35 tahun sebanyak 36 orang
2. Paritas Responden
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 51 responden, paritas tidak
3. RetensioPlasenta
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 51 responden, tidak retensio
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Antara hubungan Umur dengan terjadinya retensio
plasenta pada ibu bersalin di RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada
tahun 2019
No Retensio Plasenta Total Asym OR
Umur Tidak Retensio p.
Retensio Sig
f % F % f %
1 20-35 Tahun 31 60,8 5 9,8 36 70,6 0.011 7.086
2 < 20 ->35tahun 7 13,7 8 15,1 15 29,4
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa dari 51 responden (100%), ibu
bersalin berumur 20-35 tahun sebanyak 36 orang (70,6%), dengan tidak retensio
Ibu bersalin berumur <20->35 tahun sebanyak 15 orang (29,4%), dengan tidak
retensio plasenta sebanyak 7 orang (13,7%), dan retensio plasenta sebanyak 8 orang
(15,1%).
RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada tahun 2019, berdasarkan hasil
(95% CI). Hasil OR 7.086 yang berarti bahwa umur ibu yang beresiko akan
menyebabkan kejadian retensio plasenta 7.1 kali lebih banyak dibandingkan umur
tidak beresiko. maka dapat disimpulkan ada hubungan Antara hubungan Umur
TABEL 4.5 Tabulasi Silang Antara hubungan paritas dengan terjadinya retensio
plasenta pada ibu bersalin di RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada
tahun 2019
Retensio Plasenta Total
Tidak Retensio Asymp.
No OR
Paritas Retensio Sig
f % f % f %
1 Tidak Beresiko 28 54,9 2 3,9 30 58,8 0.001 15.400
2 Beresiko 10 19,6 11 21,6 21 41,2
Total 38 74,5 13 25,5 51 100
Berdasarkan table 4.5 dapat diketahui bahwa dari 51 responden (100%), ibu
bersalin paritas tidak beresiko sebanyak 30 orang (58,8%), dengan tidak retensio
Ibu bersalin paritas beresiko sebanyak 21 orang (41,2%), dengan tidak retensio
RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada tahun 2019, berdasarkan hasil
(95% CI). Hasil OR 15.400 yang berarti bahwa paritas ibu yang beresiko akan
paritas tidak beresiko. maka dapat disimpulkan ada hubungan paritas dengan
4.3. Pembahasan
4.3.1. Hubungan Umur dengan terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalin
di RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada tahun 2019
RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada tahun 2019, berdasarkan hasil
39
(95% CI). Hasil OR 7.086 yang berarti bahwa umur ibu yang beresiko akan
menyebabkan kejadian retensio plasenta 7.1 kali lebih banyak dibandingkan umur
tidak beresiko. maka dapat disimpulkan ada hubungan Antara hubungan Umur
Diana Hubungan Paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di
tidak terjadi retensio plasenta. Dari hasil uji statistik Mann-Whitney didapatkan
nilai =0,008 < = yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara paritas
Pusnaggih Kabupaten Yogyakarta. Hasil uji chi square yang memiliki hubungan
dengan kejadian retensio plasenta adalah umur (ρ=0,016) dan paritas (ρ=0,000)
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Riyanto dengan judul faktor
risiko kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin di rsud dr. H. Bob bazar, SKM
plasenta pada ibu bersalin adalah usia (p = 0,040; POR = 2,414 95% CI: 1,110-
5,250) dan anemia (p = 0,027; POR = 2,506, 95% CI: 1,170-5,366), sedangkan
factor paritas tidak terdapat hubungan secara statistic dengan kejadian retensio
plasenta pada ibu bersalin (p = 0,060), namun nilai POR = 3,023 (95% CI: 1,187-
8,023) (28).
Plasenta di RS. Jala Ammari Makassar Tahun 2017. Dari hasil uji statistik dengan
bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu degan retensio plasenta, untuk variabel
jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan
bahaya perdarahan, infeksi, karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas kario karsinoma.
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir 30 menit setelah
perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul adalah
tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri uteri akibat tarikan dan
karena ini untuk menentukan pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk
Faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu umur ibu, paritas, janin
yang berukuran besar, riwayat buruk pada persalinan sebelumnya, anemia berat
pada ibu, kehamilan kembar atau gemeli, polihidramnion, partus yang lama, partus
presipitatus, penolong persalinan, penanganan yang salah pada kala III, penyakit
hipertensi pada masa kehamilan, adanya kelainan pada uterus, adanya infeksi pada
uterus dan tindakan operatif dengan anastesi yang terlalu dalam. Dampak yang bisa
sehingga dalam waktu singkat ibu dapat mengalami syok atau terkadang berupa
tanpa disadari perdarahan telah fatal dan menyebabkan ibu lemas dan mengalami
syok. Pada perdarahan yang fatal akan menimbulkan gejala tekanan darah menurun,
extrimitas dingin, tampak pucat, nadi dan napas cepat. Apabila tidak ditangani
misalnya adalah tiga terlambat dan empat terlalu. Tiga terlambat yaitu terlambat
Empat terlalu yaitu wanita terlalu muda untuk hamil (usia yang masih kurang dari
20 tahun), wanita terlalu tua untuk hamil (usia yang lebih dari 35 tahun), wanita
terlalu banyak melahirkan anak (lebih dari 3 anak), dan wanita yang hamil dengan
42
jarak antar anak sangat dekat atau rapat (kurang dari 2 tahun). Selama ini sudah
yang berfokus pada pencegahan akan dapat mencegah terjadinya berbagai macam
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan
ibu pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur yang relatif mudah atau
kesehatan dibandingkan dengan ibu dengan kurun waktu reproduksi sehat yakni 20-
35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan kematangan sel sel reproduksi, tingkat kerja
dikatakan bahwa angka kejadian retensio placenta lebih banyak terjadi pada ibu
yang berusia muda atau ibu hamil primigravida usia di atas 35 tahun. (30)
Teori lain juga mengemukakan bahwa bahaya yang dapat terjadi pada ibu
hamil yang berumur 35 tahun lebih adalah perdarahan setelah bayi lahir salah
satunya dikarenakan retensio plasenta karena pada usia tersebut terjadi perubahan
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada
Retensio plasenta pada ibu bersalin juga dapat dipengaruhi oleh usia
ibu. Usia kehamilan yang beresiko adalah <20 tahun dan > 35 tahun. Ibu hamil
43
yang berusia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi belum tumbuh optimal
sehingga kontraksi uterus menjadi kurang kuat, sedangkan pada usia lebih dari
terhadap faktor powerdan passage dalam kaitannya dengan fungsi dan morfologi
sering terjadi pada usia dini atau remaja (kurang dari 20 tahun). Hal ini
bersalin. (3)
Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian menunjukkan pada umur <20 dan
> 35 tahun lebih besar untuk terjadinya retensio plasenta dengan pengaruh 7 kali
dengan terjadinya retensio plasenta, hal ini sesuai dengan teori bahwa wanita yang
melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan
faktor resiko terjadinya perdarahan pasca persalinan salah satu penyebabnya adalah
retensio plasenta yang dapat mengakibatkan kematian maternal. hal ini dikarenakan
pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang
dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun
2-5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada usia
20-29 tahun. Perdarahan meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun. Kejadian
retensio plasenta banyak dijumpai pada ibu dengan umur muda dan paritas tinggi.
Ini dikarenakan banyak wanita yang menikah di usia muda sedangkan endometrium
hiopertropi (perluasan) dan dapat menutupi sebagian keseluruhan jalan lahir. Makin
tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium
plasenta yang lebih luas.(12) Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
kejadian retensio plasenta lebih banyak terjadi pada ibu muda dibawah 20 tahun
dan >35 tahun karena organ reproduksi belum dapat berfungsi dengan baik,
miometrium tidak bisa berkontraksi dan retraksi dengan maksimal maka proses
menyebabkan retensio plasenta. Sedangkan pada umur >35tahun semakin tua umur
ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium sehingga untuk
luas. (32)
45
RSUD. H Abdul Manan Simatupang, Kisaran pada tahun 2019, berdasarkan hasil
(95% CI). Hasil OR 15.400 yang berarti bahwa paritas ibu yang beresiko akan
paritas tidak beresiko. maka dapat disimpulkan ada hubungan paritas dengan
Dengan Lamanya Pelepasan Plasenta Pada Ibu Bersalin Di BPS Sarwo Endah
didapatkan X 2 hitung 12,198 > X 2 tabel yaitu 3,841, dan koefisien kontingensi
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih: Sebuah Studi Kasus Kontrol Menurut
uji bivariat yang dilakukan, hubungan yang bermakna ditemukan antara kejadian
dan juga status anemia (p value 0,049), umur juga memiliki pengaruh pada retensio
dengan Kejadian Perdarah Postpartum Primer Di Bps Hermin Sigit Ampel Boyolali
46
tahun 2015. Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada
umur berisiko yaitu ( 35 tahun)sebanyak 24 orang (60%) dan paling sedikit pada
umur 20–35 tahun sebanyak 16 orang (40%). Hasil penelitian diperoleh tada
postpartum (OR = 0,918, CI 95% 0,521 < OR < 1,984, OR = 0,775, CI 95% 0,293
0,329 < OR < 1,995, OR = 0,895, CI 95% 0,260 < OR < 3,077) (36).
melahirkan bayi yang dapat hidup. Kehamilan lebih dari satu kali atau yang
pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi penurunan sel-sel desidua. Paritas
adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh seorang ibu selama hidupnya
status paritas yang tinggi, jumlah anak yang lebih dari tiga dapat mempengaruhi
status kesehatan ibu dan kesepakatan untuk menyediakan waktu dalam upaya
kesehatan ibu dan anaknya, paritas 2-3 merupakan paritas ideal yang ditinjau dari
perdarahan pasca persalinan karena pada multipara otot uterus sering diregangkan
sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya menjadi lebih lemah. Risiko untuk
terjadinya perdarahan pasca persalinan akan menjadi 4 kali lebih besar pada yang
paritasnya lebih dari atau sama dengan 4 dimana insidennya adalah 2,7%. Paritas
besar pengaruhnya terhadap kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin, terutama
paritas yang tinggi. Wiknjosastro, menyatakan bahwa ibu yang pernah melahirkan
5 (lima) kali atau lebih, memiliki rahim yang teregang berlebihan sehingga
menciptakan banyak ruangan kosong yang berisiko terjadi kelainan pada plasenta.
(32)
predisposisi dan faktor langsung. Faktor predisposisi antara lain paritas, berat bayi
lahir, jarak kehamilan dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor langsung yang
dapat menyebabkan perdarahan postpartum antara lain adalah atonia uteri, sisa
plasenta dan selaput ketuban, robekan jalan lahir dan penyakit darah. (30)
perdarahan pasca persalinan karena pada multipara otot Uterus sering diregangkan
sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya menjadi lebih lemah. Risiko untuk
terjadinya perdarahan pasca persalinan akan menjadi 4 kali lebih besar pada yang
yang pernah melahirkan 5 (lima) kali atau lebih, memiliki rahim yang teregang
bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan paritas. Faktor predisposisi lain
corneal. (32)
Menurut asumsi peneliti ibu paritas risiko lebih besar untuk terjadinya
retensio plasenta. Paritas beresiko lebih banyak mengalami retensio plasenta karena
semakin sering hamil dan melahirkan kesehatan alat reproduksi berkurang sehingga
dengan pengaruh 15 kali lebih besar terjadinya retensio plasenta hal inilah yang
merupakan salah satu faktor resiko retensio plasenta dan kurangnya pengetahuan
dengan jumlah paritas > 3. Hal ini sesuai dengan teori bahwa paritas tinggi (lebih
dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi, hal
ini di hubungkan dengan fungsi reproduksi ibu bersalin yang mengalami penurunan
karena seringnya hamil atau melahirkan dan seringnya hamil atau melahirkan
menyebabkan parut pada dinding uterus. Jika plasenta melekat pada bekas parut
maka plasenta akan berimplantasi dengan sangat kuat, sehingga kemungkinan akan
49
terjadi retensio plasenta. Hal ini disebut beresiko karena pada ibu dapat timbul
sirkulasi nutrisi akan berkurang. Persalinan kedua dan ketiga merupakan keadaan
yang relatif aman untuk melahirkan pada masa reproduktif, karena pada persalinan
tersebut keadaan fatologis dimana dimana dinding uterus belum banyak mrngalami
kejadian retensio placenta lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia muda atau ibu
Hal ini sesuai dengan referensi yang ada bahwa 1-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian
maternal. Faktor resiko pada Ibu hamil adalah paritas lebih dari 3 kali perlu
diwaspadai, karena banyak anak keadaan rahim ibu semakin lemah. Semakin
banyak paritas ibu maka terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang
kebutuhan nutrisi pada janin plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan
vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga akan
5.1. Kesimpulan
Simatupang, Kisaran pada tahun 2019. Kesimpulan yang diambil peneliti adalah :
4. Ada hubungan umur dengan terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalin di
hasil OR 7.086 yang berarti bahwa umur ibu yang beresiko akan
5. Ada hubungan paritas dengan terjadinya retensio plasenta pada ibu bersalin
0,001<0,05 dengan hasil OR 15.400 yang berarti bahwa paritas ibu yang
50
51
beresiko akan menyebabkan kejadian retensio plasenta sebesar 15.4 kali lebih
5.2. Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan literatur
bagi pengembangan ilmu kesehatan dan diharapkan menjadi informasi bagi semua
masyarakat, selain itu menambah referensi bacaan tentang retensio plasenta selain
itu sebagai referensi untuk melengkapi bahan perpustakaan dan bahan bacaan yang
Diharapkan Bagi penelitian lanjutan terhadap faktor lain yang juga menjadi
membuat petugas kesehatan, ibu hamil dan keluarga lebih waspada terhadap
Diharapkan kepada petugas kesehatan yang terkait yaitu bidan atau dokter
yang bertugas selalu memberikan konseling kepada ibu yang melahirkan untuk
52
persalinan.
2. Bagi Peneliti
penyebab langsung dan tidak langsung terjadinya retensio plasenta sehingga ibu
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanto. Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di Rsud
Dr. H. Bob Bazar. 2015;
2. Riset Kesehatan Dasar. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehat
Republik Indones. 2018;
3. Mochtar. Sinopsis Obstetri. Delfi, editor. Jakarta; 2014.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera utara. Profil kesehatan provinsi sumatera
utara tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2
016/1275_Sumut_Kota_Medan_2016.pdf. 2018.
5. Anita W. Hubungan Paritas Dan Riwayat Sc Dengan Kejadian Placenta Previa
Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. J Endur Kaji Ilm Probl Kesehat.
2017;2(1):68–73.
6. Yaumil. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Retensio
Plasenta Di Rsud Kota Kendari Priode Tahun 2016-2017. skripsi dan J. 2017;
7. Darmayanti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio
Plasenta Di Rsud Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. An-Nadaa. 2014;
8. Ma’rifatul Ifah Arifin I. Hubungan Paritas Dengan Retensio Plasenta Pada Ibu
Bersalin di RSUD Penembahan Senopati Kabupaten Bantul Tahun 2012. J
Strateg Stud. 2012;
9. Khotijah D. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta
Pada Ibu Bersalin. J Ilm Kebidanan. 2017;
10. Juraida, Roito H. Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Retensio
Plasenta Di Desa Concong Luar Wilayah Kerja Puskesmas Concong Luar
Kabupaten Indra Giri Hilir. J Kebidanan. 2011;
11. Ika, Minda A. Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Lamanya Pelepasan
Plasenta Pada Ibu Bersalin Di Rumah Bersalin Al-Amin Donoyudan Kalijambe
Sragen. 2016;
12. Ruqaiyah R. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio
Plasenta Di RS. Jala Ammari Makassar Tahun 2017. J Kesehat Delima
Pelamonia. 2017;
13. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta
Trans Info Media. 2017;
14. Nunung D. Asuhan Kebidanan Post Partum. I. Nurul, editor. Bandung; 2013.
15. Eniyati S. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
16. Sofian A. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi. Obstet Patol jakarta Penerbit
Buku Kedokt EGC. 2013;
17. Yuni K, Wahyuningsih Heni Puji S. Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu hamil).
Yogyakarta; 2010.
18. Puspita M. Asuhan kegawatdaruratan dan Maternal dan Neonatal. N S, editor.
Jakarta: Trans Info Media. 2013.
19. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid I. 2011. 2011.
20. Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta EGC. 2017;
21. Puspita M. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. II. Nurul, editor.
53
54
Lampiran 1.
56
57
Lampiran 2.
1 1 0 0
2 0 0 0
3 1 1 1
4 0 0 0
5 0 0 0
6 1 1 1
7 0 0 0
8 0 1 1
9 1 1 1
10 0 0 0
11 0 0 0
12 1 0 0
13 0 0 0
14 1 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 1 1 1
18 0 1 1
19 1 1 1
20 0 1 0
21 0 1 0
22 0 1 1
23 0 0 0
24 1 0 0
25 1 1 0
26 0 0 0
27 0 1 1
28 0 1 0
29 0 1 0
30 0 0 0
31 0 0 0
58
32 0 0 0
33 0 1 0
34 0 0 0
35 1 1 1
36 0 0 0
37 0 0 0
38 0 0 0
39 1 1 1
40 0 0 1
41 0 1 0
42 1 1 0
43 0 0 0
44 0 1 0
45 0 1 0
46 1 0 1
47 0 0 0
48 0 0 0
49 1 0 0
50 0 0 0
51 0 0 0
Keterangan :
Umur : Paritas
1: < 20 tahun-> 35 tahun 1 : > 3 anak
0 : 20-35 tahun 0 : < 3 anak
Lampiran 3.
1. Univariat
Frequencies
Notes
Output Created 30-Jul-2019 00:10:51
Comments
Input Data D:\#AA\SPSS.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 51
File
Missing Value Definition of Missing User-defined missing values are treated as
Handling missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=umur paritas
retensio_plasenta
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
umur paritas retensio plasenta
N Valid 51 51 51
Missing 0 0 0
Frequency Table
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 tahun 36 70.6 70.6 70.6
beresiko (<20 15 29.4 29.4 100.0
tahun->35 tahun)
Total 51 100.0 100.0
paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak beresiko 30 58.8 58.8 58.8
beresiko 21 41.2 41.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
60
retensio plasenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak retensio 38 74.5 74.5 74.5
retensio plasenta 13 25.5 25.5 100.0
Total 51 100.0 100.0
2. BIVARIAT
Crosstabs
Notes
Output Created 30-Jul-2019 00:10:02
Comments
Input Data D:\#AA\SPSS.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 51
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=umur paritas BY
retensio_plasenta
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.674a 1 .003
Continuity Correctionb 6.721 1 .010
Likelihood Ratio 8.162 1 .004
Fisher's Exact Test .011 .006
Linear-by-Linear 8.504 1 .004
Association
N of Valid Cases 51
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.592a 1 .000
Continuity Correctionb 11.292 1 .001
Likelihood Ratio 14.141 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear 13.326 1 .000
Association
N of Valid Cases 51
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.35.
b. Computed only for a 2x2 table
63
Lampiran 13.
DOKUMENTASI PENELITIAN
75
76
77